Anda di halaman 1dari 20

Page |1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas Makalah mengenai
Asuhan Keperawatan dengan Kehamilan Ektopik .
kehamilan ektopik merupakan kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi
dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Terjadinya
kehamilan ektopik pada wanita kemungkinan karena adanya pencetus seperti penyakit
radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya,
infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah kami ini boleh selesai sesuai dengngan waktu yang ditetapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja khususnya bagi kami sebagai
seorang pelajar dan semua yang membaca Makalah ini, dan mudah-mudahan dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam menulis Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan Makalah kami ini.
Terimakasih.

Polewali Mandar, 21 April 2014

Penyusun
Page |2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
B. TUJUAN...............................................................................................................................1
BAB II KONSEP DASAR
A. DEFENISI KEHAMILAN EKTOPIK..............................................................................2
B. ETIOLOGI...........................................................................................................................3
C. KLASIFIKASI.....................................................................................................................4
D. PATOFISIOLOGI...............................................................................................................4
E. MANIFESTASI KLINIS....................................................................................................5
F. TANDA DAN GEJALA......................................................................................................6
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG........................................................................................7
H. PENATALAKSANAAN.....................................................................................................7
I. KOMPLIKASI.....................................................................................................................9
J. PENCEGAHAN...................................................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN...................................................................................................................10
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................................................................12
C. INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................................................13
D. IMPLEMENTASI.............................................................................................................16
E. EVALUASI.........................................................................................................................16
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN..................................................................................................................17
B. SARAN...............................................................................................................................17
Page |3

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus
atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik
Terganggu
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula
dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-
keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul,
pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam
rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas,
kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi.
Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan
berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian.
Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak
mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama
pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada
kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan
angka kejadiannya semakin berlipat ganda.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari kehamilan ektropik terganggu.
2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya kehamilan etropik terganggu
3. Untuk mengetahui kalangan usia yang rentan terhadap terjadinya kehamilan ektropik.
Page |4

BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi kehamilan ektopik


Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani,
topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada di luar tempat yang
semestinya. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik
terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba
falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian
besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga
perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada
uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus.
Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik
(lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang
normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya
dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat
yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter
rahim (Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD).
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan
ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam
endometrium kavum uteri.
Page |5

B. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa
faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam
kavum uteri, antara lain:
Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan
mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong
buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan
implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau
endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk
memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada
adneksia
Penggunaan IUD

2. Faktor Fungsional
Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang
abnormal
Refluks menstruasi
Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron
Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
Page |6

C. Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:
1. Tuba Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.

D. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi tersering,
ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan
ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara
intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot,
endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di
reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang
disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai
lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Page |7

Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di pengaruhi oleh


beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya
perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi
akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti
tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi desidua,
meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik,
intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut
sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak
ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
Abortus kedalam lumen tuba
Ruptur dinding tuba.

E. Manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya
ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per
vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan
amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa
vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan
dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal
cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat
inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau
massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan
appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan
vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada
perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut
bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Page |8

Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan
intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok.
Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian
pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.

F. Tanda dan gejala


1. Tanda :
Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
Menstruasi abnormal.
Abdomen dan pelvis yang lunak.
Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan,
atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium
uterus.
Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
Kolaps dan kelelahan
pucat
Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
Gangguan kencing

2. Gejala:
Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik.
Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan
dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit,
perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus
biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi
pada 75% kasus
Page |9

Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas
perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak
menyadari bahwa mereka hamil

G. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Kadar HCG menurun
3. Laparaskopi
4. HB
5. Leukosit
6. Kuldossintesis

H. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan
demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
1. Kondisi ibu pada saat itu.
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektropik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu buruk,
misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan
ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan
kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.
P a g e | 10

Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan
melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan
adalah methotrexate (obat anti kanker).

2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-
obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau
insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
3. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar -hCG
rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung gestasi dengan
harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi
methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan
2. Keadaan umum baik (hemodynamically stabil)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
1. Masa tuba
2. Usia kehamilan
3. Janin mati
4. Kadar -hCG
P a g e | 11

Kontraindikasi pemberian Methrotexate :


1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap
minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan second look operation.

I. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis,
diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis
secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung
lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan
kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi,
kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu
ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

J. Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan
seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan
ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit
menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang
panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik.
P a g e | 12

BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK

A. Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid
Gejala dan tanda kehamilan muda
Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
Terdapat aminore
Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama
abdomen bagian kanan / kiri bawah
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul
dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a. Mulut : bibir pucat
b. Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c. Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
d. Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e. Ekstremitas : dingin
Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri
tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +
P a g e | 13

3. Pemeriksaan fisik umum:


Pasien tampak anemis dan sakit
Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
Daerah ujung (ekstremitas) dingin
Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-tanda
abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding
abdomen.
Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat
perabaan.
4. Pemeriksaan khusus:
Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
Kavum douglas menonjol dan nyeri
Mungkin tersa tumor di samping uterus
Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan
dan kiri
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan
untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
a. Laboratorium
Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite
15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.
Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan -hCG positif.
Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2 kali lipat setiap
dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial
hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG
P a g e | 14

yang normal. Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah
seperti kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi
dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi
kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat
lain.
USG :
o Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
o Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
o Adanya massa komplek di rongga panggul
Laparoskopi
peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti oleh USG

Laparotomi
Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan
gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).
Kuldosintesis
Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk menentukan ada
atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak perlu dikerjakan
bila diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan
cara pemeriksaan lain.

Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
P a g e | 15

4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak


mengenal sumber-sumber informasi.

C. Intervensi keperawatan
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang di
buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat,
serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
No Rencana Inervensi Rasional
1 Lakukan pendekatan kepada pasien Pasien dan keluarga lebih kooperatif
dan keluarga.
2 Memberikan penjelasan mengenai pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan
kondisi pasien saat ini lebih kooperatif terhadap tindakan.
3 Observasi TTV dan observasi tanda parameter deteksi dini adanya
akut abdoment. komplikasiyang terjadi.
4 Pantau input dan output cairan Untuk mengetahui kesaimbangan cairan
dalam tubuh
5 Pemeriksa kadar Hb mengetahui kadar Hb klien sehubungan
dengan perdarahan.
6 Lakukan kolaborasi dengan tim medis melaksanakan fungsi independent.
untuk penanganan lebih lanjut.

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di


perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: Tanda-tanda vital
stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik, haluaran urine
adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti biasa.
No Tindakan intervensi rasional
1 Awasi tanda vital, kaji pengisian Memberikan informasi tentang
kapiler, warna kulit/membrane derajat/adekuat perfusi jaringan dan
mukosa, dasar kuku. membantu menentukan kebutuhan intervensi.
P a g e | 16

2 Catat keluhan rasa dingin, Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer.


pertahankan suhu lingkungan dan Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat
tubuh hangat sesuai indikasi. harus seimbang dengan kebutuhan untuk
menghindari panas berlebihan.
3 Kolaborasi dengan tim medis yang Mengidentifikasi defisiensi dan kebuutuhan
lain, awasi pemeriksaan lab: pengobatan atau terhadap terapi.
misalnya: HB/HT

3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.


Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam
batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.
No Rencana Intervensi Rasional
Mandiri:
1 Tentukan sifat, lokasi dan durasi Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan
nyeri. Kaji kontraksi uterus tindakan yang akan dilakukan. Ketidak
hemoragi ataunyeri tekan nyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan
abdomen. dan molahidatiosa karena kontraksi uterus yang
mungkin diperberat oleh infuse oksitosin.
Rupture kehamilan ektropik mengakibatkan
nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat
tuba falopi rupture ke dalam abdomen.
2 Kaji steres psikologi Ansietas terhadap situasi darurat dapat
ibu/pasangan dan respons memperberat ketidak nyamanan karena
emosional terhadap kejadian. syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
3 Berikan lingkungan yang tenang Dapat membantu dalam menurunkan tingkat
dan aktivitas untuk menurunkan asietas dan karenanya mereduksi
rasa nyeri. Instruksikan klien ketidaknyamanan.
untuk menggunakan metode
relaksasi, misalnya: napas dalam,
visualisasi distraksi, dan jelaskan
prosedur.
Kolaborasi:
P a g e | 17

4 Berikannarkotik atau sedative Meningkatkan kenyamanan, menurunkan


berikut obat-obat praoperatif bila komplikasi pembedahan
prosedur pembedahan
diindikasikan.
5 Siapkan untuk prosedur bedah Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan
bila terdapat indikasi menghilangkan nyeri.

4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak


mengenal sumber-sumber informasi.
Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah sederhana,
mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
No Rencana Intervensi Rasional
1 Menjelaskan tindakan dan rasional Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan
yang ditentukan untuk kondisi konsep pikiran ibu mengenai prosedur yang
hemoragia. akan dilakukan, dan menurunkan sters yang
berhubungan dengan prosedur yang diberikan.
2 Berikan kesempatan bagi ibu Memberikan klisifikasi dari konsep yang salah,
untuk mengaji\ukan pertanyaan identifikasi masala-masalah dan kesempatan
dan mengungkapkan kesalah untuk memulai mengembangkan ketrampilan
konsep penyesuaian (koping)
3 Diskusikan kemungkinan Memberikan informasi tentang kemungkinan
implikasi jangka ependek pada komplikasi dan meningkatkan harapan realita
ibu/janin dari kedaan pendarahan. dan kerja sama dengan aturan tindakan.
4 Tinjau ulang implikasi jangka Ibu dengan kehamilan ektropik dapat
panjang terhadap situasi yang memahami kesulitan mempertahankan setelah
memerlukan evaluasi dan tindakan pengangkatan tuba/ovarium yang sakit.
tambahan.
P a g e | 18

D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat,
dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.

E. Evaluasi keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.
P a g e | 19

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Kehamilan Ektopik Terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang
mengalami abortus ruptur pada dinding tuba.
2. Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya
menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik
terganggu, yaitu:
o Faktor mekanis
o Faktor fungsional
o Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
o Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
1. Kalangan usia yang rentan terhadap Kehamilan Ektopik Terganggu adalah
antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.

B. Saran
Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini akibat
keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis menyarankan agar
kegiatan seperti ini agar kiranya dapat slalu dilakukan untuk menambah ilmu dan
pengetahuan serta sebagai bahan aplikasi jika kelak mengambil profesi dan terjun
dimasyarakat luas.
P a g e | 20

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu
Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media Aesculapius
FKUI
http://www.google.com/Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Periode 1 Januari 2003-31 Desember 2005
http://www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandungan/page:1-4
Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : FK UNPAD
Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP-SP
http://www.pusmaikas.blogspot.com
www.google.com

Anda mungkin juga menyukai