Laporan Kasus Anak Laki Laki 11 Bulan Dengan Bronkiolitis Dan Gizi Baik
Laporan Kasus Anak Laki Laki 11 Bulan Dengan Bronkiolitis Dan Gizi Baik
LAPORAN KASUS
Oleh :
SITI YUSNIA W N
22010110200146
HALAMAN PENGESAHAN
Penguji Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kasus Seorang Anak Laki-laki 11
bulan dengan Bronkiolitis, dan Gizi Baik ini dapat penulis selesaikan.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat dalam menempuh
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. dr. Gatot Irawan Sarosa, SpA selaku penguji
2. dr. Diah Astika R, selaku pembimbing
Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukan.
SITI YUSNIA W N
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
BAB I ................................................................................................................. 1
A. PENDAHULUAN................................................................................ 1
B. TUJUAN ..................................................................................................... 2
C. MANFAAT .................................................................................... ........... 2
BAB II. PENYAJIAN KASUS ................................................................................ 3
A. IDENTITAS PENDERITA ......................................................................... 3
B. DATA DASAR ........................................................................................... 3
C. DIAGNOSIS BANDING ............................................................................ 13
D. DAFTAR MASALAH ................................................................................ 13
E.
PENATALAKSANAAN......................................................................
...... 13
F. CATATAN KEMAJUAN .................................................................... 15
BAB III. PEMBAHASAN............................................................................. ........... 19
A. DIAGNOSIS 19
I. BRONKIOLITIS.................................................................................... 19
II. GIZI BAIK............................................................................................ 23
B. PENGELOLAAN 24
C. PROGNOSIS .............................................................................................. 27
D. BAGAN PERMASALAHAN.. 29
BAB IV. RINGKASAN................................................................................ ........... 30
BAB V. LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH. 31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 37
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
mengelola penderita dengan bronkiolitis dan gizi baik, sekaligus mencoba
membandingkan tindakan yang diberikan berdasarkan kepustakaan yang ada,
sehingga dapat mengarah kepada penatalaksanaan yang lebih tepat dan rasional.
C. MANFAAT
BAB II
PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : By. Rasya Aditya Putra
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 11 bulan/ 1 Mei 2010
Alamat : Sapta Marga III Gabeng RT 07/01, Kecamatan Tembalang,
Semarang
Masuk RSDK : 19 April 2011, pukul 01.20 WIB
Keluar RSDK : 22 April 2011, pukul 13.00 WIB
No CM : 6596561
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Tn S
Umur : 26 tahun
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Pegawai swasta
Nama Ibu : Ny A
Umur : 21 tahun
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Tidak bekerja
B. DATA DASAR
1. Anamnesis
Alloanamnesis dengan orangtua penderita tanggal 19 April 2011 pukul 14.00 WIB
Keluhan utama : sesak nafas
a. Riwayat penyakit sekarang :
3 hari anak batuk (+), dahak (+) tidak dapat dikeluarkan, pilek (+), sesak (-),
ngik-ngik (-), demam (+) anget-anget, bintik-bintik merah seperti digigit nyamuk
(-), gusi berdarah (-), mimisan (-), keluar cairan dari telinga (-), nyeri tekan
belakang telinga (-), nyeri telan (-), muntah 1x/hari setelah batuk @2 sendok
7
makan, berisi dahak (+) warna putih encer (+) bercampur susu, BAB dan BAK
tidak ada kelainan, anak masih bermain seperti biasa, makan dan minum tidak
terganggu.
1 hari anak masih batuk dan makin bertambah parah, dahak tidak dapat
dikeluarkan, sesak (+), ngik-ngik (+), sesak tidak berkurang dengan perubahan
posisi dan cuaca (+), dan tidak bertambah saat bermain, biru-biru disekitar mulut
(-), demam (+) tidak tinggi terus menerus, bintik-bintik merah seperti digigit
nyamuk (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), keluar cairan dari telinga (-), nyeri
tekan belakang telinga (-), nyeri telan (-), anak rewel (+), muntah 1x/hari 2-3
sendok makan berisi dahak kental warna putih dan susu, nafsu makan dan minum
susu anak terganggu, buang air besar dan buang air kecil tidak ada kelainan,
kemudian dibawa ke puskesmas Ngesrep diberi obat kotrimoksazol dan surat
pengantar ke RSDK, karena batuk yang terus bertambah dan disertai sesak, anak
kemudian dibawa ke RSDK.
f. Riwayat persalinan.
No Kehamilan dan Persalinan Tgl lahir
Laki-laki lahir dari seorang ibu G1P0A0 20 tahun, umur kehamilan 01/05/2010
9 bulan, lahir spontan, langsung menangis, biru-biru (-), ditolong
bidan, berat lahir 3500 gram. Panjang badan lahir 49 cm
9
j. Riwayat imunisasi :
BCG : 1 kali, umur 1 bulan, skar positif.
Polio : 4 kali, umur 0,2,4,6 bulan.
Hepatitis : 3 kali, umur 2,4,6 bulan.
Dipteri : 3 kali, umur 2,4,6 bulan
Pertusis : 3 kali, umur 2,4,6 bulan
Tetanus : 3 kali, umur 2,4,6 bulan
Campak : 1 kali, umur 9 bulan
Kesan : vaksinasi dasar lengkap.
Umur 6 bulan- sekarang : Anak diberi susu SGM II 8-10x sehari @ 120 cc -
habis dan bubur susu 3 x sehari @ mangkuk kecil -
habis.
Umur 6 - 8 bulan : Anak diberi bubur susu bungkus 3x/hari habis.
Umur 8- sekarang : Anak diberikan nasi tim 3x/hari mangkuk kecil +
ati/ayam/tahu/tempe + sayur
Buah : pisang, jeruk, pepaya (mulai diberikan umur 4 bulan
2x @2-3 sedok teh habis)
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup, ASI tidak eksklusif, dan penyapihan dini.
Kesan : Gizi baik, perawakan normal, arah pertumbuhan sesuai garis pertumbuhan
Perkembangan :
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada tanggal 19 April 2011 , pukul 14.30 WIB di ruang HND C1L1
Seorang anak laki-laki, umur 11 bulan, berat badan 8,3 kg, panjang badan 71 cm.
Kesan umum : sadar, tampak sesak , tidak sianosis , ada napas spontan , adekuat.
Tanda vital : Nadi : 124 x/menit, isi dan tegangan cukup.
RR : 55 x/menit
Suhu : 37C
Kepala : mesosefal, lingkar kepala 45 cm.
ubun-ubun besar datar dan belum menutup.
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-), sklera tidak ikterik, pupil isokor
diameter 2 mm/2 mm, reflek cahaya (+) N / (+) N. reflek kornea
+N/+N, reflek bulu mata +N/+N.
Hidung : nafas cuping hidung (-), tidak ada sekret.
Telinga : tidak ada sekret .
Mulut : bibir tidak sianosis, selaput lendir tidak kering, lidah tidak kotor,
gusi tidak berdarah, gigi incicvus sudah tumbuh.
Tenggorok : T1-1, faring tidak hiperemis.
Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Kulit : tidak ikterus
Dada : simetris, ada retraksi epigastrial.
Paru depan : I : simetris, statis, dinamis.
13
Vesikuler Vesikuler,
Vesikuler, ST (+) ST (+)
ST (+)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah (tanggal 19 April 2011)
Hemoglobin : 12,4 gram /dl
Hematokrit : 36,6 %
Eritrosit : 4,87 juta/mm3
Lekosit : 14 ribu/mm3
Trombosit : 549 ribu/mm3
MCV : 75,2 femtoliter
MCH : 25,4 pikogram
MCHC : 33,8 gr/dl
Kesan : Trombositosis
Preparat darah hapus (tanggal 20 April 2011) :
Eosinofil :3%
Basofil :0%
15
Batang :0%
Segmen : 28 %
Limfosit : 65 %
Monosit :3%
AMC 1%
Sistem eritropoetik : anisositosis ringan (+), Mikrosit (+), poikilositosis
ringan (+), tear drop sell (+), pear shape sell (+),
ovalosit (+), sferosit (+).
Sistem granulopoetik : jumlah tampak normal, limfosit teraktivasi (+).
Sistem trombopoetik : jumlah meningkat, bentuk normal.
Kesan : Gambaran infeksi virus.
d. X-foto thorak : (tanggal 19 April 2011)
Cor : CTR 47%, retrocard dan retrosternal space tidak menyempit.
Pulmo : Corakan vaskular meningkat
Tampak bercak pada perihiler dan parakardial kanan
Hilus kanan kiri tampak menebal
Hemidiafragma kanan setinggi kosta 9 posterior
Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip
Kesan :
Cor dalam batas normal
Gambaran bronkopneumonia dengan penebalan hilus kanan kiri,
proses spesifik belum dapat disingkirkan
e. Pemeriksaan lain
Scoring TB :
Kontak TB 0
Uji tuberkulin 0
Gizi 0
Demam 0
Batuk 0
Pemb.nnll 0
Pemb. Sendi 0
16
Foto thoraks 1
Total 1
C. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
1. Assesment : IRA
DD/ Atas
Bawah
DD/ Bronkopneumonia
Bronkiolitis
2. Gizi baik.
Diagnosis Sementara
1. Bronkiolitis
2. Gizi baik
D. DAFTAR MASALAH
No. Masalah Aktif Tgl No. Masalah Pasif Tgl
1. Batuk8 19/04/11 1. Sosial ekonomi 19/04/11
2. Pilek8 19/04/11 kurang
3. Demam tidak tinggi8 19/04/11
4. Sesak nafas8 19/04/11
5. Wheezing8 19/04/11
6. Retraksi dada8 19/04/11
7. Trombositosis8 19/04/11
8. Bronkiolitis 19/04/11
9. Gizi baik 19/04/11
E. PENATALAKSANAAN
1. Ass : Bronkiolitis
Dx : S : Sesak napas, panas nglemeng, ngik-ngik, tarikan dinding dada
O : darah rutin, preparat darah hapus, diff count, gambaran darah
tepi
17
Rx : - O2 masker 5 liter/menit
- Infus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/menit
Assesment : Bronkiolitis
Gizi baik
20-4-2011 Keluhan: Sesak napas (+) menurun, batuk(-) Assesment : Bronkiolitis O2 nasal 2 liter/menit jika perlu
Keadaan umum sadar, aktif, napas spontan, adekuat(+), Gizi baik Infus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/ menit
sianosis (-).
Pemeriksaan Fisik Peroral :
- Paracetamol 4-6 x100 mg jika t 38.50C
TV: Nadi 120/menit, i/t cukup - Ambroxsol 3 x 4 mg
RR 35x/menit
Suhu 36,5C Diet : 3 xDiet lunak
5 x 120 cc SGM II
Kepala Mesosefal, LK:45 cm, UUB datar, belum Nebulizer : pulmicort respul
menutup Nacl 0,9% 4 cc
Mata Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ( pkl 04.00, 08.00, 16.00 22.00
ikterik (-),
Hidung Nafas cuping (-), sekret (-) Program :
Mulut Bibir sianosis (-), selaput lendir kering (-), - Pengawasan keadaan umum, tanda
lidah kotor (-), gusi berdarah (-) vital.
Tenggorok T1-1 ,faring hiperemis (-) - Pengawasan jalan napas
Leher Simetris, pembesaran limfonodi (-). - Pengawasan distress respirasi.
Thorak Simetris,statis, dinamis, retraksi epigastrial - Isap lendir teratur jika perlu
(+). - Preparat darah hapus, diff.count,
BJ I-II normal, bising (-), gallop(-) gambaran darah tepi
Jantung SD vesikuler, ronkhi basah halus (-/-),
- Naik C1L2
Pulmo wheezing (-/-), suara hantaran (+/+)
21-4-2011 Keluhan: Batuk (-), sesak (-) Assesment : Bronkiolitis O2 nasal 2 liter/menit jika perlustop
Keadaan umum sadar, aktif, napas spontan, adekuat(+), Gizi baik Infus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/ menit
sianosis (-). stop
Pemeriksaan Fisik Peroral :
- Paracetamol 4-6 x 100 mg jika t 38,50
TV: Nadi 110/menit, i/t cukup
RR 30x/menit
Suhu 36,8C Diet : 3 x Diet lunak
5 x 120 cc SGM II
Kepala Mesosefal, LK:45 cm, UUB datar, belum
menutup Program :
Mata Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera - Pengawasan keadaan umum, tanda
ikterik (-), vital.
Hidung Nafas cuping (-), sekret (-) - Pengawasan jalan napas
Mulut Bibir sianosis (-), selaput lendir kering (-), - Pengawasan distress respirasi.
lidah kotor (-), gusi berdarah (-) - Rencana pulang
Tenggorok T1-1 ,faring hiperemis (-)
Leher Simetris, pembesaran limfonodi (-).
Thorak Simetris, statis, dinamis, retraksi
suprasternal (-), intercostal (-),epigastrial
(-).
Jantung BJ I-II normal, bising (-), gallop(-)
Pulmo SD vesikuler, ronkhi basah halus (-/-),
wheezing (-/-), suara hantaran (-/-)
Tanggal Pemeriksaan Fisik Laboratorim, Konsul Assesment Terapi, Program
Abdomen datar, lemas, venektasi (-),
bising usus (+) normal.
Hepar tak teraba.
Lien tak teraba
Ekstremitas Sup Inf
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary refil < 2 II < 2 II
Reflekfisiologis +/+ + /+
Reflekpatologis -/- -/-
Clonus -/-
Kekuatan 555 555
Tonus +N/+N +N/+N
22
BAB III
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS
1. BRONKIOLITIS
Defenisi
Bronkiolitis diartikan sebagai penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada
saluran nafas kecil (bronkioli) yang sering terjadi pada anak di bawah 2 tahun dengan
insiden tertinggi umur 2-8 bulan.1-4
Etiologi
Respiratory Syncytial Virus merupakan agen penyebab pada 50 90 %
kasus, sisanya oleh virus para influenza, mikoplasma, adenovirus dan virus lainnya.
Infeksi primer oleh bakteri penyebab belum dilaporkan.1,-4,7
Patofisiologi
Secara harfiah pernafasan berarti pergerakan oksigen dari atmosfir menuju
ke sel-sel dan keluarnya karbondioksida dari sel-sel ke udara bebas. Jika hal ini
diuraikan lagi akan terbagi menjadi pernafasan eksternal (difusi oksigen dan
kabondioksida melalui mambran kapiler alveoli) dan pernafasan internal (rekasi-
reaksi kimia intraseluler dimana oksigen dipakai dan karbondioksida dihasilkan
sewaktu sel memetabolismekan karbohidrat dan substansi lain untuk membangkitkan
ATP dan pelepasan energi).8
Setelah melewati hidung dan faring, udara didistribusikan kedalam paru
melalui trakea, bronkus dan bronkioli. Satu masalah yang paling penting pada semua
jalan pernafasan adalah memelihara agar tetap terbuka, sehingga aliran udara keluar
masuk alveoli berjalan lancar. Cincin kartilago pada trakea dan bronkus berfungsi
untuk mempertahankan rigiditas dan menjaga terjadinya kolap. Adapun bronkiolus
dindingnya hanya terbentuk oleh otot polos dan diameternya sangat kecil yaitu 1
1,5 mm, sehingga mudah terjadi obstruksi baik oleh proses inflamasi maupun spasme
otot itu sendiri.8
Patofisiologi bronkiolitis berawal dari invasi virus pada percabangan
bronkus kecil, menyebabkan nekrosis epitel yang kemudian berproliferasi
23
membentuk sel yang kuboid atau gepeng tanpa silia. Rusaknya sel epitel bersilia
menyebabkan gangguan mekanisme pertahanan lokal. Jaringan peribronkial
mengalami infiltrasi lekosit, sel plasma dan makrofag, dan sebagian limfosit
bermigrasi diantara sel epitel sehingga timbul udem, akumulasi mukus dan debris
seluler hingga terjadi obstruksi lumen bronkiolus.9
Resistensi aliran udara meningkat pada fase inspirasi maupun fase ekspirasi.
Tetapi karena radius saluran napas kecil selama fase ekspirasi, maka terdapat
mekanisme klep hingga udara akan terperangkap dan menimbulkan hiperinflasi dada.
Atelektasis dapat terjadi bila obstruksi total dan udara diserap. Proses patologik ini
mengganggu pertukaran udara di paru, menyebabkan ventilasi berkurang dan
hipoksemia. Sebagai kompensasi frekuensi napas akan meningkat. Umumnya
hiperkapnia tidak terjadi kecuali pada penyakit yang sangat berat. Penyembuhan
terjadi secara bertahap. Regenerasi lapisan basal mulai hari ke 3 4 dan regenerasi
silia terjadi setelah 15 hari.9
Skema 1. Patofisiologi Bronkiolitis
Udem
Kerusakan epitel
Hipersekresi
Atelektasisdan hiperinflasi
Hiperkarbi
Syok
Apneu Asidosis Henti nafas dan jantung
24
Dasar Diagnosis
a.Anamnesis
Pada bayi dengan bronkiolitis biasanya mempunyai riwayat terpajan pada anak
yang lebih tua atau orang dewasa yang mempunyai penyakit pernafasan ringan
pada minggu sebelum mulainya penyakit. Bayi mula-mula menderita penyakit
infeksi ringan pada saluran pernafasan disertai batuk pilek untuk beberapa hari,
biasanya tanpa kenaikan suhu atau hanya subfebril. Anak mulai mengalami sesak
napas, makin lama makin hebat, pernapasan dangkal dan cepat dan disertai
dengan serangan batuk. Pada kasus ringan gejala menghilang dalam 1 3 hari.
Pada penyakit yang lebih berat gejala-gejala dapat berkembang dalam beberapa
jam dan perjalanan penyakit menjadi berlarut-larut.1-4
b.Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, anak nampak gelisah, sesak napas, napas cepat dan
dalam (60-80x/menit), napas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut,
retraksi otot pernapasan akibat penggunaan otot-otot asesoris pernafasan karena
paru terus-menerus terdistensi oleh udara yang terperangkap. Overinflasi paru
dapat mengakibatkan hati dan limpa teraba di bawah tepi kosta. Pada perkusi
terdengar suara hipersonor. Ronki basah halus dapat terdengar pada akhir inspirasi
dan awal ekspirasi. Fase ekspirasi pernafasan diperpanjang dan mengi/wheezing
dapat terdengar. Pada sebagian besar kasus berat, suara pernafasan hampir tidak
dapat didengar bila obstruksi bronkiolus hampir total.1-5
c.Pemeriksaan X-foto thorax
Pemeriksaan X-foto thorax mungkin masih normal atau menunjukkan
adanya hiperinflasi paru (hiperaerasi) dengan diafragma datar dan kenaikan
diameter anteroposterior pada foto lateral. Nampak penebalan peribronkial pada
50 % kasus, area konsolidasi pada 25 % kasus, dan area kolaps segmen atau lobar
pada 10 %, atau ditemukan bercak-bercak pemadatan akibat atelektasis sekunder
tehadap obstruksi atau inflamasi alveolus. Pneumonia bakteri secara dini tidak
dapat disingkirkan dengan hanya pemeriksaan radiologik saja.1-6
25
2. GIZI BAIK
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai interaksi antara masukan makanan
dan kemampuan tubuh untuk menggunakannya. Status gizi dipengaruhi oleh
faktor eksternal berupa diet, obat-obatan, lingkungan, penyakit dan faktor
internal termasuk genetik, riwayat kehamilan, etnik dan lain-lain.12
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan : 12
Menurut Z score, penderita ini termasuk gizi baik karena diadapatkan score
WAZ = -1,6 SD, WHZ = -0,5SD, HAZ = 1,4 (masih didalam rentang -2<x<2).
B. PENGELOLAAN
1. Aspek Keperawatan.
- Pemberian oksigen.
- Monitoring keadaan umum, tanda vital dan komplikasi yang mungkin terjadi
perlu dilakukan secara intensif. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
proses infeksi dapat diatasi dengan :
o Memberikan kompres dingin pada dahi dan atau ketiak, apabila suhu
> 38 0 Celcius perlu diberi antipiretik.
o Memberikan pakaian yang mudah menyerap keringat.
28
2. Aspek Medikamentosa
a. Suportif / Simtomatis : 1,3,4,13,15
Oksigen yang dilembabkan, kecepatan aliran 1 2 liter/menit atau
konsentrasi 28 % , bertujuan untuk mengatasi hipoksemia, mengurangi
kehilangan air insensibel akibat takipnu, mengurangi dispnu, menghilangkan
kecemasan dan kegelisahan. Jika keadaannya lebih berat, oksigen sebaiknya
diberikan dengan konsentrasi 40 % menggunakan head box yang dipantau
dengan pulse oximetri, dan kemudian konsentrasi oksigen diturunkan sesuai
perbaikan saturasinya. Penderita ini tidak terdapat sesak nafas yang hebat,
tidak sampai sianosis, sehingga diberikan oksigen 28% dengan masker atau
nasal canul.
Menjamin hidrasi yang adekuat melalui cairan parenteral maupun enteral
untuk mengimbangi pengaruh dehidrasi akibat takipnu. Penderita ini selama
sakit makan dan minumnya berkurang, sehingga diberi cairan parenteral
berupa infus 2A N 480/20/5 tetes mikro/menit.
Pemberian kortikosteroid sampai saat ini masih kontroversial. Umumnya
diberikan pada kasus yang gawat / kritis.Titik tangkap kortikosteroid adalah
sebagai anti inflamasi sehingga dapat meringankan obstruksi pada bronkioli.
Obat yang dipilih adalah deksametason inisial 0,5 mg/KgBB, dilanjutkan 0,5
mg/KgBB/hari dibagi 3 4 dosis, atau hidrokortison 5 10 mg/KgBB/hari
tiap 6 8 jam sampai klinis membaik.
Penderita ini datang dengan distres respirasi, maka diberikan kortikosteroid
nebulizer pulmicort respul.
Antipiretik diberikan bila suhu 38 0 Celcius
Obat mukolitik dipertimbangkan pemberiannya dalam kaitannya dengan
adanya hipersekresi mukus. Penderita ini diberi ambroksol 3 x 4 mg.
Ambroksol adalah suatu benzylamin derivat vasicine, berguna dalam
meningkatkan sekresi mukus dan mengurangi viskositas/kekentalannya serta
memperbaiki transport mukosilier.
b. Kausatif : 3,4,14,15
29
Obat anti virus Ribavirin (virazol), suatu nukleotida sintetis, telah digunakan
di luar negeri sebagai terapi spesifik. Pemberiannya secara inhalasi terus-
menerus 12 20 jam/hari selama 3 5 hari, cukup efektif mengurangi gejala
bronkiolitis jika diberikan sedini mungkin (pada awal perjalanan infeksi).
Namun dalam suatu penelitian melaporkan bahwa pemberian ribavirin tidak
begitu menurunkan lama rawat inap di rumah sakit dan angka mortalitas.
Pengaruh jangka lama masih belum diketahui. Karenanya, penggunaannya
hanya terindikasi pada bayi yang amat sakit atau pada bayi berisiko tinggi,
seperti bayi dengan penyakit jantung kongenital sianotik, displasia
bronkopulmoner berat, atau immunodefisiensi berat. Penderita ini tidak
diberikan.
Antibiotika sebenarnya tidak mempunyai nilai terapeutis, tetapi karena sulit
dibedakan dengan pneumonia bakteri, antibiotika tetap diberikan secara
empris, terutama pada keadaan umum yang kurang membaik dan kecurigaan
adanya infeksi sekunder. Biasanya diberikan ampisilin 100 mg/kgBB/24 jam,
dalam 4 dosis atau eritromisin 50 mg/kgBB/24 jan dalam 4 dosis. Pada
penderita ini tidak diberikan.
3. Aspek Dietetik.
Status gizi penderita ini baik. Pemberian diet disesuaikan dengan kebutuhan
gizinya. Berat badan penderita 8300 gram, suhu 370 Celcius.
Kebutuhan cairan selama 24 jam sebesar 100 cc x 8,3 kg = 830 cc. Kebutuhan
kalori sebesar 990 kkal, sedangkan proteinnya 19,3 gram. Kebutuhan ini dicukupi
dengan pemberian infus 2A N, diet lunak, dan susu SGM II.
4. Aspek Edukatif
a. Preventif. 14,15
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara menjaga kualitas dan kuantitas
makanan agar tetap sesuai dengan angka kecukupan gizi, baik bagi ibu
maupun penderita, serta melakukan imunisasi sesuai jadwal.
Segera membawa ke tempat pelayanan kesehatan jika anak sakit.
Menciptakan rumah yang sehat dengan memperbaiki ventilasi dan merubah
perilaku hidup sehat yang masih kurang.
c. Rehabilitatif.14
C. PROGNOSIS
Pada penderita ini, prognosis untuk kehidupannya (quo ad vitam) adalah ad
bonam, karena walaupun datang dengan distres respirasi, dapat ditangani dengan
31
Infeksi bronkiolitis akut berat pada bayi bisa berkembang menjadi asma.
Ehlenfield dkk mengatakan jumlah eosinofil pada saat bronkiolitis lebih banyak
pada bayi yang nantinya akan menderita mengi pada usia 7 tahun, yaitu median
98 sel/mm3. Adanya eosinofilia dimungkinkan bahwa mengi akan berlanjut pada
masa kanak-kanak. Kriteria yang menjadi faktor risiko asma adalah
didapatkannya 2 faktor risiko mayor atau 1 faktor resiko mayor + 2 faktor risiko
minor. 1,15
- Faktor risiko major yaitu asma pada orang tua dan eksema pada anak.
- Faktor risiko minor adalah Rinitis alergi, mengi diluar selesma dan eosinofilia.
Pada pasien ini kemungkinan belum bisa berkembang menjadi asma. Hal
ini dapat disebabkan karena hanya memenuhi 1 kriteria minor yaitu pasien
mengalami riwayat wheezing pada usia < 2 tahun.
.
32
D. BAGAN PERMASALAHAN
Lingkungan :
-Kebersihan
Bronkiolitis
-Higiene sanitasi
sesak
batuk
-
pilek
Perilaku: mengi
- Pendidikan orang tua- K Retraksi
- Kebiasaan makan e
makanan kurang bernilaibgizi
e
- Pelayanan tentang kesehatan
r
s
i Preventif Asuh
h Promotif Asih
a
n Rehabilitatis Asah
- H
i Tumbuh kembang optimal
g
i
e
n
e
s
a
n
i
t
a
s
i
33
BAB IV
RINGKASAN
Pada tulisan ini dilaporkan kasus seorang anak dengan bronkiolitis dan gizi
baik dengan pembahasan, diagnosis, pengelolaan dan prognosisnya.
Telah dilaporkan seorang anak laki-laki, 11 bulan, BB 8300 gram, PB 71 cm.
Pada anamnesis didapatkan bahwa anak mengalami batuk dan sesak yang dalam 3
hari terus bertambah.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan anak sadar, tampak sesak, tidak ada
sianosis, napas spontan adekuat. Anak panas nglemeng, laju pernapasan meningkat,
retraksi epigastrial. Pada pemeriksaan paru didapatkan suara hantaran, wheezing,
eksperium memanjang di kedua lapangan paru. Pemeriksaan jantung dan lain-lain
dalam batas normal.
Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan gambaran trombositosis dan
limfosit teraktivasi. Gambaran X-foto thorak menunjukan jantung tidak membesar
dan gambaran bronkopneumonia dengan penebalan hilus kanan kiri, proses spesifik
belum dapat disingkirkan. Pada pemeriksaan antropometri dengan Z score, anak
digolongkan sebagai gizi baik
Berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan yang dilakukan, anak
didiagnosis bronkiolitis.
Pengelolaan pada penderita ini secara umum terdiri dari keperawatan,
medikamentosa dan pemberian diet. Selama perawatan didapatkan perbaikan
keadaan umum penderita. Edukasi diberikan pada keluarga penderita mengenai
segala usaha untuk mencegah kemungkinan timbulnya penyakit yang sama atau
penyakit yang lainnya.
34
BAB V
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH
Anamnesa keadaan rumah dilakukan pada tanggal 1 Mei 2011 pukul 14.00 WIB.
1. Keadaan rumah
Status : rumah milik kakek penderita
Ukuran : 45 m2
Halaman : 4,5 m2
Teras : 4,5 m2, bersih
Dinding : kayu
Lantai : tanah
Ruangan : 1 ruang tamu ukuran 3 x 5 m, 3 buah ruang tidur masing-
masing ukuran 2 x 2,5 m, 1 ruang makan 2 x 2,5 m,1 dapur
ukuran 2 x 2,5 m, 1 kamar mandi sekaligus WC ukuran 2 x
2,5 m.
Ventilasi : cukup memadai, sirkulasi udara berasal dari pintu depan,
pintu belakang dan jendela yang hanya ada di bagian
depan rumah, kamar mempunyai jendela
Pencahayaan : cukup kecuali untuk ruang tidur pencahayaan kurang.
Kebersihan : lantai disapu satu kali sehari
Kesan : bersih.
Sumber listrik : PLN, 700 Watt
Sumber air : sumur gali milik tetangga, kualitas air baik, warna jernih
Tempat sampah : ada di belakang rumah dan dibakar tiap hari
2. Kebiasan Sehari-hari
Anak diasuh oleh ibu, dan nenek penderita. Makanan dan minuman dimasak
dahulu sebelum dimakan. Alat makan dicuci bersih dengan sabun. Makanan di
meja ditutup dengan tudung saji. Ganti pakaian 1x sehari dan pakaian kotor dicuci
tiap hari sekali. Rumah disapu 1 kali sehari.
35
3. Lingkungan
Rumah penderita terletak di Tembalang Semarang. Jarak antar rumah berjauhan.
Sekitar rumah kotor dan sangat berdebu. Selokan dapat mengalir dengan lancar
Jalanan di depan rumah adalah jalan aspal kecil dan sering dilalui motor, dengan
lebar 3 m.
4. Denah Rumah
5. Keadaan Anak
Seorang anak laki-laki, umur 12 bulan, berat badan 8,5 g, panjang badan 71 cm.
Keluhan : -
Kesan umum : sadar, tidak tampak sesak , tidak sianosis , ada napas spontan ,
adekuat.
Tanda vital : Nadi : 126 x/menit, isi dan tegangan cukup.
RR : 30 x/menit
Suhu : 36,8 C
Kepala : mesosefal, lingkar kepala 45 cm,
ubun-ubun besar datar dan belum menutup
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut.
36
A : suara jantung I-II normal, tidak ada bising, tidak ada gallop,
irama reguler, frekuensi jantung 120 x / menit, M1>M2,
A1<A2, P1<P2.
Abdomen :I : datar, tidak ada venektasi.
Pa : datar,lemas, tidak nyeri tekan.
Hepar: tidak teraba
Lien : tidak teraba
Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, tidak ada pekak alih.
A : bising usus (+) normal.
Alat kelamin : laki-laki, testis (+) 2 buah, epispadi (-), hipospadia (-), fimosis (-),
hiperemis (-)
Ekstremitas : superior inferior
Sianosis (-)/(-) (-)/(-)
Oedem (-)/(-) (-)/(-)
Akral dingin (-)/(-) (-)/(-)
Cap. refill <2 <2
Reflek fisiologis (+)N/(+)N (+)N/(+)N
Reflek patologis (-)/(-) (-)/(-)
Clonus (-)/(-)
Kekuatan 555 555
Tonus (+)N/(+)N (+)N/(+)N
Kelainan lain :
Tidak ada
38
DAFTAR PUSTAKA