Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu, rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar yang
sudah ditentukan.

Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, dan pengunjung di rumah sakit
dihadapkan pada risiko terjadinya HAIs. Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit perlu
diterapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS) sangat penting karena menggambarkan mutu pelayanan
rumah sakit.

Health Care-Associated Infections (HAIs) atau infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan masih
merupakan masalah serius bagi semua sarana pelayanan kesehatan di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia. Menurut data WHO, di rumah sakit terjadi sekitar 3 21 % atau rata rata 9 % kejadian infeksi.
Kejadian infeksi ini dapat menghambat proses penyembuhan dan pemulihan pasien, bahkan dapat
menimbulkan peningkatan morbiditas, mortalitas, dan memperpanjang lama hari rawat sehingga biaya
meningkat dan akhirnya mutu pelayanan di sarana kesehatan akan menurun.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Terlaksananya kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Kurnia Serang secara
berkelanjutan dan berkesinambungan.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya kegiatan surveilans infeksi rumah sakit.
b. Tersusunnya sistem monitoring upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di semua unit
pelayanan.
c. Menjamin terlaksananya program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Kurnia Serang.

1
BAB II
ISI

A. SUMBER DAYA MANUSIA


Pola Ketenagaan Komite PPI

Sudah Mengikuti
No. Jabatan Kualifikasi Kebutuhan
Pelatihan
1 IPCD Pendidikan S1 Kedokteran 1 1 (100%)
Mengikuti Pelatihan Dasar PPI
2 IPCN Pendidikan D3 Keperawatan 1 1 (100%)
Memiliki pengalaman sebagai
kepala ruangan
Mengikuti Pelatihan Dasar PPI
3 IPCLN Pendidikan minimal D3 8 0 (0%)
Mengikuti Pelatihan Dasar PPI

Analisa :
1. IPCD sudah mengikuti pelatihan PPI dasar dan pelatihan IPCD.
2. IPCN sudah mengikuti pelatihan PPI dasar dan pelatihan IPCN.
3. IPCLN belum mengikuti pelatihan PPI dasar.

Rencana Tindak Lanjut :


Mengajukan pelatihan PPI dasar untuk IPCLN.

B. HASIL KEGIATAN SURVEILANS


1. Angka Phlebitis
Tabel 1 : Distribusi insiden rate phlebitis berdasarkan ruangan pada bulan September 2017 di
RS Kurnia Serang
Jumlah Hari Jumlah Kejadian
Ruangan Insiden Rate ( )
Pemasangan Infus Phlebitis
Rawat Inap 1 54 0 0
Rawat Inap 2 140 3 21,42
Rawat Inap 3 232 0 0

2
Perinatologi 27 3 111,1
Total 453 6 13,24

Dari data tabel di atas terlihat insiden rate phlebitis di RS Kurnia Serang pada bulan September
2017 adalah sebesar 13,24. Angka tersebut sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh rumah sakit yaitu <15, tetapi masih terbilang tinggi. Insiden rate phlebitis yang paling
tinggi terjadi di ruangan perinatologi yaitu 111,1 per 1000 hari pemakaian alat. Angka phlebitis
kedua tertinggi terjadi di ruang rawat inap 2 (ruang perawatan anak) dengan insiden rate
21,42.

Analisa :
1. Kepatuhan petugas untuk melakukan hand hygiene pada 5 momen, terutama sebelum
melakukan tindakan pemasangan infus masih kurang.
2. Sebelum melakukan insersi jarum infus, petugas menyentuh kembali area insersi yang
telah dilakukan disinfeksi.
3. Jenis cairan infus yang digunakan pada neonatus adalah cairan N5 (hipertonis) sehingga
meningkatkan risiko terjadinya phlebitis.
4. Pada pasien neonatus dan anak, kejadian phlebitis juga disebabkan karena aktivitas atau
gerakan pasien yang tidak terkontrol sehingga mempengaruhi fiksasi infus.

Rencana Tindak Lanjut :


1. Mengingatkan kembali tentang pentingnya melakukan hand hygiene pada 5 momen.
2. Melakukan diklat tentang cara pemasangan infus yang baik dan benar.
3. Pemantauan fiksasi infus dilakukan setiap hari dengan menggunakan formulir surveilans
phlebitis.

Gambar 1 : Salah satu bayi di ruangan perinatologi yang mengalami phlebitis

3
2. Angka Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Tabel 2 : Distribusi insiden rate Infeksi Saluran Kemih (ISK) berdasarkan ruangan pada bulan
September 2017 di RS Kurnia Serang

Jumlah Hari Pemasangan Jumlah Kejadian


Ruangan Insiden Rate( )
Kateter Urin ISK
Rawat Inap 1 6 0 0
Rawat Inap 2 0 0 0
Rawat Inap 3 11 0 0
Perinatologi 0 0 0
Total 17 0 0

Dari data tabel di atas, terlihat bahwa pada bulan September 2017 tidak ditemukan adanya
kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien yang terpasang kateter urin di RS Kurnia
Serang.

Analisa :
1. Jumlah pasien yang terpasang kateter urin menetap (>48 jam) di RS Kurnia Serang masih
sedikit.
2. Kateter urin menetap hanya dipasang pada pasien-pasien yang memerlukan (ada
indikasi).
3. Cara pemasangan kateter urin sudah dengan teknik aseptik-antiseptik.

Rencana Tindak Lanjut :


1. Mempertahankan penggunaan kateter urin menetap hanya pada pasien-pasien yang
memerlukan (ada indikasi).
2. Mempertahankan cara pemasangan kateter urin dengan teknik aseptik-antiseptik untuk
mencegah terjadinya ISK.
3. Melakukan pelatihan rutin tentang cara pemasangan kateter urin yang baik dan benar.

4
3. Angka IDO
Tabel 3 : Distribusi insiden rate Infeksi Daerah Operasi (IDO) pada bulan September 2017 di
RS Kurnia Serang

Jumlah Operasi Jumlah Kejadian IDO Insiden Rate (%) Keterangan


41 1 2,43% Tidak dilakukan
pemeriksaan kultur

Dari data tabel di atas terlihat insiden rate IDO di RS Kurnia Serang pada bulan September
2017 adalah sebesar 2,43%. Angka tersebut sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh rumah sakit yaitu <2,5%, tetapi masih terbilang tinggi.

Terjadi IDO pada pasien post operasi SC. Pasien menjalani tindakan operasi SC elektif dengan
ASA score 1, dan durasi operasi 1 jam. Pasien mengalami keluhan pada luka operasi pada
hari ke-16 setelah operasi (pasien sempat kontrol 2 kali post operasi dan luka dinyatakan baik).
Pasien sudah mandi dan keramas dengan menggunakan sabun dan sampo biasa sebelum
operasi. Antibiotik profilaksis diberikan 1 jam sebelum operasi. Balutan luka operasi tidak
dibuka dalam waktu 48 jam pertama setelah operasi. Selama operasi suhu tubuh pasien
normal.

Analisa :
Belum diterapkannya beberapa langkah pencegahan IDO :
1. Pencukuran daerah operasi masih dilakukan dengan menggunakan silet.
2. Saturasi oksigen pasien selama operasi tidak diketahui. Kadar GDS pasien tidak diketahui.
3. Preparasi kulit pasien dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% dan povidon iodine,
tetapi tidak dilakukan secara optimal.
4. Luka operasi dibalut setelah mengangkat drape.
5. Kepatuhan petugas untuk melakukan hand hygiene pada 5 momen, terutama sebelum
membuka balutan masih kurang.
6. Penerapan teknik aseptik saat membuka balutan belum optimal.

Rencana Tindak Lanjut :


1. Pengadaan clipper untuk mencukur rambut di area operasi.

5
2. Pemantauan saturasi oksigen pasien selama operasi (dimasukkan ke dalam catatan
anestesia. Koordinasi dengan bagian Pelayanan Medis).
3. Usulan pengecekan kadar GDS pasien sebelum operasi (koordinasi dengan bagian
Casemix, Pelayanan Medis, dan Keperawatan).
4. Sosialisasi penerapan langkah-langkah pencegahan IDO kepada DPJP melalui Komite
Medis.
5. Mengingatkan kembali tentang pentingnya hand hygiene pada 5 momen, termasuk saat
akan mengganti balutan.
6. Mengingatkan kembali tentang penerapan teknik aseptik saat membuka balutan.

4. Rekapitulasi Data HAIs RS Kurnia Serang


Tabel 4 : Distribusi infeksi rumah sakit berdasarkan jenis infeksi dan ruangan pada bulan
September 2017 di RS Kurnia Serang

Insiden Rate Infeksi( )


Jenis Infeksi
Rawat Inap 1 Rawat Inap 2 Rawat Inap 3 Perinatologi
Phlebitis 0 21,42 0 111,1
ISK 0 0 0 0

Grafik 1 : Distribusi Angka Infeksi Rumah Sakit Berdasarkan Ruangan di RS Kurnia Serang
Bulan September 2017

Angka Infeksi Rumah Sakit Berdasarkan


Ruangan di RS Kurnia Serang Bulan
September 2017
120
100
Insiden Rate ()

80
60
40
20
0
Phlebitis ISK
Ranap 1 0 0
Ranap 2 21.42 0
Ranap 3 0 0
Perinatologi 111.1 0

6
C. MONITORING KEPATUHAN HAND HYGIENE
Hasil audit tingkat kepatuhan hand hygiene pada bulan September 2017 adalah sebagai berikut :

Tabel 5 : Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Ruangan


Ruangan Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene
Rawat Inap 1 36,84%
Rawat Inap 2 76,78%
Rawat Inap 3 58,92%
Perinatologi 86,95%
IGD 51,28%
OK (RR) 50%
Rawat Jalan 4,16%

Grafik 2 : Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Ruangan di RS Kurnia Serang Bulan
September 2017

Tingkat Kepatuhan HH Berdasarkan


Ruangan
100
90
80
70
Persentase

60
50
40
30
20
10
0
Ranap Ranap Ranap
Perina IGD OK (RR) Rajal
1 2 3
Tingkat Kepatuhan HH 36.84 76.78 58.92 86.95 51.28 50 4.16

Tabel 6 : Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Profesi


Profesi Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene
Dokter 50%
Perawat dan Bidan 65,55%
Tenaga Lain 53,12%

7
Grafik 3 : Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Profesi di RS Kurnia Serang Bulan
September 2017

Tingkat kepatuhan HH Berdasarkan Profesi


70

60

50
Persentase

40

30

20

10

0
Dokter Perawat Tenaga Lain
Tingkat kepatuhan HH 50 65.55 53.12

Tabel 7 : Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan 5 Momen Hand Hygiene


Momen Hand Hygiene Tingkat Kepatuhan
Sebelum kontak dengan pasien 64,24%

Sebelum tindakan aseptik 53,96%

Sesudah kontak cairan tubuh 46%

Sesudah kontak dengan pasien 63,58%

Sesudah kontak dengan lingkungan pasien 64,28%

8
Grafik 4 : Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan 5 Momen di RS Kurnia Serang Bulan
September 2017

Tingkat Kepatuhan HH Berdasarkan 5


Momen
70
60
50
Persentase

40
30
20
10
0
Sesudah Sesudah
Sebelum Sesudah
Sebelum kontak kontak
kontak kontak
tindakan dengan dengan
dengan dengan
aseptik cairan lingkungan
pasien pasien
tubuh pasien
Tingkat Kepatuhan HH 64.24 53.96 46 63.58 64.28

Dari tabel dan grafik di atas terlihat bahwa tingkat kepatuhan hand hygiene yang paling rendah
adalah di rawat jalan dengan tingkat kepatuhan sebesar 4,16%. Berdasarkan profesi, tingkat
kepatuhan hand hygiene yang paling rendah dilakukan oleh dokter dengan tingkat kepatuhan
sebesar 50%. Berdasarkan 5 momen hand hygiene, tingkat kepatuhan hand hygiene yang paling
rendah adalah pada momen ketiga, yaitu setelah kontak dengan cairan tubuh pasien (46%).

Analisa :
1. Pemahaman tentang pentingnya hand hygiene pada 5 momen masih kurang.
2. Lokasi handrub di IGD kurang strategis sehingga mempengaruhi kepatuhan dokter untuk
melakukan hand hygiene.

Rencana Tindak Lanjut :


1. Mengingatkan kembali tentang pentingnya melakukan hand hygiene pada 5 momen kepada
semua karyawan medis dan nonmedis.
2. Mengadakan diklat refreshing tentang hand hygiene untuk semua karyawan RS Kurnia
Serang.

9
3. Meletakkan handrub di lokasi yang lebih strategis di IGD untuk memudahkan dokter
melakukan hand hygiene.
4. Membawakan handrub saat dokter sedang visit kepada pasien di ruang perawatan.
5. Tetap melakukan pemantauan kepatuhan hand hygiene secara rutin di semua unit
pelayanan.

D. MONITORING KEPATUHAN PENGGUNAAN APD


Hasil audit tingkat kepatuhan penggunaan APD pada bulan September 2017 adalah sebagai
berikut :
Tabel 8 : Tingkat Kepatuhan Penggunaan APD Berdasarkan Ruangan
Tingkat Kepatuhan Penggunaan
Ruangan Keterangan
APD
Laboratorium 100%
Rawat Inap 3 100%
IGD 100%
Laundry 0% APD dipakai tapi tidak lengkap

Grafik 5 : Tingkat Kepatuhan Penggunaan APD Berdasarkan Ruangan di RS Kurnia Serang Bulan
September 2017

Tingkat Kepatuhan Penggunaan APD


Berdasarkan Ruangan
120

100

80
Persentase

60

40

20

0
Laboratorium Ranap 3 IGD Laundry
Tingkat Kepatuhan
100 100 100 0
Penggunaan APD

10
Analisa :
1. Kepatuhan penggunaan APD di unit laundry masih rendah karena kurangnya pemahaman
tentang pentingnya penggunaan APD.
2. Monitoring kepatuhan penggunaan APD belum terlaksana di semua unit pelayanan karena
saat IPCN berkunjung ke ruangan seringkali tidak bersamaan dengan adanya aktivitas
pelayanan.

Rencana Tindak Lanjut :


1. Sosialisasi oleh IPCN secara langsung kepada petugas laundry tentang pentingnya
penggunaan APD saat sedang bertugas.
2. Mengadakan diklat refreshing tentang penggunaan APD untuk semua karyawan RS Kurnia
Serang.
3. Mengatur ulang jadwal IPCN, shift gantung (pukul 13.00-21.00) 3x/ minggu agar dapat
memantau penggunaan APD di semua unit pelayanan, terutama saat jam-jam sibuk
pelayanan.

E. MONITORING PELAKSANAAN STERILISASI


Tabel 9 : Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi
No Jenis Kegiatan Sasaran Hasil Pemantauan
1 Memastikan alat Alat steril berfungsi dengan baik: Alat steril berfungsi dengan
steril berfungsi timer, indikator suhu, dan tutup baik, dilihat dari timer, indikator
dengan baik berfungsi dengan baik suhu, dan tutup yang dapat
berfungsi dengan baik
2 Proses precleaning Tersedia larutan enzimatik. Cara Larutan enzimatik tersedia.
pencampuran dan durasi Cara pencampuran dan durasi
perendaman alat dengan cairan perendaman alat dengan
enzimatik sesuai dengan SPO. cairan enzimatik sudah tepat
dan sesuai dengan SPO
3 Proses pencucian Pencucian alat dilakukan dengan Pencucian alat sudah
alat benar dan sesuai SPO dilakukan dengan benar,
instrumen yang bergigi
dilakukan penyikatan
4 Proses Alat dikemas dengan rapat dan Alat dikemas dengan rapat dan

11
pengemasan alat rapi rapi menggunakan
pembungkus linen atau
pouches
5 Proses pelabelan Semua alat diberi label : nama Semua alat steril yang ada di
alat, tanggal disteril, dan tanggal unit sterilisasi dan seluruh
kadaluarsa ruangan sudah ada label nama
alat, tanggal disteril, dan
tanggal kadaluarsa
6 Proses sterilisasi Indikator eksternal dan internal Semua indikator eksternal dan
berubah indikator internal yang
terpasang pada alat berubah
7 Pemantauan Tempat tidak lembab, bebas Suhu tempat penyimpanan
tempat debu dan seranga, suhu instrumen yang sudah steril
penyimpanan alat mencapai 18-22C, kelembaban tidak mencapai target
yang sudah steril mencapai 35-75%

Analisa :
1. Pelaksanaan proses sterilisasi sudah sesuai dengan SPO.
2. Tempat penyimpanan alat yang sudah steril belum sesuai dengan sasaran, yaitu suhu tidak
mencapai 18-22C. Hal ini disebabkan di ruangan penyimpanan alat yang sudah disteril
belum terpasang AC.

Rencana Tindak Lanjut :


1. Pemantauan proses sterilisasi terus dilakukan, baik di unit sterilisasi oleh IPCN maupun di
unit masing-masing oleh IPCN dibantu IPCLN.
2. Koordinasi dengan IPS-RS untuk melakukan pemasangan AC di tempat penyimpanan alat
yang sudah steril.

F. MONITORING PENGELOLAAN LINEN DI LAUNDRY


Tabel 10 : Monitoring Linen di Laundry
No Jenis Kegiatan Sasaran Hasil Pemantauan
1 Penimbangan linen Linen ditimbang sebelum dicuci Penimbangan linen sebelum
sesuai dengan SPO dicuci belum dilakukan

12
2 Dekontaminasi linen Dekontaminasi linen dilakukan Dekontaminasi linen sudah
dengan benar sesuai dengan dilakukan sesuai dengan SPO
SPO
3 Penggunaan Linen dicuci dengan Linen dicuci dengan
chemical/ detergen menggunakan detergen menggunakan detergen
4 Penggunaan APD Petugas menggunakan APD Petugas belum menggunakan
lengkap saat mengelola linen di APD secara lengkap saat
laundry mengelola linen di laundry
5 Perawatan mesin Mesin cuci dirawat secara Perawatan mesin sudah
berkala dilakukan secara berkala

Analisa :
1. Penimbangan linen sebelum dicuci belum dilakukan karena belum tersedianya timbangan linen.
2. Petugas belum menggunakan APD secara lengkap saat mengelola linen di laundry karena
masih kurangnya pemahaman petugas tentang pentingnya penggunaan APD.

Rencana Tindak Lanjut :


1. Pengadaan timbangan untuk linen.
2. Mengingatkan kembali petugas untuk menggunakan APD secara lengkap saat mengelola linen
di laundry.

G. MONITORING PEMBUANGAN LIMBAH


Tabel 11 : Kesesuaian Pembuangan Limbah Medis, Nonmedis, dan Benda Tajam
Persentase Kesesuaian Pembuangan Limbah (%)
Ruangan/ Unit
Limbah Medis Limbah Nonmedis Limbah Benda Tajam
Rawat Inap 1 100 100 100
Rawat Inap 2 100 100 100
Rawat Inap 3 100 100 96,7
Perinatologi 100 100 100
IGD 100 100 100
Rawat Jalan 100 100 100
OK 100 100 100
Laboratorium 100 96,67 100

13
Radiologi 93,3 100 Tidak ada, diganti dengan
limbah radioaktif
Farmasi 100 100 100
Laundry 100 100 100
Kamar Jenazah 100 100 100
Dapur 100 100 Tidak ada

Analisa :
1. Sebagian besar petugas sudah patuh dalam mengelola limbah (limbah infeksius dibuang ke
tempat sampah infeksius, limbah noninfeksius dibuang ke tempat sampah noninfeksius, dan
limbah benda tajam dibuang ke safety box).
2. Masih ada ketidaksesuaian pembuangan limbah yang dilakukan oleh petugas. Hal ini
disebabkan belum pahamnya beberapa petugas tentang jenis-jenis limbah.

Rencana Tindak Lanjut :


1. Mengingatkan kembali petugas untuk membuang limbah sesuai dengan ketentuan.
2. Mengadakan diklat refreshing tentang pengelolaan limbah untuk semua karyawan RS Kurnia
Serang.
3. Pemantauan proses pengolahan limbah terus dilakukan oleh IPCN.

H. MONITORING PENEMPATAN PASIEN DI RUANG ISOLASI


Pada bulan September 2017 tidak ada pasien yang dirawat di ruang isolasi.

I. MONITORING AREA KAMAR JENAZAH


Tabel 12 : Monitoring Area Kamar Jenazah

No Jenis Kegiatan Sasaran Hasil Pemantauan


1 Kebersihan ruangan Lantai dan dinding kamar jenazah Kebersihan lantai dan dinding
bersih kamar jenazah belum terjaga
2 Ketersediaan APD Tersedia APD lengkap APD sudah tersedia, tetapi
belum lengkap
3 Ketersediaan handrub Tersedia handrub Handrub tersedia

14
4 Ketersediaan tempat Tersedia tempat sampah injak Tempat sampah infeksius dan
sampah infeksius dan noninfeksius noninfeksius sudah tersedia,
tetapi belum menggunakan
sistem injak

Analisa :
1. Kebersihan ruangan kamar jenazah belum terjaga karena belum ada orang yang ditunjuk
sebagai penanggung jawab kebersihan kamar jenazah.
2. APD sudah tersedia, tetapi belum lengkap.
3. Tempat sampah infeksius dan noninfeksius sudah tersedia, tetapi belum menggunakan
sistem injak.

Rencana Tindak Lanjut :


1. Koordinasi dengan unit rumah tangga untuk menunjuk penanggung jawab kebersihan di
kamar jenazah.
2. Melengkapi fasilitas di kamar jenazah, yaitu melengkapi APD dan mengadakan tempat
sampah injak.

J. MONITORING KEGIATAN PELAYANAN MAKANAN


Tabel 13 : Monitoring Penanganan Peralatan Makan

No Jenis Kegiatan Sasaran Hasil Pemantauan


1 Penggunaan spons Spons peralatan makan dan Penggunaan spons untuk
pencucian peralatan masak dipisah peralatan makan dan peralatan
masak sudah dipisah
2 Dekontaminasi Peralatan makan didekontaminasi Dekontaminasi peralatan
peralatan makan sesuai dengan SPO makan sudah dilakukan sesuai
dengan SPO
3 Meniriskan peralatan Peralatan makan ditiriskan sesuai Penirisan peralatan makan
makan dengan SPO sudah dilakukan sesuai dengan
SPO
4 Penyimpanan alat Peralatan makan bersih disimpan Penyimpanan peralatan makan
makan bersih sesuai dengan SPO bersih sudah dilakukan sesuai
dengan SPO

15
Analisa :
1. Pelaksanaan penanganan peralatan makan sudah dilakukan sesuai dengan SPO.
Rencana Tindak Lanjut :
1. Pemantauan kegiatan pelayanan makanan, termasuk penanganan peralatan makan tetap
dilakukan oleh IPCN.

K. MONITORING PERALATAN KADALUARSA, SINGLE-USE YANG DI-REUSE

L. MONITORING PENGENDALIAN LINGKUNGAN

M. PENCATATAN DAN PELAPORAN KARYAWAN TERTUSUK JARUM/ BENDA TAJAM ATAU


TERPAJAN DARAH/ CAIRAN TUBUH PASIEN
Pada bulan September 2017 tidak ada karyawan yang tertusuk jarum/ benda tajam atau terpajan
darah/ cairan tubuh pasien.

N. KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PPI


Tabel 14 : Kegiatan Diklat PPI Bulan September 2017

No Materi Diklat Sasaran Tanggal Pelaksanaan

Karyawan baru bulan 11 September dan 27


1 Diklat PPI untuk karyawan baru
September 2017 September 2017
Edukasi hand hygiene dan etika Pasien dan 7 September 2017
2 batuk kepada pasien dan pengunjung di rawat
pengunjung di rawat jalan jalan
Sosialisasi Kebijakan dan SPO Seluruh karyawan 18 September 2017
3
PPI
Diklat Hand Hygiene, Etika Seluruh karyawan 19 September 2017
Batuk, APD, Pengelolaan Linen,
4
dan Pengelolaan Limbah
(Refreshing)
Diklat Pembersihan Ruangan, Seluruh karyawan 25 September 2017
5
Penggunaan Spill Kit, dan

16
Sosialisasi Insiden Pajanan

Edukasi hand hygiene kepada Pasien dan keluarga Setiap hari selama bulan
6
pasien dan keluarga di rawat inap September 2017

O. INVESTIGASI KEJADIAN LUAR BIASA ( OUTBREAK )


Pada bulan September 2017 tidak ada Kejadian Luar Biasa (outbreak)

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang dilakukan di RS Kurnia Serang saat ini sudah
mendapatkan dukungan maksimal dari pimpinan/ direktur. IPCD, IPCN, IPCLN, dan seluruh karyawan
dapat bekerjasama dengan baik dan memberikan kontribusi dalam upaya Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi. Akan tetapi, masih butuh koordinasi dan tata kelola yang baik dalam pengelolaan
data surveilans dan monitoring.

B. Saran

a. Sosialisasi ulang program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi kepada kepala unit dan
IPCLN.
b. Penataan dan pendistribusian ulang seluruh dokumen PPI yang berupa panduan dan SPO
sehingga setiap pegawai lebih memahami upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS
Kurnia Serang.
c. Memaksimalkan sosialisasi hasil surveilans dan monitoring PPI kepada staf medis, perawat,
unit kerja, dan manajemen sebagai salah satu upaya perbaikan dan peningkatan pelaksanaan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
d. Menjalin koordinasi yang baik antar unit dan komite profesi (Komite Medis, Komite
Keperawatan, dan Komite Nakes Lain) sebagai salah satu upaya meningkatkan kepatuhan
pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
e. Mengoptimalkan upaya validasi data surveilans dan audit PPI sehingga data yang ditampilkan
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
f. Mengikutkan IPCLN pelatihan PPI dasar sebagai salah satu upaya mengoptimalkan perannya
sebagai champion PPI di unit kerjanya.

18
Serang, 10 Oktober 2017
Mengetahui,

dr. Septi Dwi Kania P. Siti Milyah Berliyani, Amd. Kep.


IPCD IPCN

Menyetujui,

dr. Wahyu Hapsari, MARS


Direktur RS Kurnia Serang

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai