Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya kepada lami sehingga referat yang berjudul TEKNIK PEMERIKSAAN
BARIUM ENEMA PADA ANAK dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan referat ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
kepanitraan klinik bagian Radiologi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Nataliandra, Sp.Rad
atas pemberian tugas ini supaya penulis dapat menambah wawasan mengenai topik ini
dan dapat membagikannya kepada rekan yang lain. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan lain atas bantuannya dan atas kritik dan saran yang diberikan.
Penulis juga berharap semoga dengan referat yang telah dibuat ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca baik di masa sekarang maupun dalam perkembangan
ilmu pengetahuan di masa mendatang.
Tentunya, penulis menyadari bahwa pembuatan referat ini belumlah sempurna,
karena itu penulis mohon maaf bila masih banyak kekurangan dalam penulisan dan
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan referat selanjutnya.
Akhir kata, semoga segala daya dan upaya, bimbingan dan pengorbanan yang
telah diberikan Bapak, Ibu dan Saudara sekalian akan mendapat balasan yang setimpal
dari Tuhan Yang Maha Esa. Atas perhatian pembaca, penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1
2
3
Anatomikolon ------------------------------------------------------------- 4
Definisi Barium Enema --------------------------------------------------- 8
Indikasi-----------------------------------------------------------------------9
Kontraindikasi-------------------------------------------------------------- 9
Media kontras dan alat yang digunakan--------------------------------- 10
Persiapan -------------------------------------------------------------------- 11
Teknik pemeriksaan ------------------------------------------------------- 12
Efek Samping -------------------------------------------------------------- 14
Penilaian Hasil ------------------------------------------------------------- 15
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Pemeriksaan radiologi yang umum dapat dilakukan pada kasus gangguan
Tujuan
mendapatkangambaran
pemeriksaan
anatomis
dari
barium
kolon
enema
sendiri
sehingga
adalah
dapat
untuk
membantu
I.2
Tujuan
I.3.1
I.3.2
Tujuan Umum
Mengetahui teknik pemeriksaan barium enema pada anak
Tujuan Khusus
I.3
Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat membantu menambah wawasan kepada semua
pihak yang membacanya mengenai teknik pemeriksaan barium enema pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Anatomi
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Diameter usus besar
sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm),
tetapi makin dekat anus diameternya semakin Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke
luar adalah selaput lendir, lapisan otot yang memanjang, dan jaringan ikat. Ukurannya
lebih besar daripada usus halus, mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak
memiliki vili. Serabut otot longitudinal dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita,
taenia coli yang menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut dengan
haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus
besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang peristaltik
sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml masuk dan total aliran sebanyak 500
ml/hari.
Bagian-bagian
usus
besar
terdiri
dari
Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup ileosekal dan
apendiks yang melekat pada ujung vermiform, suatu tabung buntu yang sempit yang
berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum. Kolon adalah bagian usus besar dari
sekum sampai rektum. Kolon memiliki bebebrapa divisi, yaitu
i.
ii.
iii.
iv.
Sekum pada anak berbentuk kerucut dan apendik berasal dari bagian
apek kiri. Selama masa anakanak dinding lateral sekum membesar,
sehinggaapendiksterletakpadabagianposteriordindingmedial.Mukosa
apendiks kaya akan jaringan limfoid pada masa anakanak dan akan
berkurang
setelah
dewasa.
Arteri
Mesokolontransversumadalahduplikaturperitoneumyangmemfiksasicolon
transversum sehingga letak alat ini intraperitoneal. Pangkal mesokolon transversa
disebut radix mesokolon transversa, yang berjalan dari flexura coli sinistra sampai
flexuracolidextra.Lapisancranialmesokolontransversainimelekatpadaomentum
majusdandisebutligamentumgastro(meso)colica,sedangkanlapisancaudalmelekat
pada pankreas dan duodenum, didalamnya berisi pembuluh darah, limfa dan
syaraf.Karenapanjangdarimesokolontransversuminilahyangmenyebabkanletakdari
colontransversumsangatbervariasi,dankadangkalamencapaipelvis.
ArteriMesentericaInferior
Colondescendenspanjangnyasekitar25cm,dimulaidariflexuracolisinistra
sampaifossailiacasinistradimanadimulaicolonsigmoideum.Terletakretroperitoneal
karena hanya dinding ventral saja yang diliputi peritoneum, terletak pada muskulus
quadratuslumborumdanerathubungannyadenganrensinistra.Arterialisasididapatdari
cabangcabangartericolicasinistradancabangarterisigmoidyangmerupakancabang
dariarterimesentericainferior.
Colon sigmoideum mempunyai mesosigmoideum sehingga letaknya intraperi
toneal, dan terletak didalam fossa iliaca sinistra. Radix mesosigmoid mempunyai
perlekatanyangvariabelpadafossailiacasinistra.Colonsigmoidmembentuklipatan
lipatanyangtergantungisinyadidalamlumen,bilaterisipenuhdapatmemanjangdan
masuk ke dalam cavum pelvis melalui aditus pelvis, bila kosong lebih pendek dan
lipatannyakearahventraldankekanandanakhirnyakedorsallagi.Colonsigmoid
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014
melanjutkan diri kedalam rectum pada dinding mediodorsal pada aditus pelvis di
sebelahdepanossacrum.Arterialisasididapatdaricabangcabangarterisigmoidaedan
arteri haemorrhoidalis superior cabang arteri mesenterica inferior. Aliran vena yang
terpenting adalah adanya anastomosis antara vena haemorrhoidalis superior dengan
venahaemorrhoidalismediusdaninferior,dariketigavenainiyangbermuarakedalam
vena porta melalui vena mesenterica inferior hanya vena haemorrhoidalis superior,
sedangkanyanglainmenujuvenailiacainterna.Jaditerdapathubunganantaravena
parietal(venailiacainterna)danvenavisceral(venaporta)yangpentingbilaterjadi
pembendungan pada aliran vena porta misalnya pada penyakit hepar sehingga
mengganggualirandarahportal.Mesosigmoideummempunyairadixyangberbentuk
hurufVdanujungnyaletaknyaterbalikpadaureterkiridanpercabanganarteriiliaca
communis sinistra menjadi cabangcabangnya, dan diantara kakikaki huruf V ini
terdapatreccessusintersigmoideus.
II.
Definisi
Teknik Pemeriksaan Collon In Loop (barium enema) pediatrik adalah
oleh barium yang hanya melapisi mukosa kolon dan memperlihatkan dinding kolon
sebagai lapisan tipis barium.
Tujuan pemeriksaan colon in loop sendiri adalah untuk mendapatkan gambaran
anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit
atau kelainan-kelainan pada kolon yang tidak terlihat pada pemeriksaan foto polos
abdomen. Karena pasien dalam pemeriksaan ini merupakan anak-anak maka banyak
hal yang perlu mendapat perhatian dan pemahaman khusus dalampelaksanaannya. Misal
mengalihkan perhatian anak, dengan cara mengajak bicara saat pemeriksaan serta
membawa teman atau orang-orang terdekat dari anak tersebut. Menjelaskan jalannya
pemeriksaan pada anak tersebut agar pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar.
III.
Indikasi
Untuk pemeriksaan Collon In Loop ini indikasi yang biasa terjadi meliputi :
1. Colitis
: Penyakit2 inflamasi pada colon
2. Karsinoma jarang pada anak-anak
3. Diverticulum : Merupakan kantong yg menonjol pada dinding kolon,
terdiri lapisanmukosa dan muskularis mukosa
4. Polip
5. Volvulus
6.
7.
8.
9.
lain
Invagination : Melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri
Intussusception
Stenosis
: Penyempitan saluran usus besar
Mega colon : Suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak
adanya sel ganglion di pleksus mienterik dan submukosa pada
segmen colondistal menyebabkan feses sulit melewati segmen
ganglionik.
IV.
Kontra Indikasi
V.
digunakan media kontras berupa barium sulfat. Barium sulfat merupakan senyawa
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014
anorganik yang memiliki formula kimia BaSO4. Senyawa ini merupakan senyawa padat
kristal yang tidak memilik bau. Barium sulfat merupakan agen radio-opak yang
digunakan untuk menghalangi sinar X sehingga bagian yang terisi oleh senyawa ini
akan berwarna putih, berbeda dari organ dan jaringan lainnya. Cara kerja barium sulfat
adalah dengan melapisi mukosa usus.
Barium sulfat memiliki beberapa efek samping pada pasien yang memiliki alergi
pada media kontras antara lain nyeri abdomen, diare, mual, muntah, konstipasi, kulit
pucat, berkeringat dan tinnitus. Efek samping yang lebih serius meliputi urticaria,
eritema, edema pada tenggorokan, sulit bernapas, disfagia, suara serak, agitasi,
kebingungan, takikardia, sianosis.
Untuk Anak lebih dari 1 tahun :
Jelly
Hypoallergenic tape
Sarung Tangan
Lap pel atau Tissue
10
11
VII.
Teknik Pemeriksaan
Sebelum dilakukan pemberian kontras dilakukan dahulu pemotretan
polos abdomen untuk melihat apakah ada tinja. Selain itu dari foto polos
abdomen ini kita dapat menilai ada tidaknya kontraindikasi relative seperti
adanya sisa media kontras pada kolon dan kontraindikasi absolut seperti adanya
udara bebas pada abdomen (tanda adanya perforasi).
a) Teknik Kontras Tunggal
- Setelah kontras masuk ke rectum dan sigmoid, buat foto oblik atau lateral
-
12
Bagian kolon
Seluruh Kolon
Posisi Pasien
Telentang
Proksimal Sigmoid
anteroposterior (AP)
posisi telungkup (prone) atau
oblik
Distal Sigmoid
posterior
kiri
(left
oblique posterior)
Telentang (supine) atau oblik
posterior
Fleksura lienalis
(supine)
kanan
(right
posterior oblique)
Oblik posterior kanan (right
posterior oblique)
Fleksura Hepatis
Cecum
Oblik
posterior
kiri
(left
posterior oblique)
Oblik posterior kiri
(left
posterior oblique)
Jika bagian apendiks, katup ileocecal, dan ileum terminal terlihat dengan baik
maka bagian kanan kolon sudah tergambar dengan sempurna.Foto postevakuasi tidak
rutin dilakukan dan hanya dilakukan jika ada keterlambatan pengisian barium pada
pasien ana suspek fistula.
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014
13
VIII.
Efek Samping
Vagal reflex karena distensi yang berlebihan atau terlalu cepat
Meteorismus/bloating
Perforasi usus
Extraluminasi ke venous
Intoksikasi air
Intramural barium karena adanya ruptur dari mukosa sehingga barium
masuk ke dinding kolon
Aritmia jantung
Transien bakterisemia
Efek samping obat-obatan yang digunakan (buskopan, dll)
IX.
Penilaian Hasil
a) Foto polos abdomen
Dilakukan sebelum pemberian kontras untuk melihat keaadaan sebelum kontras,
adanya feses pada kolon dan juga ada tidaknya kontraindikasi . Foto polos
abdomen yang dilakukan adalah foto abdomen polos AP supine
14
15
Pada kolon normal akan terlihat bangunan haustrae sepanjang kolon. Mulai dari
dital kolon desenden sampai sigmoid, haustrae semakin tampak berkurang. Dalam
keadaan normal garis-garis haustrae harus dapat diikuti dan berkesinambungan.
Gambaran haustrae pada kolon normal. Pada kolon transversal haustrae nampak jelas
(A) sedangkan haustrae tidak tampak jelas pada kolon desenden
16
Kaliber kolon berubah secara perlahan mulai dari sekum ( 8,5 cm) samapi ke
sigmoid ( 2,5 cm). Panjang kolon bervariasi pada masing-masing individu,
beriksar antara 91-125 cm.
Mukosa kolon terlihat sebagai garis-garis tipis, halus, melingkar, teratur yang
dinamakan linea inominata. Usus halus berakhir di ileum terminal dan memasuki
kolon pada daerah yang disebut ileosekal, dan terdapat penonjolan muara ke
dalam sekum yang sering diduga polip.
Sekum terletak di bawah regio ileosekal. Sekum berukuran sepanjang 6,5 cm
dan lebar 8,5 cm. Sekum normal menunjukkan kontur yang rata dan licin.
Apendiks merupakan saluran mirip umbai cacing dengan panjang antara 2,5
22,5 cm. Kadang-kadang terlihat penonjolan muaranya ke dalam lumen sekum.
Kolon asenden dimulai dari bagian proksimal ilesekal sampai ke fleksura
hepatica. Kolon transversum merupakan bagian yang bebas bergerak (mobile) dan
melintasi abdomen dari fleksura hepatica ke fleksura lienalis. Kolon desenden
dimulai daari flekseura lienalis ke bawah sampai ke persambungannya dengan
sigmoid. Batas yang tegas anara kolon desenden dengan sigmoid sukar ditentukan
namun krista iliaka mungkin dapat dianggap sebagai batas peralihannya.
Sigmoid merupakan bagian kolon yang panjang dan berkelok-kelok membentuk
huruf S. Sigmoid seringkali menyukarkan dalam penilaina radiografik proyeksi
antero-posterior sehingga cara terbaik untuk menilainya adalah dengan proyeksi
oblik dan lateral.
Rektum dimulai setinggi S3, lumennya berbentuk fusiform, dan bagian tengahnya
disebut ampula. Dinding posteriornya mengikuti kelengkungan sakrum.
17
18
Kolitis Crohn terletak paling banyak di kolon sisi kanan dan ileum terminal.
Ulkus aptosa memperlihatkna perubahan khas pada mukosanya di samping
kerancuan dinding kolon. Perubahan pada Crohn bersifat terbatas dan asimetris.
Gambaran khas pada penyakit Crohn adalah gambaran cobblestone yang
disebabkan oleh ulkus yang dipisahkan oleh daerah yang meninggi pada edema 10.
Komplikasi tersering pada colitis Crohn adalah fistulasi, abses dan massa tumor.
Gambar Kolitis Crohn dengan beberapa ulkus besar di belakang mukosa pada
kolon descending
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014
19
usus
di
tempat
penempelan
20
21
GambarInsususepsi
pada
kolon
transversus
menggambarkan
gambaran"coiled spring"
g) Polip Kolon
Polip kolon merupakan lesi massa terlokalisasi yang berasal dari mukosa kolon
dan menonjol ke dalam lumen. Polip ini dapat memiliki dasar yang luas (sessile)
atau bertangkai (pedunculated) dan dapat terjadi di mana saja pada kolon.
Sebagian besar polip merupakan adenoma jinak, terutama yang memiliki tangkai.
Pemeriksaan dengan barium enema kontras ganda dapat memperlihatkan polip
sebagai defek pengisian pada proyeksi daerah yang terisi barium, atau polip dapat
dibatasi oleh barium pada proyeksi bagian yang terisi udara.
22
23
BAB III
PENUTUP
Pemeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang untuk
membantu dalam diagnosis penyakit pasien. Salah satu pemeriksaan yang kerap kali
digunakan terlebih untuk melihat kelaina pada saluran cerna bawah adalah dengan
pemeriksaan barium enema yang menggunakan media kontras. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan beberapa indikasi yaitu perubahan pola buang air besar, suspek
kelainan kongenital (seperti Hirschsprung), suspek diverkulitis, suspek obstruksi kolon,
dan sebagainya. Namun, pemeriksaan ini terkontraindikasikan pada pasien dengan
perforasi usus, ileus paralitik, colitis berat, alergi media kontras.
Adapun beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh pasien salah satunya
adalah, mengubah jenis makanan yang dikonsumsi menjadi makanan yang
berkonsistensi lunak serta rendah lemak dan serat.
Media kontras yang digunakan adalah barium sulfat yang merupakan senyawa
anorganik dengan formula kimia BaSO4. Media konras ini merupakan agen radio-opak
sehingga bagian yang terlapisi akan berwarna putih karena senyawa ini menghalangi
sinar X. Media kontras ini dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang yang rentan.
Barium enema ini memiliki dua teknik yaitu kontras tunggal dan kontras ganda.
Kontras tunggal merupakan teknik yang hanya menggunakan media kontras saja
sedangkan kontras ganda menggunakan media kontras dan udara.
DAFTAR PUSTAKA
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014
24
http://books.google.co.id/books?id=-7Q8O-
4Yq9sC&pg=PA649&dq=barium+enema+in+pediatric&hl=id&sa=
X&ei=whO9U9D6J8GgkwWu1oHgAw&ved=0CD4Q6AEwAw#v=onep
age&q=barium%20enema%20in%20pediatric&f=false
3. Lubis M dan Zain LH. Etiology Profile of Lower Gastrointestinal
Bleeding. Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology, and
Endocrinology. 2012 [cited 26 April 2014]; Vol. 13 No. 2. Available
from:
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&ei=a0ZeU4jiCsaUrgfF54GgCQ&url=http://
www.ina-jghe.com/%3Fpage%3Djournal.download_process%26id
%3D384&cd=4&ved=0CDEQFjAD&usg=AFQjCNG1hUfAvavg3V01B
XRN3nxI4VpRcw&sig2=IIeiRkNoE_NveJ-pHb5lVA
4. Drake RL, Fogl AW, Mitchel AWM. Grays Anatomy. 2nd ed. London :
Churchill Livingstone. 2009.
5. Medline Plus. Barium Sulfate [Internet]. 2011 [updated 27 Mar
2014, cited 26 April 2014]. Availbale from:
www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a606010.html
6. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 5 th ed. Philadelphia : Saunders;
2010.
7. Rasad S. Radiologi Diganostik. 2nd ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2013. Halaman 256-268.
8. RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo. Panduan Pelayanan Medis
Departemen
Radiologi.
Jakarta:
Komite
Media
RSCM;
2007.
Halaman 184-187.
9. Swischuk, Leonard. Imaging of the New Born, Infant and Young
Child. Fifth Edition. Halaman 479-500. Available from
http://books.google.co.id/books?
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014
25
id=9W0zjcj2lQMC&pg=PA479&dq=barium+enema+in+children&hl
=id&sa=X&ei=zyG9U8bBNoS7kQXkzICwBQ&ved=0CCEQ6AEwAQ#
v=onepage&q=barium%20enema%20in%20children&f=false
10.
from
http://books.google.co.id/books?
id=n6MSJLPKJTsC&pg=PA38&dq=barium+enema+in+children&hl=i
d&sa=X&ei=zyG9U8bBNoS7kQXkzICwBQ&ved=0CBoQ6AEwAA#v=
onepage&q=barium%20enema%20in%20children&f=false
26