Anda di halaman 1dari 130

ANALISIS PENGELOLAAN REVERSE LOGISTICS

DRUM BESI BEKAS DI CV. TRIJAYA SAKTI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM


MEMPEROLEH GELAR SARJANA MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

DIAJUKAN OLEH
RIZA VAIZATI NUZILA
NIM: 041311233036

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

ii
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat

serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini walau

dengan berbagai halangan yang harus dan berhasil dihadapi. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis berharap agar

selanjutnya penelitian ini dapat dikembangkan untuk memperdalam kajian ilmu

manajemen, khususnya manajemen operasi dan rantai pasok. Penulis

mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi perkembangan dan

kesempurnaan penelitian skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan rasa terima

kasih kepada seluruh pihak atas segala motivasi, bimbingan, dan segenap waktu

yang telah diberikan kepada penulis pada saat persiapan hingga penulisan skripsi

ini selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Terima kasih yang tak terhingga untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayah

Musdaeri dan Ibu Cholifah atas segala dukungan dan kasih sayang yang telah

kalian berikan. Semua yang penulis lakukan sampai saat ini dan nanti hanya

berusaha untuk membalas segala pemberian dan kasih sayang kalian. Semoga

penulis bisa lebih membanggakan di suatu hari nanti.

2. Prof. Dr. Dian Agustia, SE., M.Si., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

iv
3. Dr. Praptini Yulianti, Dra.Ec., M.Si. selaku Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

4. Dr. Masmira Kurniawati, SE., MSi. selaku Ketua Prodi S1 Manajemen

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

Surabaya sekaligus dosen wali penulis yang dengan sabar selalu memberikan

nasihat kepada penulis yang bermanfaat selama perkuliahan.

5. Yetty Dwi Lestari, SE., MT. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

dengan sabar membimbing dan memberikan arahan serta saran kepada

penulis dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.

6. Dosen Manajemen Operasi: Ibu Yetty Dwi Lestari, SE., MT, Bapak Drs.

Hermawanto, MBA., M.Sc, Ibu Dr. Indrianawati Usman, SE., M.Sc, Bapak

Tuwanku Aria Auliandri, SE., M.Sc., Bapak Drs. Puspandam Katias, MM,

Bapak Drs. Indro Kirono, MM, Bapak Ir. Baling Kustriyono, SE., MM, Ibu

Febriana Wurjaningrum, SE., MT., Ibu Nurullaily Kartika, SE., MBA., dan

Bapak Amak Mohammad Yaqoub, SE., MSM yang telah membekali penulis

dengan ilmu dan wawasan mengenai manajemen operasi dan rantai pasok.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Airlangga yang telah memberikan ilmu dan wawasan mengenai

ilmu ekonomi dan manajemen.

8. Kedua adik penulis, Elsa Jihan Salsabilla dan Muhammad Mudhofar Alam

yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan canda, tawa, dan rasa berbagi

kasih satu sama lain.

v
9. Untuk kakek dan nenek penulis, Abah Abdul Majid (Alm.) dan Umik Siti

Sofiah (Almh.) serta Eyang Marsiyo (Alm.) dan Eyang Hamdiana (Almh.)

yang selalu menyayangi penulis hingga akhir hayat.

10. Pemilik CV. Trijaya Sakti yaitu Bapak Erwin Wijaya dan seluruh staf serta

karyawan atas bantuan dan dukungan yang membantu penulis dalam

menyelesaikan penelitian skripsi ini.

11. Bapak Wiyarta Bagus, Ibu Tyas Ariyunar, Salman Alfaris, mas M. Muchles

Romadhon, mas Faqih dan mbak Putri sekeluarga, Ibu Ferina, Bapak

Mattasin, Bapak Adik Partigastrono, dan para staf serta pegawai PT. PLN

(Persero) Area Situbondo Unit Panarukan yang membantu penulis dalam

melaksanakan magang kerja dan menambah wawasan mengenai dunia kerja.

12. Bapak Bramantia Ayudha, Bapak Mubarok Huda, Bapak Ghulampitt

Farhane, dan para staf serta pegawai PT. Kelola Mina Laut Gresik yang

membantu penulis dalam melaksanakan magang kerja dan menambah

wawasan mengenai dunia kerja.

13. Partner-ku dalam segala hal, Sara Fadlilah. Terima kasih telah menjadi

tempat penampung keluh kesah, sambat-sambat, dan ceritaku.

14. Keluarga Ayam Bento yang selalu menemani dan membantu penulis selama

berkuliah di konsentrasi Manajemen Operasi dan Rantai Pasok, Mia Yuli

Setiani, Hertin Khalifatun Nisa Arifah, Erni Ika Krissanty, Umi Hamidah

Dyni, dan Alviola Fiorena. Pasti aku akan selalu kangen saat melakukan

berbagai kegilaan dan kebentoan yang memalukan bersama kalian semua.

Terima kasih berkat kalian, nugas serasa santai kayak di pantai.

vi
15. Para KRS fighters, Corry Aditya Dwi Pratiwi, Fadlilah Karunia Novianti,

Lily Cania, Erni Ika Krissanty, Rosita Hilda Istiadhy, Dwi Mollyta, Aninda

Mita Varizqa, dan Nisrina Qatrunnada. Terima kasih telah menjadi partner

belajar dan tugas yang rajin dan gercep tapi tetap menyenangkan.

16. Keluarga baruku selama KKN BBM 53 di Desa Sumberarum, Kecamatan

Ngraho, Kabupaten Bojonegoro, terutama 3 Valak (Valentinus D.P.J. dan

Vrilly Andhini) dan Bell Peppers Family (Ginanti Permata Hatiku, Berlian

Triana Anggraini, dan Rachmadita Lestari). Terima kasih telah menjadi

teman yang selalu solid, selalu menyempatkan waktu untuk bertemu, dan

sebagai penghilang stress karena ke-gindjieng-an kalian.

17. Untuk kawan Sit-Up Comedy dan The Comment, Sara Fadlilah, Lolita Sarah,

Alifionita Budiarti, dan Nisrina D.W.

18. Teman-teman manajemen angkatan 2013. Spirit, unity, and pride!

19. Segenap staf Departemen Manajemen, Akademik, Kemahasiswaan, serta

Ruang Baca dan Perpustakaan Kampus B atas segala kemudahan yang

diberikan kepada penulis dalam mengurus administrasi selama perkuliahan.

20. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu per satu.

Surabaya, 28 Februari 2017

Penulis

vii
viii
ABSTRAK

CV. Trijaya Sakti merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam


bidang remanufacture drum besi bekas. Drum besi bekas yang semula dipandang
sebelah mata tersebut di-remanufacture dengan melakukan beberapa proses
sehingga nilai ekonomis potensial yang terkandung di dalamnya dapat pulih
kembali dan dapat dijual ke pasar sekunder dengan harga yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan dijual dalam kondisi aslinya. Namun, ketersediaan drum
besi bekas yang melalui aliran reverse berada pada kondisi yang tidak pasti, baik
dari segi waktu, kualitas, kuantitas, dan kondisi yang berbeda antara satu drum
dengan yang lainnya yang dapat menghambat kegiatan usaha. Masalah terbesar
yang dihadapi perusahaan adalah banyaknya jumlah drum yang harus disingkirkan
karena ditemukan banyaknya drum yang telah sesuai dengan ketentuan
perusahaan mengalami downgrade yang berdampak pada kerugian yang besar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan reverse logistics
yang dilakukan perusahaan dan menemukan tahapan serta aktivitas di dalamnya
yang tidak optimal dan penyebabnya dalam pelaksanaan reverse logistics di CV.
Trijaya Sakti dengan menggunakan basic flows of reverse supply chain. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan beberapa langkah
pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder.

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan basic flows of reverse supply


chain dapat ditemukan bahwa CV. Trijaya Sakti telah melakukan kelima tahapan
penting dalam reverse logistics yaitu gatekeeping, collection, inspection,
disposition/recovery alternatives, dan redistribution. Namun setelah dilakukan
analisis pada masing-masing tahapan, ditemukan bahwa collection dan disposition
merupakan tahapan yang masih kurang optimal dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat ditemukan faktor paling dominan
penyebab tidak optimalnya pengelolaan reverse logistics drum besi bekas dan
yang paling mempengaruhi masalah di dalam perusahaan adalah kurangnya
pengawasan. Setelah dilakukan analisis, perusahaan dapat menerapkan rencana
perbaikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki pengelolaan reverse logistics
drum besi bekas dalam memulihkan kembali nilai potensialnya.

Kata kunci: Reverse logistics, basic flows of reverse supply chain, gatekeeping,
collection, inspection, disposition, redistribution, recovery alternatives, secondary
market, value regeneration, value recovery.

viii
ABSTRACT

CV. Trijaya Sakti is a company engage in scrap metal barrel


remanufactured. Scrap metal barrel formerly seen as worthless things
remanufactured with several processes with the result that potential economic
value can be regenerated and resell it to the secondary market with higher price
than re-sell with original condition. However, scrap metal barrel has uncertainty
availability from reverse flow in terms of timing, quality, quantity, and conditions.
The biggest problem in this company is lot of scrap metal barrel must be disposed
because of scrap metal barrel which was meet the requirements and standard of
the company encounter downgrade that leads to big loss. The purpose of this
study is to analyzing reverse logistics management and finding unoptimal steps
and activities of reverse logistics application in CV. Trijaya Sakti using basic
flows of reverse supply chain. This study used descriptive qualitative approach
with multiple steps of data collection, both primary data and secondary data.

The result based on basic flows of reverse supply chain found that CV.
Trijaya Sakti has been applied the five important steps in reverse logistics which
are gatekeeping/product acquisition, collection, inspection/sorting,
disposition/recovery alternatives, and redistribution. After analyzing each steps, it
found that collection and disposition steps applications are not optimal. Based on
analyzing can be found the most dominance cause of unoptimal reverse logistics
management in scrap metal barrel is the lack of control. Thus, after improvement
planning in reverse logistics management of scrap metal barrel, optimal steps in
basic flows of reverse supply chain can be achieved.

Key words: Reverse logistics, basic flows of reverse supply chain, gatekeeping,
collection, inspection, disposition, redistribution, recovery alternatives, secondary
market, value regeneration, value recovery.

ix
viii
DAFTAR ISI

SAMPUL HALAMAN ............................................................................................ i

LEMBAR SKRIPSI SIAP UJI ................................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT .............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1.4.1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 6
1.4.2. Manfaat Praktis ......................................................................................... 7
1.5. Sistematika Penulisan .................................................................................. 7
BAB 2 ..................................................................................................................... 9
TINJAUAN KEPUSTAKAAN .............................................................................. 9
2.1. Landasan Teori ............................................................................................. 9
2.1.1. Pengertian Supply Chain Management.................................................. 9
2.1.2. Reverse Logistics ................................................................................... 11
2.1.2.1. Pengertian Logistics .................................................................... 11
2.1.2.2. Pengertian Reverse Logistics ...................................................... 12
2.1.2.3. Perbedaan Forward Logistics dan Reverse Logistics .................. 14
2.1.2.4. Proses Reverse Logistics ............................................................. 17

xviii
2.1.2.5. Jenis Produk dan Penanganan di Dalam Reverse Logistics ........ 24
2.1.2.6. Aktor yang Berperan dalam Reverse Chain ................................ 27
2.1.2.7. Tujuan dan Manfaat Reverse Logistics ....................................... 28
2.2. Penelitian Sebelumnya ............................................................................... 29
2.3. Research Questions .................................................................................... 31
2.4. Kerangka Berfikir....................................................................................... 31
BAB 3 ................................................................................................................... 33
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 33
3.1. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 33
3.2. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 34
3.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 34
3.4. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 35
3.5. Teknik Validasi Data ................................................................................. 36
3.6. Teknik Analisis Data .................................................................................. 39
3.7. Tahapan Penelitian ..................................................................................... 41
BAB 4 ................................................................................................................... 44
ANALISA DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 44
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 44
4.1.1. Sejarah Perusahaan ................................................................................. 44
4.1.3. Struktur Organisasi................................................................................. 45
4.1.4. Produk yang Dipulihkan Perusahaan ................................................46

4.2. Pengumpulan Data ..................................................................................... 47


4.3. Tahapan Dasar yang Digunakan dalam Melakukan Analisis Pengelolaan
Reverse Logistics di CV. Trijaya Sakti ................................................................. 48
4.4. Pembahasan ................................................................................................ 49
4.4.1. Pengelolaan Reverse Logistics Drum Besi Bekas di CV. Trijaya
Sakti Berdasarkan Basic Flows of Reverse Supply Chain .................................... 49
4.4.1.1. Product acquisition/gatekeeping atau akuisisi produk ..................... 53
4.4.1.2. Collection atau pengumpulan .......................................................... 59
4.4.1.3. Inspection/sorting atau inspeksi/penyortiran ................................... 62
4.4.1.4. Disposition atau alternatif recovery ................................................. 64
4.4.1.5. Redistribution atau distribusi ulang ................................................. 74

viii
xi
4.5. Analisis Tahapan dan Aktivitas Reverse Logistics CV. Trijaya Sakti ..... 78
BAB 5 ................................................................................................................... 84
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 84
2.1. Simpulan .................................................................................................... 84
2.2. Saran ........................................................................................................... 85

viii
xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. .......................................................................................... 15


Perbedaan Forward Logistics dan Reverse Logistics ....................... 15
Tabel 2.2. .......................................................................................... 16
Perbedaan Antara Rantai Nilai Reverse Logistics dan Forward
Logistics ............................................................................................ 16
Tabel 2.3. .......................................................................................... 25
Karakteristik Barang di Dalam Aliran Reverse Berdasarkan Tipe dan
Asalnya ............................................................................................. 25
Tabel 2.4. .......................................................................................... 31
Research Questions .......................................................................... 31
Tabel 4.1. .......................................................................................... 56
Berat Drum Besi Sesuai Jenis Drum ................................................ 56
Tabel 4.2. ......................................................................................... 71
Jenis Larutan untuk Mencuci Bekas Penggunaan Drum .................. 71
Tabel 4.3. .......................................................................................... 79
Analisis Aktivitas dalam Tahapan Reverse Logistics di CV. Trijaya
Sakti .................................................................................................. 79

viii
xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. ...................................................................................... 17


Basic Flows of Reverse Supply Chain .............................................. 17
Gambar 2.2. ...................................................................................... 23
Pilihan dari Disposition dan Implikasi terhadap Pengembalian Nilai
Produk Reverse Supply Chain .......................................................... 23
Gambar 2.3. ...................................................................................... 32
Kerangka Berpikir ............................................................................ 32
Gambar 3.1. ...................................................................................... 41
Komponen dalam Analisis Data ....................................................... 41
Gambar 3.2. ...................................................................................... 43
Tahapan Penelitian............................................................................ 43
Gambar 4.1. ...................................................................................... 46
Struktur Organisasi Perusahaan CV. Trijaya Sakti........................... 46
Gambar 4.2. ...................................................................................... 49
Basic Flows of Reverse Supply Chain yang Menjadi Acuan dalam
Melakukan Analisis Pengelolaan Kegiatan Reverse Logistics CV.
Trijaya Sakti...................................................................................... 49
Gambar 4.3. ...................................................................................... 58
Flowchart Penanganan Gatekeeping/Product Acquisition ............... 58
Gambar 4.4. ...................................................................................... 59
Flowchart Tahapan Collection ......................................................... 59
Gambar 4.5. ...................................................................................... 62
Flowchart Tahapan Inspection/Sorting ............................................ 62
Gambar 4.6. ...................................................................................... 67
Flowchart Tahapan Disposition/Recovery Alternatives ................... 67
Gambar 4.7. ...................................................................................... 75
Flowchart Tahapan Redistribution ................................................... 75

viii
xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam konteks bisnis pada era globalisasi saat ini, perusahaan harus

memperhatikan reverse logistics sebagai bagian penting dari strategi dan operasi

rantai pasok karena berkaitan dengan proses distribusi dan pengendalian produk

yang bisa dimanfaatkan atau didaur ulang. Survei yang dilakukan Deloitte &

Arvato menunjukkan bahwa arus reverse logistics yang terkelola dengan baik

berpotensi untuk meregenerasi kembali 32% dari nilai asli produk (Deloitte &

Arvato, 2014). Produk yang dipulihkan atau diregenerasi nilainya berpeluang

dapat meningkatkan arus material baru dari pelanggan kembali menuju

lingkungan manufaktur. Manajemen arus material tersebut berlawanan dengan

rantai pasok konvensional pada umumnya yang saat ini menjadi fokus dari RL.

Reverse logistics mengarah pada arus balik material yang berasal dari

pelanggan menuju pemasok dengan tujuan memaksimalkan nilai dari barang yang

dikembalikan atau meminimalkan total biaya yang muncul (Sharma, et al., 2016).

Aktivitas yang menjadi ciri khas dari reverse logistics adalah perusahaan

mengumpulkan produk yang telah digunakan, produk rusak, produk yang tidak

diinginkan (dikembalikan untuk menyeimbangkan stok), ataupun produk yang

ketinggalan zaman, dan juga kemasan serta material pengiriman dari pelanggan

akhir atau reseller (Rogers & Tibben-Lembke, 1998).

1
2

Untuk produk yang tidak lagi diinginkan dan memiliki suatu nilai ekonomis

potensial, permintaan terhadap produk tersebut harus ada. Oleh sebab itu,

beberapa produk harus bisa dipulihkan kembali untuk meregenerasi nilainya,

dan/atau pasar sekunder harus ada untuk produk yang tidak diinginkan tersebut

(Stock dalam Richey et al, 2005). Produk yang telah diregenerasi nilainya dijual

ke pasar sekunder sebagai tambahan pendapatan, seringkali kepada segmen pasar

yang tidak ingin atau tidak mampu membeli produk baru. Produk yang benar-

benar tidak dapat digunakan kembali atau di-remanufacture dapat dijual sebagai

benda bekas atau dilenyapkan (Blackburn, et al., 2004). Sejumlah risiko dan

ketidakpastian berkaitan dengan pemulihan produk end-of-use. Hal ini berkaitan

dengan waktu, kuantitas, kualitas, dan variasi produk kembali (Srivastava, 2006).

Pada saat ini belum banyak perusahaan yang memperhatikan reverse

logistics dikarenakan perusahaan masih berfokus pada forward logistics yang

memiliki alur dari supplier hingga ke pelanggan akhir pada aktivitas produksi

perusahaan. Di dalam forward logistics, manufacturer berperan dalam melakukan

pemesanan bahan baku mentah kepada pemasok eksternal dan menyediakan

produk baru menuju pasar. Sedangkan pada reverse logistics, remanufacturer

mengumpulkan sekian persentase dari produk yang telah digunakan dari

pelanggan untuk membuatnya serupa atau nampak seperti baru dan

memperkenalkan kembali kepada manufacturer (Turisi, et al., 2013). Terdapat

sejumlah risiko dan ketidakpastian yang berkaitan dengan waktu, kualitas,

kuantitas, dan keberagaman kondisi produk yang kembali di sepanjang aliran

rantai pasokan reverse (Srivastava & Srivastava, 2006). Kurangnya ketersediaan

9
3

jumlah produk kembali di dalam saluran reverse dan kondisinya dapat

menyebabkan perpanjangan waktu untuk pemrosesan dan kehilangan pelanggan

akibat tidak tersedianya produk yang dibutuhkan (Genchev, et al., 2005).

Kurangnya persediaan dapat terjadi karena tidak adanya pasokan barang dari

aliran reverse yang sesuai dengan ketentuan dan kriteria yang dibutuhkan.

Schwartz dan Rogers dan Tibben-Lembke dalam Meade (2015) menyatakan

dalam jurnalnya bahwa di dalam setiap sistem reverse logistics harus meliputi

langkah-langkah berikut, di antaranya adalah gatekeeping, collection, sortation

dan disposition. Sedangkan dalam penelitian Farahani dalam Peretti, et al (2015)

menunjukkan tahapan di dalam arus reverse logistics meliputi collection,

selection, disposition, dan redistribution. Kemudian Agrawal, et al., (2016)

mengembangkan penelitian terdahulu dengan menggabungkan gatekeeping dan

redistribution ke dalam arus dasar dari reverse supply chain sehingga menjadi

product acquisition/gatekeeping, collection, inspection/sorting, disposition, dan

redistribution.

Pengelolaan reverse logistics yang baik dapat menghasilkan penghematan

biaya pada pengadaan, pembuangan, persediaan dan transportasi (Kannan, et al.,

2009). Namun dalam praktiknya, reverse logistics merupakan hal yang sangat

kompleks atau rumit dan membutuhkan keterlibatan tinggi. Salah satu isu utama

dalam konteks reverse logistics adalah eksistensi, keefektifan, dan efisiensi

aktivitas reverse logistics seperti layanan perbaikan dan pemulihan atau regenerasi

nilai sangat bergantung pada operasional RL yang efektif (Srivastava, 2006).


4

Untuk mengetahui apakah reverse logistics yang dilakukan perusahaan telah

dikelola dengan baik atau sebaliknya dan telah mencakup langkah-langkah dari

basic flows of reverse supply chain maka diperlukan suatu analisis terhadap

pengelolaan reverse logistics yang dilakukan perusahaan.

CV. Trijaya Sakti merupakan perusahaan yang bergerak sebagai

remanufacturer drum besi bekas dengan meregenerasi nilai potensial yang

terkandung di dalamnya dengan melakukan beberapa proses sehingga siap dijual

kembali kepada sekelompok pelanggan di pasar sekunder. Perusahaan ini telah

berdiri dan memiliki izin SIUP sejak tahun 1999 di Kabupaten Gresik dan

melakukan kegiatan usahanya selama kurang lebih 18 tahun. CV. Trijaya Sakti

memulai usaha di bidang ini dengan tujuan memanfaatkan nilai ekonomis

potensial drum besi bekas sebagai peluang bisnis. Drum besi bekas yang akan

digunakan perusahaan didapatkan melalui aliran terbalik (reverse flow) dari

pelanggan akhir yang tidak lagi membutuhkan produk yang telah terpakai (end-of-

use returns).

Kesulitan yang dialami CV. Trijaya Sakti dalam melakukan pengelolaan

reverse logistics adalah drum besi bekas yang telah melalui aliran terbalik harus

mampu mencukupi dan memenuhi permintaan pelanggan. Permasalahan yang

menjadi ciri khas reverse logistics yaitu ketidakpastian dari segi waktu, kuantitas,

kualitas, serta kondisi yang beragam sehingga sulit untuk mendapatkan pasokan

drum besi bekas yang sesuai dengan ketentuan dan kriteria yang dibutuhkan.

Namun perusahaan seringkali harus menyingkirkan pasokan drum besi bekas yang
5

telah terpilih dari aliran reverse logistics perusahaan sehingga dapat berimplikasi

pada kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan, baik secara material

maupun kesulitan pemenuhan purchase order pelanggan. Untuk meminimalkan

permasalahan tersebut dibutuhkan pengelolaan reverse logistics yang optimal agar

dapat melakukan remanufacture terhadap drum besi bekas yang semakin sulit

didapatkan sehingga dapat dijual kembali ke pasar sekunder dan juga menghindari

tersingkirnya pasokan drum besi bekas yang telah berhasil memasuki proses

reverse logistics perusahaan dikarenakan mengalami downgrade atau penurunan

nilai potensial.

Berdasarkan konsep dari Agrawal, et al. (2016), di dalam reverse logistics

terdapat beberapa tahapan dasar yang harus dilakukan oleh penyedia layanan

reverse logistics yaitu gatekeeping, collection, inspection atau sorting, disposition,

dan redistribution. Dengan demikian penulis akan melakukan analisis apakah

dalam melakukan praktik pengelolaan reverse logistics, perusahaan telah

menjalankannya dengan baik dan sesuai dengan literatur terkini atau sebaliknya.

Hal inilah yang menjadikan reverse logistics sebagai topik yang menarik untuk

dikaji lebih mendalam. Dengan melakukan analisis pada kegiatan reverse logistics

drum besi bekas di CV. Trijaya Sakti, penulis berharap agar perusahaan kelak

dapat meningkatkan dan memperbaiki tiap tahapan reverse logistics menjadi lebih

baik dan dapat memanfaatkan material sebaik mungkin.


6

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan maka penulis

merumuskan masalah yang terjadi pada CV. Trijaya Sakti adalah bagaimana

pengelolaan reverse logistics CV. Trijaya Sakti pada drum besi bekas?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas oleh penulis, maka tujuan

dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan reverse logistics CV.

Trijaya Sakti pada drum besi bekas.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut,

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai wacana tambahan yang diharapkan dapat berguna bagi civitas

akademis sehingga dapat memberikan pengetahuan mengenai reverse

logistics serta aspek-aspek penting yang terkandung didalamnya.

b. Memberikan sumbangan bagi khasanah penelitian empiris terhadap

perkembangan ilmu manajemen operasi khususnya di bidang reverse

logistics dan recovery end-of-use yang saat ini semakin berkembang

dan menarik perhatian kalangan akademisi untuk diteliti.

c. Sebagai media menambah ilmu yang diperoleh di bangku kuliah

dengan praktik di lapangan guna menambah wawasan pengetahuan

dan pengalaman di dalam industri.


7

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Sebagai sarana untuk bertukar informasi dengan pihak-pihak yang

berkepentingan yaitu CV. Trijaya Sakti khususnya dalam praktik

pengelolaan reverse logistics.

b. Memberikan informasi dan rekomendasi pada CV. Trijaya Sakti dalam

analisis pengelolaan reverse logistics yang telah diterapkan dan

menemukan faktor penyebab permasalahan terbesar.

c. Sebagai wacana untuk pertimbangan bagi industri yang belum

menerapkan reverse logistics sebagai suatu solusi dalam

memanfaatkan nilai ekonomi pada barang yang kembali.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini akan disusun dengan urutan sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan menjelaskan landasan teori dan penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya. Landasan teori akan menguraikan

mengenai konsep-konsep yang berhubungan atau relevan dengan

penerapan reverse logistics.


8

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang metodologi yang digunakan

penulis dalam penelitian ini yang meliputi pendekatan penelitian

yang digunakan, jenis dan sumber data yang dibutuhkan serta

digunakan, prosedur pengumpulan data, teknik validasi data, teknik

analisa data, dan tahapan-tahapan penelitian.

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan

yang diteliti, serta pembahasan hasil dari penelitian yang dilakukan

mengenai analisis reverse logistics.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan dari hasil

penelitian yang telah dilakukan dan saran yang diberikan terhadap

pengelolaan reverse logistics di CV. Trijaya Sakti.


BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Landasan Teori

Pada tinjauan kepustakaan berisi teori-teori, penelitian sebelumnya,

research questions, dan kerangka penelitian yang akan menunjang penulis dalam

melakukan analisis mengenai pengelolaan reverse logistics drum besi bekas di

CV. Trijaya Sakti. Teori yang digunakan yaitu mengenai Supply Chain

Management dan Reverse Logistics.

2.1.1. Pengertian Supply Chain Management

Supply chain menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2005) merupakan

jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk

menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor,

toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung. Sedangkan menurut

Jacobs & Chase (2014), supply chain merujuk ke proses yang memindahkan

informasi dan material untuk dan dari proses perusahaan manufaktur maupun jasa.

Hal ini meliputi proses logistik yang secara fisik memindahkan produk dan proses

pergudangan dan penyimpanan sehingga posisi produk dapat cepat sampai ke

tangan pelanggan. Dalam konteks ini, supply chain menyediakan produk dan jasa

ke pabrik dan gudang pada akhir input dan juga memasok produk dan jasa kepada

pelanggan pada akhir output rantai pasok.

9
10

Supply chain management merupakan rangkaian pendekatan yang secara

efisien mengintegrasikan pemasok, manufaktur, gudang, dan toko sehingga

produk yang dihasilkan dapat didistribusikan pada kuantitas atau jumlah yang

tepat, pada lokasi yang tepat, dan pada waktu yang tepat yang bertujuan untuk

meminimalkan biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan (Simchi-Levi, et al.,

2003). Definisi supply chain management menurut The Council of Logistics

Management (2007) adalah koordinasi fungsi bisnis tradisional secara strategis

dan sistematis di dalam perusahaan dan di seluruh bisnis di dalam rantai pasok

dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja jangka panjang perusahaan individu

dan rantai pasok secara keseluruhan. Sehingga, supply chain management tidak

hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan, melainkan juga urusan

eksternal. Area cakupan supply chain management meliputi kegiatan-kegiatan

utama yang masuk dalam klasifikasi SCM. Keenam klasifikasi tersebut biasanya

tercermin dalam bentuk pembagian departemen atau divisi perusahaan

manufaktur. Pembagian tersebut sering dinamakan functional division karena

dikelompokkan sesuai fungsinya (Pujawan & ER, 2005).

- Kegiatan merancang produk baru (product development)

- Kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement, purchasing, supply)

- Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (planning and

control)

- Kegiatan melakukan produksi (production)

- Kegiatan melakukan pengiriman atau distribusi (distribution)

- Kegiatan pengelolaan pengembalian produk (return)


11

2.1.2. Reverse Logistics

2.1.2.1. Pengertian Logistics

The American Council of Logistics Management mendefinisikan logistik

sebagai proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian aliran secara efisien dan

efektif terkait biaya bahan baku, proses persediaan, barang jadi, dan informasi

terkait dimulai dari titik konsumsi dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan

kebutuhan pelanggan (Elmas & Erdogmus, 2011). Serupa dengan pendapat di

atas, Phillip Kotler mendefinisikan logistik sebagai perencanaan,

pengimplementasian, dan pengontrolan aliran fisik material dan barang jadi dari

titik awal menuju titik guna untuk memenuhi kebutuhan pelanggan sehingga

menghasilkan keuntungan (CII Institute of Logistics, 2013).

Dengan kata lain, aktivitas logistik dapat dianggap sebagai komponen atau

bagian operasional dari manajemen rantai pasok yang meliputi kuantifikasi,

pengadaan, manajemen persediaan, manajemen transportasi, dan pengumpulan

serta pelaporan data. Logistik memainkan peran strategi di dalam kesuksesan

bisnis sehingga hal ini menjadi salah satu elemen penting dari supply chain

management yang dapat berpengaruh pada kinerja SCM. Fungsi logistik memiliki

dampak signifikan terhadap fleksibilitas keseluruhan perusahaan dan

kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan permintaan yang ter-

custom.
12

2.1.2.2. Pengertian Reverse Logistics

Reverse logistics saat ini telah menarik perhatian karena potensi dari

regenerasi dengan menambahkan nilai (value added recovery) dari produk yang

telah digunakan. Pengertian reverse logistics menurut Fleischman pada Ferguson

& Browne (2001) terdiri dari rangkaian aktivitas logistik seperti desain jaringan,

pergudangan, penanganan material, dan pengemasan dari produk yang digunakan

kembali di pasar sekunder. Rogers dan Tibben Lembke pada Chan (2007)

berpendapat bahwa reverse logistics adalah proses perencanaan,

pengimplementasian, dan pengontrolan efisiensi dari arus biaya bahan baku secara

efektif, persediaan dalam proses, barang jadi, dan informasi yang berkaitan dari

titik konsumsi menuju ke titik awal dengan tujuan menangkap atau menciptakan

kembali nilai atau membuang barang tersebut. The Reverse Logistics Association

mendefinisikan reverse logistics sebagai keseluruhan aktivitas yang berkaitan

dengan titik akhir penjualan produk atau jasa, tujuan penting untuk

mengoptimalkan atau membuat aktivitas aftermarket lebih efisien, sehingga dapat

menghemat sumber dana dan sumber lingkungan.

Dengan demikian, reverse logistics bertujuan untuk memperpanjang siklus

hidup dengan meregenerasi kembali nilai ekonomis suatu barang ataupun

melakukan pembuangan karena kerusakan barang tersebut. Di dalam forward

logistics, pelanggan berperan sebagai akhir dari rantai pasokan sedangkan di

dalam reverse logistics, pelanggan bertindak sebagai pemasok atau supplier

sehingga pelanggan berada pada titik awal rantai pasokan reverse logistics. Titik

akhir dari reverse logistics bisa jadi adalah perusahaan maupun pihak lain yang
13

membutuhkan barang tersebut, baik dalam kondisi yang sebenarnya ataupun

setelah dilakukan aktivitas recovery untuk memulihkan kondisi barang.

Berbeda dengan forward logistics yang ketersediaan produknya dapat

diprediksi baik dari sisi waktu, kuantitas, komposisi, maupun kualitas, tantangan

dari penerapan reverse logistics adalah ketidakpastian pasokan dari sisi waktu,

kuantitas, komposisi dan kualitas dari produk yang berada pada akhir siklus hidup

dikarenakan kurangnya informasi mengenai ketersediaan produk yang dibutuhkan

dalam menunjang aktivitas recovery (Kulkarni, et al., 2006). Murali, et al. (2011)

menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi semakin meningkatnya

kebutuhan untuk aktivitas reverse logistics yang meliputi:

Konsep green forces seperti perundang-undangan dan kepedulian

pelanggan. Seringkali, dikarenakan peraturan perundang-undangan,

produsen asli saat ini bertanggungjawab pada keputusan pembuangan

produk.

Meningkatnya jumlah barang pelanggan yang kembali untuk kredit

sebagai hasil meningkatnya permintaan untuk layanan pelanggan dan

kepuasan. Rantai ritel besar biasanya memiliki persetujuan dengan

pemasok yang memperbolehkan untuk meretur barang. Hal yang

sebenarnya ditujukan untuk menutupi produk gagal, pada akhirnya

semakin luas dengan menutup barang sempurna yang hanya belum terjual.

Dari perspektif pelanggan, pembeli dapat mengembalikan barang dengan

alasan mereka tidak ingin memilikinya.


14

Siklus hidup produk menjadi pendek. Karena produk menjadi tidak trendi

dengan lebih cepat sehingga potensi retur pengembalian meningkat.

Upaya untuk mengurangi biaya. Perusahaan berupaya untuk menggunakan

kembali barang berpotensi untuk digunakan kembali melalui reuse,

recycling atau secondary usage.

Meningkatnya penjualan e-commerce. Tingginya penjualan melalui

internet mengakibatkan meningkatnya pengembalian barang karena alasan

ketidakpuasan dengan keputusan pembeliannya.

Meningkatnya permintaan perbaikan, rekondisi, upgrade, dan kalibrasi

ulang.

Produk berharga yang berpotensi namun diabaikan oleh pengguna saat ini.

Pelanggan bisa membeli sebuah TV baru atau pengering walaupun mereka

masih punya produk serupa yang masih berfungsi.

Garansi retur. Untuk barang dengan garansi, pertama barang tersebut

diretur dan keputusan terkait disposisi ditentukan.

Retur persewaan. Semakin banyak bisnis rental memastikan pengembalian

produk yang digunakan namun masih bernilai.

2.1.2.3. Perbedaan Forward Logistics dan Reverse Logistics

Terdapat dua jenis aliran supply chain yang berkaitan dengan segala jenis

kegiatan distribusi yakni forward logistics dan reverse logistics. Banyak

perusahaan dan pelanggan berpikir bahwa perbedaan forward logistics dan

reverse logistics hanya pada arus pergerakan material. Rogers dan Tibben-
15

Lembke dalam Vahabzadeh & Yusuf (2015) membandingkan perbedaan utama

antara forward logistics dan reverse logistics:

Tabel 2.1.

Perbedaan Forward Logistics dan Reverse Logistics

Forward Reverse
Peramalan relatif mudah Peramalan lebih sulit
Dari satu ke banyak transportasi Dari banyak ke satu transportasi
Kualitas produk seragam Kualitas produk tidak seragam
Kemasan produk seragam Kemasan produk tidak seragam
Destinasi jelas Destinasi kurang jelas
Saluran terstandarisasi Didorong pengecualian
Pilihan disposisi atau pembuangan jelas Disposisi tidak jelas
Penetapan harga relatif seragam Penetapan harga berdasarkan banyak
faktor
Pentingnya kecepatan Kecepatan tidak dianggap sebagai
prioritas
Biaya dapat dimonitor oleh sistem Biaya reverse kurang terlihat
akuntansi
Konsistensi manajemen persediaan Manajemen persediaan tidak konsisten
Siklus hidup produk bisa diatur Masalah siklus hidup lebih kompleks
Informasi real time tersedia untuk Proses kurang transparan
melacak produk
Sumber: Rogers dan Tibben-Lembke dalam Vahabzadeh & Yusuf (2015)
16

Sedangkan dalam jurnal yang ditulis oleh Jayaraman et al (2008), kunci

perbedaan rantai pasok dari reverse logistics dan forward logistics adalah:

Tabel 2.2.

Perbedaan Antara Rantai Nilai Reverse Logistics dan Forward Logistics

Faktor Rantai pasok recoverable Rantai Pasok tradisional


dari reverse logistics (forward)
Fokus Fokus untuk mencegah waste Fokus dalam pencegahan
lingkungan yang muncul setelah produksi. sebelum produksi.
Desain Produk yang di-remanufacture Fokus pada desain
didesain agar mudah dibongkar lingkungan, pembuatan, dan
(disassembly) perakitan.
Low Remanufacture lebih banyak Merupakan kunci dari isu
fashion digunakan pada industri berat pemasaran. Agar dapat
dimana pelanggan lebih peduli menjadi pemenang dapam
terhadap kinerja daripada target pasar maka produk
penampilan. harus tampil paling menarik.
Logistik - Arus forward dan reverse - Fokus pada arus open
- Ketidakpastian dalam forward
waktu dan kuantitas - Tidak menangani retur
- Arus dikendalikan oleh - Arus dikendalikan
pasokan permintaan
Peramalan - Membutuhkan peramalan - Tidak membutuhkan
baik dari ketersediaan dari peramalan parts
inti dan permintaan - Fokus pada peramalan
produk akhir produk akhir.
Sumber: Jayaraman, et al., 2008
17

2.1.2.4. Proses Reverse Logistics

Re- Disposition (direct Inspecti Product


distributi reuse; repair; on/ acquisition/
Collect
on refurbishing; Sorting gatekeeping
ion
remanufacturing;
cannibalization;
recycling; disposal)

Sumber: Agrawal, et al (2016)

Gambar 2.1.
Basic Flows of Reverse Supply Chain

Di dalam jurnalnya, Agrawal, et al. (2016) menjelaskan basic flows of

reverse supply chain terdiri dari akuisisi produk atau gate keeping, collection,

inspection/sorting, disposition, dan redistribution. Reverse logistics memiliki alur

perpindahan barang yang mundur atau terbalik. Dengan demikian, pelanggan

yang berada pada akhir forward logistics dapat berperan sebagai supplier dalam

menyediakan barang yang telah berada pada akhir siklus hidup atau tidak terpakai.

Barang tersebut diambil dari banyak pelanggan di berbagai lokasi yang kemudian

dikumpulkan menuju ke satu titik. Setelah dikumpulkan, barang tersebut

dipisahkan berdasarkan tingkat kategori kerusakannya atau bagian dari produk

mana yang bisa dijual kembali. Apabila tidak dapat dijual, perusahaan dapat

membuangnya menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ataupun dijual atau

diafkir. Sedangkan produk yang masih dapat diperbaiki atau ditambah nilainya

dilakukan langkah daur ulang atau pemrosesan untuk memperpanjang siklus

hidup produk sehingga dapat dijual ke pasar sekunder. Diagram menjelaskan arus

dasar dari akuisisi produk hingga pendistribusian ulang produk:


18

1. Akuisisi produk dan gate keeping

Akuisisi produk merupakan proses akuisisi produk yang telah digunakan

dan tidak lagi diinginkan oleh pemilik akhir untuk diproses lebih lanjut

yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Gate keeping merupakan

sekumpulan praktik yang dilakukan oleh pihak ritel untuk

mengidentifikasi produk yang dapat masuk ke dalam sistem atau diberikan

kembali kepada pengguna atau disingkirkan. Produk yang melalui aliran

reverse terdiri dari berbagai jenis dan kondisi sehingga memerlukan

gatekeeping yang diibaratkan seperti katup yang hanya terbuka untuk

produk kembali yang diinginkan dan tertutup untuk produk yang

diinginkan, contohnya produk kembali yang tidak dapat dipulihkan

kembali nilainya (Hjort, 2010). Apabila hal ini dilakukan dengan benar,

gatekeeping dapat memperbaiki disposition produk yang kembali,

pengurangan biaya, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Pada tahap ini

dibutuhkan mengenai panduan tentang produk dengan spesifikasi seperti

apa yang dapat memasuki proses selanjutnya. Potensi kerugian dari

penanganan produk yang tidak diinginkan menjadi lebih baik dengan

dilakukannya gatekeeping (Genchev, et al., 2005).

2. Pengumpulan atau collection

Setelah tahap pertama dilakukan maka tahap selanjutnya adalah

mengumpulkan dan mengirim ke fasilitas untuk diinspeksi, disortir, dan

disingkirkan. Produk yang telah digunakan berasal dari berbagai sumber

yang akhirnya dibawa ke fasilitas pemulihan produk (Srivastava &


19

Srivastava, 2006). Sasikumar dan Kannan dalam Jindal & Sangwan (2015)

menjelaskan bahwa pengumpulan meliputi keseluruhan aktivitas rendering

produk tersedia yang pernah digunakan dan secara fisik memindahkannya

ke beberapa titik di mana diperlukan tindakan selanjutnya. Secara umum,

pengumpulan meliputi pembelian, transportasi, dan aktivitas

penyimpanan. Savaskan dalam Jindal & Sangwan (2015) menjelaskan

terdapat tiga metode pengumpulan produk yang telah digunakan dari

pelanggan:

Manufacturer mengumpulkan produk yang pernah digunakan

secara langsung dari pelanggan, contohnya pengumpulan oleh

OEM namun terpisah dengan forward logistics;

Manufacturer mengontrak peritel dalam mengumpulkan produk

yang pernah digunakan, contohnya pengumpulan yang

diintegrasikan dengan forward logistics; dan

Manufacturer mengontrak pihak ketiga dalam mengumpulkan

produk yang pernah digunakan, contohnya pengumpulkan pihak

ketiga.

Setiap masing-masing metode pengumpulan memiliki kelebihan dan

kekurangan. Pengumpulan oleh OEM sesuai untuk pemulihan produk

dengan high value added dan membantu OEM untuk memiliki kendali

yang lebih baik pada rantai pasok dan perlindungan setelah penjualan

(aftermarket). Pengumpulan oleh manufacturer juga menyediakan tingkat

kepuasan/pelayanan pelanggan yang tinggi. Hal ini membantu mengurangi


20

volume produk kembali karena masalah teknis terselesaikan pada titik

layanan itu sendiri. Namun hal ini membutuhkan investasi awal yang

tinggi bila dibandingkan dengan dua alternatif lainnya.

Pengumpulan dengan mengontrak atau bekerja sama dengan peritel sesuai

untuk produk yang bernilai rendah sampai sedang dan lebih ekonomis bila

dibandingkan dengan pengumpulan secara langsung. Investasi awal paling

tidak dimulai ketika pengumpulan dilakukan melalui peritel. Pengumpulan

oleh pihak ketiga dapat dilakukan jika variasi produk tinggi dan membantu

mengurangi kompleksitas rantai pasok yang ada. Namun tingkat

pengendaliannya kurang bila dibandingkan dengan OEM. Pemilihan dan

evaluasi metode pengumpulan bergantung pada investasi awal, pemulihan

nilai tambah, volume produk kembali, biaya operasional, dan tingkat

kepuasan pelanggan/layanan pelanggan (Jindal & Sangwan, 2015).

Menurut Blackburn, et al., (2004), di dalam tahap collection juga meliputi

aktivitas penyimpanan di gudang. Penyimpanan di gudang yang buruk

dapat mengarah ke hilangnya nilai dari suatu produk. Hilangnya suatu

nilai pada produk dibagi menjadi dua kategori:

(1) Produk kembali yang harus diturunkan kualitasnya menjadi produk

dengan nilai lebih rendah produk yang dinilai sebagai produk baru

di-remanufacture, menyelamatkan parts, atau dianggap sebagai

sesuatu yang tidak dapat diperbaiki.


21

(2) Nilai produk yang berkurang seiring berjalannya waktu karena

menunggu dilakukannya pilihan disposition.

3. Inspeksi dan menyortir (inspection and sorting)

Secara umum, produk yang telah terkumpul harus disortir dikarenakan

masing-masing produk berada pada kuantitas, waktu, dan kondisi yang

tidak seragam dan tidak pasti. Inspeksi dari tiap barang yang kembali

dibutuhkan untuk memisahkan produk menjadi beberapa kategori sesuai

dengan tingkatan kualitas yang telah ditentukan oleh perusahaan. Dengan

dilakukannya inspeksi menunjukkan bahwa seluruh operasi menentukan

penggolongan suatu produk (Srivastava & Srivastava, 2006).

4. Alternatif Disposition atau Alternatif Recovery

Langkah selanjutnya keputusan untuk melakukan disposisi. Alternatif

disposisi juga dianggap sama dengan pilihan pemulihan yang terdiri dari

reuse, repair, refurbish, remanufacture, recycle, dan disposal.

Recycling secara umum berfokus dengan pemulihan material dari

produk yang bernilai rendah. Alternatif daur ulang dapat dipilih

ketika material produk asli dapat digunakan untuk produk lain atau

assembly atau subassembly.

Remanufacturing berfokus dengan pemulihan material dari produk

yang memiliki nilai tinggi. Ketidakpastian dari segi kualitas,

kuantitas dan waktu dari produk kembali merupakan faktor penting

untuk kesuksesan remanufacturing. Remanufacturing

membutuhkan produk yang telah digunakan dikumpulkan dari


22

pengguna akhir pada akhir siklus hidup produk sehingga nilai

tambah dapat dipulihkan dan produk yang dikembalikan dapat

berfungsi lagi (Jayaraman, et al., 2008). Kinerja dari produk yang

telah di-remanufacture harus sama seperti baru agar dapat bersaing

dengan produk baru.

Refurbish merupakan prosedur restorasi di mana setelah dilakukan

verifikasi secara cermat, termasuk penggantian beberapa part dan

modul, termasuk meningkatkan komponen kunci menjadi lebih

mutakhir. Hasil dari prosedur ini adalah produk yang telah

diperbaiki bahkan terkadang melebihi standar kualitas dan kinerja

dari produknya semula.

Reusing merupakan alternatif yang hanya membutuhkan inspeksi

kecil, pembersihan, dan perbaikan kecil dan membutuhkan upaya

lebih sedikit karena struktur rantai pasok yang lebih landai.

Repairing berfokus dengan memperbaiki dan melayani produk dan

mengembalikan produk tersebut kepada pelanggan. Secara umum,

pusat perbaikan terdesentralisasi yang dekat dengan pelanggan

lebih diminati.

Disposal dilakukan bila produk tidak dapat dipulihkan kembali

karena kondisinya yang tidak memungkinkan, kemudian produk

tersebut lebih baik dihilangkan dari sistem reverse logistics. Dalam

konteks RL, disposal tidak dapat dianggap sebagai upaya

pemulihan nilai karena pada akhir prosesnya adalah


23

menghilangkan produk tersebut dari sistem reverse supply chain.

Dalam hal ini disposal dapat memiliki dua pilihan, yaitu dijual

kembali dengan kondisi yang sebenarnya atau dilenyapkan

(Gandolfo & Sbrana, 2008).

Produk yang dikembalikan oleh pelanggan setelah dilakukan pengujian

diagnosis untuk menentukan tindakan selanjutnya dalam menangkap

kembali nilai maksimal dari produk kembali. Menurut Stock dalam

Agrawal, et al., (2016), keputusan disposisi bergantung pada persoalan

seperti kualitas, harga penjualan dan biaya logistik, dan permintaan produk

di pasar. Terdapat beberapa pilihan dari alternatif disposisi dari produk

kembali yang melalui aliran reverse. Dengan terpilihnya alternatif

disposisi maka dapat berimplikasi atau berdampak terhadap nilai produk.

Sumber: (Gandolfo & Sbrana, 2008)


Gambar 2.2

Pilihan dari Disposition dan Implikasi terhadap Pengembalian Nilai Produk


Reverse Supply Chain
24

5. Redistribution

Setelah alternatif disposisi telah dilakukan dalam upaya meregenerasi

kembali nilai produk, terakhir adalah mendistribusikan kembali produk

tersebut ke pasar sekunder. Redistribusi merupakan proses mengantarkan

produk yang telah dipulihkan ke pelanggan baru. Produk yang dapat

digunakan kembali dan melalui proses pemulihan dapat dijual ke pasar

yang sesuai melalui distribusi ulang.

2.1.2.5. Jenis Produk dan Penanganan di Dalam Reverse Logistics

Brito dan Dekker (2003) membagi jenis produk yang terlibat di dalam

aktivitas reverse logistics, yaitu:

1. Recalls, produk ditarik kembali oleh perusahaan karena kondisi atau

kecacatan yang berdampak pada keamanan operasi.

2. Commercial returns yaitu pengembalian disebabkan oleh permintaan

mendadak pada lokasi pasar yang lain atau segmen. Penyebab yang

memungkinkan terjadinya hal ini: ketidakpuasan pelanggan, overstock, dll.

3. Repairable returns, kecacatan dan komponen yang dicurigai (modul/part)

dari aktivitas atau produk di bawah garansi.

4. End-of-use returns, produk yang dikembalikan atau komponen yang tak

lagi digunakan oleh pemilik aslinya, namun dapat dicarikan pelanggan

baru yang mau menggunakannya. Alasan: end-of-season, end-of-lease,

tukar tambah, penggantian produk, dll.


25

5. End-of-life returns, barang yang tak lagi digunakan, diproses berdasarkan

ketentuan kontraktual atau legislatif.

Sedangkan menurut Rodgers dan Tibben Lembke dalam Ferguson & Browne,

(2001) terdapat beberapa karakteristik barang di dalam reverse logistics

berdasarkan tipe dan asal muasal barang:

Tabel 2.3.

Karakteristik Barang di Dalam Aliran Reverse Berdasarkan Tipe dan Asal

Sumber: Rodgers dan Tibben Lembke dalam Ferguson & Browne (2001)

Aktivitas yang selalu ada di dalam reverse logistics akan menjadi proses

perusahaan mengumpulkan produk yang telah digunakan, rusak, tidak diinginkan

(pengembalian untuk menyeimbangkan stok), atau ketinggalan zaman dari

pelanggan akhir atau reseller. Ketika produk telah kembali ke perusahaan,

perusahaan memiliki berbagai pilihan disposition untuk dipilih. Jika produk dapat

dikembalikan ke pemasok dengan full refund, perusahaan dapat memilih pilihan

pertama. Jika produk tidak pernah digunakan, dapat dijual kembali ke pelanggan

yang berbeda, atau dapat dijual melalui toko outlet.


26

Jika produk dapat dilakukan peningkatan harga penjualan secara signifikan

dengan reconditioning, refurbishing, atau remanufacturing, perusahaan dapat

melakukan aktivitas tersebut sebelum menjual produk. Setelah aktivitas

dilakukan, produk dapat dijual sebagai produk reconditioned atau

remanufactured. Jika produk tidak bisa direkondisi dengan cara apapun, baik

karena kondisinya yang sangat buruk, implikasi hukum, atau peraturan

lingkungan, perusahaan akan mencoba untuk melenyapkan produk dengan biaya

serendah mungkin.

Secara umum, material pengemasan yang kembali ke perusahaan akan

digunakan ulang. kemasan yang digunakan untuk membawa totes seperti drum

besi dan palet akan digunakan kembali beberapa kali sebelum dibuang. Seringkali,

totes dan palet dapat di-remanufacture dan dikembalikan untuk digunakan. Hal ini

dapat dilakukan di perusahaan, atau menggunakan perusahaan yang

berspesialisasi dalam memperbaiki palet yang rusak dan refurbish kemasan

(packaging). Baik produk dan kemasan dapat didaur ulang atau dibuang, namun

bila akan digunakan lagi, produk dan kemasan dapat melalui berbagai macam

proses (Ferguson & Browne, 2001).


27

2.1.2.6. Aktor yang Berperan dalam Reverse Chain

Menurut Guiltinan dan Nwokoye dalam Ferguson & Browne (2001), terdapat

empat tipe aktor yang berperan di dalam rantai reverse:

Traditional middlemen seperti peritel mengumpulkan dan

mengembalikan barang atau item seperti bir yang dapat digunakan

ulang dan botol minuman bersoda ke pabrik botol lokal.

Secondary commodities dealers berfokus pada pengumpulan besi dan

kertas untuk didaur ulang.

Manufacturer-controlled recycling centers berfokus pada memulihkan

kaleng besi, botol, dan kontainer kaca dari sekelompok pelanggan.

Resource recovery centers memproses limbah perkotaan yang tidak

dipisahkan menjadi kaca, dan serat kertas yang dapat didaur ulang.

Peritel melakukan peran traditional middlemen dengan mengumpulkan

dan mengembalikan botol bir dan minuman ringan yang telah digunakan ke

pabrik botol lokal. Second commodities dealers bertindak sebagai titik

pengumpulan besi dan kertas yang akan didaur ulang. manufacturer-controlled

recycling centers berfokus pada mendapatkan dan memulihkan kembali kaleng

besi, drum besi, botol, dan wadah kaca dari pelanggan atau sekelompok

masyarakat. Recovery centers memproses limbah perkotaan yang tidak tersortir

menjadi besi, kaca, dan kertas fiber yang bisa didaur ulang.
28

2.1.2.7. Tujuan dan Manfaat Reverse Logistics

Kokkinaki dalam Elmas & Erdogmus (2011) menjelaskan bahwa reverse

logistics bertujuan untuk:

Dampak lingkungan positif: tindakan legislasi, juga disebut sebagai

hukum tanggung jawab produsen, memerintahkan perusahaan untuk

mengembangkan kebijakan dalam pengumpulan dan penggunaan

kembali produk pada akhir siklus hidup.

Peningkatan daya saing: efisiensi dalam penanganan retur mengarah

ke pengurangan biaya, peningkatan laba dan meningkatkan layanan

pelanggan.

Meningkatkan nilai: reverse logistics dapat menangkap nilai dari

penggunaan kembali produk atau part atau material daur ulang.

Menurut Vahabzadeh & Yusuf (2015), manfaat dari reverse logistics adalah:

Perusahaan dapat mengurangi konsumsi material dan sumber energi

sehingga dapat mengurangi biaya operasi.

Perusahaan mampu mendapatkan pendapatan dari produk yang

direkondisi atau didaur ulang yang sebelumnya produk tersebut

disingkirkan.

Reverse logistics menjadikan cara yang efektif untuk meningkatkan

produktivitas sumber daya, mengurangi dampak negatif terhadap

lingkungan, dan meningkatkan baik kinerja bisnis maupun perusahaan

untuk mencapai keunggulan kompetitif.


29

2.2. Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai penerapan, implementasi dan pengamatan terhadap

reverse logistics belum banyak dilakukan, terutama penelitian di Indonesia. Dari

beberapa jurnal yang penulis temukan telah memberikan gambaran mengenai

penelitian dengan objek yang beragam sehingga dapat membantu dalam penelitian

yang dilakukan oleh penulis. Berikut beberapa penelitian yang terkait dengan

penelitian ini:

1. Jurnal yang ditulis oleh Saurabh Agrawal, Rajesh K. Singh, dan Qasim

Murtaza (2016) mengenai Disposition decisions in reverse logistics by

using AHP-fuzzy TOPSIS approach. Persamaan dalam penelitian ini

adalah melakukan penelitian berdasarkan basic flows of reverse supply

chain dan membahas mengenai alur reverse logistics dari produk

bertipe end-of-use returns yaitu botol kaca, kontainer, dan kayu palet.

Hasil dari penelitian Agrawal et al. adalah basic flows of reverse supply

chain yaitu serangkaian aktivitas pengelolaan reverse logistics yang

harus ada di dalam suatu perusahaan dan juga membahas mengenai

berbagai alternatif dalam pemilihan keputusan disposisi terhadap suatu

produk yang telah melewati arus reverse yang dapat digunakan dalam

meningkatkan nilai suatu produk yang telah digunakan. Dengan

demikian dapat dipilih suatu alternatif disposisi terbaik dengan

menggunakan AHP-fuzzy TOPSIS approach dengan

mempertimbangkan berbagai faktor seperti economical benefits,


30

environment, corporate social responsibility, stakeholder needs, dan

reverse logistics resouces.

2. Jurnal dari Stefan E. Genchev, R. Glenn Richey, dan Colin B. Gabler

(2011) dengan judul Evaluating reverse logistics programs: a

suggested process formalization. Persamaan dalam penelitian ini

adalah melakukan analisis dari program yang dilakukan perusahaan

terhadap proses agar produk yang melalui aliran reverse dapat terkelola

dengan baik dengan melakukan breakdown terhadap aktivitas yang

dilakukan perusahaan dalam menangani retur. Di dalam penelitian ini

melakukan pengembangan menggunakan alat atau tools yang

digunakan untuk melakukan penilaian terhadap proses RL terhadap

perusahaan Original Equipment Manufacture dalam melakukan

penanganan retur dan melakukan formalisasi atau peraturan terhadap

setiap retur yang ditangani dengan melakukan inisiasi terhadap retur,

menentukan rute, penerimaan retur dan kebijakan pemulihan atau

disposisi yang dipilih dan sesuai dengan produk retur yang melalui

aliran reverse. Menurut Genchev, potensi kerugian dari penanganan

produk tidak diinginkan dengan melakukan formalisasi pada program

reverse logistics yang dilakukan perusahaan, yaitu:

a. Mengidentifikasi elemen spesifik dari program reverse logistics.

b. Perlunya melakukan formalisasi untuk melakukan pengukuran

kinerja lebih akurat.


31

2.3. Research Questions

Tabel 2.4.

Research Questions

No. Tema Pertanyaan Pertanyaan Penelitian

1. Alur kegiatan reverse - Bagaimana alur kegiatan reverse logistics

logistics. drum besi bekas di CV. Trijaya Sakti?

2. Analisis kegiatan reverse - Bagaimana pengelolaan reverse logistics

logistics. drum besi bekas di CV. Trijaya Sakti?

- Kegiatan manakah yang telah dan belum

dilakukan secara optimal dalam reverse

logistics berdasarkan basic flows of

reverse supply chain menurut Agrawal et

al (2016)?

2.4. Kerangka Berfikir


INPUT

1. Studi pendahuluan
2. Rumusan masalah dan tujuan penelitian
3. Studi lapangan untuk mengumpulkan data dan mencari informasi
melalui wawancara dengan pihak terkait, survei, serta pengamatan
secara langsung.
4. Mempelajari studi literatur untuk mengumpulkan materi yang dapat
mendukung penelitian.
5. Informasi aktivitas reverse logistics yang telah dilakukan di dalam
perusahaan.
32

PROCESS

1. Mengidentifikasi gambaran umum perusahaan (CV.Trijaya Sakti)


2. Menggambarkan alur proses (flowchart) kegiatan reverse logistics
drum besi bekas di CV. Trijaya Sakti.
3. Melakukan analisis terhadap tahapan dan aktivitas di dalam setiap
tahapan reverse logistics drum besi bekas di CV. Trijaya Sakti
berdasarkan basic flows of reverse supply chain Agrawal et al (2016):
Gatekeeping/product acquisition;
Collection;
Inpection/sorting;
Disposition;
Redistribution.

OUTPUT

Mengetahui pengelolaan reverse logistics drum besi bekas di CV. Trijaya

Sakti.

Gambar 2.3.

Kerangka Berpikir
33

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data

yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan serta dibuktikan,

sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi

masalah (Sugiyono, 2009).

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif secara deskriptif. Pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Taylor

dalam Moleong (2007:3) merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati. Penelitian ini berfokus pada satu objek tertentu yang

mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus didapatkan dari semua

pihak yang bersangkutan sebagai sumber data. Penelitian ini bertujuan untuk

mempelajari secara intensif mengenai latar belakang masalah, keadaan dan

peristiwa yang sedang berlangsung beserta interaksinya pada lingkungan tertentu

(Nawawi, 2003).

Di dalam penelitian ini akan dilakukan analisis mengenai suatu peristiwa

atau fenomena yang terjadi pada objek penelitian. Studi kasus menurut Suharsimi

dalam Tohirin (2012) merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara intensif,

terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, institusi atau gejala tertentu.

Dalam studi kasus peneliti mencoba untuk mencermati suatu fenomena pada

33
34

individu atau suatu organisasi secara mendalam. Sehingga di dalam penelitian ini

data dari pengamatan yang dilakukan dan difungsikan untuk menganalisis

pengelolaan reverse logistics drum besi bekas di CV. Trijaya Sakti.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mencakup batasan dan asumsi yang digunakan

dalam penelitian. Batasan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Fokus utama dalam penelitian ini akan diarahkan pada pengelolaan

reverse logistics drum besi bekas di CV. Trijaya Sakti.

2. Objek penelitian yang digunakan adalah aktivitas yang terjadi dan

dilakukan pada pengelolaan reverse logistics drum besi bekas.

3. Penelitian dibatasi hanya pada aktivitas reverse logistics yang digunakan

dalam menganalisis pengelolaan reverse logistics yang dilakukan

perusahaan.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Untuk mendukung kegiatan penelitian ini, penulis membutuhkan

beberapa data yaitu data primer dan data sekunder. Berdasarkan sumber

perolehannya, adapun jenis dan sumber data yang digunakan adalah

(Kuncoro, 2003):

1. Data primer adalah data aktual yang dikumpulkan dan diperoleh dengan

survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data

original. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara

langsung dengan pihak-pihak yang terkait dan terlibat secara langsung


35

dengan aktivitas reverse logistics. Wawancara langsung bertujuan agar

penulis dapat memahami kondisi kegiatan secara riil dan proses

pengelolaan reverse logistics drum besi bekas secara lebih lanjut.

Adapun pihak-pihak yang dimaksud adalah:

a. Pemilik CV. Trijaya Sakti.

b. Bagian operasional CV. Trijaya Sakti.

c. Bagian logistik CV. Trijaya Sakti.

d. Bagian quality control CV. Trijaya Sakti.

e. Beberapa pekerja CV. Trijaya Sakti.

2. Data sekunder adalah data primer yang diperoleh dari pihak lain atau

data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pengumpul

data atau pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari

buku, jurnal ilmiah terkait, dan informasi melalui internet yang relevan

terhadap penelitian ini.

3.4. Prosedur Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik dan prosedur

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Pengamatan, studi awal yang ditujukan untuk melihat, mengetahui dan

memahami bagaimana perusahaan mengelola kegiatan reverse logistics

drum besi bekas di CV.Trijaya Sakti. Dari pengamatan tersebut nantinya

dapat dilakukan analisis mengenai pengelolaan reverse logistics drum

besi bekas yang dilakukan perusahaan.


36

2. Studi kepustakaan yang berguna untuk melihat dan mendapatkan

informasi mengenai fenomena atau masalah yang terjadi pada perusahaan

dengan didukung teori yang ada dan telah diakui keabsahannya. Studi

kepustakaan bersumber dari buku, jurnal ilmiah terkait, dan bahan yang

secara umum berhubungan dengan penelitian ini sebagai bahan referensi.

3. Wawancara, yaitu penggalian atau pencarian terhadap data melalui

wawancara kepada narasumber terkait. Hal ini dilakukan guna mencari

segala informasi mengenai pengelolaan reverse logistics yang dilakukan

oleh CV. Trijaya Sakti yang nantinya digunakan untuk mendapatkan data

yang berfungsi sebagai pendukung untuk menganalisis reverse logistics

drum besi bekas di perusahaan. Wawancara dilakukan dengan pihak yang

terlibat secara langsung pada pengelolaan reverse logistics drum besi

bekas. Dengan adanya wawancara terhadap informan diharapkan dapat

memberikan gambaran terperinci mengenai pengelolaan reverse logistics.

4. Survei lapangan, merupakan peninjauan, pengamatan, atau penelitian

secara langsung kepada perusahaan tersebut guna mendapatkan data

secara riil dan melihat secara langsung yang terjadi.

5. Data sekunder yang bersumber melalui internet. Data berasal dari situs-

situs yang memuat tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.

3.5. Teknik Validasi Data

Dalam penelitian kualitatif, pengujian keabsahan data merupakan hal yang

penting dikarenakan data yang terkumpul merupakan modal awal yang sangat

berharga dalam sebuah penelitian, dari data yang terkumpul akan dilakukan
37

analisis yang selanjutnya dipakai sebagai bahan masukan untuk penarikan

kesimpulan. Maka penulis menggunakan teknik triangulasi untuk memvalidasi

data yang didapatkan. Menurut William Wiersma dalam Sugiyono (2007:372)

bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi

adalah suatu cara mendapatkan data yang benar-benar valid dengan cara

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri, untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Bachri, 2010). Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode

(Sugiyono, 2009):

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek ulang tingkat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang

berbeda. Data-data yang didapatkan dari berbagai sumber tidak dapat di

rata-rata seperti pada penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan,

dikategorisasikan, mana pandangan yang sama dan mana pandangan

yang berbeda, serta mencari informasi yang paling paling spesifik. Data

yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan

sumber-sumber data tersebut.

b. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan


38

observasi dan dokumentasi. Dokumentasi juga diperlukan untuk melihat

kondisi perusahaan dengan data atau dokumen perusahaan.

c. Triangulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Karena itu pengujian

melalui triangulasi waktu dilakukan dengan wawancara, observasi, atau

teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang

sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

Dalam penelitian ini, metode triangulasi yang digunakan oleh peneliti

adalah teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber untuk

membandingkan data yang diperoleh antara sumber satu dengan lainnya

kemudian data-data yang didapatkan akan dicocokkan sehingga berkualitas dan

dapat dipercaya. Data yang didapatkan diuji kredibilitasnya dengan cara

mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber internal perusahaan yang

berkaitan pada aktivitas reverse logistics, yaitu pemilik, bagian operasional,

bagian logistik, bagian quality control, dan beberapa pekerja. Nantinya

diharapkan dapat disimpulkan sebuah jawaban yang merupakan gabungan

jawaban beberapa informan yang ada dan akan dinarasikan menjadi sebuah

informasi yang dapat digunakan dalam analisis pengelolaan reverse logistics drum

besi bekas di CV. Trijaya Sakti.

Kemudian triangulasi teknik dibutuhkan untuk membandingkan hasil data

dari tiap sumber yang berbeda sehingga penulis dapat menemukan data yang

paling tepat. Dalam penelitian ini, selain menggunakan metode wawancara untuk

mencari permasalahan dan kondisi perusahaan kepada pihak internal yang


39

berkaitan, penulis juga melakukan observasi untuk mengecek kondisi nyata untuk

membandingkan dengan pernyataan saat wawancara. Dokumentasi juga

diperlukan untuk melihat kondisi perusahaan dengan data atau dokumen

perusahaan.

3.6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas,

yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah (Sugiyono, 2009). Dalam hal

analisis data kualitatif, Bogdan di dalam Sugiyono (2009) menyatakan bahwa

analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga

dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Proses analisis data menurut Sugiyono (2009) dalam penelitian kualitatif

dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah

selesai di lapangan. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung

selama proses pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.

1. Analisis sebelum di lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti

memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk

menentukan fokus penelitian.


40

2. Analisis selama di lapangan Model Miles and Huberman

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data

dalam periode tertentu. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009)

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.

a. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seorang peneliti dapat menentukan

kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneliti

menerapkan metode observasi, wawancara atau berbagai dokumen yang

berhubungan dengan subjek yang diteliti. Dalam tahap ini peneliti harus

mampu merekam data lapangan dalam bentuk catatan-catatan lapangan

(field note) harus ditafsirkan atau diseleksi masing-masing data yang

relevan dengan fokus masalah yang diteliti.

b. Penyajian data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Dengan men-display-kan data maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami.


41

c. Pengambilan kesimpulan/verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dalam mendukung

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Sumber: Sugiyono (2009)


Gambar 3.1.
Komponen Dalam Analisis Data (Flow Model)

3.7. Tahapan Penelitian

Agar penelitian yang disusun dapat memberikan hasil akhir atau kesimpulan

sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka diperlukan tahapan-tahapan

penelitian yang sistematis seperti berikut:

1. Tahap awal penelitian

Pada tahap awal dilakukan survei pendahuluan dengan melakukan

kunjungan ke perusahaan untuk melihat dan mengamati situasi dan

kondisi yang sebenarnya terjadi sehingga dapat diketahui permasalahan

yang terjadi. Karena penelitian ini berfokus pada reverse logistics,


42

maka penelitian dilakukan di bagian kegiatan pengelolaan reverse

logistics drum besi bekas. Selanjutnya penulis merumuskan

permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini. Dari rumusan

masalah maka akan ditentukan tujuan penelitian ini.

2. Tahap pengumpulan data

Pada tahap pengumpulan data, penulis menggunakan metode

wawancara secara tidak terstruktur kepada pemilik perusahaan, bagian

operasional, bagian logistik, bagian quality control dan beberapa

pekerja yang terlibat secara langsung di CV. Trijaya Sakti, observasi

langsung di perusahaan dan dokumentasi. Studi kepustakaan dilakukan

untuk mendukung studi lapangan, dilakukan dengan mencari literatur-

literatur dan jurnal-jurnal mengenai reverse logistics.

3. Tahap pengolahan data

Tahap selanjutnya adalah pengolahan dan penafsiran data. Data yang

diolah berupa data historis, hasil wawancara, dan data lainnya yang

digabungkan sehingga dapat dilakukan analisis mengenai pengelolaan

reverse logistics drum besi bekas yang dilakukan perusahaan.

4. Tahap analisis dan pembahasan

Pada tahap ini penulis melakukan analisis dan pembahasan terhadap

hasil dari data yang telah diolah.

5. Tahap penarikan kesimpulan dan saran

Tahap terakhir dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan

saran dari keseluruhan hasil yang diperoleh dari semua tahapan

penelitian yang telah dilakukan penulis.


43

Gambar 3.2.

Tahapan Penelitian
44

BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Sejarah Perusahaan

CV. Trijaya Sakti didirikan pada tahun 1990 oleh Bapak Erwin Wijaya.

Pada awalnya, perusahaan ini hanya bergerak pada bidang usaha penjualan bahan

bangunan, pakaian anak-anak dan properti ruko di kota Gresik. Berdasarkan Surat

Izin Usaha Perdagangan yang diterbitkan pada tanggal 16 Agustus 1999, pemilik

secara resmi mengembangkan lini bisnisnya yaitu usaha drum besi bekas karena

adanya peluang dari bisnis besi tua yang semula hanya dijual dengan harga yang

murah ternyata memiliki nilai ekonomis potensial yang terkandung di dalamnya

sehingga membutuhkan suatu proses regenerasi nilai dan dapat dijual kembali ke

pelanggan baru melalui pasar sekunder dengan harga yang lebih tinggi bila

dibandingkan dijual dalam keadaan awalnya dan juga karena adanya permintaan

dari konsumen agar pemilik juga membuka usaha di bidang tersebut.

Ketika awal didirikan, perusahaan ini masih belum memiliki lokasi yang

tetap. Perusahaan ini bermula melakukan kegiatan operasionalnya di Kecamatan

Benjeng, Kabupaten Gresik dengan menyewa lahan dan berpindah ke Kecamatan

Manyar, tepatnya di Jalan Raya Roomo Sekarsore No. 409 Kabupaten Gresik.

Hingga saat ini perusahaan telah memiliki 43 orang pegawai. CV. Trijaya Sakti

44
45

beroperasi pada hari senin sampai sabtu pada pukul 08.00 hingga 16.00 WIB.

Sampai saat ini perusahaan aktif dalam memasok drum besi bekas ke beberapa

perusahaan kimia, pupuk, oli, karet, dan minyak di berbagai kota di antaranya

Gresik, Lamongan, Mojokerto, Surabaya, Pasuruan, dan kota lainnya.

4.1.2. Bentuk Badan Usaha dan Lokasi Perusahaan

Badan usaha CV. Trijaya Sakti berbentuk Commanditaire Vennootschaap,

di mana perusahaan tidak memiliki status sebagai badan hukum. Perusahaan yang

memiliki lini bisnis dalam remanufacture drum besi ini memiliki kantor dan

kegiatan operasionalnya yang berpusat di Jalan Raya Roomo Sekarsore No. 409,

Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.

4.1.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi diartikan sebagai: (1) seperangkat tugas-tugas formal

yang diberikan pada individu dan departemen; (2) hubungan pelaporan formal,

yang terdiri atas garis wewenang, tanggung jawab dalam mengambil keputusan,

banyaknya tingkatan hierarkis, dan cakupan pengendalian manajer; serta (3)

rancangan sistem untuk menjamin terciptanya koordinasi pegawai yang efektif

antar-departemen (Daft, 2008). Adapun struktur organisasi CV. Trijaya Sakti

dapat dilihat pada gambar 4.1.


46

Sumber: Data internal perusahaan

Gambar 4.1.

Struktur Organisasi Perusahaan CV. Trijaya Sakti

4.1.4. Produk yang Dipulihkan Perusahaan

CV. Trijaya Sakti memiliki beberapa lini bisnis, yaitu penjualan bahan

bangunan, pakaian anak-anak, dan properti ruko dan salah satu lini bisnisnya yaitu

usaha dalam melakukan pemulihan drum besi bekas. Pada awalnya perusahaan

juga melakukan pemulihan pada drum plastik bekas namun permintaan drum besi

bekas lebih tinggi bila dibandingkan dengan drum plastik bekas sehingga

perusahaan saat ini lebih berfokus pada usaha pemulihan drum besi bekas. Dalam

memulihkan drum plastik tergolong lebih mudah bila dibandingkan dengan drum

besi dikarenakan hanya membutuhkan pencucian bagian dalam dan melengkapi


47

bagian drum yang hilang seperti penutup dan karet drum. Pemulihan drum besi

lebih rumit dikarenakan prosesnya yang cukup panjang. Dalam menjalankan

bisnisnya, perusahaan mampu melakukan proses pemulihan antara 150 hingga

200 drum besi bekas per hari sehingga perusahaan dapat melakukan proses hingga

4.800 drum besi bekas setiap bulannya dan siap dikirim ke pelanggan yang

tersebar di berbagai kota. Perusahaan menghasilkan pemulihan drum dengan dua

jenis kualitas, di antaranya grade 1 dengan berat lebih dari 17,50 kg dan grade 2

dengan berat 16,30 17,50 kg. Grade 1 memiliki berat dan ketebalan yang lebih

baik sehingga lebih tahan pada benturan daripada grade 2.

4.2. Pengumpulan Data

Data yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan data berdasarkan

hasil wawancara terhadap pemilik, bagian operasional, bagian logistik, bagian

quality control, dan beberapa pekerja CV. Trijaya Sakti. Wawancara dilakukan

selama satu bulan dengan jangka waktu kunjungan yang telah ditentukan antara

penulis bersama narasumber terkait. Waktu kunjungan dan observasi selama satu

bulan dilakukan pada jam yang berbeda, tidak konstan serta fleksibel mengikuti

jadwal dan kelonggaran pihak yang bersangkutan. Penulis diperbolehkan untuk

mengamati kegiatan reverse logistics dan proses pemulihan yang terjadi dan

mempelajari dokumen terkait milik CV. Trijaya Sakti.

Wawancara dan penelitian dimulai pada tanggal 15 November 2016

hingga 19 Desember 2016. Data yang diperoleh merupakan hasil wawancara, baik

yang diperoleh melalui pemilik CV. Trijaya Sakti, bagian operasional, bagian

logistik, bagian quality control dan beberapa pekerja. Penulis memilih narasumber
48

yang telah disebutkan dikarenakan memiliki keterlibatan besar dalam aktivitas

reverse logistics dimulai dari pemilihan drum yang bisa masuk dan dapat

dipulihkan kembali hingga dijual kembali ke pelanggan baru di pasar sekunder.

4.3. Tahapan Dasar yang Digunakan dalam Melakukan Analisis

Pengelolaan Reverse Logistics di CV. Trijaya Sakti

Mengacu pada jurnal reverse logistics dari Agrawal, et al., (2016),

ditemukan basic flows of reverse supply chain yang merupakan tahapan dasar

yang harus ada di dalam suatu pengelolaan reverse logistics. Tahapan dasar yang

disebutkan di dalam jurnal antara lain:

1. Product acquisition/gatekeeping atau akuisisi produk;

2. Collection atau pengumpulan;

3. Inspection/sorting atau inspeksi/penyortiran;

4. Disposition atau pilihan disposisi;

5. Redistribution atau distribusi ulang.

Kelima tahapan yang telah disebutkan di atas telah mencakup keseluruhan

aktivitas reverse logistics yang dilakukan perusahaan sehingga dapat digunakan

untuk menganalisis aktivitas yang telah dijalankan. Tahapan yang telah

disebutkan sebelumnya akan dianalisis mengenai apa saja kegiatan yang

dilakukan perusahaan, apakah perusahaan telah melakukan kegiatan reverse

logistics dengan baik atau belum, dan juga alasan serta tujuan perusahaan dalam

melakukan masing-masing kegiatan di dalam tahapan. Hal ini akan menjadi acuan
49

dalam melakukan analisis pengelolaan reverse logistics drum besi bekas di CV.

Trijaya Sakti.

Product
End re Inspect acquisiti Start
Dispos Collect on/
distrib ition
ion/sor
ion
ution ting gatekee
ping
Sumber: Agrawal, et

al. (2016)

Gambar 4.2.

Basic Flows of Reverse Supply Chain yang Menjadi Acuan dalam Melakukan
Analisis Pengelolaan Kegiatan Reverse Logistics CV. Trijaya Sakti

4.4. Pembahasan

4.4.1. Pengelolaan Reverse Logistics Drum Besi Bekas di CV. Trijaya Sakti

Berdasarkan Basic Flows of Reverse Supply Chain

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di CV. Trijaya

Sakti menunjukkan bahwa secara mendasar pihak CV. Trijaya Sakti masih belum

memahami tentang kegiatan reverse logistics. Namun dalam melakukan

praktiknya, CV. Trijaya Sakti telah melakukan seluruh rangkaian basic flows of

reverse supply chain dalam pengelolaan reverse logistics drum besi bekasnya

walaupun masih belum dijalankan secara optimal. Drum besi bekas yang masuk

ke dalam reverse logistics teridentifikasi oleh Brito, et al. (2003) sebagai end-of-

use returns di mana produk yang dikembalikan atau komponen yang tak lagi
50

digunakan oleh pemilik aslinya, namun dapat dicarikan pelanggan baru yang mau

menggunakannya melalui proses pemulihan untuk meregenerasi nilainya.

Motif yang memengaruhi dan melandasi CV. Trijaya Sakti dalam

melakukan aktivitas reverse logistics yang diperkuat dengan identifikasi Murali,

et al. (2011) adalah terdapat peningkatan permintaan dalam kebutuhan

remanufacturing drum besi bekas yang telah digunakan, potensi dari produk yang

bernilai namun tidak lagi digunakan lagi oleh pengguna saat ini sehingga

diperlukan regenerasi nilai, dan meningkatnya penggunaan kembali drum besi

bekas dikarenakan faktor pengurangan biaya pada pengadaan drum besi bagi

perusahaan yang menjadi pelanggan.

Teridentifikasi dalam Jindal & Sangwan (2015), untuk mengumpulkan

drum besi bekas yang didapatkan dari beberapa titik konsumen akhir yang

tersebar luas, perusahaan bekerja sama dengan pihak ketiga dalam mengumpulkan

produk yang pernah digunakan. Dikarenakan perusahaan bukanlah OEM yang

menghasilkan drum yang sebenarnya, pemilihan metode pengumpulan oleh pihak

ketiga sudah sesuai dengan karakteristik drum besi bekas yang memiliki kondisi,

kualitas, dan jenis drum yang berbeda-beda satu sama lain.

Di dalam jurnal Ferguson & Browne (2001) telah teridentifikasi bahwa

CV. Trijaya Sakti berperan dalam reverse logistics sebagai manufacturer-

controlled recycling centers yang berfokus pada pemulihan drum besi bekas yang

didapatkan dari sekelompok pelanggan yang tidak lagi membutuhkannya.

Vahabzadeh & Yusuf (2015) menjelaskan bahwa dengan memanfaatkan reverse

logistics, perusahaan akan mampu mendapatkan pendapatan dari produk yang


51

direkondisi atau didaur ulang yang sebelumnya produk tersebut disingkirkan.

Agar CV. Trijaya Sakti dapat mengelola reverse logistics-nya dengan baik maka

diperlukan analisis sebagai langkah dalam menilai keefisiensian dan keefektifan

setiap aktivitas yang dijalankan di dalam perusahaan dan drum-drum tersebut

dapat dipulihkan dengan baik tanpa terjadi kesalahan sehingga termanfaatkan

dengan baik..

Berdasarkan jurnal dari Agrawal, et al., (2016), ditemukan langkah-

langkah dasar yang disebut sebagai basic flows of reverse supply chain dalam

melakukan pengelolaan reverse logistics yang dilakukan oleh perusahaan. Di

antaranya terdapat lima langkah yaitu product acquisition/gatekeeping, collection,

inspection/sorting, disposition, dan redistribution namun dalam penerapannya

belum sepenuhnya sempurna sehingga diperlukan suatu analisis.

Dari lima langkah tersebut, collection dan disposition menjadi masalah

utama dalam pengelolaan reverse logistics di CV. Trijaya Sakti. Hal tersebut

menjadi kendala utama di mana dalam collection yang tidak berjalan dengan baik

dapat memberikan dampak negatif terhadap kinerja CV. Trijaya Sakti dikarenakan

drum yang bersifat sebagai bahan baku material dalam proses berada pada

kondisi, kualitas, kuantitas yang tidak seragam dan waktu yang tidak pasti

sehingga harus disimpan dengan baik. Namun dalam kenyataannya, perusahaan

tidak melakukan penyimpanan drum dengan benar sehingga seringkali drum yang

telah didapatkan menjadi semakin rusak (downgrade) yang menyebabkan

pemulihan semakin sulit bahkan tidak dapat dilakukan proses pemulihan yang
52

berujung pada kerugian yang harus ditanggung perusahaan. Penyimpanan yang

baik dapat menjaga kualitas dari drum besi bekas.

Untuk langkah disposition dapat menjadi kendala ketika proses pemulihan

terhadap drum berjalan dengan rendahnya pengawasan, serta kurangnya

pemahaman serta skill dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini dapat

menimbulkan kesalahan yang berujung pada rework atau pengerjaan ulang dan

bahkan kerusakan sehingga drum besi bekas tidak dapat dipulihkan kembali dan

dapat mengakibatkan kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Perputaran pekerja yang cukup tinggi bahkan seringkali berhenti tanpa

pemberitahuan membuat perusahaan menghadapi kesulitan karena harus mencari,

melatih dan memberikan arahan pada pekerja baru.

Dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan pemilik, bagian

operasional, bagian quality control, bagian logistik serta beberapa pekerja CV.

Trijaya Sakti, masing-masing narasumber menyatakan bahwa hambatan yang

seringkali terjadi dalam kegiatan pengelolaan reverse logistics adalah

ketidakpastian drum sebagai material baik dari sisi kualitas, kuantitas, kondisi,

dan waktu sehingga berdampak pada ketidakmampuan perusahaan dalam

memenuhi purchase order yang dikirim oleh pelanggan secara tepat waktu yang

berujung pada batalnya pesanan pelanggan. Oleh karena itu diperlukan analisis

sehingga setiap aktivitas yang dijalankan harus diperhatikan secara seksama untuk

memanfaatkan drum dengan sebaik mungkin dan dapat menghindari kerugian.

Kualitas dari barang atau material yaitu drum besi bekas yang mengalir

dari arus reverse logistics memiliki ketidakpastian baik dari sisi kuantitas,
53

kualitas, kondisi, dan waktu sehingga hal ini dapat mempengaruhi kemampuan

perusahaan dalam memenuhi permintaan drum yang sudah dipulihkan.

Ketidakpastian kualitas dan kondisi drum besi bekas yang sesuai dengan

ketentuan perusahaan disertai dengan kuantitas drum yang tidak pasti dan waktu

ketersediaan drum membuat CV. Trijaya Sakti tidak dapat memenuhi permintaan

pelanggan dan bahkan seringkali menolak permintaan pelanggan karena tidak

memiliki persediaan drum yang cukup untuk dipulihkan. Di dalam setiap sistem

reverse logistics harus memiliki basic flows of reverse supply chain yang

dikembangkan oleh Agrawal, et al. (2016), tahapan-tahapan tersebut di antaranya:

4.4.1.1. Product Acquisition/Gatekeeping atau Akuisisi Produk

Kegiatan dan proses reverse logistics pada CV. Trijaya Sakti

dimulai dari supplier yang bertindak sebagai penyedia drum besi bekas.

Dilakukannya gatekeeping mampu meminimalkan potensi pasokan drum

yang tidak diinginkan perusahaan untuk masuk ke dalam proses

selanjutnya. Gatekeeping berperan sebagai katup yang terbuka apabila

pasokan drum memenuhi ketentuan dan syarat yang dibutuhkan dan

berperan sebagai katup yang tertutup apabila berlaku sebaliknya. Drum-

drum tersebut didapatkan dari konsumen akhir individu dan konsumen

akhir perusahaan yang tidak lagi membutuhkan drum besi bekas yang

sudah pernah digunakan. Pasokan drum tersebut dikumpulkan oleh pihak

yang berperan sebagai supplier yang mengumpulkan drum besi bekas dari

berbagai pelanggan yang tersebar di berbagai titik.


54

Dalam melakukan pengadaan pasokan, drum besi bekas yang

melalui aliran reverse memiliki ketidakpastian dari sisi kualitas, kuantitas,

kondisi, dan waktu sehingga perusahaan bekerja sama dengan mitra yang

bertindak sebagai supplier dalam menyediakan drum besi bekas dari

konsumen untuk menunjang aktivitas perusahaan dan memenuhi

permintaan. Dengan kerja sama tersebut diharapkan perusahaan lebih

mampu menyediakan dan memasok drum yang telah dipulihkan kepada

pelanggan.

1. Supplier menginformasikan kepada pelanggan mengenai adanya

ketersediaan pasokan drum dan mendiskusikan kesepakatan harga. Hal

ini dilakukan melalui telepon yang menjadikan proses informasi

berjalan dengan efisien. Hal ini sesuai dengan efisiensi dari arus

informasi pada reverse logistics yaitu supplier memberikan informasi

terkait adanya pasokan produk, lokasi tempat pengumpulan pasokan,

dan bekas dari penggunaan.

2. Setelah perusahaan dan supplier menyepakati harga, maka perusahaan

akan mendatangi tempat pasokan drum. Dalam melakukan seleksi dan

pengantaran drum, terdapat dua alternatif:

a. Perusahaan menjemput drum menggunakan truk milik pribadi dan

melakukan seleksi di tempat supplier. Hal ini dilakukan apabila

supplier telah menjadi mitra tetap dan rutin menyuplai drum besi bekas

dengan jumlah yang besar. Saat ini perusahaan memiliki lima supplier

tetap yang rutin memasok drum besi bekas. Dengan mendatangi tempat

pasokan secara langsung, perusahaan dapat melihat semua pasokan


55

drum yang dimiliki oleh supplier sehingga perusahaan mendapatkan

pasokan drum yang sesuai dengan ketentuan kriteria dan kebutuhan

perusahaan lebih besar dan dari segi biaya transportasi, hal ini jauh

lebih efisien dikarenakan perusahaan yang menanggung biaya solar

dan bongkar angkut.

b. Supplier mengantarkan drum menggunakan truk atau kendaraan

pribadinya dan melakukan seleksi di tempat CV. Trijaya Sakti. Hal ini

dilakukan oleh supplier yang tidak tetap, tidak rutin, dan dalam skala

kecil. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari perusahaan,

supplier dengan tipe ini melakukan penjualan drum besi bekas

penggunaannya sendiri sehingga harga penjualan drum tersebut

ditentukan oleh perusahaan serta biaya transportasi ditanggung oleh

perusahaan. Karena pasokan drum hanya berskala kecil, maka proses

gatekeeping dapat dilakukan di tempat perusahaan.

3. Dikarenakan pasokan drum besi bekas yang melalui aliran reverse

mengalami ketidakpastian dari segi kualitas dan kondisi yang berbeda

antara satu dengan yang lainnya, maka pemilihan drum besi bekas yang

dapat memasuki aliran perusahaan membutuhkan kriteria sebagai

berikut:

a. Drum tidak memiliki penyok atau memiliki sedikit penyok yang

tidak dalam;

b. Drum tidak memiliki karat atau memiliki karat tipis yang tidak

tebal;

c. Drum tidak memiliki lubang atau bocor atau merembes;


56

d. Berat lebih dari 16,30 kilogram.

Tabel 4.1.

Berat Drum Besi Sesuai Jenis Drum


Jenis Drum Berat Drum (kg)
Slivi Oil 14,3
Sonneborn 14,3
Castrol CDS 30 14,84
XCL lubricants 15,03
Agip 15,2
Mobil 15,2
JP 15,21
Sheel Rimula R3 15,25
Sheel Alexia S4 15,7
Sheel Rimula R2 15,78
Sheel TPS Arginia 15,92
Exxon 15,92
Pello 16,02
Sheel Argina X 16,16
Sheel Omalia S26 16,18
Sheel Gadinia 30 16,19
Terminol 66 16,23
Feocy 52 16,26
Sheel Tellus 16,26
Petronas Lubricants 16,44
Castrol TM 16,5
Enoce 16,5
Pertamina Mad 16,76
Agip KBM 16,79
WIN 16,8
Sheel Melina S 16,8
Coating BKSMAD 16,82
Petronas Lubricants 17,22
Ggi 17,36
PTT Lubricants 17,51
Coating MAS 17,75
Sheel Turbo T.46 17,77
White Oil 17,87
Nynas 18
57

Total Lubmarine 18,38


Baytherm 21
Daltufoam 21
Gc Excenol 21,92
Unirace 22,37
Sumber: Data internal perusahaan

Ket: Tidak memenuhi standar

Memenuhi standar, masuk grade 2

Memenuhi standar, masuk grade 1

Perusahaan memiliki panduan berupa berat dan jenis drum yang dapat dan

tidak dapat memasuki proses. Hal ini dapat memudahkan para pekerja

dalam melakukan pemilihan dikarenakan tidak perlu melakukan

penimbangan masing-masing drum secara terus menerus. Dalam melakukan

pemilihan, pengawasan terhadap aktivitas ini tidak dilakukan dengan baik.

Hal ini dapat mengakibatkan pekerja yang melakukan pemilihan bekerja

dengan asal-asalan dan hanya dengan pengecekan secara kasat mata. Hal

yang sering tidak dilakukan dalam aktivitas ini adalah pemeriksaan

menggunakan senter untuk mengecek bagian dalam dari drum besi bekas

untuk melihat adanya karat dan juga lubang. Dengan pengawasan yang

kurang dapat mengakibatkan potensi pasokan drum besi bekas yang tidak

diinginkan dapat memasuki tahap selanjutnya dan luput dari pemeriksaan.

4. Setelah pasokan drum yang memenuhi ketentuan dan kriteria yang

dibutuhkan perusahaan telah terpilih, maka selanjutnya adalah melakukan

pembayaran dengan jumlah drum yang terpilih. Dalam hal ini, perusahaan

tidak melakukan pembayaran berdasarkan kondisi drum yang didapat.


58

Harga dipatok berdasarkan jumlah drum yang terpilih dan sama rata, bukan

berdasarkan kondisi dari masing-masing drum. Serta apabila terdapat

komponen yang kurang seperti tidak adanya tutup atau karet pada drum,

perusahaan tidak melakukan negosiasi harga.

Sumber: data diolah


Gambar 4.3.

Flowchart Penanganan Gatekeeping/Product Acquisition


59

4.4.1.2. Collection atau pengumpulan

Start

Pasokan drum terpilih melalui gatekeeping

Pengumpulan

Dilakukan perusahaan Dilakukan supplier


apabila pasokan dalam apabila pasokan dalam
jumlah banyak. jumlah kecil.

Penyimpanan

End

Sumber: data diolah

Gambar 4.4.
Flowchart Tahapan Collection

1. Pengumpulan

Setelah dilakukan gate keeping, maka perusahaan telah menemukan drum

yang masih dapat dipulihkan kembali dan layak untuk masuk ke dalam

sistem reverse logistics perusahaan. Selanjutnya drum-drum besi bekas

dikumpulkan dan dikirim ke workshop untuk diinspeksi dan disortir

berdasarkan grade atau tingkat kualitasnya dan disimpan.

a. Perusahaan menjemput drum menggunakan truk milik pribadi dan

melakukan seleksi di tempat supplier. Hal ini dilakukan apabila


60

supplier telah menjadi mitra tetap dan rutin menyuplai drum besi bekas

dengan jumlah yang besar.

b. Supplier mengantarkan drum menggunakan truk atau kendaraan

pribadinya dan melakukan seleksi di tempat CV. Trijaya Sakti. Hal ini

dilakukan oleh supplier yang tidak tetap, tidak rutin, dan dalam skala

pasokan yang kecil.

Dengan melakukan pengangkutan sesuai dengan jumlah

ketersediaan pasokan yang disediakan supplier, maka perusahaan dapat

melakukan efisiensi dari segi biaya dan waktu. Pengangkutan secara

mandiri lebih menghemat biaya dan efisien apabila pasokan dalam

jumlah banyak karena dapat menghemat biaya dikarenakan apabila

proses pengangkutan dilakukan oleh supplier, maka biaya angkut dan

bongkar muat yang dibebankan kepada perusahaan menjadi besar dan

juga tidak diperlukan waktu tunggu bagi supplier untuk melakukan

pengangkutan.

Apabila pasokan dalam jumlah kecil, perusahaan lebih memilih

supplier yang melakukan pengiriman pasokan yang dimilikinya

menuju ke perusahaan dikarenakan ongkos kirim yang dibebankan

pada supplier dan juga tidak perlu repot karena pemilihan dapat

dilakukan di perusahaan.

2. Penyimpanan

Dalam praktiknya, perusahaan kurang memperhatikan penyimpanan

terhadap drum yang masih belum melalui proses pemulihan. Hal ini

disebabkan bagian quality control hanya ditempatkan di tahap disposition


61

atau proses pemulihan dan tidak mengawasi kualitas persediaan drum.

Tidak diperhatikannya penyimpanan pasokan drum besi bekas dapat

mempengaruhi nilai dari drum besi bekas yang dapat menjadi turun

(downgrade). Berikut ini merupakan faktor yang dapat menyebabkan

downgrade akibat pengawasan dan pengendalian pasokan drum besi

bekas yang tidak dilakukan dan diperhatikan dengan baik:

a. CV. Trijaya Sakti tidak memiliki gudang penyimpanan pasokan drum

sehingga drum-drum tersebut ditempatkan di berbagai tempat atau area

yang kosong atau ditumpuk-tumpuk sampai tinggi. Penumpukan

pasokan drum besi bekas yang tinggi menyebabkan kesulitan dalam

mengambil persediaan. Penyimpanan dengan cara ini dapat

mengakibatkan terbentuknya penyok sampai patah tulang karena

tekanan yang ditimbulkan.

b. Lokasi yang berdekatan dengan tambak air asin dan kurangnya atap

yang melindungi dari air hujan dapat menyebabkan penurunan kualitas

atau downgrade yang dialami drum. Akibat yang dapat ditimbulkan

adalah munculnya karat yang semakin tebal dan timbulnya lubang

sehingga drum tersebut semakin sulit untuk dipulihkan sehingga

perusahaan lebih memilih untuk melakukan disposal.

c. Drum yang datang tidak diberikan keterangan mengenai tanggal

kedatangan drum sehingga pegawai tidak mengetahui apakah drum

sudah lama atau tidak. Ketika akan mengambil drum dari persediaan,

para pekerja tidak mengambilnya berdasarkan drum yang pertama

datang untuk menjadi yang pertama dipulihkan (First-In-First-Out)


62

namun hanya mengambil yang letaknya paling dekat dan di tumpukan

paling atas walaupun drum tersebut baru datang. Hal ini dikarenakan

penyimpanan yang dilakukan secara berpencar dan tidak terkonsentrasi

pada satu titik penyimpanan. Dengan demikian drum yang letaknya

semakin jauh semakin berpeluang untuk terabaikan hingga dapat

menyebabkan kerusakan pada persediaan drum tersebut. Drum yang

terlalu lama tidak masuk proses semakin berpeluang mengalami

downgrade.

4.4.2.3. Inspection/sorting atau inspeksi/penyortiran

Start

Pasokan drum besi bekas

Grade 1 Grade 2

- tidak ada karat atau hanya - memiliki karat tipis yang


setitik karat sedikit lebar
- tidak ada atau sedikit penyok - memiliki sedikit penyok
- tidak berlubang - tidak berlubang
- berat lebih dari 17,50 kg. - berat di antara 16,30 17,50
kg.

End

Sumber: Data diolah

Gambar 4.5.
Flowchart Tahapan Inspection/Sorting
63

Setelah dilakukan penyimpanan dan siap untuk melakukan proses

pemulihan, maka tahap yang harus dilakukan adalah proses inspeksi atau

melakukan penyortiran terhadap drum yang telah terpilih dan berhasil

memasuki lingkungan perusahaan. Hal ini dilakukan karena drum-drum

besi bekas berada pada kondisi yang tidak seragam antara drum satu

dengan drum lainnya sehingga inspeksi dibutuhkan untuk memisahkan

drum besi bekas menjadi beberapa kategori. CV. Trijaya Sakti menyortir

drum-drum besi bekas berdasarkan tingkatan kualitas atau grade.

Grade 1: tidak ada karat atau hanya setitik karat, sedikit penyok,

tidak berlubang, berat lebih dari 17,50 kg.

Grade 2: memiliki karat tipis yang sedikit lebar, memiliki sedikit

penyok, tidak berlubang, berat di antara 16,30 17,50 kg.

Drum dengan berat lebih dari 17,50 kg lebih memiliki kualitas

yang baik dikarenakan daya tahannya yang lebih kuat karena ketebalan

dindingnya. Drum-drum yang masuk dalam aliran reverse logistics

mengalami ketidakpastian dalam segi kualitas, waktu, kuantitas,

komposisi, dan bekas penggunaan. Drum besi yang masuk ke dalam aliran

reverse untuk dipulihkan kembali terdiri dari bekas penggunaan oli,

polyol, resin, setal, dan dop propelin. Dalam tahap proses, pemisahan

drum sesuai dengan bekas penggunaan perlu dilakukan untuk melakukan

treatment yang berbeda atau pencucian bagian dalam menggunakan cairan

atau larutan sesuai dengan kondisinya.


64

Namun dalam praktik inspection dan sorting, hal yang dilakukan

perusahaan hanya memisahkan berdasarkan grade dan tidak melakukan

pemisahan berdasarkan bekas penggunaan untuk mengantisipasi

terbuangnya larutan secara percuma. Pekerja seringkali melakukan

kesalahan dalam memasukkan larutan ke dalam drum dengan bekas

penggunaan yang tidak sesuai sehingga waktu yang ditimbulkan dapat

menjadi lebih lama dan bahkan pencucian menjadi tidak bersih. Hal ini

dapat menimbulkan kerugian karena terbuangnya larutan yang seharusnya

dapat digunakan untuk membersihkan bekas penggunaan lain. Dengan

demikian melakukan inspection dan sorting dapat dilakukan berdasarkan

tingkat kualitas dan bekas penggunaan sebagai tindakan preventif dalam

mencegah kesalahan yang akan terjadi ke depannya.

4.4.2.4. Disposition atau alternatif recovery

Langkah selanjutnya adalah memilih alternatif keputusan disposisi

mengenai apa yang harus dilakukan terhadap drum-drum besi bekas yang

telah disortir agar drum tersebut dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya.

Keputusan ini dipengaruhi oleh motif keuntungan, kemampuan, dan

seluruh produk yang melalui aliran reverse dapat dijual kembali di dalam

pasar kedua setelah tindakan disposisi. Terdapat dua alternatif yang dapat

dilakukan pada drum besi bekas, yaitu remanufacturing atau disposal.

Untuk mengetahui bagaimana perusahaan sebagai remanufacturer mampu

memulihkan nilai dari drum besi bekas dapat dilakukan dengan

penggolongan penanganan pada produk tersebut. Produk yang akan


65

dipulihkan adalah drum-drum besi bekas milik CV. Trijaya Sakti.

Penggolongan dari alternatif langkah diposisi yang akan dilakukan

terhadap drum besi bekas dapat dipisahkan menjadi dua golongan:

a. Remanufacturing

Remanufacturing dapat dilakukan bila drum besi bekas memenuhi

syarat dan termasuk dalam salah satu grade yang ditentukan perusahaan

sehingga dapat dilakukan langkah untuk meningkatkan nilai

ekonomisnya melalui beberapa proses. Ketentuan yang telah ditetapkan

antara lain berat drum 16,30 kilogram, tidak atau hanya terdapat karat

yang tipis, tidak atau hanya terdapat sedikit penyok dan tidak atau

hanya terdapat lubang kecil di bagian atas drum. Dengan demikian

drum tersebut dapat dilakukan aktivitas regenerasi nilai sehingga

menjadi sama seperti baru.

b. Disposal

Drum besi bekas yang tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan

dapat dilakukan alternatif disposal atau afkir dengan dijual sebagai besi

tua dengan harga yang sangat murah. Hal tersebut dapat terjadi karena

kualitas drum besi bekas yang didatangkan oleh remanufacturer

sebelum memasuki proses remanufacturing seperti berat drum 16,30

kilogram, terdapat karat yang tebal, penyok yang terlalu dalam, dan

terdapat lubang yang tak terlihat. Dengan demikian drum dengan

kondisi tersebut tidak dapat memasuki proses remanufacture sehingga

dapat dilakukan disposal atau penyingkiran dari aliran reverse

perusahaan dengan dijual menjadi besi tua dengan harga yang sangat
66

murah. Namun drum yang berhasil memasuki tempat penyimpanan

drum besi bekas dapat mengalami kondisi yang mengakibatkan drum

tidak dapat dipulihkan kembali seperti luputnya drum yang tidak

memenuhi syarat pada pemeriksaan gatekeeping, bertambahnya karat

karena penyimpanan yang tidak benar, munculnya penyok dan lubang

akibat ketindihan beban dari drum lainnya dan berbagai faktor lain

sehingga mengalami downgrade. Dengan kondisi demikian maka drum

tersebut dapat disingkirkan dengan dijual menjadi besi tua dengan harga

yang murah dikarenakan drum dengan kondisi tersebut sulit untuk

dipulihkan dan membutuhkan upaya yang lebih dengan hasil yang tidak

bisa maksimal dan tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Kegiatan remanufacturing dilakukan selama enam hari kerja, yaitu

dari senin hingga sabtu. Kapasitas proses pemulihan yang mampu

dilakukan perusahaan 150 hingga 200 drum per harinya. Selama kurang

lebih 18 tahun dalam melakukan usahanya, CV. Trijaya Sakti masih belum

menerapkan Standard Operational Procedure (SOP) secara tertulis

sebagai panduan sehingga aktivitas yang dijalankan belum terstandarisasi

sehingga rawan terjadi kesalahan yang berujung pada rework bahkan

disposal. Ketika akan dilakukan proses pemulihan, bagian quality control

bertugas untuk melakukan pengecekan kembali apakah drum yang telah

tersimpan masih memenuhi syarat. Apabila masih memenuhi syarat, maka

proses pemulihan dapat dilakukan. Sedangkan apabila ditemukan kondisi

seperti penyok sampai patah tulang, karat semakin menebal, timbul lubang
67

bocor maka drum menjadi tidak memenuhi syarat dan harus disingkirkan

dengan cara dijual menjadi besi tua.

Sumber: data diolah

Gambar 4.6.

Flowchart Tahapan Disposition/Recovery Alternatives


68

1. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengeluarkan isi bekas

penggunaan drum dengan menggunakan sendok tab dan spons. Drum

dimiringkan untuk memudahkan pengeluaran cairan bekas penggunaan

dan limbah tersebut ditampung menggunakan wadah. Setelah isi drum

telah dikeluarkan maka limbah tersebut dibuang ke wadah khusus yang

digunakan untuk menampung limbah-limbah yang berbahaya apabila

dibuang sembarangan. Cairan yang masih memiliki kualitas baik dapat

dikumpulkan dan dijual kembali sehingga dapat menjadi tambahan

pendapatan. Namun bila cairan tidak dapat dijual atau berkualitas

buruk, perusahaan akan membuangnya secara langsung ke tempat

sampah tanpa penanganan lebih lanjut.

2. Langkah selanjutnya adalah memasukkan drum ke dalam mesin

blower atau peniupan. Hal ini bertujuan agar drum-drum yang penyok

dapat kembali ke bentuk semula dengan cara ditiup sambil dipukul-

pukul secara manual menggunakan kayu balok dan juga untuk

mengetahui adanya lubang pada drum yang kasat mata. Apabila

ditemukan lubang pada body drum atau kebocoran maka harus

dikeluarkan dari proses untuk diafkir atau dijual menjadi besi tua.

Alasan tidak dilakukannya penambalan pada lubang adalah untuk

mengurangi risiko kebocoran pada penggunaan drum yang selanjutnya

karena kebanyakan pelanggan menggunakan drum bekas sebagai

tempat menampung benda cair. Padahal, sebenarnya drum tersebut

masih memiliki potensi untuk dipulihkan kembali apabila pekerja


69

dapat melakukan penambalan dengan baik untuk meningkatkan arus

pasokan drum besi bekas yang dapat dipulihkan.

Terdapat satu mesin blower yang dioperasikan seorang operator

yang bertugas untuk mengoperasikan mesin, cara yang dilakukan

dengan memasukkan drum ke dalam mesin blower serta memukul-

mukul badan drum. Cara kerjanya adalah dengan meniupkan udara

dengan tekanan tinggi melalui mulut drum. Kesalahan yang dapat

terjadi dalam aktivitas ini adalah kurangnya pengawasan yang

dilakukan secara berkala sehingga operator cenderung bekerja asal-

asalan dengan melakukan aktivitas lain seperti mengobrol dengan

pekerja lain dan memainkan telepon selulernya sehingga fokusnya

terbagi yang mengakibatkan drum masih memiliki penyok. Operator

juga bisa lalai dalam bekerja dengan menempatkan drum ke mesin

blower terlalu lama sehingga drum bisa meledak dan membahayakan

pekerja yang bertugas. Hal seperti ini pernah terjadi selama dua kali di

dalam perusahaan.

3. Langkah ketiga dalam proses pemulihan adalah pressing yang

bertujuan untuk merapikan sisi atau tepi dari diameter drum yang

penyok agar kembali rapi seperti semula. Terdapat satu mesin dan

seorang operator yang bertugas untuk mengoperasikan mesin pressing

dan memasukkan drum ke dalam mesin. Cara bekerja mesin ini adalah

lingkaran yang telah disesuaikan dengan diameter drum dan berputar

untuk merapikan sisi dan tepi drum.


70

Kurangnya pengawasan dapat menimbulkan kesalahan yang dapat

terjadi seperti operator yang lalai bekerja sehingga mesin pressing

yang seharusnya merapikan sisi drum malah merusak diameter drum

sehingga membuat drum menjadi berlubang dan tidak dapat digunakan

kembali. Drum yang mengalami hal tersebut terpaksa harus

disingkirkan dari aliran reverse perusahaan dan dijual menjadi besi tua

dengan harga yang murah. Kesalahan lain yang dapat dilakukan adalah

operator yang dikejar target produksi karena pesanan yang terjadi

mendadak dan ingin pulang lebih cepat sehingga drum diangkat lebih

cepat dan sisi drum belum rapi secara sempurna.

4. Langkah keempat adalah pencucian bagian dalam drum. Larutan yang

digunakan untuk mencuci disesuaikan dengan bekas penggunaan

drum. Hal ini dapat diketahui karena perusahaan telah melakukan trial

and error untuk menemukan larutan mana yang paling efektif dalam

membersihkan bekas penggunaan, paling menghemat waktu, dan

paling murah. Drum dicuci menggunakan mesin yang sanggup

mencuci enam drum sekaligus. Cara kerja mesin ini adalah

menuangkan dua liter larutan sesuai bekas penggunaannya ke dalam

masing-masing drum. Kemudian drum akan diputar-putar

menggunakan mesin selama kurang lebih lima menit. Setelah

pencucian selesai, larutan akan dibuang ke dalam wadah khusus

pembuangan. Terdapat tiga operator yang bertanggung jawab dalam

proses pencucian bagian dalam.


71

Tabel 4.2.

Jenis Larutan untuk Mencuci Bekas Penggunaan Drum


Bekas Penggunaan Drum Larutan untuk Mencuci
Semua jenis oli Pertamax
Resin hitam Thinner A Spesial
Polyol abu-abu dan biru Thinner IPA/DOWI
Setal Xilin
Dop. Propelin Pertamax/bensin

Sumber: Data internal perusahaan

Kesalahan yang dapat terjadi adalah salah menuangkan larutan

dikarenakan tidak dilakukannya pemisahan berdasarkan bekas

penggunaan sehingga semakin sulit dihilangkan dan dapat

terbuangnya larutan sia-sia. Pencucian yang kurang bersih juga turut

andil dalam kesalahan yang sering dilakukan sehingga apabila hal ini

terjadi, drum harus dicuci ulang untuk memastikan drum benar-benar

bersih. Pencucian ulang bisa merugikan karena larutan yang

seharusnya bisa digunakan untuk mencuci drum lain menjadi terpakai

untuk membersihkan drum yang sama dan juga waktu yang terbuang.

Bagian dalam drum yang memiliki karat harus dibersihkan

menggunakan rantai, tetapi seringkali pegawai tidak mengecek kondisi

karat bagian dalam yang mungkin timbul karena pada kondisi awal

atau karena penyimpanan yang kurang baik. Akibatnya saat melalui

quality control, masih ditemukan bagian dalam drum yang berkarat

sehingga harus dilakukan rework atau pengerjaan ulang yang

membuang waktu dan biaya.


72

5. Setelah proses pencucian bagian dalam, tahap selanjutnya adalah

pencucian body luar. Sebelum pencucian luar dilakukan, drum harus

dipastikan bebas dari karat. Apabila masih terdapat karat, pengikisan

dilakukan untuk menghilangkan karat yang menempel pada bagian

luar drum dengan cara dikikis menggunakan kertas gosok. Jika karat

cukup sulit untuk dihilangkan, maka dapat menggunakan sikat

mangkok atau grinda.

Apabila tidak ada karat yang menempel atau karat sudah hilang,

maka dapat dilakukan tahap selanjutnya yaitu pencucian bagian luar

drum.pengeringan. Pencucian bagian luar dapat dilakukan setelah

drum telah dipastikan benar-benar bebas karat. Noda-noda seperti oli,

kikisan karat, dll harus dihapus dan dihilangkan menggunakan bensin.

Kemudian drum dicuci menggunakan air dan sabun untuk

membersihkan drum dari debu dan bensin yang digunakan untuk

menghapus noda. Terdapat tiga orang pegawai yang bekerja di dalam

proses pencucian bagian luar. Pencucian bagian luar harus memastikan

bahwa bagian drum luar harus cepat-cepat dikeringkan untuk

menghindari terbentuknya karat dan juga harus memastikan pencucian

benar-benar bersih agar proses pengecatan dapat berjalan secara

sempurna.

Jika drum bagian luar tidak bersih, hal ini berpengaruh pada proses

pengecatan sehingga cat tidak dapat menempel dan melekat dengan

baik. Apabila hal tersebut terjadi, maka cat yang sudah terlanjur

dipoleskan harus dikikis dan proses pencucian bagian luar dilakukan


73

ulang dan memerlukan rework yang membuang waktu dan biaya.

Kemudian dilakukan pengeringan selama seharian untuk memastikan

bagian dalam drum benar-benar kering. Setelah bagian drum telah

kering secara sempurna, selanjutnya dilakukan pengecatan.

6. Tahap terakhir adalah pengecatan. Pengecatan dilakukan untuk

mempercantik kembali drum besi bekas yang semula terlihat kotor dan

lusuh sehingga layak untuk dijual kembali ke pasar sekunder. Hal

pertama yang harus dilakukan adalah mengecat drum menggunakan

warna dasar yaitu putih. Kemudian drum yang telah diberikan warna

dasar dicat berdasarkan permintaan yang tertera di dalam purchase

order. Apabila terdapat request atau permintaan untuk penyablonan,

maka perusahaan akan membuatkan sablon untuk dicetak pada badan

drum. Kemudian disemprot menggunakan spray anti karat. Dalam

tahap ini drum harus dipastikan telah kering dan bersih secara

sempurna agar pengecatan dapat berjalan sempurna. Setelah proses

pemulihan selesai dilakukan, drum dapat dikeringkan dan disimpan

sesuai dengan tingkatan kualitasnya ke gudang yang telah disediakan

dan siap didistribusikan kembali ke pelanggan.

Di dalam aktivitas remanufacture, pekerja kerapkali dialihkan ke

pekerjaan yang bukan bidangnya karena kekurangan orang di bagian

tersebut sehingga sering terjadi kesalahan karena kurangnya pengetahuan

di bidang tersebut. Secara keseluruhan dalam kegiatan ini, pengawasan

dan pengendalian masing-masing aktivitas kurang diperhatikan sehingga

pekerja cenderung bekerja dengan tidak teliti. Tidak adanya SOP yang
74

membantu dalam melakukan standarisasi setiap kegiatan dan menjadi

panduan bagi para pegawai belum diterapkan sehingga aktivitas di

dalamnya tidak terstandarisasi.

Pekerja seringkali tidak masuk kerja bahkan keluar dari pekerjaan

tanpa pemberitahuan sehingga perusahaan menghadapi kesulitan dalam

mencari pekerja baru dan harus memberikan pelatihan dari awal. Pelatihan

dibutuhkan oleh pekerja agar memiliki skill dan keterampilan dalam

memulihkan drum besi bekas.

Mesin-mesin yang dimiliki perusahaan pada umumnya sudah tua

dan seringkali mengalami aus dikarenakan kurangnya perhatian dalam

pemeliharaan mesin yang dapat mengakibatkan terhambatnya proses

pemulihan. Apabila mesin mengalami kerusakan, maka proses

memperbaikinya membutuhkan waktu sedangkan perusahaan tidak

memiliki pekerja yang bertugas melakukan dan perbaikan mesin-mesin

secara berkala ataupun pekerja yang memiliki kemampuan dalam

perbaikan mesin.

4.4.2.5. Redistribution atau distribusi ulang

Ketika pasokan yang telah di-remanufacture telah sesuai dengan daya

angkut truk perusahaan, drum siap dikirim atau didistribusikan kembali menuju

pelanggan di pasar sekunder atau perusahaan penerbit PO menggunakan truk

angkutan milik perusahaan. Sebelum dilakukannya pengiriman atau

pendistribusian ulang, perusahaan harus memastikan bahwa pasokan drum

tersebut benar-benar sesuai dengan ketentuan yang diinginkan pelanggan untuk


75

mencegah kembalinya drum tersebut karena tidak sesuai dengan PO. Tahapan dari

redistribution atau pendistribusian dari drum besi bekas yang telah di-

remanufacture sebagai berikut:

Start

Pengecekan ketersediaan barang di gudang

Pencocokan barang dengan purchase order

Pengiriman ke pelanggan yang menerbitkan PO

Pencocokan barang dengan surat jalan dan POoleh


pelanggan

Tidak
Sesuai?

Ya

End

Sumber: data diolah

Gambar 4.7.
Flowchart Tahapan Redistribution
76

1. Dalam rangka memenuhi permintaan, perusahaan yang menjadi

pelanggan menerbitkan purchase order yang berisi keterangan seperti

jumlah drum besi yang diinginkan beserta spesifikasi tingkat

kualitasnya, harga yang telah disepakati, permintaan seperti warna cat

dan sablon, dan juga tenggat waktu yang diberikan dalam memenuhi

pesanan pembelian drum. Ketika pasokan telah memenuhi daya

angkut, maka akan dilakukan pengecekan ketersediaan pasokan di

gudang.

2. Setelah pasokan dari drum besi bekas telah terpenuhi dengan jumlah

daya angkut truk, maka dilakukan pencocokan persediaan tersebut

dengan purchase order dari perusahaan. Pada tahap ini perusahaan

harus benar-benar memastikan bahwa pasokan drum tersebut telah

sesuai dengan ketentuan yang diinginkan pelanggan seperti tingkatan

kualitas yang diinginkan, request seperti warna cat dan sablon, dll.

Pada praktiknya, kesalahan yang paling sering terjadi adalah salah

dalam melakukan pemberian warna cat pada pasokan drum

dikarenakan perbedaan antara pencatatan atau perintah yang diberikan

perusahaan kepada pekerja. Hal ini dapat disebabkan penggantian PO

yang dilakukan oleh pelanggan namun tidak tercatat di data

perusahaan sehingga menimbulkan mismatch. Kesalahan dalam hal

tersebut dapat menyebabkan komplain dari pelanggan.

3. Kemudian perusahaan akan mendistribusikan drum-drum tersebut

menggunakan armada truk yang dimiliki yang dilengkapi dengan surat

jalan. Truk milik CV. Trijaya Sakti mampu mengangkut dengan


77

kapasitas 100, 150, dan 170 drum. Drum dikirim secara berkala sampai

perusahaan telah memenuhi jumlah pesanan pembelian sesuai dengan

PO. Sebelum drum dikirim, perusahaan harus memastikan bahwa

pasokan tersebut telah sesuai dan memenuhi syarat yang dibutuhkan

perusahaan. Pengawasan dan quality control yang tidak dilakukan

terhadap persediaan drum yang telah mengalami remanufacture

sebelum pengiriman menyebabkan lolosnya drum yang kurang

memenuhi syarat seperti adanya sedikit penyok atau adanya karat di

bagian mulut drum.

4. Pada tahap ini, pelanggan akan memutuskan apakah pasokan drum

yang dikirim telah benar-benar sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan dan tertulis pada PO. Pelanggan hanya melakukan

pengecekan secara kasat mata yaitu berdasarkan warna yang

diinginkan atau jumlah kuantitas dari drum yang dikirim. Apabila

pelanggan menemukan kesalahan tersebut maka pasokan drum yang

tidak memenuhi keinginan pelanggan akan langsung diangkut kembali

oleh truk milik perusahaan untuk dilakukan rework.

Sedangkan apabila kesalahan ditemukan oleh pelanggan sesaat

akan menggunakan drum dari perusahaan, maka pelanggan akan

mengajukan komplain kepada perusahaan. Apabila terjadi komplain

maka perusahaan akan mengangkut kembali drum yang tidak layak

tersebut saat dilakukan pengiriman selanjutnya. Selama ini perusahaan

tidak pernah melakukan dan menetapkan batas waktu dalam komplain

dan pengembalian barang. Penetapan batas waktu ini berguna bagi


78

perusahaan untuk menghindari dilakukannya rework akibat kelalaian

pelanggan seperti penyimpanan yang terlalu lama dan di tempat yang

lembab atau penumpukan. Apabila hal tersebut memang kelalaian

pelanggan maka perusahaan tidak perlu melakukan rework.

Kelima tahapan yang disebutkan di atas merupakan dasar kegiatan arus rantai

pasok yang digunakan dalam reverse logistics. Berdasarkan analisis di atas, semua

kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan langkah basic flow of reverse supply

chain dari jurnal Agrawal, et al., (2016). Namun dalam praktiknya, masih terdapat

beberapa langkah yang kurang optimal dalam penerapannya, yaitu collection dan

disposition/recovery alternatives.

4.4. Analisis Tahapan Reverse Logistics CV. Trijaya Sakti

Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kegiatan dan

proses yang selama ini dilakukan oleh perusahaan, apakah dalam pelaksanaannya

sudah baik atau belum optimal. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi setiap

aktivitas di masing-masing tahapan dan juga mengidentifikasi permasalahan yang

dapat terjadi. Analisis ini dapat digunakan sebagai upaya untuk perbaikan dan

lebih mengoptimalkan kegiatan yang dilakukan perusahaan. Kegiatan yang

menjadi bahan analisis adalah sebagai berikut.


79

Tabel 4.3.

Analisis Aktivitas Reverse Logistics di CV. Trijaya Sakti


Tahap Aktivitas yang telah dilakukan dengan baik Aktivitas yang tidak/belum dilakukan dengan baik

Gatekeeping/ - Informasi mengenai ketersediaan pasokan dari supplier - Dalam melakukan pemilihan drum yang dapat memasuki
product berjalan dengan efektif sesuai dengan kategori efisiensi proses, pengecekan kurang dilakukan dengan benar dan
acquisition alur informasi yaitu adanya informasi terkait produk, seksama seperti tidak dilakukannya pengecekan
informasi terkait lokasi, dan penggunaan. menggunakan senter dan dilakukan secara kasat mata
- Hanya drum besi bekas dengan spesifikasi yang telah sehingga drum yang tidak sesuai kriteria bisa lolos.
ditetapkan perusahaan yang bisa masuk ke dalam tahap - Drum besi bekas yang memiliki lubang seringkali
selanjutnya untuk mencegah drum yang tidak memiliki body yang bagus, namun karena kurangnya
memenuhi syarat masuk ke dalam proses dan keterampilan, perusahaan tidak bisa melakukan
meminimalkan potensi kerugian. penambalan lubang. Padahal drum dengan kondisi
- Dalam melakukan pemilihan drum, perusahaan tersebut memiliki peluang untuk dipulihkan.
memiliki data berat drum sesuai jenisnya sehingga - Pembayaran terhadap pasokan drum yang telah terpilih
memudahkan pegawai dalam memilih drum yang tidak berdasarkan kondisi drum, namun dianggap sama
memiliki berat lebih dari 16,30 kg. rata.
Collection - Pengumpulan drum-drum besi bekas yang sudah - Dalam melakukan penyimpanan pasokan drum yang
terpilih telah dilakukan dengan efektif. Hal ini telah terpilih, perusahaan tidak melakukan pengawasan

79
80

dilakukan sesuai dengan jenis supplier: dan pengendalian pada pasokan serta kurang
a. Apabila supplier tetap yang rutin memasok drum memperhatikan kondisi penyimpanan drum. Hal ini
dengan jumlah besar, maka perusahaan akan dibuktikan dengan tidak adanya gudang yang khusus
mendatangi secara langsung ke tempat menyimpan persediaan drum, dan juga penyimpanan
penyimpanan drum milik supplier agar drum dapat dengan menumpuk drum terlalu tinggi Akibatnya drum
dipilih dengan leluasa. Ketika drum terpilih maka mengalami penurunan kualitas (downgrade) karena
akan dibawa ke workshop. tekanan dari drum lain yang dapat menimbulkan lubang
b. Apabila supplier tidak tetap yang tidak rutin dan dan penyok.
memasok drum dengan jumlah kecil, maka supplier - Kondisi lokasi yang kurang sesuai karena berdekatan
tersebut mendatangi workshop drum secara dengan tambak air garam dan atap pelindung yang
langsung dan perusahaan bisa memilih drum yang kurang melindungi dari air hujan sehingga dapat
sesuai dan tidak perlu repot datang ke tempat menurunkan kualitas drum yaitu munculnya karat yang
supplier semakin tebal.
- Persediaan drum disimpan secara berpencar dan
pengambilan untuk proses selanjutnya tidak berdasarkan
FIFO (First-In First-Out) sehingga drum yang terlalu
lama disimpan dapat menurunkan kualitas. Perusahaan
juga tidak mencatat tanggal kedatangan masing-masing
drum. Drum yang disimpan pada tempat yang sulit
81

dijangkau berpotensi untuk terabaikan.


Inspection/so - Melakukan sortir pada drum yang telah disimpan - Kesalahan dalam menyortir drum ke dalam tingkatan
rting sebelum dilakukan proses pemulihan karena drum- kualitas (grade) karena berubahnya berat dari drum.
drum tersebut berada pada kuantitas, waktu, dan - Tidak melakukan pemisahan drum berdasarkan bekas
kondisi yang tidak seragam dan tidak pasti. Drum penggunaan untuk memudahkan proses pencucian
dengan kualitas baik dijual lebih mahal. dalam.
Disposal - Perusahaan mendapatkan tambahan penghasilan dari - Tidak ada SOP yang menjadi panduan dan pedoman
penjualan cairan bekas penggunaan yang dikeluarkan dalam melakukan setiap langkah proses agar hasil dari
dari drum. remanufacture yang dilakukan perusahaan menjadi
- Perusahaan dapat meminimalkan kerugian drum yang terstandarisasi.
tidak dapat dipulihkan karena terjadinya downgrade - Kurangnya pengawasan yang menyebabkan kesalahan
dengan dijual menjadi besi tua dengan harga yang dalam melakukan aktivitas yang berujung pada rework.
lebih rendah. - Mesin yang sudah tua dan aus karena kurangnya
- Perusahaan selalu mencari cara untuk menemukan maintenance karena tidak dilakukan secara rutin dan
suatu langkah yang efektif, seperti melakukan trial and berkala. Perusahaan juga tidak memiliki pekerja yang
error pada proses pencucian dalam agar dapat bisa memperbaiki mesin.
meminimalkan biaya larutan, kecepatan dalam - Pegawai yang ditempatkan dalam kegiatan yang bukan di
pembersihan, dan hasil pencucian yang didapatkan. bidang keahliannya karena kekurangan orang sehingga
82

- Pengecatan yang dilakukan berjalan dengan rapi dapat terjadi kesalahan yang mengharuskan pengerjaan
dikarenakan pemberian warna dasar dan juga ulang (rework).
penyemprotan spray anti karat untuk mencegah - Melakukan pembuangan limbah dengan dibuang begitu
timbulnya karat. saja ke dalam tempat sampah.
- Kurangnya skill yang dimiliki oleh pekerja terutama pada
cara menambal drum yang berlubang agar drum dengan
lubang dapat dipulihkan dan pasokan bertambah.
Redistributio - Pengiriman dilakukan segera saat stok permintaan - Terdapat drum yang tidak sesuai permintaan yang lolos
n drum telah terpenuhi dan sesuai dengan kapasitas truk ke dalam distribusi sehingga harus melakukan
pengangkut yang tersedia. pengiriman ulang. Hal ini dapat terjadi karena tidak
- Proses loading drum ke dalam truk dilakukan cukup adanya quality control dalam memantau drum yang
cepat dan pegawai cukup cekatan. sudah di-remanufacture seperti masih adanya penyok dan
karat pada mulut drum.
- Adanya mismatch dalam purchase order dan surat jalan
sehingga terjadi kesalahan dalam pengiriman. Kesalahan
yang paling sering terjadi adalah salah mengirim tipe
drum. Dapat disebabkan karena penggantian PO oleh
pelanggan namun tidak terekam oleh data perusahaan.
- Memberlakukan penetapan batas waktu komplain yang
83

mengharuskan drum yang telah dikirim harus kembali ke


perusahaan untuk menghindari dilakukannya rework
karena kelalaian pelanggan.
Sumber: data diolah
84

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

2.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang telah dilakukan melalui

wawancara dengan pihak internal dan observasi di lapangan terhadap pengelolaan

reverse logistics drum besi bekas di CV. Trijaya Sakti, maka dapat disimpulkan

bahwa CV. Trijaya Sakti membutuhkan pengelolaan reverse logistics drum besi

bekas yang baik untuk mengurangi permasalahan yang terjadi. Tahapan collection

dan disposition menjadi tahapan yang paling tidak optimal dalam penerapannya.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan pengawasan yang kurang di dalam setiap

tahapan sehingga dapat memunculkan kerugian biaya terkait dengan penyimpanan

pasokan yang kurang diperhatikan sehingga menimbulkan downgrade atau

penurunan nilai dan rework akibat kelalaian pekerja. Pasokan drum besi bekas

yang mengalami downgrade harus segera disingkirkan atau disposal dari aliran

reverse logistics perusahaan karena tidak memungkinkan untuk dilakukannya

aktivitas remanufacture terhadap drum dengan kondisi tersebut. Dengan

disingkirkannya pasokan tersebut dapat berdampak pada kerugian yang harus

ditanggung oleh perusahaan. Dalam melakukan pengelolaan reverse logistics,

perusahaan tidak memiliki SOP sebagai suatu langkah dalam melakukan

standarisasi proses dan panduan bagi pekerja untuk menghindari rework dan

kerusakan drum besi bekas yang dapat mengakibatkan kerugian.

84
85

2.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis berharap hasil

penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam mengelola reverse logistics pada

drum besi bekas di CV. Trijaya Sakti menjadi lebih baik dan efisien. Saran yang

dapat diberikan penulis terhadap perusahaan adalah dengan melakukan

pengawasan di dalam setiap tahapan dan aktivitas pengelolaan reverse logistics

agar penanganan dari produk yang di-remanufacture dapat menjadi lebih baik.

Potensi kerugian dapat ditekan dengan cara memperhatikan dan

mengawasi atau dilakukannya quality control pada pasokan drum besi bekas yang

masih bisa dipulihkan agar tidak mengalami downgrade dan dilakukannya

penyingkiran (disposal) dari aliran reverse logistics perusahaan dengan cara dijual

dalam kondisi aslinya dengan harga 10% - 15% dari harga pokok pembeliannya.

Perusahaan juga perlu melakukan penetapan SOP sebagai suatu langkah dalam

melakukan standarisasi dari proses dan panduan bagi para pekerja dalam

melakukan pekerjaannya untuk menghindari kesalahan yang berujung pada

rework dan kerusakan dari drum besi bekas sehingga harus dilakukan keputusan

disposal.
86

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, S., Singh, R. K. & Murtaza, Q., 2016. Disposition decisions in reverse
logistics by using AHP-fuzz TOPSIS approach. Journal of Modelling in
Management, Volume 11, pp. 932-948.

Agrawal, S., Singh, R. K. & Murtaza, Q., 2016. Triple bottom line performance
evaluation of reverse logistics. Competitiveness Review: An International
Business Journal, 26(lss 3).

Bachri, B. S., 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada


Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, Volume 10, pp. 6-62.

Beh, L.-S., He, A. G. Q., Gallear, D. & O'Regan, N., 2016. Second-life retailing: a
reverse supply chain perspective. Supply Chain Management: An
International Journal, Volume 21.

Blackburn, J. D., Guide, V. D. R., Souza, G. C. & Wassenhove, L. N. V., 2004.


Reverse supply chain for commercial returns. California Management
Review, 46(2), pp. 6-22.

Blumberg, D. F., 2005. Introduction to Management of Reverse Logistics and


Closed Loop Supply Chain Processes. Florida: CRC Press.

Brito, M. P. D., 2003. Managing Reverse Logistics or Reversing Logistics


Management?. Rotterdam: Erasmus University Rotterdam.

Brito, M. P. d., Dekker, R. & Flapper, S. D. P., 2003. Reverse Logistics: A review
of case studies. Working Paper, Volume 21, p. 29.

Chan, H. K., 2007. A pro-active and collaborative approach to reverse logistics - a


case study. Production Planning & Control, Volume 18, pp. 350-560.

CII Institute of Logistics, 2013. Post Graduate Diploma in Supply Chain


Management. Chennai, CII Institute of Logistics.

Daft, R. L., 2008. Era Baru Manajemen. 9 penyunt. New York: Penerbit Salemba.

Deloitte & Arvato, 2014. The hidden value in Reverse Logistics: Point of view,
Deloitte: Deloitte Consulting.

86
87

Elmas, G. & Erdogmus, F., 2011. The importance of reverse logistics.


International Journal of Business and Management Studies, 3(1).

Ferguson, N. & Browne, J., 2001. Issues in end-of life product recovery and
reverse logistics. Production Planning and Control: The Management
Operations, Volume 12, pp. 534-547.

Gandolfo, A. & Sbrana, R., 2008. Reverse logistics and market-driven


management. Emerging Issues in Management, IV(2), pp. 1-13.

Genchev, S. E., Richey, R. G. & Gabler, C. B., 2011. Evaluating reverse logistics
programs: a suggested process formalization. The International Journal of
Logistics Management, 22(lss 2), pp. 242-263.

Hjort, K., 2010. Returns Avoidance and Gatekeeping to Enhance E-commerce


Performanc, Goteborg: University of Boras.

Jacobs, F. R. & Chase, R. B., 2014. Operations and Supply Chain Management.
14th penyunt. New York: McGraw-Hill.

Jayaraman, V., Ross, A. D. & Agarwal, A., 2008. Role of information technology
and collaboration in reverse logistics supply chain. International Journal
of Logistics Research and Applications: A Leading Journal of Supply
Chain Management, 11(6), pp. 409-425.

Jindal, A. & Sangwan, K. S., 2015. Evaluation of collection methods in reverse


logistics by using fuzzy mathematics. Benchmarking: An International
Journal, 22(lss 3), pp. 292-410.

Kannan, G., Pokharel, S. & Sasikumar, P., 2009. A hybrid approach using ISM
and fuzzy TOPSIS for the selection of reverse logistics provider.
Resources, Conservation and Recycling, Volume 54, pp. 28-36.

Krikke & Harold, 1998. Recovery strategies and reverse logistic network design.

Kulkarni, A., Parlikad, A. & McFarlane, D., 2006. Reverse logistics in supply
networks: state of the art and challenges. London, University of
Cambridge.

Kuncoro, M., 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Meade, L., 2015. Selection Model for a Third-Party Reverse Logistics Provider,
Texas: University of Dallas.
88

Moleong, L. J., 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Murali, S., Pugazhendhi, S. & Ganesh, K., 2011. Role of Third Party Logistics
Providers in Reverse Logistics. International Journal of Operations
System and Human Resource Management, 1(Nos. 1-2), pp. 77-84.

Nawawi, H., 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Peretti, U., Tatham, P., Wu, Y. & Sgarbossa, F., 2015. Reverse logistics in
humanitarian operations: challenges and opportunities. Journal of
Humanitarian Logistics and Supply Chain Management, 5(lss 2), pp. 253-
274.

Pujawan, I. N. & ER, M., 2005. Supply Chain Management. Surabaya: Guna
Widya.

Richey, R. G., Tokman, J. M., Wright, R. E. & Harvey, M. G., 2005. Monitoring
reverse logistics programs: a roadmap to sustainable development in
emerging marets. Multinational Business Review, 13(lss 3), pp. 41-65.

Rogers, D. S. & Tibben-Lembke, R. S., 1998. Going Backwards: Reverse


Logistics Trends and Practices. Nevada: Reverse Logistics Executive
Council.

Sharma, S., Mahaparta, S. & Parappagoudar, M., 2016. Benchmarking of product


recovery alternatives in reverse logistics. Benchmarking: An International
Journal, 23(lss 2), pp. 406-424.

Simchi-Levi, D., Kaminsky, P. & Simchi-Levi, E., 2003. Managing The Supply
Chain: Concepts, Strategies, and Case Studies. 3rd penyunt. New York:
Mc Graw-Hill.

Srivastava, S. K., 2006. Network design for reverse logistics. The International
Journal of Management Science, Volume 36, pp. 535-548.

Srivastava, S. K. & Srivastava, R. K., 2006. Managing product returns for reverse
logistics. International Journal of Physical Distribution and Logistics
Management, 36(lss 7), pp. 524-546.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Tohirin, 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Depok: Raja Pers.


89

Turisi, M., Bruccoleri, M. & Cannella, S., 2013. Impact of reverse logistics on
supply chain performance. International Journal of Physical Distribution
& Logistics Management, Volume 43, pp. 564-585.

Vahabzadeh, A. H. & Yusuf, R. B. M., 2015. A content analysis in reverse


logistics: A review. Journal of Statistics and Management Systems, 18(4),
pp. 329-379.
90

LAMPIRAN 1

DOKUMENTASI PENELITIAN
91

LAMPIRAN 1
GAMBAR

Pengecekan kondisi bagian dalam drum. Drum yang mengalami patah tulang.

Drum yang memenuhi syarat remanufacture. Pengangkutan drum menuju workshop.

Penyimpanan drum yang siap di-remanufacture..


92

Penyortiran berdasarkan grade Pengeluaran cairan bekas penggunaan drum.

Drum dimasukkan ke mesin blowing + pukul Drum dimasukkan ke mesin pressing.

Memasukkan larutan pembersih sesuai bekas Memasukkan rantai besi ke dalam drum
penggunaan. yang memiliki karat di bagian dalam.
93

Pencucian bagian dalam drum. Pencucian bagian luar drum.

Pembersihan karat luar dengan grinda. Pengecatan body drum.

Penyablonan body drum. Drum siap didistribusikan kembali.


94

LAMPIRAN 2

SURAT PERNYATAAN PENELITIAN


95

LAMPIRAN 3

HASIL WAWANCARA DENGAN PIHAK INTERNAL

CV. TRIJAYA SAKTI


96

Narasumber : Erwin Wijaya

Jabatan : Pemilik CV. Trijaya Sakti

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apa tujuan strategis CV.Trijaya Sakti di bidang usaha pemulihan drum besi bekas?
Tujuan didirikannya perusahaan ini untuk memanfaatkan drum yang sudah tidak
terpakai lagi dengan direkondisi jadi seperti baru dan bisa dijual dengan harga yang lebih
tinggi dari keadaan aslinya. Dari situ kita memanfaatkan peluang bisnis ini.

2. Bagaimana awal mula perusahaan mendirikan bisnis di bidang usaha pemulihan drum
besi bekas?
Awalnya cuma bisnis jual beli besi tua saja, lama kelamaan perusahaan meminta
sekalian bisnis rekondisi drum besi bekas supaya perusahaan bisa dapat drum dengan
harga lebih murah kalo dibandingkan beli drum baru.

3. Bagaimana perusahaan mengelola usaha ini, dimulai dari mendatangkan drum besi
bekas hingga didistribusikan kembali kepada pelanggan?
Kita kerja sama dengan supplier yang mengumpulkan drum besi bekas jadi kalo
ada stok drum akan dihubungi. Kemudian anak-anak pergi ke tempatnya supplier buat
ngecek kondisi drum. Kadang drumnya juga diantarkan kesini sama supplier yang tidak
rutin. Kalo drumnya masih bagus, penyoknya, karatnya masih bisa diatasi ya kita ambil
drumnya. Setelah itu masuk proses, jadi isi bekas drumnya itu dikeluarin dan ditampung.
Terus drum dimasukkan ke mesin buat ditiup, masuk ke mesin press, dicuci bagian dalam
dan luar, lalu dicat dan disablon. Kalau drum sudah memenuhi jumlah PO baru bisa
dikirim.

4. Apakah perusahaan sudah melakukan akuisisi produk atau gatekeeping (beri


penjelasan)? Bagaimana cara perusahaan mengidentifikasi drum besi seperti apa yang
bisa masuk ke dalam proses? Dan kriteria seperti apa?
Sudah, cuma drum yang sesuai kebutuhan yang boleh masuk proses. Kriterianya
ya penyoknya dikit, ga terlalu dalam atau patah tulang, dan karatnya tipis. Sama beratnya
lebih dari 16 kilo.
97

5. Apakah perusahaan sudah melakukan pengumpulan (collection) dengan baik?


Bagaimana cara perusahaan memperoleh drum besi bekas hingga sampai tersimpan ke
dalam gudang?
Kalo menurut saya sudah baik. Caranya ya itu tadi, drum didapat dari supplier
lalu diangkut pakai truk ke sini lalu disimpan. Ada juga yang langsung diantarkan kesini.
kalau sudah dipilih drum mana yang bisa masuk proses baru disimpan di gudang.

6. Apakah perusahaan sudah melakukan inspeksi dan sortir (inspection and sorting)
pada drum besi bekas yang sudah terkumpul? Jika iya, apakah perusahaan memiliki
kategori dalam melakukan penyortiran drum besi bekas?
Iya, jadi setelah drum tadi sudah terkumpul, setelah itu disortir sesuai
kualitasnya. Ada yang grade 1 dan 2. Bedanya ada di berat drumnya soalnya yang grade
satu lebih tebal dan lebih kuat kalo dibandingkan sama yang satunya.

7. Bagaimana cara perusahaan dalam memilih alternatif disposition seperti reuse,


repair, remanufacture, recycle, dan disposal (beri penjelasan)? Faktor apa saja yang
memengaruhi keputusan pemilihan alternatif tersebut?
Berarti masuk remanufacture ya? Ya kan kita memang ada permintaan buat
memulihkan drum besi bekas yang memang masih bisa buat dipulihkan jadi seperti baru.
Faktornya mungkin dari kitanya siapnya melakukan itu. Kalau yang disposal dilakukan
kalau pas proses ditemukan karatnya jadi lebih tebal, penyok sampai patah tulang, dan
muncul lubang atau drum yang merembes.

8. Bagaimana cara perusahaan dalam mendistribusikan ulang (redistribution) drum besi


bekas yang telah dipulihkan nilainya menuju pasar sekunder? Bagaimana perusahaan
menemukan permintaan terhadap drum besi bekas yang sudah dipulihkan nilainya?
Jadi perusahaan yang minta drum besi bekas akan mengirim PO lalu kita
sediakan berapa drum yang dibutuhkan sesuai PO. Saat pengiriman drumnya pakai truk
dari sini ke perusahaan pemesan pakai surat jalan.

9. Apakah pegawai di perusahaan mendapatkan pelatihan mengenai jobdesk masing-


masing dan cara menggunakan mesin serta peralatan terkait?
Di sini pegawai sudah diberi tahu cara pakai mesin dan tugas-tugasnya. Kalau
pegawainya masih baru akan diawasi dan diajari secara langsung.
98

10. Bagaimana cara perusahaan dalam melakukan analisis dan pengendalian proses
pemulihan drum besi bekas?
Bagian QC yang melakukan kontrol pada drum yang masuk di masing-masing
proses dan menilai drum yang diproses sudah sesuai atau tidaknya.

11. Apakah perusahaan memiliki SOP dalam melakukan setiap aktivitas yang ada di
dalam perusahaan?
Di sini hanya melakukan aktivitas seperti biasanya jadi masih belum punya SOP.

12. Drum besi bekas memiliki ketidakpastian dari sisi waktu, kualitas, dan kuantitas.
Apakah hal ini dapat berpengaruh pada ketepatan waktu pemenuhan permintaan drum
kualitas tertentu? Apabila berpengaruh, langkah apa yang dilakukan perusahaan dalam
mengatasi permasalahan tersebut?
Pasti pengaruh. Kalo saat ini sulit sekali menemukan drum besi bekas sesuai
dengan standar kita seperti berat drumnya lebih sering kurang dari 16 kilo. Ini bisa
pengaruh ke kualitas drum karena kebanyakan perusahaan mintanya drum dengan berat
segitu. Jumlah drumnya yang didapat juga tidak pasti. Seringkali kita menolak pesanan
karena kita nggak mampu menyediakan drumnya. Cara mengatasinya ya harus punya
banyak koneksi pemasok agar pasokan lebih bisa diandalkan.

13. Apa kendala dan hambatan dalam proses pengelolaan usaha ini?
Kendalanya ya makin sulit dapat drum sesuai keinginan kita, kadang-kadang kita
juga tidak bisa memasok drum tepat waktu ke pelanggan. Saya juga pernah rugi sampai
Rp.50.000.000 karena drum yang sudah dibeli jadi rusak semua gara-gara cara
menyimpannya kurang benar.

14. Apakah anda mengetahui dan memahami tentang reverse logistics?


Saya belum pernah dengar, tapi kalau dilihat dari artinya ya logistik tapi
dilakukan secara terbalik.

15. Bagaimana harapan dan keinginan dalam bidang usaha pengelolaan reverse logistics
(beri penjelasan reverse logistics seperti apa) drum besi bekas ke depan?
Harapannya perusahaan bisa lebih baik lagi dalam memproses drum besi bekas
agar kualitas yang dihasilkan semakin baik dan bisa mencukupi permintaan.
99

Telah divalidasi oleh,

Pemilik CV. Trijaya Sakti

Erwin Wijaya
100

Narasumber : Syamsiah Istiqomah

Jabatan : Bagian operasional

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apa tujuan strategis CV.Trijaya Sakti di bidang usaha pemulihan drum besi bekas?
Tujuannya ya untuk merekondisi drum besi bekas diubah jadi seperti baru dan
bisa dijual lagi ke pelanggan.

2. Bagaimana perusahaan mengelola usaha ini, dimulai dari mendatangkan drum besi
bekas hingga didistribusikan kembali kepada pelanggan?
Drum didapat dari supplier drum jadi kalau orangnya sudah hubungi, kita bakal
kesana buat lihat kondisi drumnya. Drum yang sudah pas sesuai diangkut ke sini terus
disortir jadi grade 1 dan 2. Tapi sebelum itu drumnya dimasukkan ke mesin pompa yang
tadi ditiup sambil dipukul-pukul pakai kayu agar penyoknya bisa hilang. Selanjutnya ke
mesin press, dicuci dalamnya sesuai bekasnya apa terus dikeringkan. Kalo di body-nya
ada karat bakal dikikis pakai grinda sama kertas gosok biar ilang. Setelah itu dicuci
luarnya pakai air sabun biasa, dipastikan dulu sudah bersih atau nggak. Kalau nggak
bersih catnya nggak mau nempel.

3. Apakah perusahaan sudah melakukan akuisisi produk atau gatekeeping (beri


penjelasan)? Bagaimana cara perusahaan mengidentifikasi drum besi seperti apa yang
bisa masuk ke dalam proses? Dan kriteria seperti apa?
Sudah, jadi sebelum drumnya masuk ke sini drumnya dilihat sama dicek dulu
kondisinya. Kalau ada karat dan penyoknya nggak parah ya bakal kita beli. Kriterianya
berat drum 16,30-17 kilo lebih, tidak ada lubang, penyoknya ringan, karat tipis ringan.
Berat drum bisa dilihat tergantung jenis drum yang sering didapat, difoto saja di depan
pintu ada tulisannya.

4. Apakah perusahaan sudah melakukan pengumpulan (collection) dengan baik?


Bagaimana cara perusahaan memperoleh drum besi bekas hingga sampai tersimpan ke
dalam gudang?
Menurut saya sudah, jadi perusahaan baru mencari drum yang sesuai kalau ada PO
lewat e-mail jadi drum-drum yang didatangkan jumlahnya sudah sesuai pesanan. Kadang
101

drum kita ambil sendiri terkadang diantar ke sini. Kalau kita ambil sendiri, drum yang
sudah terpilih tadi diangkut pakai truk dan diikat biar nggak jatuh.

5. Apakah perusahaan sudah melakukan inspeksi dan sortir (inspection and sorting)
pada drum besi bekas yang sudah terkumpul? Jika iya, apakah perusahaan memiliki
kategori dalam melakukan penyortiran drum besi bekas?
Drum yang sudah didatangkan dari pemasoknya disortir sesuai grade-nya. Jadi ada
yang grade 1, cirinya tidak ada karat atau hanya setitik karat, sedikit penyok, kondisi
dalam bagus, dan tidak bocor atau berlubang sama. Kalau grade 2, karat tipis yang sedikit
lebar, sedikit penyok, dan tidak bocor atau berlubang. Cuma beda di beratnya saja.

6. Bagaimana cara perusahaan dalam memilih alternatif disposition seperti reuse,


repair, remanufacture, recycle, dan disposal (beri penjelasan)? Faktor apa saja yang
memengaruhi keputusan pemilihan alternatif tersebut?
Kalau disposal dilakukan kalau ada drum yang memang nggak bisa ditangani jadi
lebih baik diafkir. Alasannya kalau tetap direkondisi hasilnya nggak akan bisa bagus dan
sesuai keinginan. Kalau yang remanufacture lebih sesuai dengan kondisi drumnya agar
bisa direkondisi jadi seperti baru, bisa dijual lagi.

7. Bagaimana cara perusahaan dalam mendistribusikan ulang (redistribution) drum besi


bekas yang telah dipulihkan nilainya menuju pasar sekunder? Bagaimana perusahaan
menemukan permintaan terhadap drum besi bekas yang sudah dipulihkan nilainya?
Caranya drum yang sudah direkondisi diangkut menggunakan truk terus diantar
ke perusahaan yang mengirim PO. Biasanya perusahaan mengirim PO yang isinya jumlah
drum, kualitas yang seperti apa yang diinginkan, harga drum sesuai kesepakatan dengan
pelanggan.

8. Apakah pegawai di perusahaan mendapatkan pelatihan mengenai jobdesk masing-


masing dan cara menggunakan mesin serta peralatan terkait?
Di sini cuma diberi arahan cara mengoperasikan mesin, cara melakukan hal-hal
yang berhubungan sama pekerjaannya. Tapi kadang-kadang pekerjanya gantian jadi
nggak mesti melakukan itu-itu aja. Tergantung kondisi proses mana yang paling banyak
butuh orang.
102

9. Bagaimana cara perusahaan dalam melakukan pengendalian proses pemulihan


drum besi bekas?
Bagian QC melaporkan drum-drum yang datang, yang diproses sama yang
dikirim apakah kualitasnya sudah sesuai dengan keinginan. Kalau saya biasanya
mengawasi di jam-jam tertentu, jadi saya keliling buat mengawasi proses yang dilakukan
dan kualitas dari rekondisi. Kalau ditemukan kesalahan saya suruh ulangi sampai hasilnya
bagus.

10. Apakah perusahaan memiliki SOP dalam melakukan setiap aktivitas yang ada di
dalam perusahaan?
Tidak ada sepertinya, di sini cuma menjalankan apa yang memang sudah biasa
dilakukan.

11. Drum besi bekas memiliki ketidakpastian dari sisi waktu, kualitas, dan kuantitas.
Apakah hal ini dapat berpengaruh pada ketepatan waktu pemenuhan permintaan drum
kualitas tertentu? Apabila berpengaruh, langkah apa yang dilakukan perusahaan dalam
mengatasi permasalahan tersebut?
Pengaruhlah, kualitas dan kondisi drum memang bermacam-macam jadi sulit
untuk mendapat yang sesuai dengan kebutuhan seringkali samai kekurangan stok sampai
menolak pesanan.

12. Apa kendala dan hambatan dalam proses pengelolaan usaha ini?
Kadang-kadang pegawai bekerja tidak sesuai keinginan, tidak teliti yang
berpengaruh ke hasil kerjaannya biasanya gara-gara ingin pulang cepat. Contohnya
pencucian belum bersih langsung dicat, hasilnya catnya tidak menempel, mesin press
ditinggal mengerjakan tugas lain jadinya drumnya rusak, pernah juga mesin tiupnya
ditinggal akhirnya meledak drumnya sampai masuk rumah sakit. Stok drum sering kurang
dan tidak sesuai kualitas yang diinginkan. Pelanggan juga sering minta drum mendadak
jadi harus kerja lembur.

13. Apakah anda mengetahui dan memahami tentang reverse logistics?


Saya tidak paham. Belum pernah dengar saya.
103

14. Bagaimana harapan dan keinginan dalam bidang usaha pengelolaan reverse logistics
(beri penjelasan reverse logistics seperti apa) drum besi bekas ke depan?
Harapannya perusahaan lebih mampu mengelola reverse logistics menjadi
semakin baik. Pelanggan semakin puas dengan drum yang telah direkondisi.

Telah divalidasi oleh,


Bagian Operasional CV. Trijaya Sakti

Syamsiyah Istiqomah
104

Narasumber : Bapak Sugiri

Jabatan : Bagian logistik

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apa tujuan strategis CV.Trijaya Sakti di bidang usaha pemulihan drum besi bekas?
Tujuannya untuk memanfaatkan drum-drum bekas yang sudah tidak terpakai agar
bisa dijual lagi.

2. Bagaimana perusahaan mengelola usaha ini, dimulai dari mendatangkan drum besi
bekas hingga didistribusikan kembali kepada pelanggan?
Caranya nanti dihubungi supplier untuk memberitahu ada tidaknya persediaan
drum besi bekasnya. Lalu drum didatangkan ke sini dan direkondisi sampai jadi bagus.
Pengiriman menggunakan truk dan disesuaikan dengan PO yang dikirim pelanggan.
Ada juga yang langsung mengantar ke perusahaan tapi jumlahnya lebih sedikit dan
bukan supplier tetap.

3. Apakah perusahaan sudah melakukan akuisisi produk atau gatekeeping (beri


penjelasan)? Bagaimana cara perusahaan mengidentifikasi drum besi seperti apa yang
bisa masuk ke dalam proses? Dan kriteria seperti apa?
Sudah. Pokoknya yang diambil yang sekiranya memang masih bisa diperbaiki.
Kalau penyoknya parah sampai dalam sama karatnya terlalu tebal nggak bisa masuk
proses, kalau sudah seperti itu tidak akan dibeli.

4. Apakah perusahaan sudah melakukan pengumpulan (collection) dengan baik?


Bagaimana cara perusahaan memperoleh drum besi bekas hingga sampai tersimpan ke
dalam gudang?
Sudah. Jadi selesai dicek dan dipilih drum mana yang bagus akan diangkut
menggunakan truk, dibongkar muatannya, lalu disimpan di sini. Di sini nggak ada
gudang, jadinya disimpan pencar-pencar.

5. Apakah perusahaan sudah melakukan inspeksi dan sortir (inspection and sorting) pada
drum besi bekas yang sudah terkumpul? Jika iya, apakah perusahaan memiliki
kategori dalam melakukan penyortiran drum besi bekas?
105

Setelah drum datang, di sini disortir sesuai kualitasnya. Pokoknya yang nggak
berlubang, karat sama penyoknya nggak parah. Oh iya, sama beratnya.

6. Bagaimana cara perusahaan dalam memilih alternatif disposition seperti reuse, repair,
remanufacture, recycle, dan disposal (beri penjelasan)? Faktor apa saja yang
memengaruhi keputusan pemilihan alternatif tersebut?
Di sini sudah biasa melakukan remanufacture untuk drum yang masih bisa
direkondisi. Kalau disposal dilakukan kalau ada drum yang tidak sesuai kualitas
masuk ke sini atau karena kesalahan sampai tidak bisa diperbaiki ulang.

7. Bagaimana cara perusahaan dalam mendistribusikan ulang (redistribution) drum besi


bekas yang telah dipulihkan nilainya menuju pasar sekunder? Bagaimana perusahaan
menemukan permintaan terhadap drum besi bekas yang sudah dipulihkan nilainya?
Caranya dikirim ke perusahaan yang mengirim PO sesuai pesanan. Kalau mau
drumnya dikirim harus pakai PO. Tapi kadang-kadang ada juga orang yang beli
eceran. Drum dikirim menggunakan truk yang sudah disesuaikan dengan PO dan
dilengkapi surat jalan.

8. Apakah pegawai di perusahaan mendapatkan pelatihan mengenai jobdesk masing-


masing dan cara menggunakan mesin serta peralatan terkait?
Pasti sudah diberi arahan mengenai cara memakai mesin, kerjanya ngapain aja,
cara memilih drum yang sesuai, dll.

9. Bagaimana cara perusahaan dalam melakukan pengendalian proses pemulihan drum


besi bekas?
Tugasnya bagian QC kalau mengevaluasi prosesnya. Jadi di masing-masing proses
akan dicek apakah drum-drum yang sudah disimpan masih bisa dipulihkan atau tidak.

10. Apakah perusahaan memiliki SOP dalam melakukan setiap aktivitas yang ada di
dalam perusahaan?
Aktivitas di sini dilakukan sesuai kebiasaan saja. Tidak pakai SOP.

11. Drum besi bekas memiliki ketidakpastian dari sisi waktu, kualitas, dan kuantitas.
Apakah hal ini dapat berpengaruh pada ketepatan waktu pemenuhan permintaan drum
106

kualitas tertentu? Apabila berpengaruh, langkah apa yang dilakukan perusahaan dalam
mengatasi permasalahan tersebut?
Pengaruhnya kadang-kadang tidak bisa memenuhi permintaan perusahaan karena
drumnya tidak ada yang cocok. Kadang kalau permintaannya mendadak juga pengaruh ke
pengiriman jadi lebih sibuk jadi drum dikirim beberapa kali sesuai kapasitas truknya.
Caranya harus punya supplier yang banyak buat jaga-jaga kalau stoknya susah didapat.

12. Apa kendala dan hambatan dalam proses pengelolaan usaha ini?
Stok drum sering kurang karena pasokannya kurang terjamin, terkadang bagian
QC kurang teliti mengecek kualitas drum yang akan dikirim jadi kadang-kadang drum
yang tidak sesuai pesanan terkirim, pas sampai sana beberapa drum ditolak jadinya
diangkut balik. Kalau sudah begitu ya dikirim ulang drum yang sesuai jadi bisa rugi di
ongkos kirim.

13. Apakah anda mengetahui dan memahami tentang reverse logistics?


Saya nggak tahu.

14. Bagaimana harapan dan keinginan dalam bidang usaha pengelolaan reverse logistics
drum besi bekas ke depan?
Harapannya reverse logistics drum besi ini berjalan dengan baik kualitas semakin bagus.

Telah divalidasi oleh,


Bagian Logistik CV. Trijaya Sakti

Sugiri
107

Narasumber : Bapak Minsen

Jabatan : Bagian quality control

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apa tujuan strategis CV.Trijaya Sakti di bidang usaha pemulihan drum besi bekas?
Tujuannya untuk merekondisi drum yang sudah tidak terpakai sehingga bisa
dijual lagi ke pelanggan.

2. Bagaimana perusahaan mengelola usaha ini, dimulai dari mendatangkan drum besi
bekas hingga didistribusikan kembali kepada pelanggan?
Awalnya ada pemasok yang menghubungi kalau ada pasokan drum, setelah itu
dicek kondisi drumnya dan dicari yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Setelah
dicek selanjutnya diproses. Kalau proses ada tahap peniupan jadi drum ditiup pakai
kayu sambil dipukul agar penyoknya bisa hilang dan mengecek adanya lubang, lalu
ke pressing agar diameter drum yang penyok bisa kembali lagi, terus dicuci bagian
dalamnya pakai cairan yang sesuai bekasnya dan dikeringkan, terus dicek lagi ada
karat atau nggak, kalau ada ya dikikis pakai grinda. Terus dicuci bagian luarnya
pakai air sabun sama bensin. Kalau sudah tinggal dicat sama disemprot anti karat.

3. Apakah perusahaan sudah melakukan akuisisi produk atau gatekeeping (beri


penjelasan)? Bagaimana cara perusahaan mengidentifikasi drum besi seperti apa
yang bisa masuk ke dalam proses? Dan kriteria seperti apa?
Drum yang bisa masuk ke proses hanya drum yang memenuhi syarat, yaitu
beratnya lebih dari 16,30 kilogram, penyoknya tidak dalam sampai patah, karatnya
tidak terlalu dalam dan tidak ada lubang atau celah yang bisa bocor. Pengecekan
dilakukan dengan ditimbang satu per satu, kalau ngecek bagian dalam pakai senter
biar lebih jelas.

4. Apakah perusahaan sudah melakukan pengumpulan (collection) dengan baik?


Bagaimana cara perusahaan memperoleh drum besi bekas hingga sampai tersimpan
ke dalam gudang?
Jadi drum yang sudah dipilih bisa diangkut ke perusahaan. Cara untuk
mendapatkan drum ada yang langsung diantar ke perusahaan, ada yang kita ke sana
108

untuk melihat kondisi drumnya. Kalau menyimpannya disimpan pencar-pencar


karena tidak ada tempatnya.

5. Apakah perusahaan sudah melakukan inspeksi dan sortir (inspection and sorting)
pada drum besi bekas yang sudah terkumpul? Jika iya, apakah perusahaan memiliki
kategori dalam melakukan penyortiran drum besi bekas?
Drum-drum yang sudah terpilih kan sudah disimpan. Saat akan diproses baru
dipisahkan sesuai grade-nya. Ada grade 1 sama grade 2. Kategori kalau dipisahkan
grade 1 sama 2 sesuai karat, penyok sama beratnya. Kalau kualitasnya bagus masuk
ke grade 1. Kalau grade 1 nanti yang membedakan cuma beratnya aja.

6. Bagaimana cara perusahaan dalam memilih alternatif disposition seperti reuse,


repair, remanufacture, recycle, dan disposal (beri penjelasan)? Faktor apa saja yang
memengaruhi keputusan pemilihan alternatif tersebut?
Perusahaan memilih untuk remanufacture karena ingin memulihkan drum jadi
fungsinya bisa kembali seperti semula. Kalau disposal dilakukan kalau saat ada
drum yang tidak sesuai bisa masuk ke proses atau drum yang penyimpanannya
kurang bagus jadi timbul karat dan penyok bahkan lubang yang susah hilang.
Alasannya semakin susah untuk diproses jadi akan membuang tenaga dan waktu.

7. Bagaimana cara perusahaan dalam mendistribusikan ulang (redistribution) drum besi


bekas yang telah dipulihkan nilainya menuju pasar sekunder? Bagaimana perusahaan
menemukan permintaan terhadap drum besi bekas yang sudah dipulihkan nilainya?
Caranya kalau ada PO dari pelanggan baru dicarikan drumnya. Kalau sudah ada
dan cocok baru diambilkan dari gudang. Sebelum dikirim akan dicek kondisinya
sudah sesuai dengan PO atau tidak. Setelah itu baru bisa dikirim.

8. Apakah pegawai di perusahaan mendapatkan pelatihan mengenai jobdesk masing-


masing dan cara menggunakan mesin serta peralatan terkait?
Cuma diberi pembekalan seperti pekerjaannya ngapain aja, cara pakai mesin,
diajari cara melakukan pekerjaannya, dll.

9. Bagaimana cara perusahaan dalam melakukan pengendalian proses pemulihan


drum besi bekas?
109

Di sini selalu dilihat drum-drum yang akan masuk proses harus diseleksi sesuai
dengan ketentuan perusahaan. Kalau sudah dan disimpan, sebelum masuk proses
harus dicek lagi kondisinya, apakah mengalami penurunan kualitas atau tetap. Terus
dicek lagi adanya lubang atau bocor di tiap proses. Sebelum dikirim juga akan dicek
lagi apakah drum yang dikirim sudah sesuai pesanan dan layak atau tidak.

10. Apakah perusahaan memiliki SOP dalam melakukan setiap aktivitas yang ada di
dalam perusahaan?
Tidak ada SOP. Di sini cuma menjalankan aktivitas yang memang sudah jadi
kebiasaan.

11. Drum besi bekas memiliki ketidakpastian dari sisi waktu, kualitas, dan kuantitas.
Apakah hal ini dapat berpengaruh pada ketepatan waktu pemenuhan permintaan
drum kualitas tertentu? Apabila berpengaruh, langkah apa yang dilakukan
perusahaan dalam mengatasi permasalahan tersebut?
Sangat berpengaruh. Drum yang datang kondisinya macam-macam dan tidak
semuanya sesuai dengan yang diinginkan. Kalau jumlahnya kurang dari kebutuhan
biasanya PO ditolak soalnya nggak mampu memenuhi. Caranya ya punya pemasok
yang banyak agar suplainya lebih lancar.

12. Apa kendala dan hambatan dalam proses pengelolaan usaha ini?
Kendalanya ya pasokan drum tidak pasti. Sama penyimpanan drum yang kurang
baik bisa pengaruh ke kondisi drum yang sudah dipilih, kalau sampai kualitasnya
turun dan tidak bisa diproses, perusahaan bisa rugi.

13. Apakah anda mengetahui dan memahami tentang reverse logistics?


Saya belum pernah dengar.

14. Bagaimana harapan dan keinginan dalam bidang usaha pengelolaan reverse logistics
(beri penjelasan reverse logistics seperti apa) drum besi bekas ke depan?
Semoga CV. Trijaya Sakti semakin sukses.
110

Telah divalidasi oleh,


Bagian Quality Control CV. Trijaya Sakti

Minsen
111

Narasumber : Bapak Jarwo

Jabatan : Staf Pekerja

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apa tujuan strategis CV.Trijaya Sakti di bidang usaha pemulihan drum besi bekas?
Memperbaiki drum yang lama jadi seperti baru.

2. Bagaimana perusahaan mengelola usaha ini, dimulai dari mendatangkan drum besi
bekas hingga didistribusikan kembali kepada pelanggan?
Kalau ada pasokan drum nanti dipilih drum yang cocok, pokoknya yang tidak
karat, penyok, dan merembes. Terus diproses dan dikirim kalau ada pelanggan yang
minta.

3. Apakah perusahaan sudah melakukan akuisisi produk atau gatekeeping (beri


penjelasan)? Bagaimana cara perusahaan mengidentifikasi drum besi seperti apa yang
bisa masuk ke dalam proses? Dan kriteria seperti apa?
Drum yang karatnya tidak tebal, penyoknya tidak sampai patah tulang, dan tidak
bocor. Kalau drumnya rusak parah tidak akan diambil.

4. Apakah perusahaan sudah melakukan pengumpulan (collection) dengan baik?


Bagaimana cara perusahaan memperoleh drum besi bekas hingga sampai tersimpan ke
dalam gudang?
Kalau disimpannya masih acak-acakan dan ditaruh di sembarang tempat. Ya itu
tadi, drum yang sudah dipilih ditaruh di tempat yang masih kosong atau masih bisa
ditumpuk.
5. Apakah perusahaan sudah melakukan inspeksi dan sortir (inspection and sorting) pada
drum besi bekas yang sudah terkumpul? Jika iya, apakah perusahaan memiliki
kategori dalam melakukan penyortiran drum besi bekas?
Nanti kalau mau diproses dipisah lagi. Kalau drumnya bagus bisa di-coating,
kalau agak kurang nggak di-coating dalamnya.
112

6. Bagaimana cara perusahaan dalam memilih alternatif disposition seperti reuse, repair,
remanufacture, recycle, dan disposal (beri penjelasan)? Faktor apa saja yang
memengaruhi keputusan pemilihan alternatif tersebut?
Pokoknya drum yang masih bagus diproses, kalau sudah jelek akan diafkir.

7. Bagaimana cara perusahaan dalam mendistribusikan ulang (redistribution) drum besi


bekas yang telah dipulihkan nilainya menuju pasar sekunder? Bagaimana perusahaan
menemukan permintaan terhadap drum besi bekas yang sudah dipulihkan nilainya?
Nanti kalau ada yang minta baru dikirim ke pabrik.

8. Apakah pegawai di perusahaan mendapatkan pelatihan mengenai jobdesk masing-


masing dan cara menggunakan mesin serta peralatan terkait?
Diajari cara pakai mesin sama tugasnya ngapain aja. Tapi di sini kita masih
bingung kalau disuruh pakai mesin baru soalnya nggak ada yang paham. Sama kalau
disuruh gantiin atau nambah orang di proses yang lagi butuh orang kadang masih
bingung.

9. Bagaimana cara perusahaan dalam melakukan pengendalian proses pemulihan drum


besi bekas?
Pokoknya sering-sering dicek saja.

10. Apakah perusahaan memiliki SOP dalam melakukan setiap aktivitas yang ada di
dalam perusahaan?
Tidak ada jadi kita cuma melakukan tugas saja.

11. Drum besi bekas memiliki ketidakpastian dari sisi waktu, kualitas, dan kuantitas.
Apakah hal ini dapat berpengaruh pada ketepatan waktu pemenuhan permintaan drum
kualitas tertentu? Apabila berpengaruh, langkah apa yang dilakukan perusahaan dalam
mengatasi permasalahan tersebut?
Jadi kalau ada pasokan banyak, permintaannya banyak apalagi mendadak pasti
lembur.

12. Apa kendala dan hambatan dalam proses pengelolaan usaha ini?
113

Kadang permintaan mendadak sampai harus lembur. Kadang disuruh bantu


proses yang lain kalau lagi sibuk jadinya masih belum biasa kalau disuruh ganti.

13. Apakah anda mengetahui dan memahami tentang reverse logistics?


Tidak paham.

14. Bagaimana harapan dan keinginan dalam bidang usaha pengelolaan reverse logistics
(beri penjelasan reverse logistics seperti apa) drum besi bekas ke depan?
Semoga semakin lancar usahanya, semakin sukses.

Telah divalidasi oleh,


Pekerja CV. Trijaya Sakti

Jarwo
114

Narasumber : Bapak Afandi

Jabatan : Staf Pekerja

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apa tujuan strategis CV.Trijaya Sakti di bidang usaha pemulihan drum besi bekas?
Tujuannya untuk memperbaiki drum bekas pakai yang diproses jadi drum yang
layak pakai lagi.

2. Bagaimana perusahaan mengelola usaha ini, dimulai dari mendatangkan drum besi
bekas hingga didistribusikan kembali kepada pelanggan?
Biasanya ada pegawai yang pergi ke tempatnya pemasok atau biasanya juga ada
drum yang didatangkan ke sini. Drumnya dipilih terus disimpan ke gudang. Terus
diproses sampai bisa dijual lagi, kondisinya sampai bagus.

3. Apakah perusahaan sudah melakukan akuisisi produk atau gatekeeping (beri


penjelasan)? Bagaimana cara perusahaan mengidentifikasi drum besi seperti apa yang
bisa masuk ke dalam proses? Dan kriteria seperti apa?
Drum yang diambil cuma drum yang karatnya sedikit, penyoknya yang sekiranya
masih bisa diperbaiki, sama yang nggak berlubang.

4. Apakah perusahaan sudah melakukan pengumpulan (collection) dengan baik?


Bagaimana cara perusahaan memperoleh drum besi bekas hingga sampai tersimpan ke
dalam gudang?
Pokoknya drumnya kalau sudah datang langsung disimpan ke tempat yang
kosong aja sih.

5. Apakah perusahaan sudah melakukan inspeksi dan sortir (inspection and sorting) pada
drum besi bekas yang sudah terkumpul? Jika iya, apakah perusahaan memiliki
kategori dalam melakukan penyortiran drum besi bekas?
Iya, jadi pas mau diproses akan disortir lagi sesuai kondisinya. Ada yang grade 1
dan grade 2.
115

6. Bagaimana cara perusahaan dalam memilih alternatif disposition seperti reuse, repair,
remanufacture, recycle, dan disposal (beri penjelasan)? Faktor apa saja yang
memengaruhi keputusan pemilihan alternatif tersebut?
Tergantung pas disortir atau pas prosesnya. Jadi kalau drumnya masih bisa ya
diperbaiki. Tapi kalo sudah rusak ya terpaksa dijual jadi besi tua.

7. Bagaimana cara perusahaan dalam mendistribusikan ulang (redistribution) drum besi


bekas yang telah dipulihkan nilainya menuju pasar sekunder? Bagaimana perusahaan
menemukan permintaan terhadap drum besi bekas yang sudah dipulihkan nilainya?
Kalo produksinya sudah cocok sama PO-nya baru dikirim ke perusahaan.

8. Apakah pegawai di perusahaan mendapatkan pelatihan mengenai jobdesk masing-


masing dan cara menggunakan mesin serta peralatan terkait?
Sudah diajari cara pakai mesinnya. Kalau masih pegawai baru nanti diawasi kok
sudah benar apa nggak cara ngerjakannya. Tapi kadang-kadang juga disuruh ikut ke
bagian yang lagi kurang orang.

9. Bagaimana cara perusahaan dalam melakukan pengendalian proses pemulihan drum


besi bekas?
Saya nggak tahu ya, kan sudah ada bagian QC.

10. Apakah perusahaan memiliki SOP dalam melakukan setiap aktivitas yang ada di
dalam perusahaan?
Saya nggak tahu. Kalau ada perintah atau memang tugas saya ya dijalankan aja.

11. Drum besi bekas memiliki ketidakpastian dari sisi waktu, kualitas, dan kuantitas.
Apakah hal ini dapat berpengaruh pada ketepatan waktu pemenuhan permintaan drum
kualitas tertentu? Apabila berpengaruh, langkah apa yang dilakukan perusahaan dalam
mengatasi permasalahan tersebut?
Ya pengaruh. Kalo drumnya lagi nggak ada ya nggak bisa ngapa-ngapain.

12. Apa kendala dan hambatan dalam proses pengelolaan usaha ini?
Kadang mintanya mendadak sampai harus lembur. Kadang disuruh bantu proses
yang lain kalau lagi sibuk jadinya masih belum biasa kalau disuruh ganti.
116

13. Apakah anda mengetahui dan memahami tentang reverse logistics?


Saya nggak tahu.

14. Bagaimana harapan dan keinginan dalam bidang usaha pengelolaan reverse logistics
(beri penjelasan reverse logistics seperti apa) drum besi bekas ke depan?
Semoga semakin berjalan dengan lancar proses RL-nya. Semoga semakin sukses.

Telah divalidasi oleh,


Pekerja CV. Trijaya Sakti

Afandi

Anda mungkin juga menyukai