Anda di halaman 1dari 9

Nama : M.

Maulana
Kelas : 2 KI.B
NIM : 061440421751

Evaporator
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah
pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap. Evaporator mempunyai dua prinsip dasar,
untuk menukar panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya
terdiri dari tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan mendidih lalu
menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke dalam kondenser
(untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya Hasil dari evaporator (produk yang
diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau larutan berkonsentrasi. Larutan yang sudah
dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa komponen volatil (mudah menguap). Evaporator biasanya
digunakan dalam industri kimia dan industri makanan. Pada industri kimia, contohnya garam
diperoleh dari air asin jenuh (merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator.
Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam evaporator. Uap
dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya. Pada sistem pendinginan, efek
pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh cairan pendingin yang menguap dengan cepat
(penguapan membutuhkan energi panas). Evaporator juga digunakan untuk memproduksi air
minum, memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain.

Jenis-jenis Evaporator dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

Submerged combustion evaporator adalah evaporator yang dipanaskan oleh api yang
menyala di bawah permukaan cairan, dimana gas yang panas bergelembung melewati cairan.

Direct fired evaporator adalah evaporator dengan pengapian langsung dimana api dan
pembakaran gas dipisahkan dari cairan mendidih lewat dinding besi atau permukaan untuk
memanaskan.
Steam heated evaporator adalah evaporator dengan pemanasan stem dimana uap atau uap
lain yang dapat dikondensasi adalah sumber panas dimana uap terkondensasi di satu sisi dari
permukaan pemanas dan panas ditranmisi lewat dinding ke cairan yang mendidih

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaporator

1. Konsentrasi dalam cairan

Untuk liquida msuk evaporator dalam keadaan encer, juga semakin pekat larutan, semakin tinggi
pula titik didih larutan dan untuk ini harus diperhatikan adanya kenaikan titik didih (KTD).

2. Kelatutan solute dalam larutan

a. Dengan demikian pekatnya larutan, maka konsentrasi solute makin tinggi pula, sehingga btas
hasil kali kelarutan dapat terlampaui yang akibatnya terbentuk Kristal solute. Jika dengan adanya hal
ini, dalam evaporasi harus diperhatikan batas konsentrasi solute yang maksimal yang dapat
dihasilkan oleh proses evaporasi.

b. Pada umumnya, kelarutan suatu granul/solid makin besar dengan makin tingginya suhu,
sehingga pada waktu drainage dalam keadaan dingin dapat terbentuk Kristal yang dalam hal ini
dapat merusak evaporator. Jadi harus diperhatikan suhu drainage.

c. Sensitifitas materi terhadap suhu dan lama pemanasan

Beberapa zat materi yang dipanskan dalam evaporasi tidak tahan terhadap suhu tinggi atau
terhadap pemanasan yang terlalu alam. Misalnya bahan-bahan biologis seperti susu, jus, bahan-
bahan farmasi dan sebagainya. Jadi untuk zat-zat semacam ini diperlukan suatu cara tertentu untuk
mengurangi waktu pemanasan dan suhu operasi.

d. Pembuataan buih dan percikan

Kadang-kadang beberapa zat, seperti larutan NaOH, skim milk dan beberapa asam lemak akan
menimbulkan buih, busa yang cukup banyak selama penguapan disertai dengan percikan-percikan
liquida yang tinggi. Buih/percikan ini dapat terbawa oleh uap yang keluar dari evaporator dan
akibatnya terjadi kehilangan. Jadi harus diusahakan pencegahannya.

e. Pembentukan kerak

Banyak larutan yang sifatnya mudah membentuk kerak/endapan. Dengan terbentuknya kerak ini
akan mengurangi overall heat transfer coefficient, jadi diusahakan konsentrasi/teknikevaporator
yang tepat karena biaya pembersihan kerak atau memakan waktu atau biaya.

Prinsip Kerja Evaporator

Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, evaporator merupakan alat untuk menegevaporasi
larutan sehingga prinsip kerjanya merupakan cara kerja dari evaporasi itu sendiri. Cara kerjanya ialah
dengan menambahkan kalor atau panas yang bertujuan untuk memekatkan suatu larutan yang
terdiri dari zat pelarut yang memiliki titik didih yang rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih
yang tinggi sehingga pelarut yang memiliki titik didih yang rendah akan menguap dan hanya
menyisahkan larutan yang lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang tinggi. Proses evaporasi
memiliki ketentuan, yaitu:

1. Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih antar zat-zatnya.


2. titik didih cairan dipengaruhi oleh tekanan.
3. dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal.
4. titik didih cairan yang mengandung zat yang tidak menguap akn tergantung tekanan dan
kadar zat tersebut.
5. Beda titik didih larutan dengan titik didih cairan murni disebut kenaikan titik didih (boiling
range).

evaporator

Penggunaan Evaporator
Dalam dunia industri baik industri yang berskala besar maupun kecil, penggunaan
evaporator tentunya sangat dibutuhkan agar dapat menghasilkan produk sesuai dengan yang
diinginkan, seperti industri kimia dan industri makanan, contohnya proses pembuatan garam, bahan
baku garam dihasilkan dari air laut yang tentunya memiliki kandungan air, sehingga garam akan
dimasukkan ke dalam evapotor dan dievaporasikan agar mengubah air menjadi uap dan dikeluarkan
sehingga yang tersisa hanya larutan mineral-mineral yang terdapat dalam evaporator. Khusus untuk
industri migas, evaporator digunakan untuk memekatkan larutan crude oil dengan menghilangkan
kadar airnya sehingga meringankan kinerja kolom Destilasi. Dalam skala komersial, proses evaporasi
membutuhkan peralatan pendukung seperti kondensor, perangkap uap, injeksi uap dan evaporator
itu sendiri.
Heat Exchanger

Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa Inggrisnya, heat exchanger
(HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebag pemanas
maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat panas (super heated
steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi
karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya
bercampur langsung begitu saja. Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang
minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu
contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin
memindahkan panas mesin ke udara sekitar.

Macam-macam Heat Exchanger

Heat Exchanger Tipe Tubular


Heat exchanger tipe ini melibatkan penggunaan tube pada desainnya. Bentuk penampang tube yang
digunakan bisa bundar, elips, kotak, twisted, dan lain sebagainya. Heat exchanger tipe tubular
didesain untuk dapat bekerja pada tekanan tinggi, baik tekanan yang berasal dari lingkungan
kerjanya maupun perbedaan tekanan tinggi antar fluida kerjanya. Tipe tubular sangat umum
digunakan untuk fluida kerja cair-cair, cair-uap, cair-gas, ataupun juga gas-gas. Namun untuk
penggunaan pada fluida kerja gas-cair atau juga gas-gas, khusus untuk digunakan pada kondisi fluida
kerja bertekanan dan bertemperatur tinggi sehingga tidak ada jenis heat exchanger lain yang mampu
untuk bekerja pada kondisi tersebut. Berikut adalah beberapa jenis heat exchanger tipe tubular:

a. Shell & Tube


Heat exchanger tipe shell & tube menjadi satu tipe yang paling mudah dikenal. Tipe ini
melibatkan tube sebagai komponen utamanya. Salah satu fluida mengalir di dalam tube,
sedangkan fluida lainnya mengalir di luar tube. Pipa-pipa tube didesain berada di dalam
sebuah ruang berbentuk silinder yang disebut dengan shell, sedemikian rupa sehingga pipa-
pipa tube tersebut berada sejajar dengan sumbu shell.
Heat Exchanger Tipe Shell & Tube
(a) satu jalur shell, satu jalur tube
(b) satu jalur shell, dua jalur tube

Komponen-komponen utama dari heat exchanger tipe shell & tube adalah sebagai berikut:
Tube. Pipa tube berpenampang lingkaran menjadi jenis yang paling banyak digunakan pada
heat exchanger tipe ini. Desain rangkaian pipa tube dapat bermacam-macam sesuai dengan
fluida kerja yang dihadapi.

Macam-macam Rangkaian Pipa Tube Pada Heat Exchanger Shell & Tube

Shell. Bagian ini menjadi tempat mengalirnya fluida kerja yang lain selain yang mengalir di
dalam tube. Umumnya shell didesain berbentuk silinder dengan penampang melingkar.
Material untuk membuat shell ini adalah pipa silindris jika diameter desain dari shell
tersebut kurang dari 0,6 meter. Sedangkan jika lebih dari 0,6 meter, maka digunakan bahan
plat metal yang dibentuk silindris dan disambung dengan proses pengelasan.

Tipe-Tipe Desain Front-End Head, Shell, dan Rear-End Head

Tipe-tipe desain dari shell ditunjukkan pada gambar di atas. Tipe E adalah yang paling banyak
digunakan karena desainnya yang sederhana serta harga yang relatif murah. Shell tipe F
memiliki nilai efisiensi perpindahan panas yang lbih tinggi dari tipe E, karena shell tipe
didesain untuk memiliki dua aliran (aliran U). Aliran sisi shell yang dipecah seperti pada tipe
G, H, dan J, digunakan pada kondisi-kondisi khusus seperti pada kondenser dan boiler
thermosiphon. Shell tipe K digunakan pada pemanas kolam air. Sedangkan shell tipe X biasa
digunakan untuk proses penurunan tekanan uap.
Nozzle. Titik masuk fluida ke dalam heat exchanger, entah itu sisi shell ataupun sisi tube,
dibutuhkan sebuah komponen agar fluida kerja dapat didistribusikan merata di semua titik.
Komponen tersebut adalah nozzle. Nozzle ini berbeda dengan nozzle-nozzle pada umumnya yang
digunakan pada mesin turbin gas atau pada berbagai alat ukur. Nozzle pada inlet heat exchanger
akan membuat aliran fluida yang masuk menjadi lebih merata, sehingga didapatkan efisiensi
perpindahan panas yang tinggi.

Front-End dan Rear-End Head. Bagian ini berfungsi sebagai tempat masuk dan keluar dari fluida sisi
pipa tubing. Selain itu bagian ini juga berfungsi untuk menghadapi adanya efek pemuaian. Berbagai
tipe front-end dan rear-end head ditunjukkan pada gambar di atas.

Buffle. Ada dua jenis buffle yang ada pada heat


exchanger tipe shell & tube, yakni tipe
longitudinal dan transversal. Keduanya
berfungsi sebagai pengatur arah aliran fluida
sisi shell. Beberapa contoh desain buffle
ditunjukkan pada gambar di samping.

Tubesheet. Pipa-pipa tubing yang melintang


longitudinal membutuhkan penyangga agar
posisinya bisa stabil. Jika sebuah heat
exchanger menggunakan buffle transversal,
maka ia juga berfungsi ganda sebagai
penyangga pipa tubing. Namun jika tidak
menggunakan buffle, maka diperlukan
penyangga khusus.

Double-Pipe
Heat exchanger ini menggunakan dua pipa
dengan diameter yang berbeda. Pipa dengan
diameter lebih kecil dipasang paralel di dalam
pipa berdiameter lebih besar. Perpindahan panas terjadi pada saat fluida kerja yang satu mengalir di
dalam pipa diameter kecil, dan fluida kerja lainnya mengalir di luar pipa tersebut. Arah aliran fluida
dapat didesain berlawanan arah untuk mendapatkan perubahan temperatur yang tinggi, atau jika
diinginkan temperatur yang merata pada semua sisi dinding heat exchanger maka arah aliran fluida
dapat didesain searah.

Heat Exchanger Tipe Double-Pipe


Spiral Tube
Heat exchanger tipe ini menggunakan pipa tube yang didesain membentuk spiral di dalam sisi shell.
Perpindahan panas pada tipe ini sangat efisien, namun di sisi hampir tidak mungkin untuk
melakukan pembersihan sisi dalam tube apabila kotor.

Heat Exchanger Tipe Spiral (Sumber)

Prinsip Kerja Heat Exchanger


Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida
yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah
dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak
berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Perpindahan Panas Secara Konduksi
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan antar
yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut
secara fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-
molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini,
tenaganya dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran
yang lebih cepat maka akan memberikan panas.
Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel
atau zat tersebut secara fisik.

Perpindahan Panas Secara Radiasi


Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat
dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang dingin)
dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan
berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.
Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua fluida
padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung ataupun
tidak langsung.

a. Secara kontak langsung

panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan kontak langsung
berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang terjadi yaitu melalui interfase /
penghubung antara kedua fluida.Contoh : aliran steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang
immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.

b. Secara kontak tak langsung

perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding pemisah. Dalam
sistem ini, kedua fluida akan mengalir.

Anda mungkin juga menyukai