Anda di halaman 1dari 9

STANDARISASI, HARMONISASI DAN KONVERGENSI IFRS

(International Financial Reporting Standards and Practices)


Oleh : Natalia Titiek Wiyani, S.Pd.

Di dalam akuntansi keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam
pembuatan laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna
laporan keuangan. Jika tidak terdapat standar, perusahaan dapat saja menyajikan laporan
keuangan yang mereka miliki sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Hal ini tentunya
akan menjadi masalah bagi para pengguna karena akan menyulitkan untuk memahami
laporan keuangan yang ada.
Setiap negara tentunya mempunyai aturan akuntansi (standar) yang berbeda-beda.
Perbedaan itu mencakup perlakuan, metode, penyajian dan pelaporan. Perbedaan
akuntansi tiap negara akan menyulitkan bagi para pengguna laporan keuangan terutama
bagi para analis, auditor, investor dan kreditor yang lingkup kerjanya melewati batas negara.
Ketika dunia bisnis dapat dikatakan hampir tanpa batas negara, sumber daya produksi
(misal uang) yang dimiliki oleh seorang investor di satu negara tertentu dapat dipindahkan
dengan mudah dan cepat ke negara lain misalnya melalui mekanisme bursa saham. Tentu
saja akan timbul suatu masalah ketika standar akuntansi yang dipakai di negara tersebut
berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di negara lain. Agar pemahaman laporan
keuangan menjadi lebih mudah, maka perlu ditetapkannya suatu aturan atau standar yang
seragam. Atas dasar hal tersebut muncullah isu konvergensi. Dengan adanya konvergensi
diharapkan dapat menjembatani persepsi yang keliru dalam mengartikan laporan keuangan
karena semua negara aturannya seragam dengan pemahaman yang sama. Dengan
konvergensi maka tidak ada lagi persepsi yang salah dalam menginterpretasikan laporan
keuangan.
Saat ini kalangan para akuntan atau orang yang berkecimpung dalam bidang
akuntansi, baik itu praktisi di perusahaan, KAP (Kantor Akuntan Publik), maupun akademisi
(pengajar akuntansi), sedang hangat-hangatnya membicarakan masalah konvergensi IFRS.
Banyak pro dan kontra mengenai pentingnya IFRS, akan tetapi keputusan IAI (Ikatan
Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa pada tahun 2012 Indonesia akan menerapkan
IFRS.

Apa itu IFRS?


IFRS atau International Financial Reporting Standards and Practices diterbitkan
dalam bentuk buku yang memuat standar dan praktik internasional mengenai pelaporan
keuangan. IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang disusun oleh IASB

(International Accounting Standard Board). IASB dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi
Keuangan (IASC /International Accounting Standards Committee). IASC merupakan
lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi yang dikenal dengan Standar
Akuntansi Internasional (IAS/International Accounting Standards). Organisasi ini memiliki
tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang
berkualitas tinggi, namun dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al, 2005).
IFRS diterbitkan sebagai upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan
mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan.
Adapun tujuan penerapan IFRS adalah:
1. Memastikan bahwa laporan keuangan internal perusahaan mengandung informasi
berkualitas tinggi
2. Transparansi bagi pengguna laporan dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang
disajikan
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna
4. Meningkatkan investasi

Di Indonesia, saat ini menggunakan Prinsip-prinsip Akuntansi Berterima (yang


berlaku) Umum atau istilahnya PABU yang disusun oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) yang
terbit dalam bentuk buku bernama SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Dahulu sebelum
SAK, dikenal PAI (Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia). Di dunia ada banyak sistem
akuntansi yang berbeda-beda. Saat ini sistem akuntansi di Indonesia mengacu pada standar
akuntansi Amerika atau GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) yang disusun
oleh FASB (Financial & Accounting Standards Board), yang terbit dalam bentuk buku
bernama SFAS (Statements of Financial and Accounting Standards). Beberapa tahun yang
lalu, sebelum akuntansi kita mengacu pada akuntansi Amerika, Indonesia menerapkan
sistem pembukuan Belanda yang dikenal dengan istilah tata buku (book keeping). Dengan
adanya standar yang berbeda-beda, maka dirasa perlu munculnya akuntansi internasional
yang diharapkan mampu mengatasi perbedaan akuntansi yang ada di banyak negara.

Mengapa Akuntansi Internasional?


Ada beberapa alasan munculnya akuntansi internasional atau yang dikenal dengan
IFRS :
1. Semakin luasnya jangkauan perusahaan multi nasional
2. Adanya investasi dari dan ke luar negeri
3. Fluktuasi keuangan yang menimbulkan perubahan kurs valas
4. Di dalam pasar modal USA yaitu NYSE (New York Stock Exchange), dimana terdapat
1.200 perusahaan asing yang terdaftar.

Apakah Akuntansi Internasional itu?


Menurut (Choi 2005) akuntansi internasional memiliki tiga pengertian yaitu:
1. Pertama, konsep parent foreign subsidiary accounting. Menganggap bahwa akuntansi
internasional hanya proses penyusunan laporan konsolidasi antara perusahaan induk
dan cabang yang berada di berbagai Negara
2. Kedua, konsep comparative/international accounting. Menekankan pada upaya
mempelajari perbedaan akuntansi di berbagai Negara
3. Ketiga,universal atau world accounting yang berarti kerangka/konsep teori dan prinsip
akuntansi yang berlaku di semua negara

Akuntansi internasional mencakup semua perbedaan prinsip, metode dan standar


akuntansi semua negara. Perbedaan akuntansi antar negara terjadi karena perbedaan
geografi, social ekonomi, politik dan hokum, budaya, bahasa, dan lainnya. Untuk mengatasi
perbedaan perlakuan akuntansi di tiap negara, ada beberapa usulan untuk mengatasinya :
1. Setiap perusahaan menyusun laporan keuangan primer dan sekunder
2. Menganut single domicile reporting, yang artinya laporan keuangan disusun menurut
standar dari domisili perusahaan tersebut, atau
3. Laporan keuangan disusun menurut standar internasional

Standarisasi, Harmonisasi dan Konvergensi


Standarisasi berbeda dengan harmonisasi (Choi, 2005). Standarisasi adalah
penetapan aturan yang kaku, sempit dan bahkan mungkin penerapan satu standar/aturan
tunggal dalam segala situasi. Standarisasi tidak mengakomodasi perbedaan-perbedaan
antar negara, oleh karena itu sulit diimplementasikan secara internasional.
Harmonisasi jauh lebih fleksibel dan terbuka, tidak menggunakan pendekatan satu
untuk semua, tetapi mengakomodasi beberapa perbedaan. Harmonisasi merupakan proses
untuk meningkatkan komparabilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan
batasan-batasan seberapa besar praktik tersebut dapat beragam. Standar harmonisasi
bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan daya banding informasi keuangan yang
berasal dari berbagai negara. Secara sederhana harmonisasi dapat diartikan bahwa suatu
negara tidak mengikuti sepenuhnya standar yang berlaku secara internasional. Negara
tersebut hanya membuat standar akuntansi yang mereka miliki tidak bertentangan dengan
standar akuntansi internasional.
Menurut Media Akuntansi Desember 2005, Harmonisasi akuntansi dimaksudkan
agar standar akuntansi yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar di setiap negara
selaras denga IAS (International Accounting Standards) yang ditetapkan oleh IASC. Tidak
perlu sama pengaturannya secara teknis, asalkan tidak saling bertentangan maka standar

akuntansi nasional dikatakan harmonis denga IAS. Pada tahun 1980-1990an, harmonisasi
adalah kata yang sering disebut, namun pada tahun 1990-saat ini, di kalangan profesi
akuntan di dunia menggunakan istilah konvergensi. Konvergen/Convergen menurut IASB
adalah the same word by word in English.
Upaya untuk melakukan harmonisasi standar akuntansi telah dimulai jauh sebelum
pembentukan Komite Standar Akuntansi Internasional pada tahun 1973. Baru-baru ini
sejumlah perusahaan yang berusaha memperoleh modal di luar negara asal dan para
investor yang berusaha melakukan diversifikasi investasi secara internasional menghadapi
masalah yang makin meningkat sebagai akibat perbedaan nasional dalam hal akuntansi,
pengungkapan dan audit. Harmonisasi akuntansi mencakup:
1. Standar akuntansi (yang berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapannya)
2. Pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan publik terkait dengan
penawaran surat berharga dan pencatatan pada bursa efek
3. Standar audit

Adapun manfaat harmonisasi internasional adalah :


1. Secara umum semua laporan keuangan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
induk, karena bahasa Inggris digunakan di seluruh dunia
2. Kalangan usaha akan mengalami manfaat yang cukup besar dalam perencanaan biaya,
biaya sistem dan pelatihan
Kerugian yang diperoleh dengan adanya harmonisasi adalah : perpajakan dan jaminan
sosial berpengaruh terhadap efisiensi nasional. Persetujuan akan sistem perpajakan akan
menjadi pendirian seperti sistem kartel dan akan menghilangkan manfaat yang akan
diperoleh dalam persaiangan antar negara.
Selanjutnya, bagaimana dengan GAAP global yang terharmonisasi? Tentu saja
mempunyai manfaat antara lain :
1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa
hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan yang berkualitas tinggi yang digunakan
secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal
2. Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik, portofolio akan lebih
beragam dan resiko keuangan berkurang
3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi
dalam bidang merger dan akuisisi
4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dan
mengembangkan standar global yang berkualitas tinggi

Bagaimana Komentar atas Internasionalisasi Standar Akuntansi?


Beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan standar internasional merupakan
solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit. Hal ini juga dikatakan merupakan
sebuah taktik KAP-KAP besar yang menyediakan jasa akuntansi internasional untuk
memperluas pasarnya. Adopsi standar internasional akan menimbulkan standar yang
berlebihan dan dampaknya, perusahaan harus merespon tekanan nasional, politik, sosial
dan ekonomi yang semakin meningkat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan
internasional yang rumit dan berbiaya besar. Pendapat lain mengatakan, pasar modal
internasional telah berkembang baik tanpa adanya GAAP global. Harmonisasi prinsip
akuntansi internasional tampaknya tidak akan terwujud, tidak ada pihak dominan, tidak ada
badan berwenang yang memiliki kemampuan menetapkan adopsi GAAP global.

Bagaimana dengan Konvergensi yang ditawarkan IASB?


IASB (International Accounting Standards Board) yang sebelumnya disebut IASC,
menginginkan agar standar akuntansi seluruh anggotanya konvergen dengan IFRS. Alasan
IASB memilih penerapan konvergensi bukan harmonisasi adalah, karena pengaturan yang
konvergen akan meningkatkan daya banding laporan keuangan seluruh dunia serta tidak
ada permasalahan time lags. Konvergensi standar akuntansi merupakan istilah umum
dalam IASB. Konvergensi standar akuntansi internasional dan nasional mencakup
penghapusan perbedaan secara bertahap yang mencari solusi terbaik atas masalah-
masalah akuntansi dan pelaporan. Apabila telah diterapkan konvergensi, maka tidka ada
lagi perbedaan-perbedaan akuntansi.

Konvergensi IFRS 2012


IAI menyatakan bahwa Indonesia akan menerapkan program konvergensi IFRS
atau Indonesian GAAP yang akan dikonvergensikan secara penuh pada tanggal 1 Januari
2012.
Menurut Jurnal Akuntan Indonesia (Juni, 2009):
1. PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (revisi 2006) yang semula berlaku efektif untuk
periode pada satau setelah 1 Januari 2009 diubah menjadi 1 Januari 2010
2. PSAK 50 mengacu pada IAS 32 (revisi 2005), mengenai Instrumen keuangan: penyajian
dn pengungkapan
3. PSAK 55 mengacu pada IAS 39 (revisi 2005), mengenai Instrumen keuangan:
pengakuan dan pengukuran

Bagaimana IAI Menerapkan Konvergensi?


Menurut jurnal IAI 2009, banyak pihak yeng meragukan karena PSAK 50 dan 55
yang ditetapkan tahun 2006, implementasinya masih diundur hingga 2010. Namun sebagai
perbandingan, IFRS setebal 2000-an halaman, 600-an halaman diantaranya membahas IAS
32 dan 39. Artinya materi IAS 32 dan 39 (PSAK 50 dan 55) tidaklah sederhana. IAI tetap
berpegang pada keputusannya yaitu melakukan konvergensi IFRS.
Konvergensi standar akuntansi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: harmonisasi
(membuat standar sendiri yang tidak berkonflik dengan IFRS), adaptasi (membuat standar
sendiri yang disesuaikan dengan IFRS), atau adopsi (mengambil langsung dari IFRS).
Apabila adopsi penuh IFRS dilakukan, maka laporan keuangan berdasarkan PSAK tidak
memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS.
Manfaat Adopsi penuh IFRS:
1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK (Standar
Akuntansi Keuangan) yang dikenal secara internasional
2. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi
3. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal
global
4. Menciptakan efisiensi laporan keuangan

Strategi adopsi ada dua cara, yaitu:


1. Big Bang Strategy, adopsi penuh dilakukan sekaligus tanpa masa transisi (strategi ini
biasanya digunakan oleh negara-negara maju dan sebagian kecil negara berkembang
seperti : Afrika Selatan)
2. Gradual Strategy, adopsi secara bertahap, dengan masa transisi

Adapun arah pengembangan PSAK:


1. Untuk PSAK yang sama dengan IFRS, maka dilakukan revisi PSAK dan /atau diterbitkan
PSAK yang baru
2. Untuk PSAK industry khusus, maka dihilangkan dan /atau diterbitkan pedoman
akuntansi
3. Untuk PSAK derivasi UU, maka dipertahankan
4. Untuk PSAK yang belum/tidak diatur dalam IFRS, amaka dikembangkan

Proses Konvergensi PSAK dengan IFRS akan berdampak pula terhadap pendidikan
yaitu:

1. Perubahan mind stream dan rule based kepada principle based


2. Banyak menggunakan professional judgment:pemahaman substansi dan prinsip yang
diatur serta integritas
3. Banyak menggunakan fair value accounting :perubahan dari income statement approach
ke balance sheet approach
4. IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat berbeda
dengan IFRS lain, misalnya lease meggunakan risk and rewardconcept dan
pemutakhiran IFRS merupakan suatu keharusan
5. Perubahan textbook dari US GAAP kepada IFRS

Bagaimana halnya dengan Indonesia?Cara mana yang ditempuh dalam melakukan


konvergensi? Indonesia memilih untuk melakukan adopsi. Namun bukan adopsi penuh,
mengingat adanya perbedaan sifat bisnis dan regulasi di Indonesia. Oleh karena itu, saat ini
Standar Akuntansi Keuangan milik Indonesia sebagian besar sudah sama dengan IFRS.
Indonesia melakukan konvergensi IFRS ini karena Indonesia sudah memiliki komitmen
dalam kesepakatan dengan negara-negara G-20. Tujuan kesepakatan tersebut adalah
untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan. Selain itu,
konvergensi IFRS akan meningkatkan arus investasi global melalui keterbandingan laporan
keuangan (saat ini sekitar 120 negara sudah berkomitmen untuk melakukan konvergensi
IFRS). Konvergensi IFRS seharusnya dicapai Indonesia pada tahun 2008, namun karena
beberapa hal, DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) berkomitmen bahwa
konvergensi akan dicapai pada 1 Januari 2012. Kegagalan Indonesia untuk mencapai
konvergensi pada tahun 2008 ini harus dibayar dengan masih tingginya tingkat suku bunga
kredit untuk Indonesia yang ditetapkan oleh World Bank. Hal ini dikarenakan World Bank
menganggap investasi Indonesia masih beresiko karena penyajian laporan keuangan masih
menggunakan Standar Akuntansi buatan Indonesia (belum IFRS).
Di dunai internasional, IFRS telah diadopsi oleh banyak negara, termasuk negara-
negara Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia. Di kawasan Asia, Hongkong,
Filipina dan Singapura pun telah mengadopsinya. Sejak 2008, diperkirakan ada sekitar 80
negara mengharuskan perusahaan yang telah terdaftar dalam bursa efek global
menerapkan IFRS dalam mempersiapkan dan mempresentasikan laporan keuangan. Dalam
konteks Indonesia, meskipun banyak pro dan kontra Konvergensi IFRS dengan PSAK
(Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) merupakan hal yang sangat penting untuk
menjamin daya saing nasional. Perubahan tata cara pelaporan keuangan dari GAAP, PSAK
atau lainnya ke IFRS berdampak sangat luas. IFRS akan menjadi kompetensi wajib baru
bagi akuntan publik, penilai (appraiser), akuntan manajemen, regulator dan akuntan
pendidik. Mampukah para pekerja accounting menghadapi perubahan yang secara terus-

menerus akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar global terhadap informasi
keuangan? Bagaimana persiapan Indonesia menyambut IFRS ini? Sejak tahun 2004,
profesi akuntan di Indonesia telah melakukan harmonisasi antara PSAK/Indonesian GAAP
dan IFRS. Konvergensi IFRS diharapkan tercapai pada 2012. Walaupun IFRS masih belum
diterapkan secara penuh saat ini, persiapan dan kesiapan untuk menyambutnya akan
memberikan daya saing tersendiri untuk entitas bisnis di Indonesia. Tentunya implementasi
IFRS ini akan membutuhkan biaya yang sangat besar, energi dan waktu yang tidak ringan,
tetapi biaya untuk tidak mengadopsinya akan jauh lebih signifikan. Komitmen manajemen
perusahaan Indonesia untuk mengadopsi IFRS merupakan syarat mutlak untuk
meningkatkan daya saing perusahaan Indonesia di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfredson, K. Leo. 2007. Applying IFRS. John Wiley & Son Australia, Ltd.

Choi, Frederick. 2005. International Acounting. Prentice Hall, New Jersey.

Eldon S. Hendrikson. 2002. Teori Akuntansi. Edisi 4. Salemba Empat: Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. ISAK (Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan). Salemba
Empat. Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2006. Buletin Teknis No.2 : Akuntansi untuk Pembiayaan
Bersama atas Fasilitas Kredit. Media Akuntansi Edisi 57 bulan Oktober.

Kieso, Weygandt. 2007. Intermediate Accounting. International Edition. John Wiley and
Sons.

Sofyan Safri Harahap. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Revisi 9. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai