Anda di halaman 1dari 4

KISAH NABI IBRAHIM TAHAN DIBAKAR API

Nabi Ibrahim AS mendakwahi Raja Namrudz untuk beriman kepada Allah


SWT dan meninggalkan berhala-berhala sesembahannya. Nabi Ibrahim AS
membuktikan kesalahan mereka yang menyembah berhala tersebut dengan
menghancurkannya. "Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur
berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain;
agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya." (QS. Al-Anbiya: 58)
Setelah melihat tempat peribadatan mereka berantakan, dan berhala-berhala
hancur, maka Raja Namrudz memerintahkan kepada para prajutirnya untuk
menangkap pelaku perusakan tersebut. Akhirnya Nabi Ibrahim AS diajukan dalam
persidangan, "Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini
terhadap Tuhan-Tuhan kami, hai Ibrahim?" (QS. Al-Anbiya: 62). Nabi Ibrahim
tidak mengiakan atau menidakan atas pertanyaan tersebut. Beliau justru ingin
membangun kesadaran mereka, bahwa berhala yang mereka sembah itu, tidak
dapat berbuat apa-apa sehingga tidak layak untuk dipuja-puja. "Ibrahim
menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka
tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara." (QS.Al-Anbiya: 62)
Walaupun mereka kalah dalam perdebatan, namun karena hati telah tertutup
dari kebenaran, dan terbukti bahwa Nabi Ibrahim AS yang telah melakukan
pengrusakan terhadap tempat ibadah mereka, akhirnya Nabi Ibrahim AS. harus
menerima hukuman mati dengan cara dibakar hidup-hidup. "Mereka berkata:
"Bakarlah ia dan bantulah Tuhan-Tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak
bertindak." (QS. Al-Anbiya: 68). Dalam Kitab Tafsir al-Jalalain karya Jalaludin
al-Mahalli dan Al-Suyuti, dijelaskan bahwa mereka kemudian mengumpulkan
kayu-kayu yang banyak sekali, lalu membakarnya. Selanjutnya mereka mengikat
Nabi Ibrahim AS, dan meletakannya pada manjaniq atau alat pelontar yang besar.
Kemudian nabi Ibrahim dilontarkan ke dalam kobaran api yang menggunung
tersebut.
Raja Namrudz dan para pembesar istana lainnya, gembira ria, dan tertawa-
tawa, setelah melihat Nabi Ibrahim AS dilontar dengan manjaniq dan mendarat di
tengah kobaran api. Mereka mengira Nabi Ibrahim AS akan mati hangus terbakar.
Namun ternyata, api tidak membakarnya. Selain tali-tali yang mengikatnya, dan
lenyap panas api yang tinggal cahayanya saja, akhirnya Nabi Ibrahim selamat dari
kematian, karena api itu dingin.
Ada pun peneyebab utama Nabi Ibrahim selamat dari kobaran api yang
menyala-nyala tersebut adalah karena kuasa Allah SWT yang dapat berbuat
sekehendaknya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, "Sesungguhnya
perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
"Jadilah!" maka terjadilah ia." (QS. Yaasiin: 82). Sehingga sifat api yang Allah
ciptakan dengan memiliki panas dan membakar, dengan mudahnya berubah
menjadi sejuk dan meneyelamatkan. Seperti itu api yang dinyalakan Raja
Namrudz, ketika Allah perintahkan untuk dingin mendadak berubah menjadi
dingin. "Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah
bagi Ibrahim." (QS. Al-Anbiya: 68)
Selain itu, ketika Nabi Ibrahim AS mendengar bahwa dirinya akan dibakar,
beliau dengan keyakinan yang mantap bahwa Allah akan melindungi dan
menyelamatkannya. Dalam buku Kumpulan Do'a Mustajab, dikisahkan, pada saat
Nnabi Ibrahim AS dilemparkan dalam kobaran api, malaiakat Jibril datang
menawarkan jasanya, dan berkata "Apakah engkau memerlukan sesuatu
pertolongan dariku?" Nabi Ibrahim lantas menjawab, “Aku tidak memerlukan
apa-apa pertolongan darimu.. Aku hanya memerlukan pertolongan dari Allah.”
Syaikh Said bin Ali bin Wahf al-Qahthan, dalam buku Kumpulan Doa
Mustajab dan Dzikir Pilihan. menerangkan tentang keutamaan bacaan,
"hasbunallah wa ni'mal wakil (cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah
adalah sebaik-baik Pelindung)". Maka nabi Ibrahim berdoa kepada Allah SWT
dengan doa tersebut. Sebagaimana hadis nabi SAW dari ibnu Abas, yang artinya:
”Hasbunallah wa ni’mal wakiil, di ucapkan oleh Ibrahim ketika ia di lemparkan
ke dalam api, dan juga oleh Muhammad SAW sewaktu ia mendengar berita:
Orang-orang itu sungguh telah menghimpuh tentara buat memerangimu.” (HR .
Bukhari). Hingga keduanya selamat dari kebinasaan.
Penjelasan Ilmiah:
Kita ketahui bahwa “air” pada esensinya adalah musuh “api” dan air dapat
digunakan sebagai sebaik-baik media untuk memadamkan api. Namun air ini,
yang terdiri dari rangkapan dua unsur hydrogen (H2O) dan oksigen (O2), apabila
dengan bantuan katalisator, kita bagi menjadi dua unsur konstruktif (dan terpisah
satu dengan yang lain), yaitu salah satunya (hydrogen) maka unsur ini akan
menjadi bahan peledak apabila bersentuhan dengan api. Demikian juga, dengan
unsur lainnya (oksigen) yang akan menyebabkan nyala api semakin berkobar;
artinya dua unsur ini, tepatnya melakukan aktifitas persis kebalikan dari air yang
rangkapannya dapat memadamkan api. Hal ini secara ilmiah tidak bertentangan
dengan hukum kausalitas.
Setelah memperhatikan pada contoh yang telah disebutkan di atas, harus
diketahui bahwa dewasa ini, sains telah menetapkan bahwa aksi dan reaksi,
perubahan dan pergantian seperti ini bukanlah sesuatu yang mustahil dan sesuai
dengan prinsip yang telah diterima bahwa “materi dan energi sekali-kali tidak
akan musnah melainkan senantiasa berganti dan berubah (dari satu kondis ke
kondisi lainnya)” Karena itu, dapat dikatakan bahwa terdapat kemungkinan
adanya pergantian energi pada api menjadi materi dan hal ini bukan sesuatu hal
yang mustahil dalam pandangan sains, kendati pada kondisi natural, kemungkinan
bergantinya api secara cepat menjadi bunga dan tanaman, sangat pelik dan
mungkin mustahil dalam pandangan kasat mata manusia.
Dengan kata lain, hal ini dapat dikatakan sebagai kemustahilan normal
(muhal addi), namun perubahan dan pergantian ini bukanlah mustahil secara
ilmiah (muhal ‘ilmi). Boleh jadi di masa-masa mendatang manusia mampu
melakukannya dimana tentu saja pada waktu itu juga kemampuan manusia dalam
mengganti energi menjadi materi masih terbatas dan pada masa yang cukup lama,
mungkin mereka akan mampu mengubah energi menjadi hanya dalam beberapa
menit.
Namun Allah Swt dengan segala kekuasaan yang dimiliki-Nya, dengan
mudah mengganti energi yang memuat beban tinggi dan luas menjadi materi
dalam bentuk apa pun yang dikehendaki-Nya dalam tempo sekejapan mata.
Kekuasan Allah Swt didemonstrasikan pada peristiwa pembakaran Nabi Ibrahim
As. Api antek-antek Namruz dalam tempo yang singkat berubah menjadi taman
yang secara sepintas menciderai hukum kausalitas; karena api, sifatnya membakar
dan memiliki tipologi serta esensi panas.
Kalau kita melihat api tersebut berubah menjadi taman, maka tipologi
membakar tidak lagi dimiliki oleh api tersebut sehingga kita harus takjub dan
heran apabila seseorang tidak terbakar dalam kobaran api. Sebagaimana air yang
galibnya digunakan untuk memadamkan api karena jenis tipikal dari rangkapan
oksigen dan hydrogen pada air. Namun bilamana rangkapan ini mengalami
perubahan maka air tidak hanya tidak berfungsi untuk memadamkan api bahkan
sebaliknya akan semakin menambah kobaran nyala api. Hal seperti ini bukan
merupakan sesuatu yang mustahil dalam pandangan akal. Hanya saja kemampuan
manusia terbatas untuk mengerjakan hal tersebut dalam tempo yang cepat dan
singkat. Dan apabila hal tersebut dilakukan di depan mata manusia maka mereka
akan menamakan hal tersebut sebagai perbuatan adikodrati atau mukjizat.

Anda mungkin juga menyukai