Anda di halaman 1dari 2

Maulfi Amanda Muktar

J011171024

KELEMBAGAAN MASYARAKAT MARITIM

Lembaga dalam suatu komunitas masyarakat pesisir terdiri dari organisasi pada tingkat nelayan serta
kelembagaan masyarakat desa yang diartikan sebagainorma lama atau aturan-aturan sosial yang telah
berkembang secara tradisionaldan terbangun atas budaya lokal sebagai komponen dan pedoman pada
beberapa jenis/tingkatan lembaga sosial yang saling berinteraksi dalam memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat untuk mempertahankan nilai. Norma lama yang dimaksud yaitu aturan-aturan sosial yang
merupakan bagian dari lembaga sosial dan simbolisasi yang mengatur kepentingan masyarakat di masa
lalu.

Salah satu komponen penting dalam program pembangunan kelautan dan perikanan adalah program
pengembangan SDM agar lebih berkualitas, sehingga diharapkan mampu mengambil peran aktif dalam
memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang kita miliki. Selain melalui pendidikan formal bidang
perikanan, baik pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi, maka pengembangan SDM pada
institusi pendidikan khusus seperti pesantren menjadi sangat penting. Agar barisan SDM yang dapat
berperan dalam pembangunan kelautan dan perikanan menjadi bertambah banyak serta merata
terutama dikalangan penduduk wilayah pesisir yang umumnya sangat miskin.

Usaha-usaha pemerintah untuk membangun bangsa dengan menitik beratkan masyarakat pesisir sangat
tepat. Namun memobilisir masyarakat pesisir, menggerakkan orang-orang pelaut untuk mengolah
kekayaan laut yang tersedia bukanlah pekerjaan ringan dan mudah. Masyarakat pesisir yang sanggup
berusaha sendiri, sanggup mencukupi kebutuhannya sendiri tidak dapat hanya digerakkan dengan
aturan, perintah dan uang. Untuk waktu sesaat bisa saja berjalan, tetapi untuk jangka lebih jauh
kelambanan-kelambanan akan terjadi. Dalam masyarakat pesisir, umumnya pengaruh kepemimpinan
Kyai sebuah pesantren sangat amat besar. Sehingga peran kepemimpinan informil dalam menggerakkan
usaha-usaha membangun masyarakat pesisir sangat dibutuhkan.
Maulfi Amanda Muktar

J011171024

MASYARAKAT MARITIM
Masyarakat maritim yang mendiami pulau-pulau kecil dan pantai-pantai terpencil hampirtidak dikenal
oleh sebagian besar oleh orang di Nusantara ini, hal tersebut telah menyebabkanmereka termarjinalkan
dari berbagai bidang pembangunan kebangsaan, karena itu perlu ada upaya mengenali kebudayaannya.
Kebudayaan adalah sesuatu kumpulan pedoman atau pegangan yang kegunaannya operasional dalam
hal manusia mengadaptasi diri dengan menghadapi lingkungan tertentu (lingkungan fisik/alam, sosial
dan kebudayaan) untuk dapat melangsungkan kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
dan untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Karena itu, seringkali, kebudayaan juga dinamakan sebagai
blueprint (cetak biru) ataudesain menyeluruh kehidupan masyarakat (Suparlan, 1986; Spradley, 1972)
Agar mampu melakukan adaptasi diri, maka perlu dikenali ciri-ciri suatu tindakan sosial. Pertama, yang
bersifat faktual, yaitu suatu tipe tindakan yang terwujud yang berdasarkan pada orientasi atau
dipengaruhi oleh nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Kedua, tindakan sosial yang bersifat
tradisional, yaitu suatu tipe tindakan sosial yang berorientasi atau dipengaruhi olehadanya ikatan tradisi
yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Ketiga, tindakan sosial yang bersifat afektual, yaitu
tindakan sosial yang berorientasi atau sangat dipengaruhi oleh perasaan, seperti rasa pantas atau tidak
pantas, senang atau tidak senang, aman atau tidak aman, bangga atau tidak bangga, dan lain sebagainya.

Masyarakat dan kebudayaan, karena itu, merupakan suatu kesatuan tak terpisahkan, meskipun dapat
diuraikan untuk dipahami kesatuan fungsionalnya. Jadi, masyarakat bahari/maritim dipahami sebagai
kesatuan-kesatuan hidup manusia berupa kelompok-kelompok kerja (termasuk satuan-satuan tugas),
komunitas sekampung atau sedesa, kesatuan suku bangsa, kesatuan administratif, berupa kecamatan,
provinsi, bahkan bisa merupakan negara atau kerajaan, yang sebagian besar atau sepenuhnya
menggantungkan kehidupan ekonominya secara langsung atau tidak langsung pada pemanfaatan
sumber daya laut (hayati dan nonhayati) dan jasa-jasa laut, yang dipedomani oleh dan dicirikan bersama
dengan kebudayaan baharinya.

Anda mungkin juga menyukai