Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya kepada lami sehingga referat yang berjudul TEKNIK PEMERIKSAAN
BARIUM ENEMA PADA ANAK dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan referat ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
kepanitraan klinik bagian Radiologi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Nataliandra, Sp.Rad
atas pemberian tugas ini supaya penulis dapat menambah wawasan mengenai topik ini
dan dapat membagikannya kepada rekan yang lain. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan lain atas bantuannya dan atas kritik dan saran yang diberikan.
Penulis juga berharap semoga dengan referat yang telah dibuat ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca baik di masa sekarang maupun dalam perkembangan
ilmu pengetahuan di masa mendatang.
Tentunya, penulis menyadari bahwa pembuatan referat ini belumlah sempurna,
karena itu penulis mohon maaf bila masih banyak kekurangan dalam penulisan dan
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan referat selanjutnya.
Akhir kata, semoga segala daya dan upaya, bimbingan dan pengorbanan yang
telah diberikan Bapak, Ibu dan Saudara sekalian akan mendapat balasan yang setimpal
dari Tuhan Yang Maha Esa. Atas perhatian pembaca, penulis ucapkan terimakasih.

Jakarta, 9 Juli 2014


Penulis

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

1
2
3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.

Anatomikolon ------------------------------------------------------------- 4
Definisi Barium Enema --------------------------------------------------- 8
Indikasi-----------------------------------------------------------------------9
Kontraindikasi-------------------------------------------------------------- 9
Media kontras dan alat yang digunakan--------------------------------- 10
Persiapan -------------------------------------------------------------------- 11
Teknik pemeriksaan ------------------------------------------------------- 12
Efek Samping -------------------------------------------------------------- 14
Penilaian Hasil ------------------------------------------------------------- 15

BAB III PENUTUP


25
KESIMPULAN ----------------------------------------------------------------------25
DAFTAR PUSTAKA
26

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Pemeriksaan radiologi yang umum dapat dilakukan pada kasus gangguan

pencernaan anak-anak adalah barium enema. Barium enema merupakan suatu


pemeriksaan radiografik kolon dengan menggunakan bahan kontras (yang lazim
digunakan adalah barium sulfat) yangdimasukan ke dalam kolon pada pasien
neonatus/bayi.

Tujuan

mendapatkangambaran

pemeriksaan
anatomis

dari

barium
kolon

enema

sendiri

sehingga

adalah

dapat

untuk

membantu

menegakkandiagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon. Karena


pasiendalam pemeriksaan ini merupakan neonatus/bayi maka banyak hal yang
perlumendapat perhatian dan pemahaman khusus dalam pelaksanaannya.

I.2

Tujuan
I.3.1
I.3.2

Tujuan Umum
Mengetahui teknik pemeriksaan barium enema pada anak
Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi teknik pemeriksaan barium enema pada anak.


b. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan barium enema pada
anak
c. Mengetahui persiapan dan prosedur pemeriksaan barium enema pada
anak.

I.3

Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan dapat membantu menambah wawasan kepada semua
pihak yang membacanya mengenai teknik pemeriksaan barium enema pada anak.

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

Anatomi
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki

(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Diameter usus besar
sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm),
tetapi makin dekat anus diameternya semakin Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke
luar adalah selaput lendir, lapisan otot yang memanjang, dan jaringan ikat. Ukurannya
lebih besar daripada usus halus, mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak
memiliki vili. Serabut otot longitudinal dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita,
taenia coli yang menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut dengan
haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus
besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang peristaltik
sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml masuk dan total aliran sebanyak 500
ml/hari.

Bagian-bagian

usus

besar

terdiri

dari

Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup ileosekal dan
apendiks yang melekat pada ujung vermiform, suatu tabung buntu yang sempit yang
berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum. Kolon adalah bagian usus besar dari
sekum sampai rektum. Kolon memiliki bebebrapa divisi, yaitu
i.

Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di


sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.

ii.

Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah hati dan


lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah
fleksura splenik.

iii.

Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan


menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum. Rektum
adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13 cm.

iv.

Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

Sekum pada anak berbentuk kerucut dan apendik berasal dari bagian
apek kiri. Selama masa anakanak dinding lateral sekum membesar,
sehinggaapendiksterletakpadabagianposteriordindingmedial.Mukosa
apendiks kaya akan jaringan limfoid pada masa anakanak dan akan
berkurang

setelah

dewasa.

Gambar anatomi usus besar

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

Arteri

Mesokolontransversumadalahduplikaturperitoneumyangmemfiksasicolon
transversum sehingga letak alat ini intraperitoneal. Pangkal mesokolon transversa
disebut radix mesokolon transversa, yang berjalan dari flexura coli sinistra sampai
flexuracolidextra.Lapisancranialmesokolontransversainimelekatpadaomentum
majusdandisebutligamentumgastro(meso)colica,sedangkanlapisancaudalmelekat
pada pankreas dan duodenum, didalamnya berisi pembuluh darah, limfa dan
syaraf.Karenapanjangdarimesokolontransversuminilahyangmenyebabkanletakdari
colontransversumsangatbervariasi,dankadangkalamencapaipelvis.

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

ArteriMesentericaInferior

Colondescendenspanjangnyasekitar25cm,dimulaidariflexuracolisinistra
sampaifossailiacasinistradimanadimulaicolonsigmoideum.Terletakretroperitoneal
karena hanya dinding ventral saja yang diliputi peritoneum, terletak pada muskulus
quadratuslumborumdanerathubungannyadenganrensinistra.Arterialisasididapatdari
cabangcabangartericolicasinistradancabangarterisigmoidyangmerupakancabang
dariarterimesentericainferior.
Colon sigmoideum mempunyai mesosigmoideum sehingga letaknya intraperi
toneal, dan terletak didalam fossa iliaca sinistra. Radix mesosigmoid mempunyai
perlekatanyangvariabelpadafossailiacasinistra.Colonsigmoidmembentuklipatan
lipatanyangtergantungisinyadidalamlumen,bilaterisipenuhdapatmemanjangdan
masuk ke dalam cavum pelvis melalui aditus pelvis, bila kosong lebih pendek dan
lipatannyakearahventraldankekanandanakhirnyakedorsallagi.Colonsigmoid
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

melanjutkan diri kedalam rectum pada dinding mediodorsal pada aditus pelvis di
sebelahdepanossacrum.Arterialisasididapatdaricabangcabangarterisigmoidaedan
arteri haemorrhoidalis superior cabang arteri mesenterica inferior. Aliran vena yang
terpenting adalah adanya anastomosis antara vena haemorrhoidalis superior dengan
venahaemorrhoidalismediusdaninferior,dariketigavenainiyangbermuarakedalam
vena porta melalui vena mesenterica inferior hanya vena haemorrhoidalis superior,
sedangkanyanglainmenujuvenailiacainterna.Jaditerdapathubunganantaravena
parietal(venailiacainterna)danvenavisceral(venaporta)yangpentingbilaterjadi
pembendungan pada aliran vena porta misalnya pada penyakit hepar sehingga
mengganggualirandarahportal.Mesosigmoideummempunyairadixyangberbentuk
hurufVdanujungnyaletaknyaterbalikpadaureterkiridanpercabanganarteriiliaca
communis sinistra menjadi cabangcabangnya, dan diantara kakikaki huruf V ini
terdapatreccessusintersigmoideus.

II.

Definisi
Teknik Pemeriksaan Collon In Loop (barium enema) pediatrik adalah

Pemeriksaan radiologi konvensional dengan kontras intralumen (barium sulfat) yang


dimasukkan melalui anus untuk melihat kondisi dari saluran cerna bagian bawah atau
teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus besar (collon) dengan menggunakan
media kontras secara retrograde pada pasien pediatrik (anak-anak). Sedangkan Enema
adalah tindakan memasukkan cairan kedalam rectum dan kolon
melalui lubang anus. Jadi dapat dikatakan bahwa teknik pemeriksaan
barium enema adalah suatu teknik pemeriksaan secara radiologis
usus besar (collon) dengan menggunakan media kontras barium
(kontras positif) yang dimasukan melalui lubang anus.
Barium enema kontras tunggal merupakan teknik barium enema yang hanya
menguunakan kontras barium saja dan umumnya memperlihatkan lumen kolon yang
terisi oleh kontras dengan sedikit detail dari mukosa/dinding lumen kolon.
Barium enem kontras ganda (air-contrast barium enema) merupakan teknik
barium enema yang menggunakan kontras barium dan udara sehingga kolon akan terisi
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

oleh barium yang hanya melapisi mukosa kolon dan memperlihatkan dinding kolon
sebagai lapisan tipis barium.
Tujuan pemeriksaan colon in loop sendiri adalah untuk mendapatkan gambaran
anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit
atau kelainan-kelainan pada kolon yang tidak terlihat pada pemeriksaan foto polos
abdomen. Karena pasien dalam pemeriksaan ini merupakan anak-anak maka banyak
hal yang perlu mendapat perhatian dan pemahaman khusus dalampelaksanaannya. Misal
mengalihkan perhatian anak, dengan cara mengajak bicara saat pemeriksaan serta
membawa teman atau orang-orang terdekat dari anak tersebut. Menjelaskan jalannya
pemeriksaan pada anak tersebut agar pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar.

III.

Indikasi

Untuk pemeriksaan Collon In Loop ini indikasi yang biasa terjadi meliputi :
1. Colitis
: Penyakit2 inflamasi pada colon
2. Karsinoma jarang pada anak-anak
3. Diverticulum : Merupakan kantong yg menonjol pada dinding kolon,
terdiri lapisanmukosa dan muskularis mukosa
4. Polip
5. Volvulus
6.
7.
8.
9.

: Penonjolan pada selaput lender


: Penyumbatan isi usus karena terbelitnya usus ke bagian yang

lain
Invagination : Melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri
Intussusception
Stenosis
: Penyempitan saluran usus besar
Mega colon : Suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak
adanya sel ganglion di pleksus mienterik dan submukosa pada
segmen colondistal menyebabkan feses sulit melewati segmen
ganglionik.

IV.

Kontra Indikasi

Untuk kontra indikasinya yaitu:


1. Perforasi
2. Obstruksi akut atau penyumbatan
3. Diare berat

V.

Media Kontras dan Alat yang digunakan


Pada pemeriksaan barium enema kontras tunggal maupun kontras ganda

digunakan media kontras berupa barium sulfat. Barium sulfat merupakan senyawa
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

anorganik yang memiliki formula kimia BaSO4. Senyawa ini merupakan senyawa padat
kristal yang tidak memilik bau. Barium sulfat merupakan agen radio-opak yang
digunakan untuk menghalangi sinar X sehingga bagian yang terisi oleh senyawa ini
akan berwarna putih, berbeda dari organ dan jaringan lainnya. Cara kerja barium sulfat
adalah dengan melapisi mukosa usus.
Barium sulfat memiliki beberapa efek samping pada pasien yang memiliki alergi
pada media kontras antara lain nyeri abdomen, diare, mual, muntah, konstipasi, kulit
pucat, berkeringat dan tinnitus. Efek samping yang lebih serius meliputi urticaria,
eritema, edema pada tenggorokan, sulit bernapas, disfagia, suara serak, agitasi,
kebingungan, takikardia, sianosis.
Untuk Anak lebih dari 1 tahun :

Kantung enema sekali pakai diisi dengan barium sulfat


Tabung
Penjepit
Air hangat digunakan untuk melarutkan barium sulfat.
Beberapa diantaranya, kateter di design agar tidak dapat keluar rectum
setelah disisipkan, sehingga tidak bocor.

Catatan: Penggunaan latex tidak boleh, karena dapat mengakibatkan alergi.


Penggunaan jenis balon juga tidak boleh digunakan, karena dpat
mengakibatkan perforasi pada rectum.
Untuk bayi dan anak anak :

Menggunakan kateter silicon 10 french dan sebuah spuit 60 ml, barium


diinjeksi secara manual dan perlahan.

Untuk semua pasien :

Jelly
Hypoallergenic tape
Sarung Tangan
Lap pel atau Tissue

VI. Persiapan Sebelum Prosedur


Pasien dan orang tua harus masuk ke dalam ruang pemeriksaan,
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

10

Dijelaskan bagaimana prosedur pemeriksaan kepada pasien, bagaimana


teknik media kontras itu dimasukan dan alasannya ,mengapa dilakukan
itu, tunjukan ketika barium masuk ke dalam colon. Katakan dengan
bahasa dan teknik yang dimengerti anak kecil, agar tidak takut bahwa
nanti akan disentuh pada bagian genitalnya. Orang tua pasien
mendampingi selama pemneriksaan
Tanyakan riwayat penyakit pasien. Hal ini sangat penting untuk
mengevaluasi keadaan anak yang akan diperiksa. Karena ini akan
membantu radiolog dalam memutuskan instruksi dan prosedur
pemeriksaan yang akan diambil.
Untuk bayi sampai 2 tahun : Tidak ada persiapan khusus yang
diperlukan.
Untuk anak 2 tahun sampai 10 tahun :
Pada malam hari sebelum pemeriksaan hanya makan-makan yang
rendah serat.Malam sebelum pemeriksaan minum satu tablet bisacodyl
atau laxative atau sejenisnya.
Persiapan yang harus dilakukan oleh pasien sebelum melakukan
pemeriksaan bertujuan untuk membersihkan kolon dari kotoran.
Untuk membersihkan kolon dari kotoran ini pasien memerlukan
beberapa persiapan seperti :
1) 1. Mengubah jenis makanan pasien menjadi makanan berkonsistensi
lunak, mudah dicerna, low residue, dan tidak banyak mengandung lemak
dan serat (contoh : bubur nasi dengan kecap). Hal ini dilakukan agar
tidak terbentuk bongkahan tinja yang keras pada kolon. Pada pasien
dengan obstipasi kronik, pola makan ini harus dilakukan minimal 2 hari
sebelum pemeriksaan dilakukan, sedangkan pada pasien yang tidak
mengalami obstipasi atau pasien yang sedang mengalami diare, hal ini
harus dilakukan minimal 1 hari sebelum pemeriksaan dilakukan.
2) Minum air sebanyak-banyaknya agar tinja di kolon tetap lembek. Untuk
memenuhi kebutuhan kalori dan keseimbangan elektrolit maka dapat
diberi oral enteral feeding berupa bubuk yang dilarutkan dalam air.
3) Pemberian pencahar merupakan pelengkap saja dan tidak perlu diberikan
jika kedua hal di atas sudah dilakukan dengan benar. Pencahar mutlak
diberikan kepada pasien lanjut usia, rawat baring yang lama, dan sembelit
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

11

kronis. Sebaiknya dipilih pencahar yang mempunyai sifat melembekkan


tinja, meningkatkan peristalsis, mempunyai cita rasa yang enak, dan
mempunyai kemasan yang menarik.
Jenis pencahar yang diberian harus disesuaikan dengan keadaan pasien.
Jika pasien mempunyai obstipasi maka dapat digunakan pencahar yang
bersifat kuat seperti castor oil, garam Inggris, dan lemonade purgative.
Jika keadaan pasien normal atau tidak mengalami obstipasi maka
digunakan pencahar ringan seperti laksadine dan dulcolax (bisacodyl).
4) Puasa makan minimal 8 jam sebelum pemeriksaan dilakukan.

VII.

Teknik Pemeriksaan
Sebelum dilakukan pemberian kontras dilakukan dahulu pemotretan
polos abdomen untuk melihat apakah ada tinja. Selain itu dari foto polos
abdomen ini kita dapat menilai ada tidaknya kontraindikasi relative seperti
adanya sisa media kontras pada kolon dan kontraindikasi absolut seperti adanya
udara bebas pada abdomen (tanda adanya perforasi).
a) Teknik Kontras Tunggal
- Setelah kontras masuk ke rectum dan sigmoid, buat foto oblik atau lateral
-

agar rectum dan sigmoid tidak saling tumpang tindih


Kontras dimasukkan terus sampai sekum, appendiks, dan ileum terminal
Dibuat foto besar (ikhtisar) post evakuasi
Foto dengan KV besar digunakan untuk melihat kelainan intraluminal
misalnya polip.

b) Teknik Kontras Ganda


(1) Tahap Pengisian
Kontras dimasukkan ke dalam lumen. Umumnya dikatakn cukup jika kontras
sudah mencapai fleksura lienaslia atau pertengahan kolon transversum.
Bagian kolon yang belum terisi dapat diisi dengan merubah posisi pasien
dari telentang (supine) menjadi miring kanan (right decubitus)
(2) Tahap Pelapisan
Kontras didiamkan selama 1-2 menit untuk dapat melapisi mukosa kolon.
Pemberian kontras dikatakna cukup jika sekitar sepertiga dari diameter
lumen kolon terisi oleh barium.
(3) Tahap Pengosongan / Evakuasi
Setelah yakin mukosa kolon terlapisi sempurna, sisa larutan barium dalam
lumen kolon perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan melalui
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

12

irrigator ke dalam kantong. Cara pengosongannya adalah dengan


memiringkan pasien ke kiri (left decubitus) dan menegakkan meja
pemeriksaan (upright).
(4) Tahap Pengembangan
Dilakukan pemompaan udara ke dalam lumen kolon. Udara ruangan
dipompakan dengan pelan dan sesekali agar tidak menimbulkan rasa tidak
nyaman dan spasme rektosigmoid. Jangan sampai ada pengembangan yang
berlebihan (overdistended) agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
(5) Tahap Pemotretan
Setelah seluruh kolon mengembang sempurna, dilakukan pemotretan atau
eksposure radiografi. Umumnya dilakukan pemotretan dengan metode
lapangan-terbatas (spot-view) terhadap bagian-bagian kolon tertentu dan
lapangan menyeluruh (overall-view) dari kolon.

Bagian kolon
Seluruh Kolon

Posisi Pasien
Telentang

Proksimal Sigmoid

anteroposterior (AP)
posisi telungkup (prone) atau
oblik

Distal Sigmoid

posterior

kiri

(left

oblique posterior)
Telentang (supine) atau oblik
posterior

Fleksura lienalis

(supine)

kanan

(right

posterior oblique)
Oblik posterior kanan (right
posterior oblique)

Fleksura Hepatis

Cecum

Oblik

posterior

kiri

(left

posterior oblique)
Oblik posterior kiri

(left

posterior oblique)
Jika bagian apendiks, katup ileocecal, dan ileum terminal terlihat dengan baik
maka bagian kanan kolon sudah tergambar dengan sempurna.Foto postevakuasi tidak
rutin dilakukan dan hanya dilakukan jika ada keterlambatan pengisian barium pada
pasien ana suspek fistula.
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

13

Tahapan dalam pemotretan dilakukan dengan fluoroskopi. Peranan fluoroskopi


hanya untuk mengetahui posisi akhir dari larutan kontras pada tahap pengisian dan
pengembangan kolon pada tahap pengembangan. Fluroroskopi tidak digunakan untuk
mencari kelainan patologis karena hanya akan menambah dosis radiasi pada pasien dan
gambar yang didapat kurang jelas disbanding dengan radiografi.
Lama tindakan adalah 30-45 menit.

VIII.

Efek Samping
Vagal reflex karena distensi yang berlebihan atau terlalu cepat
Meteorismus/bloating
Perforasi usus
Extraluminasi ke venous
Intoksikasi air
Intramural barium karena adanya ruptur dari mukosa sehingga barium
masuk ke dinding kolon
Aritmia jantung
Transien bakterisemia
Efek samping obat-obatan yang digunakan (buskopan, dll)

IX.

Penilaian Hasil
a) Foto polos abdomen
Dilakukan sebelum pemberian kontras untuk melihat keaadaan sebelum kontras,
adanya feses pada kolon dan juga ada tidaknya kontraindikasi . Foto polos
abdomen yang dilakukan adalah foto abdomen polos AP supine

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

14

Gambar Foto X-ray polos abdomen AP supine


Hal yang dapat dinilai dari foto polos abdomen ini adalah persebaran udara dan
anatomi secara umum .

b) Barium enema pada kolon normal

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

15

Gambar Barium enema kontras tunggal AP supine kolon normal

Pada kolon normal akan terlihat bangunan haustrae sepanjang kolon. Mulai dari
dital kolon desenden sampai sigmoid, haustrae semakin tampak berkurang. Dalam
keadaan normal garis-garis haustrae harus dapat diikuti dan berkesinambungan.

Gambaran haustrae pada kolon normal. Pada kolon transversal haustrae nampak jelas
(A) sedangkan haustrae tidak tampak jelas pada kolon desenden

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

16

Kaliber kolon berubah secara perlahan mulai dari sekum ( 8,5 cm) samapi ke
sigmoid ( 2,5 cm). Panjang kolon bervariasi pada masing-masing individu,
beriksar antara 91-125 cm.
Mukosa kolon terlihat sebagai garis-garis tipis, halus, melingkar, teratur yang
dinamakan linea inominata. Usus halus berakhir di ileum terminal dan memasuki
kolon pada daerah yang disebut ileosekal, dan terdapat penonjolan muara ke
dalam sekum yang sering diduga polip.
Sekum terletak di bawah regio ileosekal. Sekum berukuran sepanjang 6,5 cm
dan lebar 8,5 cm. Sekum normal menunjukkan kontur yang rata dan licin.
Apendiks merupakan saluran mirip umbai cacing dengan panjang antara 2,5
22,5 cm. Kadang-kadang terlihat penonjolan muaranya ke dalam lumen sekum.
Kolon asenden dimulai dari bagian proksimal ilesekal sampai ke fleksura
hepatica. Kolon transversum merupakan bagian yang bebas bergerak (mobile) dan
melintasi abdomen dari fleksura hepatica ke fleksura lienalis. Kolon desenden
dimulai daari flekseura lienalis ke bawah sampai ke persambungannya dengan
sigmoid. Batas yang tegas anara kolon desenden dengan sigmoid sukar ditentukan
namun krista iliaka mungkin dapat dianggap sebagai batas peralihannya.
Sigmoid merupakan bagian kolon yang panjang dan berkelok-kelok membentuk
huruf S. Sigmoid seringkali menyukarkan dalam penilaina radiografik proyeksi
antero-posterior sehingga cara terbaik untuk menilainya adalah dengan proyeksi
oblik dan lateral.
Rektum dimulai setinggi S3, lumennya berbentuk fusiform, dan bagian tengahnya
disebut ampula. Dinding posteriornya mengikuti kelengkungan sakrum.

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

17

Gambar Region ileosekal dan apendiks

c) Barium enema pada colitis


Perubahan yang terjadi pada inflamasi kolon sangat beraneka ragam pada mukosa
dan dindingnya sehingga tidak ada gambaran radiologi yang khusus pada penyakit
ini. Beberapa bentuk perubahan pada colitis adalah :
o Perubahan mukosa : hilangnya struktur linea inominata, granuler atau
timbulnya ulsera
o Perubahan dinding : hilangnya atau berkurangnya haustrae, kekakuan
dan keracunan dinding, lumen menyempit dan pemendekan kolon
Pada dasarnya colitis dibedakan menjadi dua yaitu colitis uleratif dan colitis
Crohn. Kolitis ulseratif dimulai dari rectum kearah proksimal. Mukosanya
memperlihatkan gambar granuler dengan bintik-bintik hakus barium di antaranya.
Perubahan mukosa ini bersifat merata dan simetris. Komplikasi tersering pada
colitis ulseratif adalah fecal impaction, striktura, dan dysplasia.

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

18

Gambar Kolitis ulseratif

Kolitis Crohn terletak paling banyak di kolon sisi kanan dan ileum terminal.
Ulkus aptosa memperlihatkna perubahan khas pada mukosanya di samping
kerancuan dinding kolon. Perubahan pada Crohn bersifat terbatas dan asimetris.
Gambaran khas pada penyakit Crohn adalah gambaran cobblestone yang
disebabkan oleh ulkus yang dipisahkan oleh daerah yang meninggi pada edema 10.
Komplikasi tersering pada colitis Crohn adalah fistulasi, abses dan massa tumor.

Gambar Kolitis Crohn dengan beberapa ulkus besar di belakang mukosa pada
kolon descending
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

19

d) Barium enema pada Volvulus


Volvulus adalah keadaaan pemelintiran

usus

di

tempat

penempelan

mesenteriknya. Volvulus dapat terjadi di berbagai tempat di sepnajang saluran


cerna; lambung, usus halus, cecum, kolon transversal, dan sigmoid. Tanda khas
pada kelainan ini yang dilihat pada barium enema adalah bentuk paruh burung
(birds beak).

Gambar Tanda bird's beak pada volvulus

e) Barium enema pada penyakit Hirschrsprung


Penyakit Hirschsprung adalah penyakit megakolon kongenital yang ditandai
dengan hilangnya sel ganglion myenteric dan submukosa (plexus Auerbach dan
Meissner) sepanjang saluran cerna distal. Penyakit ini mengakibatkan
menurunnya motilitas di daerah yang aganglion, berkurangnya peristalsis di
daerah tersebut, dan abnormal atau hilangnya relaksasi bagian tersebut dan juga
sfingter ani internal.
Tanda penyakit Hirschsprung setelah administrasi barium enema adalah:
Zona transisi yag merupakan daerah di mana perubahan caliber
kolon terlihat, yaitu antara kolon normal dam kolon aganglion yang
menyempit. Ini merupakan tanda yang utama, tetapi tidak
terlihatnya zona ini tidak langsung menyingkirkan penyakit
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

20

Hirschprung. Biasanya terlihat kurang jelas pada minggu pertama


kehidupan.
Kontraksi yang irregular dan abnormal dari segmen aganlionik
(jarang)
Penebalan dan nodularitas dari mukosa kolon proksimal dari zona
transisi
Perlambatan evakuasi barium
Pola campuran barium-feses pada radiografi
Usus yang terdistensi pada foto polos abdomen setelah kontras
enema
Kolon yang berbentuk tanda Tanya pada aganglionik kolon total

Gambar Hirschprung pada anak umur 3 tahun dengan segment aganglion


yang menyempit disertai distensi pada bagian atasnya

f) Barium enema pada Intususepsi (invaginasi kolon)


Intususepsi adalah masuknya (invaginasi) bagian proksimal usus ke dalam bagian
usus yang lebih distal. Ini merupakan salah satu penyebab obstruksi usus yang
paling umum pada bayi dan anak-anak.
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

21

GambarInsususepsi

pada

kolon

transversus

menggambarkan

gambaran"coiled spring"

g) Polip Kolon
Polip kolon merupakan lesi massa terlokalisasi yang berasal dari mukosa kolon
dan menonjol ke dalam lumen. Polip ini dapat memiliki dasar yang luas (sessile)
atau bertangkai (pedunculated) dan dapat terjadi di mana saja pada kolon.
Sebagian besar polip merupakan adenoma jinak, terutama yang memiliki tangkai.
Pemeriksaan dengan barium enema kontras ganda dapat memperlihatkan polip
sebagai defek pengisian pada proyeksi daerah yang terisi barium, atau polip dapat
dibatasi oleh barium pada proyeksi bagian yang terisi udara.

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

22

Gambar Polip pedunculated (bertangkai) (gambar atas) dan Polip sessile


pada sigmoid kolon (gambar bawah)

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

23

BAB III
PENUTUP
Pemeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang untuk
membantu dalam diagnosis penyakit pasien. Salah satu pemeriksaan yang kerap kali
digunakan terlebih untuk melihat kelaina pada saluran cerna bawah adalah dengan
pemeriksaan barium enema yang menggunakan media kontras. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan beberapa indikasi yaitu perubahan pola buang air besar, suspek
kelainan kongenital (seperti Hirschsprung), suspek diverkulitis, suspek obstruksi kolon,
dan sebagainya. Namun, pemeriksaan ini terkontraindikasikan pada pasien dengan
perforasi usus, ileus paralitik, colitis berat, alergi media kontras.
Adapun beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh pasien salah satunya
adalah, mengubah jenis makanan yang dikonsumsi menjadi makanan yang
berkonsistensi lunak serta rendah lemak dan serat.
Media kontras yang digunakan adalah barium sulfat yang merupakan senyawa
anorganik dengan formula kimia BaSO4. Media konras ini merupakan agen radio-opak
sehingga bagian yang terlapisi akan berwarna putih karena senyawa ini menghalangi
sinar X. Media kontras ini dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang yang rentan.
Barium enema ini memiliki dua teknik yaitu kontras tunggal dan kontras ganda.
Kontras tunggal merupakan teknik yang hanya menggunakan media kontras saja
sedangkan kontras ganda menggunakan media kontras dan udara.

DAFTAR PUSTAKA
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

24

1. Bangun RM, Aulia L, Effendi A, Siitepu S. Buku Ajar Anatomi 2 :


Kepala, Leher, Thorax, Abdomen, Pelvis. 4 th ed. Medan : Bagian
Anatomi FK USU; 2006. Hal. 22-28.
2. Bontrager, Kenneth. Textbook of Radiologic Positioning and Related
Anatomy. Halaman 600 & 649-650. Pageburst : 2007. Avaiable from
:

http://books.google.co.id/books?id=-7Q8O-

4Yq9sC&pg=PA649&dq=barium+enema+in+pediatric&hl=id&sa=
X&ei=whO9U9D6J8GgkwWu1oHgAw&ved=0CD4Q6AEwAw#v=onep
age&q=barium%20enema%20in%20pediatric&f=false
3. Lubis M dan Zain LH. Etiology Profile of Lower Gastrointestinal
Bleeding. Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology, and
Endocrinology. 2012 [cited 26 April 2014]; Vol. 13 No. 2. Available
from:

https://www.google.com/url?

sa=t&source=web&rct=j&ei=a0ZeU4jiCsaUrgfF54GgCQ&url=http://
www.ina-jghe.com/%3Fpage%3Djournal.download_process%26id
%3D384&cd=4&ved=0CDEQFjAD&usg=AFQjCNG1hUfAvavg3V01B
XRN3nxI4VpRcw&sig2=IIeiRkNoE_NveJ-pHb5lVA
4. Drake RL, Fogl AW, Mitchel AWM. Grays Anatomy. 2nd ed. London :
Churchill Livingstone. 2009.
5. Medline Plus. Barium Sulfate [Internet]. 2011 [updated 27 Mar
2014, cited 26 April 2014]. Availbale from:
www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a606010.html
6. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 5 th ed. Philadelphia : Saunders;
2010.
7. Rasad S. Radiologi Diganostik. 2nd ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2013. Halaman 256-268.
8. RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo. Panduan Pelayanan Medis
Departemen

Radiologi.

Jakarta:

Komite

Media

RSCM;

2007.

Halaman 184-187.
9. Swischuk, Leonard. Imaging of the New Born, Infant and Young
Child. Fifth Edition. Halaman 479-500. Available from
http://books.google.co.id/books?
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI
PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

25

id=9W0zjcj2lQMC&pg=PA479&dq=barium+enema+in+children&hl
=id&sa=X&ei=zyG9U8bBNoS7kQXkzICwBQ&ved=0CCEQ6AEwAQ#
v=onepage&q=barium%20enema%20in%20children&f=false
10.

University of Virginia. Introduction to GI Radiology [Internet].

2002 [cited on 26 April 2014]. Available


from:http://www.meded.virginia.edu/courses/rad/gi/procedures/ene
ma04.html
11.

Pediatric Gastrointestinal Imaging and Intervention . Available

from

http://books.google.co.id/books?

id=n6MSJLPKJTsC&pg=PA38&dq=barium+enema+in+children&hl=i
d&sa=X&ei=zyG9U8bBNoS7kQXkzICwBQ&ved=0CBoQ6AEwAA#v=
onepage&q=barium%20enema%20in%20children&f=false

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI


PERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014

26

Anda mungkin juga menyukai