TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Parasetamol
Rumus struktur
Menurut Dijen BKAK., (2014) dan Moffat, dkk., (2011), uraian tentang
pKa : 9,5
2.1.1.2 Farmakologi
pada 1893. Namun menjadi popular sejak 1949, setelah itu obat ini diakui sebagai
8
metabolit aktif dari acetanilide dan fenasetin. Parasetamol dan fenasetin memiliki
dan hampir semua diabsorbsi dalam saluran cerna. Konsentrasi meningkat dalam
plasma setelah 30-60 menit dan waktu paruh kira - kira 2 jam, hanya 20-50%
diberikan 90-100% akan terdapat urin pada hari pertama. Setelah konjugasi hati
dengan asam glukoronat (35%), sistein (60%), asam sulfat (3%); sejumlah kecil
nyeri ringan hingga sedang dan untuk demam. Hal ini juga dapat diberikan
melalui infus intravena untuk pengobatan jangka pendek nyeri sedang, terutama
konsentrasi puncak plasma terjadi sekitar 10 sampai 60 menit setelah dosis oral.
diproduksi dalam jumlah yang sangat kecil oleh isoenzim sitokrom P450
(terutama CYP2E1 dan CYP3A4) di hati dan ginjal. Hal ini biasanya
9
didetoksifikasi melalui konjugasi dengan glutation tapi mungkin menumpuk
2009).
menurunkan toksisitasnya, pada dosis terapi relatif aman tetapi pada dosis yang
dan kerusakan hati. Hepatotoksisitas untuk anak setelah pemberian dosis tunggal
10-15g (150-250 mg/kg berat badan) sedangkan dosis 20-25 g akan berakibat
fatal. Pemberian acetylcystein intravena dan oral dengan dosis 140 mg/kg BB
untuk pasien yang memiliki gagal hati fulminan telah terbukti mengurangi
pembentukan warna degan beberapa reagen. Hal ini dilakukan dengan dua cara,
(25g/L) akan membentuk warna biru violet. Cara ke dua dengan mendidihkan 100
10
kalium dikromat (100g/L); perlahan lahan akan terbentuk larutan violet hingga
utamanya pada beberapa bilangan gelombang 1506, 1657, 1565, 1263, 1227, 1612
cm-1 (Moffat, dkk., 2011). Selain itu, identifikasi juga dapat dilakukan dengan
metode kromatografi lapis tipis. Dalam hal ini fase diam yang digunakan adalah
lempeng KLT silika gel F254 berukuran 3x10 cm, fase gerak kloroform: etil asetat
dan 365 nm serta dengan direaksikan dengan FeCl3. Bercak yang muncul dihitung
dengan struktur kimia berbeda tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga
gugus amin aromatis primer. Indikator luar yang digunakan adalah pasta atau
11
dan metilen biru , pengamatan titik akhir titrasi tercapai jika muncul warna biru
segera pada kertas kanji iodida. Metode titrimetri dapat juga dilakukan dengan
gelombang 245 nm (A 1%, 1 cm dalam larutan asam= 668a) dan 257 nm (A 1%, 1
spektra derivatif dan berdasarkan pada metode Vierordts telah digunakan untuk
sulfonat (Moffat, dkk., 2011; Ditjen BKAK. 2014; Sudjadi dan Rohman, 212).
bercampur dengan bahan obat lain. Metode kromatografi yang digunakan adalah
tinggi; dan elektroforesis kapiler (Moffat, dkk., 2011; Ditjen BKAK. 2014;
12
Menurut Moffat, dkk., (2011), uraian tentang fenilpropanolamin
Kelarutan : larut dalam air ; etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan
eter.
2.1.2.2 Farmakologi
bertindak dengan tindakan yang sama dengan efedrin tapi kurang aktif sebagai
yang menyebabkan kematian: darah 48 mg/L, otak 86 mg/g, hati 460 mg/g.
Reaksi yang merugikan bervariasi secara luas mulai dari sakit kepala dan
13
penglihatan kabur, pusing, gelisah, agitasi, tremor, kebingungan, dan
2009).
(2011) dilakuka melalui reaksi pembentukan warna. Hal ini dilakukan dengan cara
700, 746, 1030, 1500, 1055, 1590 cm-1 (Moffat, dkk., 2011).
untuk suatu molekul dengan struktur kimia berbeda adalah tidak sama sehingga
14
Fenilpropanolamin HCl dapat ditetapkan kadarnya dengan beberapa cara
yaitu titrasi bebas air (Gandjar dan Rohman, 2008), kromatografi cair kinerja
tinggi seperti yang telah dilakukan oleh Dowse. dkk., (1982); kromatografi lapis
nm ,257 nm; 262 nm (A 1%, 1 cm dalam larutan asam = 11,7a) tidak dapat
dianalisis dalam larutan alkali (Ditjen BKAK. 2014; Moffat, dkk., 2011).
endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Larutan baku
pada titik akhir); Metode Fajans (adsorpsi indikator pada endapan); Metode
Volhard (terbentuknya kompleks berwarna yang larut pada titik akhir) (Gandjar
Suatu molekul bergerak dari suatu tingkat energi ke tingkat energi yang
lebih rendah maka beberapa energi akan dilepaskan. Energi ini dapat hilang
sebagai radiasi dan dapat dikatakan telah terjadi emisi radiasi. Jika suatu molekul
dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai sehingga energi
15
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk
terjadinya transisi elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut dengan
molekuler dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi. Jika
ini akan meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat keadaan tereksitasi.
Penyerapan sinar UV dan sinar tampak pada umumnya dihasilkan oleh eksitasi
dibatasi oleh sejumlah gugus fungsional yang disebut kromofor. Elektron yang
terlibat pada penyerapan radiasi UV-Vis ini ada tiga, yaitu elektron sigma, phi ,
dan elektron bukan ikatan atau non bonding electron (Gandjar dan Rohman,
2008).
suhu, ion-ion anorganik, dan pengaruh PH. Kromofor merupakan semua gugus
atau atom dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan
sinar tampak. Kromofor yang paling banyak ditemukan dalam molekul obat
Gugus fungsi seperti -OH, -O, -NH2, dan -OCH3 yang memberikan
transisi n * disebut gugus auksokrom. Gugus ini adalah gugus yang tidak
dapat menyerap radiasi ultraviolet-sinar tampak, tetapi apabila gugus ini terikat
16
lebih besar (pergeseran batokromik) dan kadang kadang disertai dengan
konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert-
Dimana: A = serapan
a = absorptivitas
b = ketebalan sel
c = konsentrasi
= absorptivitas molar (Gandjar dan Rohman, 2012).
merupakan suatu tetapan dan spesifik untuk setiap molekul pada panjang
penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrometer yang
17
fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu system optik dengan kemampuan
1. Sumber Sinar
2. Monokromator
Kebanyakan pengukuran kuantitatif sinar harus bersifat monokromatik
yakni sinar dengan satu panjang gelombang tertentu. Hal ini dicapai dengan
3. Detektor
tabung pengganda foton, yang beraksi untuk mengubah intensitas berkas sinar ke
dalam sinyal elektrik yang dapat diukur dengan mudah dan juga beraksi sebagai
Rohman, 2012).
18
2.4 Spektrofotometri Derivatif
derivatif UV Vis adalah untuk identifikasi kualitatif dan analisis senyawa dalam
metode kurva turunan adalah salah satu metode spektrofotometri yang dapat
digunakan untuk analisis campuran beberapa zat secara langsung, tanpa harus
merupakan plot serapan (A) terhadap panjang gelombang () (Ditjen POM. 1995).
untuk derivatif pertama dan d2A/d2 terhadap untuk derivatif kedua, dan
menjadi spektrum derivatif pertama, kedua atau spektrum derivatif dengan order
19
Gambar 2.3 Spektrum derivat pertama sampai derivat keempat (Talsky,
1994).
kuantitatif antara lain: metode zero crossing; metode peak to peak; dan metode
tangen (Talsky, 1994). Metode zero-crossing adalah prosedur yang paling umum
untuk menentukan campuran biner yang spektranya saling tumpang tindih dapat
analisis untuk zat lain dalam campurannya. Bila campuran biner memiliki panjang
20
gelombang zero-crossing lebih dari satu, maka yang dipilih untuk dijadikan
dan memiliki serapan yang paling besar. Pada serapan yang paling besar,
27).
Metode yang lain adalah derivatif quotient spectra atau rasio spektra
spektrum yang tidak tergantung pada konsentrasi analit yang digunakan sebagai
menggunakan rasio spektra derivatif lebih mudah dan sinyal analit lebih tinggi. Di
bila terdapat komponen aktif dan eksipien lain yang mempengaruhi penetapan
(overlapping) dimana zat-zat tersebut dapat larut dalam pelarut yang sama serta
21
zat anorganik, analisis makanan, analisis komponen biologi misalnya protein dan
software untuk mengolah data yang dapat dioperasikan malalui komputer yang
dA/d. Mode derivatif pertama dan kedua adalah fitur standar microprocessor
komputer juga tersedia untuk mengolah data spektra UV-Vis sampai dengan
yang dapat diterima sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini perlu
22
dilakukan untuk menjamin bahwa setiap pengukuran serupa yang dilakukan di
masa yang akan datang akan menghasilkan nilai terhitung (calculated value) yang
cukup dekat atau sama dengan nilai sebenarnya dari jumlah analit yang terdapat
Akurasi adalah kedekatan antara nilai hasil uji yang diperoleh melalui
metode analitik dengan nilai sebenarnya. Untuk pengujian senyawa obat akurasi
perolehan kembali (% recovery). Akurasi dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu:
(1) membandingkan hasil analisis dengan CRM (certified reference material) dari
organisasi standar internasional; (2) spiked placebo recovery; dan (3) standard
dianalisis dan jumlah analit hasil analisis dibandingkan dengan jumlah analit
method atau metode penambahan baku. (Satiadarma, dkk., 2004; Ermer dan McB
23
2.5.2 Presisi (Keseksamaan)
Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian di antara
masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada
sejumlah cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan
sebagai deviasi standar atau deviasi standar relatif (koefisien variasi). Presisi dapat
diartikan pula sebagai derajat keterulangan dari prosedur analisis pada kondisi
satu sampel homogen, agar dapat dihitung secara statistik perkiraan deviasi stadar
atau deviasi standar yang sahih. Pada uji tersebut setiap cuplikan mendapatkan
perlakuan analisis yang sama, lengkap dan mandiri, mulai dari persiapannya
Sesuai dengan ICH, presisi dilakukan pada 3 tingkatan yang berbeda yaitu:
Presisi seringkali diekspresikan dengan SD atau standar deviasi relatif (RSD) dari
1 X SD
RSD =
X
; yang mana
X merupakan rata rata data, dan SD adalah standar
)2
(xX
SD = )
(N1
; yang mana: X adalah nilai dari masing masing pengukuran;
adalah rata rata dari pengukuran; N adalah banyaknya data. Biasanya replikasi
dilakukan 6-15 kali dilakukan pada sampel tunggal untuk tiap konsentrasi
24
2.5.3 Spesifisitas
Spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur analit yang dituju secara
tepat dan spesifik dengan adanya komponen lain dalam matriks sampel seperti
oleh senyawa lain terhadap hasil analisis misalnya mendapatkan hasil yang sama
dengan atau tanpa senyawa pengganggu, resolusi kromatografik yang bagus dan
pengamatan karakteristik akurasi dari metode tersebut. Bila akurasi metode telah
dapat diterima (acceptable) dan valid, maka metode tersebut otomatis telah masuk
kriteria sebagai metode yang spesifik (Ermer dan McB Miller, 2005).
Limit deteksi dari suatu metode analisis adalah nilai parameter uji batas
yaitu konsentrasi analit terendah yang masih dapat dideteksi. Limit kuantitasi
adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan
presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi eksperimen yang ditentukan.
LOD= 3,3(SD/ S)
yang secara langsung proposional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang
25
diberikan. Linieritas dapat ditentukan secara langsung dengan pengukuran sampel
yang mencakup seluruh rentang konsentrasi kerja (Ermer dan McB Miller, 2005).
plot yang menyatakan hubungan antara fungsi konsentrasi analit dengan signal
yang diukur (absorbansi, luas puncak, tinggi puncak, area di bawah kurva dsb).
Pada uji linearitas, paling tidak 6 konsentrasi yang berbeda digunakan pada uji.
Pada keadaan normal, linearitas diperoleh ketika nilai koefisien determinasi (r2)
0,997 dan yang kurang diterima ketika r2 < 0,997 (Gandjar dan Rohman, 2012).
2.5.6 Rentang
analitik tersebut mampu memberikan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat
2012).
organik, PH, kekuatan ionik, suhu dan sebagainya (Gandjar dan Rohman, 2012).
26