Anda di halaman 1dari 19

2.2.4.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada disfungsi uterus


a. Analgesia epidural
Perlu diperhatikan bahwa analgesia epidural dapat menyebabkan perlambatan proses
persalinan (Sharma and Leveno, 2000). Seperti yang tertera pada tabel berikut,
analgesia dapat memperlambat persalinan kala 1 dan kala 2

b. Korioamnionitis
Karena pada banyak kasus terdapat hubungan antara pemanjangan waktu
persalinan dengan infeksi intrapartum, beberapa klinisi menyimpulkan bahwa infeksi
dapat menyebankan aktivitas uterus yang tidak normal. Satin dkk (1992)
mempelajari efek korioamnionitis terhadap 266 stimulasi persalinan dengan
oksitosin. Korioamnionitis yang terdeteksi terlambat pada persalinan merupakan
marker untuk operasi seksio, namun korioamnitis yang ditemukan dini pada masa
persalinan tidak diasosiasikan dengan hal tersebut. Empat puluh persen wanita yang
menderita korioamnionitis setelah mendapatkan oksitosin untuk distosia persalinan
pada akhirnya membutuhkan seksio. Namun beberapa ahli berpendapat bahwa
infeksi uterus merupakan konsekuensi dari persalinan yang lama, bukan penyebab
distosia.

c. Posisi ibu sewaktu persalinan


Berjalan-jalan sewaktu persalinan kala 1 dapat memperpendek waktu persalinan,
menurunkan jumlah oksitosin yang dibutuhkan nantinya, menurunkan kebutuhan
analgesia, dan menurunkan frekuensi episiotomi (Flynn dkk, 1978). Menurut Miller
(1983), uterus akan berkontraksi lebih sering dengan intensitas yang lebih kurang
dengan posisi supine dibandingkan dengan posisi miring. Kebalikannya, akan terjadi
bila posisi ibu duduk atau berdiri. Namun Bloom dkk (1998) membuktikan bahwa
ambulansi (berjalan-jalan) tidak mempercepat maupun memperlambat persalinan
pada wanita nullipara dan wanita multipara. The American College of Obstetricians
and Gynecologist (2003) telah menyimpulkan bahwa ambulasi tidak berbahaya dan
mobilitas dapat membuat si ibu lebih nyaman.
Pada kala 2 didapatkan banyak pendapat. Johnson dkk (1991) menemukan bahwa
penggunaan alat bantuan persalinan seperti kursi persalinan, pada beberapa RCT
tidak memiliki hasil yang dapat disimpulkan dan cenderung subjektif. Ada juga yang
melaporkan keuntungan dari menghindari posisi litotomi, sehingga akan didapatkan
pelvic outlet yang lebih luas. Russel (1969) melaporkan daerah pelvic outlet akan
lebih luas dengan posisi jongkok dibandingkan dengan supine. Sementara gupta dkk
(1991) melaporkan bahwa tidak ada perbedaan dimensi pelvic outlet dengan posisi
supine atau jongkok. Crowley (1991) melaporkan tidak ada keuntungan yang lebih
dari penggunaan kursi persalinan, dan hal ini malah meningkatkan kejadian
perdarahan. De Jong dkk (1997) menemukan bahwa tidak ada peningkatan frekuensi
perdarahan pada posisi duduk. Posisi berdiri/tegak juga tidak mempengaruhi hasil
obstetri pada persalinan kala 2, keuntungan yang didapatkan pada hal ini adalah
nyeri ibu yang lebih kurang dan kepuasan ibu terhadap pengalaman persalinan.
Babayer dkk (1998) melaporkan bahwa duduk atau jongkok yang terlalu lama pada
persalinan kala 2 dapat menyebabkan neuropati perineal.

d. Imersi air
Pendekatan ini ditujukan untuk mendapatkan relaksasi persalinan sehingga akan
menyebabkan persalinan yang lebih efisien dan lancar (Odent, 1983). Schorn dkk
(1993) melaporkan bahwa tekhnik ini tidak mempengaruhi dilatasi serviks, waktu
persalinan, rute kelahiran atau penggunaan analgesia. Robertson dkk (1998)
melaporkan bahwa tekhnik imersi air tidak diasosiasikan dengan korioamnionitis
ataupun endometriosis. Kwee dkk (2000) melaporkan tekhnik imersi air dapat
menurunkan tekanan darah ibu dan tidak mempengaruhi tekanan darah fetus.

2.2.5. Penatalaksanaan
Diperlukan pengawasan dalam persalinan lama oleh sebab apa pun. Penatalaksanaan
mencakup pengukuran tekanan darah tiap 4 jam, pencatatan denyut jantung janin tiap
setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II, pemberian infus larutan glukosa 5%
dan larutan NaCl isotonik secara intravena bergantian, pemberian antinyeri berupa petidin 50
mg. Selain pemeriksaan di atas juga perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah
persalinan sudah benar dimulai atau tidak dan apakah terdapat disproporsi sefalopelvik atau
tidak.

Penatalaksanaan terhadap hypotonic uterine contraction meliputi:


1. Pemeriksaan keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya kepala janin dalam
panggul dan keadaan panggul
2. Memperbaiki keadaan umum ibu
3. Pengosongan kandung kencing serta rectum
4. Pemberian oksitosin, 5 satuan IU dalam laturan glukosa 5% diberikan infus intravena
dengan kecepatan 12 tetes per menit. Pemberian infus oksitosin memerlukan pengawasan
ketat. Infus dihentikan bila kontraksi uterus berlangsung lebih dari 60 detik atau kalau
denyut jantung janin melambat atau menjadi lebih cepat. Oksitosin jangan diberikan pada
grande multipara dan pernah mengalami seksio sesarea karena dapat menyebabkan
terjadinya ruptur uteri.

Penatalaksaan dalam hypertonic uterine contraction


Meliputi pengobatan secara simptomatis. Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi
pengurangan tonus otot dan ketakutan penderita.

1.3 Induksi dan Akselerasi persalinan


2.3.1. Definisi
Induksi persalinan (induction of labour) adalah merangsang uterus untuk memulai terjadinya
persalinan. Akselerasi persalinan (augmented of labour) adalah meningkatkan frekuensi,
lama, dan kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan. dapat dengan cara medikamentosa dan
mekanika.

2.3.2. Tujuan
Tujuan tindakan tersebut adalah mencapai his 3x dalam 10 menit, lamanya 40 detik
1.3.3. Induksi dan Akselerasi persalinan
Pematangan serviks medikamentosa
Uterotonik (oxytocic) merupakan obat-obatan yang mengandung ergonovine,
ergometrine atau oxytocin. Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus.
Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta
penanganan perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus
dan penanganan aktif pada Kala persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu
upaya untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan atau setelah lahirnya plasenta. Namun,
pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan sebelum bayi lahir. Keuntungan pemberian
uterotonika ini adalah untuk mengurangi perdarahan kala III dan mempercepat lahirnya
plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat diberikan pada setiap persalinan atau bila
ada indikasi tertentu. Indikasi yang dimaksud adalah hal-hal yang dicurigai akan
menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu:
Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu
2. Grande multipara (lebih dari empat anak).
3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4. Bekas operasi Caesar.
5. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.

Bila terjadi riwayat persalinan kurang baik, ibu seyogyanya melahirkan dirumah sakit
Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inersia uteri primer dan sekunder.

Obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan adalah Oksitosin dan Ergometrin. Caranya,
disuntikkan intra muskuler atau intravena (bila diinginkan kerja cepat), setelah anak lahir.
Uterotonika yang efektif yaitu:
Oksitosin dan derivatnya
Alkaloid ergot dan derivatnya
Prostaglandin semisintetik
Respon terhadap uterus bertingkat mulai kontraksi uterus , ritmis sampai tetani

Anatomi Fisiologi Uterus


Uterus disarafi oleh: saraf kolinergik dari saraf pelvik dan saraf adrenegik dari
ganglion hipogastrik
Respon uterus berbeda tergantung: spesies, pubertas (makin dewasa makin nyata),
hamil (makin aterm makin nyata)
Mineral yang berpengaruh adalah: Na dan Ca

OKSITOSIN DAN EKSTRAK HIPOFISIS POSTERIOR

Oksitosin merangsang otot polos uterus dan mammae selektif dan cukup kuat
Stimulus sensoris pada serviks, vagina dan payudara merangsang hipofisis
posterior melepaskan oksitosin
Sensitivitas uterus meningkat dng pertambahan usia kehamilan

Farmakologi Oksitosin
Efek pada Uterus:
Merangsang frekuensi dan kontraksi uterus
Efek pada uterus menurun jika estrogen menurun
Uterus imatur kurang peka thd oksitosin
Infus oksitoksin perlu diamati menghindari tetani respon uterus meningkat 8 x
lipat pada usia kehamilan 39 minggu

Efek pada mamae:


Menyebabkan kontraksi otot polos mioepitel susu mengalir (ejeksi susu)
Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, serta mengurangi
pembengkakan payudara pasca persalinan
Efek Kardiovaskuler:
Relaksasi otot polos pembuluh darah (dosis besar)
Penurunan tekanan sistolik, warna kulit merah, aliran darah ke ekstremitas menurun,
takikardi dan curah jantung menurun
Farmakokinetik Oksitosin
Hasil baik pada pemakaian parenteral
Cepat diabsorbsi oleh mukosa mulut Efektif untuk pemberian tablet isap
Selama hamil ada peningkatkan enzim Oksitosinase atau sistil aminopeptidase
berfungsi mengaktifkan oksitoksin enzim tersebut berkurang setelah melahirkan,
diduga dibuat oleh plasenta

Mekanisme / cara kerja


Oksitosin memainkan peranan yang sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI.
Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk menyebabkan :
1. Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada
otot polos maupun lewat peningkatan produkdsi prostaglandin
2. Konstriksi pembuluh darah umbilicus
3. Kontraksi sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI ) .

Oksitosin bekerja pada reseptor hormone antidiuretik ( ADH )* untuk menyebabkan :


a. Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah 9 diastolik karena
terjadinya vasodilatasi
b. Retensin air

Kerja oksitosin yang lain meliputi :


Kontraksi tuba falopi untuk membantu pengangkutan sperma,; luteolitis (involusi korpus
luteum ).
Peranan neurotransmitter yang lain dalam system saraf pusat.
Oksitosin disintesis dalam hipotalamus, kelenjar gonad, plasenta dan uterus. Muylai dari
usia kehamilan 32 minggu danselanjutnya, konsentrasi oksitosin dan demikian pula
aktifitas uterus akan lebih tinggi pada malam harinya

Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh :


Persalinan
Stimulasi serviks vagina atau parudara
Estrogen yang beredar dalam darah
Peningkatan osmolalitas / konsentrasi plasma
Volume carian yang rendah dalam sirkulasi darah
Stres dalam persalinan dapat memacu partus presipitatus yang dikenal dengan istilah
refleks ejeksi fetus. Stress yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi
produksi ASI.

Pelepasan oksitosin disupresi oleh :


1. Alcohol
2. Relaksin
3. Penurunan osmolalitas plasma
4. Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah ( Graves, 1996 )

Sediaan Oksitosin
Injeksi Oksitosin (Pitosin) 10 unit USP/ml IM atau IV
Semua sediaan sintetis, yang alam mahal
Semprot hidung: 40 unit USP/ml
Tablet sublingual: 200 unit USP

Farmakodinamik:
IM: mula 3 5 menit, P: TD, L: 2 3 jam
IV: M: segera, P: TD, L: 1 jam
Inhal: M: menit, P: TD, L: 20 menit
Efek terapeutik: induksi persalianan, mengeluarkan ASI
Reaksi merugikan: kejang, intoksikasi air, perdarahan intrakranial, disritmia, asfiksia,
janin: ikterus, hipoksia
Interaksi: vasopresor, anestetik siklopropan

Metode pemberian oksitosin


Infus oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrose 5% (atau garam fisiologik) mulai
dengan 12 tetes per menit
Naikkan kecepatan infuse perlahan hingga 50 tetes sampai kontraksi adekuat (3x tiap
10 menit dengan lama lebih dari 40 detik) dan pertahankan sampai terjadi kelahiran
Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi lebih dari 60 detik) atau lebih dari 4 kali
kontraksi dalam 10 menit, hentikan infuse dan kurangi hiperstimulasi dengan: (1)
Terbutalin 250 mcg IV pelan pelan selama 5 menit, atau (2) Salbutamol 5 mg dalam
500 ml cairan (gram fisiologis atau Ringer laktat) 10 tetes/menit
Jika tidak tercapai kontraksi yang adekuat (3 kali tiap 10 menit dengan lama lebih
dari 40 detik) maka tidak banyak gunanya memberikan oksitosin dalam dosis yang
lebih tinggi.
Ciri oksitosin ialah bahwa hasil pemberiannya tampak dalam waktu singkat.oleh
karena itu, Kalau tidak terdapat kemajuan, pemberiannya dihentikan supaya penderita
dapat beristirahat . kemudian dicoba lagi untuk berapa jam. Kalau masih tidak ada
kemajuan lebih baik dilakukan seksio cesaria.
Jika masih tidak tercapai kontraksi yang adekuat dengan konsentrasi yang lebih
tinggi:
1. Pada multigravida, induksi dianggap gagal, lakukan seksio sesarea
2. Pada Primigravida, infuse oksitosin bisa dinaikkan konsentrasinya yaitu: 10 unit
dalam 500 ml dekstrose (atau garam fisiologik) 30 tetes per menit. Kemudian
naikkan 10 tetes tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat. Jika kontraksi tetap
tidak adekuat setelah 60 tetes per menit (60 mIU per menit, lakukan seksio
sesarea)
Oksitosin yang diberikan secara intramuskular dapat menyebabkan incoordinated
uterine action. Tapi ada kalanya dipakai terutama dalam kala II, hanya diperlukan
sedikit penambah kekuatan his supaya persalinan dapat diselesaikan. Untuk hal ini
seringkali 0,5 satuan oksitosin IM sudah cukup untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Efek samping:
Spasme uterus ( pada dosis rendah )
Hiperstimulasi uterus 9 membahayan janin : kerusakan jaringan lunak /rupture uterus
Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar )
Mual,muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
Kontraksi pembuluh darah tali pusat
Kerja antidiuretik
Reaksi hipersensitifitas

Kontraindikasi:
Kontraksi uterus hipertonik
Distress janin / Gawat janin
Prematurisasi
Letak bayi tidak normal
Disporposi sepalo pelvis / Predisposisi lain untuk pecahnya rahim
Obstruksi mekanik pada jalan lahir
Preeklamsi atau penyakit kardiovaskuler dan terjadi pada ibu hamil yang berusia 35
tahun
Resistensi dan inersia uterus
Uterus yang starvasi

Contoh obat
Tablet oksitosina Pitosin tablet

PROSES KEPERAWATAN OKSITOSIN


Pengkajian
Kaji data dasar sebelum infus: nadi, TD, aktivitas uterus, DJJ
Ergonovin dan metilergonovin dapat menyebabkan vasokontriksi hipertensi
Resiko trombosis jika berbaring setelah post partum

Intervensi
Sediakan magnesium sulfat mengantisipasi hipertonisitas, juga O2
Awasi tanda ruptur uteri (sangat jarang) yang berupa tambahnya rasa nyeri mendadak,
kontraksi hilang, DJJ hilang, perdarahan, syok hipovolemik yang sangat cepat

Penyuluhan
Obat diberikan per infus (drip) untuk menyesuaikan dosis
Akan merasakan kram perut, juga efek analgesik
Jangan merokok meningkatkan vasokonstriksi
Menurunkan prolaktin menghambat laktasi (ergonovin, metilergonovin)

PROSTAGLANDIN

Ditemukan dalam ovarium, miometrium, darah mens


Post coitus juga ditemukan prostaglandin di vagina
Jenis prostaglandin adalah: PGE dan PGF
PGF merangsang uterus hamil dan tidak hamil
PGE merelaksasi uterus tidak hamil, dan merangsang kontraksi uterus hamil
Prostaglandine E2
Dinoprostone lokal dalam bentuk jelly ( Prepidil ) yang diberikan dengan aplikator khusus
intraservikal dengan dosis 0.5 mg.
Dinoproston vaginal suppositoria 10 mg (Cervidil).
Pemberian prostaglandine harus dilakukan di kamar bersalin.
Pemberian oksitosin drip paling cepat diberikan dalam waktu 6 12 jam pasca pemberian
prostaglandine E2.
Efek samping: Tachysystole uterine pada 1 5% kasus yang mendapat prostaglandine
suppositoria.
Prostaglandine E1
Misoprostol (Cytotec) dengan sediaan 100 dan 200 g.
Pemberian secara intravagina dengan dosis 25 g pada fornix posterior dan dapat diulang
pemberiannya setelah 6 jam bila kontraksi uterus masih belum terdapat.
Bila dengan dosis 2 x 25 g masih belum terdapat kontraksi uterus, berikan ulang dengan
dosis 50 g. Pemberian Misoprostol maksimum pada setiap pemberian dan dosis maksimum
adalah 4 x 50 g ( 200 g ).
Dosis 50 g sering menyebabkan :
Tachysystole uterin
Mekonium dalam air ketuban
Aspirasi Mekonium
Pemberian per oral: Pemberian 100 g misoprostol peroral setara dengan pemberian 25 g
per vaginam

Sediaan Prostaglandin
Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml
Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg
Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)
Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV

Indikasi Prostaglandin
Induksi partus aterm
Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
Induksi abortus terapeutik
Uji oksitosin
Menghilangkan pembengkakan mamae

Misoprostol adalah suatu analog prostaglandin Elsintetik yang menghambat sekresi asam
lambung dan nmenaikkan proteksi mukosa lambung.

Indikasi:
Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya pada kasus kasus
tertentu misalnya : (1) Preeklampsia berat / eklampsia dan serviks belum matang
sedangkan seksio sesarea belum dapat segera dilakukan atau bayi terlalu premature
untuk bisa hidup, (2) Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum in partu,
dan terdapat tanda tanda ganguan pembekuan darah

Metode pemberian:
Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks posterior vagina dan jika his tidak
timbul dapat diulangi setelah 6 jam
Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian 25 mcg, naikkan dosis menjadi 50 mcg
tiap 6 jam
Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai, dan jangan lebih dari 4 dosis atau 200 mcg
Misoprostol mempunyai resiko meningkatkan kejadian rupture uteri. Oleh karena itu,
hanya dikerjakan di pelayanan kesehatan yang lengkap
Jangan memberikan oksitosin dalam 8 jam sesudah pemberian misoprostol
Peroral untuk proteksi GI selama terapi AINS : 200 gqid. Diberiksan bersama
makanan, jika dosis ini tidak ditolerir : 100g qid dapat digunakan. Bentuk sediaan :
tablet 100,200g. Misoprostol juga tersedia dalam kombinasi dengan diklofenak.

Mekanisme/ cara kerja


Setelah penggunaan oral misprostol diabsobrsi secara ekstensif dan cepat dide-
esterifikasi menjadi obat aktif : asam misoprostol.Kadar puncak serum asam
misoprostol direduksi jika misoprostol diminum bersama makanan.

Efek samping
Dapat menyebabkan kontraksi uterin
Diare dilaporkan terjadi dalam 2 minggu pada terapi inisiasi dalam 14-40 % pasien
dengan AINS yang menerima 800g / hari. Diare biasanya akan membaik dalam
kurang lebih satu minggu terapi. Wanita-wanita yang menggunaklan misoprostol
kadang-kadang mengalami gangguan ginekologi termasuk kram atau perdarahan
vaginal.

Kontra indikasi
Untuk proteksi GI, misoprostol dikontraindikasikan pada kehamilan karena resiko
aborsi. Pasien-pasien harus diberi tahu untuk tidak memberikan misoprostol kepada
orang lain. Pasien pasien yang menerima terapiu jangka lama AINSS untuk reumotoid
arthritis, misoprostol 200g qid lebih baik daripada antagonis reseptor H2 atau
sukralfat dalam mencegah gastric ulcer yang induksinya oleh AINS. Walaupun
demikian misoprostol tidak menghilangkan nyeri G1 atau rasa tidak enak yang
dihubungkan dengan pengunaan AINS.

Contoh obat
Hemabate (carboprost atau 15 metil PGF2 alpha)
Cytotec (misoprostol): Agen ini adalah prostaglandin E1 sintetis analog Tablet :
Gastrul isi : misoprostol 200 mcg / tablet.

ALKALOID ERGOT
Sumber: jamur gandum Clavicus purpurea
Ergot mengandung: alkaloid ergot dan zat lain ( karbohidrat, gliserida, steroid, asam
amino, amin, basa amonium kuaterner)
Keracunan ergot dapat menyebabkan abortus
Batas kontaminasi gandum oleh ergot adalah: < 0,3%
Alkaloid pertama yang ditemukan adalah: ergotoksin merupakan campuran:
ergokristin, ergokornin, alfa ergokriptin dan beta ergokriptin
Ergotamin senyawa paling kuat

Farmakokinetik Ergot
Ergotamin diabsorbsi lambat dan tidak sempurna di saluran cerna
Kadar puncak plasma dicapai setelah 2 jam
Pemberian kofein akan meningkatkan kadar puncak plasma 2 kali lipat
Dosis ergotamin IM 1/10 dosis oral absorbsi di tempat suntikan lambat reaksi
perlu waktu 20 menit
Dosis ergotamin IV dosis IM efek perangsangan uterus setelah 5 menit
Ekskresi ergotamin melalui: empedu sedikit yang melalui urine
Pada pemberian oral bromokriptin diabsorbsi lebih baik drpd ergotamin, dan
dieliminasi lebih lambat

Macam Alkaloid ergot:


Ergotamin (alkaloid asam amino)
Dihidroergotamin (dehidro alkaloid asam amino)
Ergonovin (alkaloid amin)

Efek pada uterus:


Semua alkaloid ergot meningkatkan kontraksi uterus secara nyata
Dosis kecil menyebabkan kontraksi, dosis besar menyebabkan tetani
Kepekaan uterus tergantung maturitas dan kehamilan
Sediaaan ergot paling kuat: ergonovin

Efek Kardiovaskuler:
Menyebabkan vasokontriksi perifer
Pembendungan dan trombosis pada gangren dapat terjadi akibat vasokontriksi
Efek paling kuat: ergotamin, sedang (dihidroergotamin), tidak berefek
(dihidroergotoksin)

Efek alkaloid ergot


Efek Samping Ergot

Toksik keracunan akut dan kronik


Paling toksik ergotamin
Gx keracunan: mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah dan cepat, bingung
dan tidak sadar
Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis tunggal 0,5-1,5
mg parenteral
Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah, paha, lengan
dan tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah, gangren, angina pectoris,
bradikardi, penurunan atau kenaikan tekanan darah
Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas

Indikasi Ergot
Uterotonika dan pengobatan Migren
Migren etiologinya multifaktor (emosi, stress fisik, diet, hormonal)
Pemberian analgesik perlu dicoba dulu sebelum ergotamin (toksik)
Ergotamin menghilangkan 95% migren dan 15% sakit kepala lainya
Dosis: 0,25-0,5 mg SK atau IM

Kontraindikasi Ergot
Dapat menyebabkan gangren tidak boleh diberikan pada penderita:
Sepsis
Penyakit pembuluh darah (arterosklerosis)
Penyakit pembuluh darah koroner
Tromboflebitis
Penyakit hati dan ginjal

Sediaan Ergot
Ergotamin tatrat:
Tablet oral 1 mg
Tablet sublingual 2 mg
Injeksi 0,5 mg/ml ampul 1ml

Ergonovin maleat:
Tablet oral 0,2 mg
Injeksi 0,2 mg/ml

Metilergonovin maleat (Methergin)


Tablet oral 0,2 mg
Injeksi 0,2 mg/ml
Metisergid maleat
Tablet oral 2 mg

Ergotarmin tartrat
Supositoria 1-2mg dengan kofein 100mg

Contoh obat
Nama generic : metal ergometrin, metal ergometrina, hydrogen maleat
Nama paten : methergin, met6hernial, methorin, metilat, myomergin.

Metode pematangan serviks mekanika


1. Amniotomi
2. Pemasangan kateter transervikal
3. Dilatator servik higroskopik ( batang laminaria )
4. stripping of the membrane

1. Amniotomi
Indikasi:
Induksi atau augmentasi
Dari hasil pemeriksaan monitoring denyut jantung janin, diambil tindakan yang dapat
mencegah terjadinya janin jeopardy
Dari pemeriksaan kontraksi intrauterus, ketika dalam proses persalinan kontraksi tidak
memenuhi syarat
Elektif amniotomi dapat dilakukan untuk mendeteksi mekonium

Pemantauan selama tindakan:


Periksa denyut jantung janin
Lakukan pemeriksaan serviks dan catat konsistensi , posisi, penipisan, dan bukaan
serviks dengan menggunakan sarung tangan DTT

Tekhnik tindakan
Masukkan kokher yang dipegang tangan kiri dengan bimbingan telunjuk dan jari
tengah tangan kanan hingga menyentuh selaput ketuban
Gerakkan kedua ujung jari tangan dalam untuk menorehkan gigi kokher hingga
merobek selaput ketuban
Cairan ketuban akan mengalir perlahan. Catat warnanya, kejernihan, pewarnaan,
mekonium,jumlahya. Jika ada pewarnaan mekoneum, suspek gawat janin
Pertahankan jari tangan dalam vagina agar cairan ketuban mengalir perlahan dan
ykin tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat yang menumbung
Setelah amniotomi, periksa DJJ pada saat kontraksi dan sesudah kontraksi uterus.
Apabila ada kelainan DJJ (kurang dari 100 atau lebih dari 180 DJJ/menit) suspek
gawat janin
Jika kelahiran diperkirakan tidak terjadi dalam 18 jam, berikan antibiotka
pencegahan: PenisilinG 2 juta unit IV atau ampisilin 2g IV (ulangi tiap 6 jam sapai
kelahiran). Jika pasien tidak ada tanda tanda infeksi sesudah kelahiran, antibiotik
dihentikan
Jika proses persalinan yang baik tidak terjadi dalam 1 jam setelah amniotomi,
mulailah dengan infuse oksitosin
Pada persalinan dengan masalah misalnya sepsis atau eklampsia,infus oksitosin
dilakukan bersamaan dengan amniotomi

1. Kateter Foley

Indikasi:
Kateter foley merupakan alternative lain di samping pemberian prostaglandin untuk
mematangkan serviks dan induksi persalinan
Jangan lakukan kateter Foley jika ada riwayat perdarahan, infeksi vaginal, ketuban
pecah, pertumbuhan janin terhambat
Metode tindakan
Pasang speculum DTT di vagina
Masukkan kateter Foley pelan pelan melalui serviks dengan menggunakan forsps
DTT. Pastikan ujung kateter telah melewati ostium uteri internum
Gelumbungkan balon kateter dengan menggunakan 10 ml air
Gulung sisa kateter dan letakkan di vagina
Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau sampai 12 jam
Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan kateter, kemudian lanjutkan dengan
infuse oksitosin

2. Laminaria
Dengan menggunakan laminaria dapat tercapai pematangan cerviks. Dapat dipasang
saat malam hari sebelum dilakukan kelahiran pada keesokan harinya
3. Stripping Membranes

Metode tindakan:
Memasukkan tangan telunjuk ke dalam ostium sedalam mungkin dan kemudian
memutari ostium 360 derajat hingga 2 x putaran.

Komplikasi:
Dapat berpotensi menimbulkan infeksi, perdarahan dari plasenta previa yang tidak
terdiagnosa sebelumnya atau plasenta letak rendah, dan resiko rupture membrane

Anda mungkin juga menyukai