Anda di halaman 1dari 9

1.

SURVEILENS

a. Tabel angka kejadian HAIs Per Triwulan Tahun 2022 di Rumah Sakit Islam
Gorontalo
JUMLAH HARI
TERPASANG INFEKSI RUMAH SAKIT
ALAT BED
NO RUANG OPERASI
REST
ET PL
UC IVL ISK VAP DEC HAP IDO
T E
1 JANUARI 1 670 0 0 15 0 28 0 0 0 0
2 FEBRUARI 4 715 0 0 14 0 34 0 0 0 0
3 MARET 21 955 0 0 20 0 31 0 0 0 0
4 JUMLAH 26 2340 0 0 49 0 93 0 0 0 0

b. Grafik angka kejadian Plebitis Per Triwulan Tahun 2022 di Rumah Sakit Islam
Gorontalo

c. Grafik angka kejadian Infeksi Saluran Kemih Per Triwulan Tahun 2022 di Rumah
Sakit Islam Gorontalo
d. Grafik angka kejadian Infeksi Daerah Operasi Per Triwulan Tahun 2022 di
Rumah Sakit Islam Gorontalo
KETERANGAN

1) Plebitis
Angka kejadian Plebitis pada pasien terpasang kateter IV atau infus di
Rumah Sakit Islam Gorontalo Per Triwulan 2022 sebesar 57,99 permil, angka
tersebut belum mencapai target < 20 permil.
Strategi yang telah dilakukan sosialisasi kebersihan tangan, penerapan
teknik aseptik saat insersi jarum kateter vena, penyuntikan aman, serta
pengusulan penggunaan dressing steril transparan.
Dalam pelaksanaan pencegahan masih ditemukan masalah diantaranya
teknik aseptik yang kurang terjaga, pemilihan lokasi insersi kurang aman dan
banyak pergerakan, belum tersedia dressing transparan steril.
Rencana tindak lanjut
a) Sosialisasi ulang teknik aseptik dan cara pencegahan phlebitis
b) Peningkatan kepatuhan kebersihan tangan
c) Pengusulan ulang dressing transparan steril.

2) ISK
Rata-rata angka kejadian ISK pada pasien terpasang kateter urine
menetap di Rumah Sakit Islam Gorontalo Per Triwulan 2022 sebesar 34,48
permil, angka tersebut belum mencapai target yakni <20 permil.
Strategi yang sudah dilakukan untuk mengurangi kejadian ISK yaitu
sosialisasi dan penerapan bundles pencegahan ISK kepada petugas dilakukan
mulai sebelum kateter terpasang sampai kateter dilepas. Edukasi pasien dan
keluarga untuk menjaga personal hygiene yang baik.
Masalah yang ditemukan saat menerapkan pencegahan ISK adalah
kesadaran petugas melakukan kebersihan tangan masih kurang, penggunaan
APD yang tidak sesuai indikasi, perawatan kateter dan penempatan kantong
urine yang kurang sesuai, serta personal hygiene pasien kurang diperhatikan.
Rencana tindak lanjut :
Sosialisasi ke petugas bundles pencegahan ISK
a) Kebersihan tangan
b) Teknik insersi aseptik
c) Penggunaan APD yang sesuai (masker, sarung tangan steril)
d) Perawatan kateter
e) Penempatan kateter
f) Bersihkan setiap hari
g) Kaji ulang kebutuhan, lepas jika sudah tidak diperlukan

3) IDO
Rata-rata angka kejadian IDO pada pasien post Operasi di Rumah
Sakit Islam Gorontalo Per Triwulan 2018 sebesar 5,68%, angka masih tinggi
dari target yakni <2%. Kedepanya angka kejadian IDO akan lebih di tekan lagi
sehingga target pencegahan IDO tercapai, kedepanya surveilan IDO
dilakukan pada semua jenis operasi, baik operasi bersih sampai operasi kotor,
sehingga banyak kriteria IDO yang seharusnya tidak masuk data tetapi tercatat
dan menambah tinggi angka infeksi.. Rencana kedepan akan dilakukan
surveilan IDO pada kasus operasi lain secara bertahap.
Pencegahan yang sudah dilakukan diantaranya peningkatan kepatuhan
kebersihan tangan,sosialisasi penggunaan antibiotik rasional, edukasi pasien
dan petugas, penggantian benang steril dari benang roll menjadi benang sekali
pakai, sterilisasi sentral di CSSD secara bertahap, penambahan alat medikasi,
teknik aseptik ditingkatkan, pencukuran rambut diminimalkan sesuai
kebutuhan menggunakan clipper.
Kekurangan dalam melakukan pencegahan IDO masih terjadi,
misalnya alat medikasi di poliklinik masih kurang sesuai jumlah pasien,
sterilisasi diluar CSSD masih kurang maksimal karena belum adanya ruangan
CSSD, ada beberapa petugas yang kurang patuh,sehingga perlu sentralisasi
penuh di CSSD. Beberapa antibiotik injeksi seperti cefotaxime, ceftriaxone,
amoxicillin dan ampicillin juga semakin meningkat resistensinya, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya IDO.
Rencana tindak lanjut :
a) Sosialisasi ulang teknik aseptik dan penggunaan antibiotik rasional
b) Pembentukan PPRA di Rumah Sakit Islam Gorontalo
c) Peningkatan kemampuan petugas dengan mengikuti diklat
d) Penggantian benang jahit dengan benang dan jarum single use
e) Penggantian plester dengan dressing transparan steril
f) Penambahan ruangan CSSD, alat medikasi dan sentralisasi proses
sterilisasi di CSSD
3) IADP, VAP, HAP
Angka kejadian IADP, VAP dan HAP 0‰ bukan berarti tidak
ada kejadian infeksi tetapi karena ruangan,tenaga, dan pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnose ini tidak tersedia maka
belum bisa dilakukan misalnya pemeriksaan kultur, dan dilakukanya
audit.
a. Deseminasi
Hasil surveilan telah disampaikan kepada Direktur, Bidang
Perawatan serta Ruangan terkait surveilan.

Instrumen
No Masalah Akar masalah
analisis

2. Angka kejadian 5 1: petugas kurang melakukan


Plebitis tinggi teknik aseptic

2 : pemberian terapi cairan elektrolit


pekat

3: pemilihan lokasi insersi kurang


aman

4 : dressing infuse tidak steril

2. Angka kejadian ISK 5 1: kepatuhan kebersihan petugas


tinggi tangan kurang

2: petugas kurang menjaga teknik


aseptic

3: petugas memakai APD yang


tidak sesuai

4: petugas kurang maksimal


dalam perawatan kateter urine

3. Angka kejadian IDO 5 1: resistensi antibiotik meningkat


tinggi
2: penggunaan antibiotik tidak
rasional

3 : dokter lupa/kurang paham


tentang rasionalitas antibiotik
4 : sosialisasi tentang antibiotik
rasional kurang

5 : belum dibentuk tim PPRA RS


Ukuran Penanggung Batas Waktu
No Akar masalah Rekomendasi
keberhasilan Jawab Penyelesaian
1 Kurangnya HH pada saat pemasangan Dilakukan sosialisasi tentang HH bundles Petugas IPCN 1 bulan
ivfd pencegahan infeksi melakukan
tindakan sesuai
SPO
2 Petugas tidak menerapkan bundles Dilakukan inhouse training tentang Petugas IPCN 3 bulan
pencegahan ISK sesuai SPO bundles pencegahan infeksi melakukan
tindakan sesuai
SPO
3 Belum dibentuk Tim PPRS Dibentuk Tim PPRA Ada Tim PPRA Direktur 3 bulan
2. Monitoring dan audit
a. Kebersihan tangan.
Audit kepatuhan kebersihan tangan sudah dilakukan oleh IPCN satu
kali dalam satu bulan pada semua ruang perawatan terhadap dokter,
perawat. Audit dilakukan dengan cara observasi pada jam sibuk
sehingga memungkinkan banyak aktifitas dari petugas, tanpa ada
pemberitahuan sebelumnya. Hasil audit yang didapatkan masih
fluktuatif, dan dibawah angka standar minimal 80%.

1) Keterangan
Angka kepatuhan kebersihan tangan petugas di RS. Islam
Gorontalo menunjukkan adanya peningkatan dari bulan September
sampai dengan bulan November, angka kepatuhan diatas sudah di
hitung sekaligus antara perawat dan dokter, sehingga didapatkan
data kepatuhan Hand Hygiene.

2) Analisis akar masalah

Instrumen
No Masalah Akar masalah
analisis

1 Angka kepatuhan 5 1: fasilitas kebersihan tangan


kebersihan tangan belum 100% tersedia
petugas dibawah
2: Kesadaran kebersihan
target tangan petugas kurang

3: pengetahuan petugas tentang


pentingnya kebersihan
tangan kurang

4: sosialisasi kebersihan tangan


kurang maksimal

3) Rencana Tindak Lanjut


Ukuran Penanggung
No Akar masalah Rekomendasi
keberhasilan Jawab
1 Sosialisasi - Dilakukan Angka Tim PPI
kebersihan tangan sosialisasi kepatuhan
kurang maksimal ulang tentang kebersihan
kebersihan tangan
tangan oleh Tim meningkat
PPI / IPCN diatas 80%

Anda mungkin juga menyukai