Anda di halaman 1dari 5

Tawaf ( / thawaf) adalah suatu ritual

mengelilingi Ka'bah (bangunan suci di Mekkah) sebanyak


tujuh kali sebagai bagian pelaksanaan
ibadah haji atau umrah.

Tawaf ada 4 macam, yaitu :


1. Thawaf Qudum,
2. Thawaf Ifadhah
3. Thawaf Sunnah
4. Thawaf Nadzar
5. Thawaf Wada'

Thawaf artinya:
Mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali di mana posisi Kabah berada di
sebelah kiri jamaah. Diawali dan diakhiri sejajar dan searah dengan Hajar
Aswad. Karena posisi Kabah berada di sebelah kiri jamaah, berarti orang
yang thawaf berputar (mengelilingi) Kabah pada posisi berlawanan arah
jarum jam.

1. Thawaf Qudum ialah: thawaf selamat datang, yang dikerjakan ketika


baru datang di kota Mekah bilamana tidak dikerjakan hajinya tetap sah,
karana hukumnya sunnah.

Tawaf Qudum disebut juga tawaf Dukhul yaitu tawaf


Pembukaan atau tawaf Selamat Datang. Tawaf ini
dilakukan pada waktu jamaah baru tiba di Mekah. Setiap
kali masuk Masjidil Haram, Nabi Muhammad Saw. lebih
dulu melakukan tawaf sebagai ganti shalat Tahiyyatul
masjid. Maka, tawaf ini pun disebut juga tawaf Masjidil
Haram
2. Tawaf Ifadhah ialah: tawaf yang termasuk rukun haji, bilamana tidak
dikerjakan maka hajinya tidak sah karana hukumnya wajib.

Tawaf Ifadah adalah salah satu dari beberapa rukun haji,


yang harus dilaksanakan sendiri. Jika tidak melaksanakan
tawaf ini, maka hajinya batal. Tawaf ini disebut juga tawaf
Ziarah atau tawaf Rukun.

Para ulama sepakat bahwa tawaf Ifadah merupakan rukun


haji yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang
melakukan ibadah haji. Berikut ini pendapat para Imam
tentang waktu tawaf Ifadah :

Hanafiyah, Waktu tawaf Ifadah dimulai dari fajar hari


Nahr (10 Dzulhijjah) sampai akhir bulan sesudah
seseorang melakukan wukuf di Arafah.
Malikiyah, Waktu tawaf Ifadah dimulai dari fajar hari
Nahr (10 Dzulhijjah) sampai akhir bulan Dzulhijjah,
sehingga apabila ada jamaah haji meninggalkan
(mengakhiri) dari waktu tersebut maka terkena dam.
Syafiiyah, Waktu Tawaf Ifadah dimulai sejak setelah
pertengahan kedua malam hari Nafar (10 Dzulhijjah)
dan akan berakhir sampai jamaah
haji mengerjakannya (kapan saja) selama hidupnya.
Sedang waktu afdhal (utama) untuk mengerjakannya
ialah pada hari Nafar (10 Dzulhijjah)

3. Tawaf sunah ialah, tawaf yang bila dikerjakan mendapat pahala dan
bila tidak dikerjakan tidak berdosa.
Merupakan tawaf yang bisa dilakukan kapan saja. Kalau
dilakukan saat baru memasuki Masjidil Haram, tawaf ini
berfungsi sebagai pengganti shalat Tahiyatul Masjid. Tawaf
Sunnah inilah yang dimaksud dengan tawaf Tathawwu.
4. Thawaf Nadzar ialah, Thawaf yang dilakukan karena punya nadzar

5. Tawaf wada' ialah: sebagai tawaf pamitan, (tawaf selamat tinggal )


tawaf yang dikerjakan ketika akan meninggalkan kota Mekah, sedangkan
hukumnya wajib, jika tidak mengerjakan maka harus membayar Dam.
Wada artinya perpisahan. Tawaf Wada atau tawaf
Perpisahan adalah salah satu ibadah wajib untuk
dilaksanakan sebagai pernyataan perpisahan dan
penghormatan kepada Baitullah dan Masjidil Haram. Tawaf
ini cukup dikerjakan dengan berjalan biasa. Tawaf Wada
disebut juga tawaf Shadar (tawaf Kembali) karena setelah
itu jamaah akan meninggalkan Mekah untuk pulang ke
negara masing-masing. Pelaksanaan tawaf Wada sama
dengan tawaf yang lainnya. Akan tetapi, doa yang dibaca
berbeda untuk semua putaran.
Bagi jamaah yang belum melakukannya, belum boleh meninggalkan
Mekah,

Bila yang sudah mengerjakan maka tidak dibenarkan lagi tinggal di


Masjidil Haram.

Adapun tata cara Thawaf Wada' sbb:


a. Tawaf wada dilakukan sesaat sebelum meninggalkan makkah.
b. Sama seperti tawaf umroh, tawaf wadajuga dilakukan sebanyak
7 putaran, mulai dari hajar aswad dan berakhir dihajar aswad pula
c. Yang membedakan antara Tawaf wadadengan tawaf umroh adalah
niatnya.
d. Tawaf wada tidak menggunakan ihram. Tapi tetap harus dalam
keadaan wudlu.
e. Bacaan dalam tawaf wada sama dengan bacaan tawaf lainnya.
f. Setelah selesai tawaf, sangat dianjurkan untuk berdoa di depan
multazam. Pada intinya, doa yang diucapkan berisi antra lain, mohon
ampunan dari allah, bersyukur kepada allah bahwasanya kita sudah diberi
kesempatan mengunjungi rumahnya, memohon kepada allahagar
kunjungan kita ini bukan kunjungan yang terakhir dan kita mohon agar
diundang lagi oleh-nya. Kita juga dapat berdoa agar allah juga
mengundang keluarga, sahabat, kenalan kita yang lain. Akhirnya kita
mohon agar diberi keselamatan di perjalanan hingga sampai dirumah
lagi.
g. Selesai berdoa, langsung kita keluar dari mesjid haram dan jika dapat,
tidak usah lagi menoleh kebelakang.
h. Setelah tawaf wada, tidak boleh lagi melakukan aktifitas yang berat
seperti misalnya belanja lagi, atau tidur lagi di hotel atau bahkan masuk
lagi ke mesjid haram.
i. Bagi wanita yang sedang haid dan tidak/belum berhenti, karena tidak
bisa masuk mesjid, dianjurkan agar berdiri dihalaman mesjid dan
usahakan melihat kaabah dari luar, kemudian membacadoa. Untuk ini
mintalah diantar oleh pembimbing atau mutawif.

ata cara melaksanakan Tawaf :


1. Menutup aurat
2. Suci dari hadats
3. Dimulai dan berakhir pada garis coklat atau sejajar dengan
hajar aswad
4. Pada saat memulai tawaf putaran pertama mengangkat
tangan kearah Hajar Aswaddengan mengucapkan :
disunatkan menghadap kabah. Pada tawaf putaran ke dua dan
seterusnya cukup dengan menolehkan muka ke Hajar Aswad
dengan mengangkat tangan dan mengucapnya sambil
membaca:
5. Mengelilingi Kabah sebanyak 7 (tujuh) kali dengan posisi
Kabah selalu berada disebelahkiri dengan membaca doa tawaf.
6. Setiap sampai di rukun yamani usahakan mengusapnya atau
cukup mengangkat tangan(tanpa mencium) dan dilanjutkan
dengan membaca doa tawaf.
7. Setelah selesai tawaf bila keadaan memungkinkan hendaknya
:
a. munajat multazam, yaitu suatu tempat diantara Hajar Aswad
dan pintu Kabah.
b. Shalat sunnat tawaf di makam Ibrahim
c. Shalat sunnat mutlak di Hijir Ismail
d. Minum air Zam-zam.

DAFTAR PUSTAKA

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi ,1998. Pedoman Haji, Semarang :

PT. Pustaka Rizki Putra

Asy-Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazy, 1991. Fath-Hul Qarib, Surabaya :

Al-Hidayah.

Shihab, M. Quraish, 2000. Haji, Bandung : Mizan.

Abidin, Slamet, 1998. Fiqih Ibadah, Bandung : CV. Pustaka Setia.

SH, Andy lolo Tonang, H. 1989. Bimbingan Manasik Ziarah dan Perjalanan

Haji, Departemen Agama.

Anda mungkin juga menyukai