Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

EKOLOGI PERTANIAN

Oleh:
Kelompok V1

Asisten:
Fandyka Yufriza Ali

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2017
LEMBAR DATA ANGGOTA
PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN

Kelompok : V1
Asisten : Fandyka Yufriza Ali

No Nama NIM
1 Andhin Firmansyah 175040207111161
2 Yenri Tri Ariyanto 175040207111153
3 Muhammad Najib Kharis 175040207111154
4 Hendra Nur Halik 175040207111155
5 Rakai Muhammad A 175040207111156
6 Riva Syafira Maudina 175040207111157
7 Muhammad Ilham Fajri 175040207111158
8 Rinovian Tri Saputra 175040207111159
9 Ivhohanna Praharani 175040207111160
10 Robbi Alghifari 175040207111162
11 Nazwa Asrita Nursabrina 175040207111163
12 Muhammad Rafi Hadi U 175040207111164
13 Pramadana Abdy Wasa 175040207111165
14 Diandra Palmeda 175040207111166
15 Ahmad Bima Fauzi 175040207111167
16 Rizky Fariz alfandy 175040207111168
17 Satria Pratama Andy 175040207111169
18 Aisyah Afifah 145040201111071
19 Dimas Agung Wicaksono 145040201111138
20

Catatan: koordinator kelompok di nomor 1 dan dibold, selanjutnya anggota diurut


sesuai NIM
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

EKOLOGI PERTANIAN

Kelompok: V1
Kelas: V
Disetujui Oleh:

Asisten Kelas, Koordinator Asisten


Ekologi Pertanian,

Hadi Burkhan Dhayu Kristanto


NIM. NIM.
LEMBAR SARAN DAN KRITIK

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


EKOLOGI PERTANIAN

Nama Penguji :
Saran dan Kritik :

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2017
DAFTAR ISI
COVER LUAR
COVER DALAM
LEMBAR DATA ANGGOTA
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR SARAN DAN KRITK
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL....................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. v
1. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3 Tujuan.................................................................................................. 1
1.4 Manfaat................................................................................................ 1
2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 2
2.1 Pengertian Ekologi dan Ekologi Pertanian........................................... 2
dst
3. BAHAN DAN METODE....................................................................... 11
3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan.............................................................. 11
3.2 Alat dan Bahan................................................................................... 11
3.2.1 Aspek Budidaya Pertanian.............................................................. 11
3.2.2 Aspek Tanah................................................................................... 12
3.2.3 Aspek Hama Penyakit Tanaman..................................................... 12
3.3 Metode Pelaksanaan.......................................................................... 12
3.3.1 Analisis Vegetasi............................................................................. 12
dst
4. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 17
4.1 Kondisi Umum Lahan......................................................................... 17
4.2 Hasil Pengamatan.............................................................................. 18
4.2.1 Analisis Vegetasi............................................................................. 19
dst
4.3 Pembahasan Umum........................................................................... 35
4.3.1 Pengaruh Biodiversitas Tanaman Dalam Agroekosistem............... 37
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biologi lingkungan atau yang biasa dikenal dengan ekologi adalah bagian
dari ilmu pengetahuan yang berhubungan erat dengan lingkungan. Ekologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti rumah tangga dan logos
yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, ekologii dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungan. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan
ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor biotuik dan
faktor abiotik. Faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikrobia. Faktor abiotik antara lain suhu, air,
kelembaban, cahaya, dan topografi. Perlu diketahui bahwa salah satu kondisi
yang berpengaruh pada ekosistem ialah tutupan lahan oleh vegetasi yang
merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dala pengolahan
yang baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang.
Oleh sebab itu sangat penting bagi bagi kita untuk melakukan kegiatan
fieldtrip didaerah UB forest agar kita dapat mengetahui ekosistem seperti apa
yang ada ditempat tersebut dan agar kita mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang pentingnya melindungi lingkungan dengan faktor
abiotrik dengan faktor biotik agar terjaganya keseimbangan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh faktor abiotik terhadap vegetasi ?
2. Bagaimana pengaruh faktor abiotik dan faktor biotik tanah terhadap
tanaman ?
3. Bagaiman peran atrhropoda terhadap ekosistem ?
4. Bagaimana pengaruh perlakuan lingkungan terhadap tanaman ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari studi lapang ekologi pertanian kali ini ialah untuk mengetahui
pengaruh faktor abiotik terhadap vegetasi di daerah ub forest, untuk
mengetahui pengaruh faktor biotik dan faktor aboitik tanah di ub forest, dan
mengetahui peran arthropoda terhadap ekosistem di ub forest.

1.4 Manfaat
Manfaat dari studi lapang ekologi pertanian kali ini adalah mahasiswa
dapat menambah pengalaman dalam menganalisis vegetasi yang ada di ub
forest, mahasiswa mengerti pengaruh faktor abiotik terhadap terhadap
vegetasi, mahasiswa dapat mengerti pengaruh faktor biotik dan faktor abiotik
tanah terhadap tanaman, mahasiswa mengerti peran arthropoda terhadap
ekosistem, dan mahasiswa mampu memahami pengaruh perlakuan
lingkungan terhadap tanaman.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekologi dan Ekologi Pertanian.


Bargumono (2012) menerangkan bahwa, ekologi berasal dari kata oikos
(rumah) dan logos (ilmu). Ekologi berarti ilmu yang mempelajari tentang makhluk
hidup dan rumahnya (lingkungannya). Jadi, ekologi pertanian adalah ilmu yang
mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungan budi daya tanaman yang
diusahakan oleh manusia. Sedangkan Zoer'aini (2003) mengemukakan bahwa,
ekologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan
timbalbalik antar mahluk hidup dan juga antara mahluk hidup dengan
lingkungannya. Dan Wezel (2009) menyatakan ekoloogi pertanian adalah studi
proses ekologi yang mengendalikan sistem produksi pertanian. Pada ekologi
pertanian, prinsip ekologi dibawa ke ekosistem pertanian.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ekologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya dan
ekologi pertanian merupakan ilmu yang mempelajari hubungan makhluk hidup
dengan lingkungan pertanian.
2.2 Prinsip Ekologi
Prinsip ekologi sangat bermanfaat sebagai panduan dalam pengembangan
pertanian organik. Prinsip ini mengatakan bahwa proses produksi harus
didasarkan pada daur ulang ekologis. Penerapan teknologi berperan penting
dalam meningkatkan interaksi antarkomponen ekosistem. Namun, teknologi yang
diterapkan harus bersifat spesifik lokasi dengan mempertimbangkan kearifan
tradisional dari masing-masing lokasi. Berikut ini prinsip ekologi dalam penerapan
pertanian organik:
Memperbaiki kondisi tanah agar bisa menguntungkan pertumbuhan
tanaman. Kegiatan yang paling utama adalah pengelolaan bahan organik
untuk meningkatkan kegiatan komponen biotik dalam tanah.
Mengoptimalkan ketersediaan serta keseimbangan unsur hara di dalam
tanah. Misalnya melalui fiksasi nitrogen, penambahan dan daur pupuk
dari luar usaha tani.
Mengelola iklim mikro agar kehilangan hasil panen akibat aliran panas,
udara dan air dapat dibatasi. Misalnya dengan pengelolaan air dan
pencegahan erosi.
Kehilangan hasil panen akibat gangguan hama dan penyakit dibatasi
dengan upaya preventif melalui perlakuan yang aman.
Pemanfaatan sumber kekayaan genetika dalam sistem pertanaman
terpadu.
Prinsip ekologi ini bisa diterapkan dalam berbagai teknologi dan strategi budi
daya pertanian. Setiap prinsip tersebut akan memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap produktivitas, keamanan, keberlanjutan, dan identitas usaha
tani. (Bargumono. 2012).
2.3 Pengertian Ekosistem dan Agroekosistem
2.3.1 Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem di alam dimana didalamnya terjadi
hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme lainnya, serta kondisi
lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung pada ukuran, tetapi lebih
ditekankan kepada kelengkapan komponennya. Ekosistem lengkap terdiri atas
komponen abiotik dan biotik. ( Joko Waluyo, 2013:23)
Ekosistem adalah satu kesatuan antara makhluk hidup dan lingkungnya
baik lingkungan biotik maupun abiotik yang saling bergantung dan
mempengaruhi membentuk suatu sistem. Misalnya, tumbuhan mengambil
karbondioksida dari udara untuk fotosintesis dan melepaskan oksigen hasil
fotosintesis keudara. ( Samsul, 2010)
2.3.2 Pengertian Agroekosistem
Agroekosistem menurut Karyono (2000) adalah sistem ekologis hasil
rekayasa manusia untuk menghasilkan makanan, serat, atau produk agrikultur
lainnya. Dalam agroekosistem ini, peranan manusia sangat dominan karena
sistem ini merupakan hasil rekayasa manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya.oleh karena itu, agroekosistem dapat dikatakan sebagai
suatu kesatuan sistem pertanian, sosial, ekonomi, dan ekologi, yang dibbatasi
oleh faktor boifisik dan sosial ekonomi (Conway, 1987 salam Parikesit, 1998)
2.4. Faktor Abiotik dan Biotik
2.4.1. Faktor Abiotik
Abiotik aatau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang
merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau
lingkungan tempat hidup. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik,
senyawa anorganik dan faktor yang mempengaruhi distribusi organisme, yaitu
(Campbell.2004) :
Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas
membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam
tubuhnya
Air. Ketersediaan air mempengaruhi distribusi organisme .
organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di
gurun
Garam. Ketersediaan air mempengaruhi kesetimbangan air dalam
organisme melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial
beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi
Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya mempengaruhi
proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada
lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang
terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang
besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan
tertekan.
Tanah dan batu. Beberapa karakterstik tanah yang meliputi
struktur fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran
organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya
ditanah.
Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam
suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional, dan lokal.
Iklim makro meliputi iklim dalam suatu daerah yang di huni
komunitas tertentu.
2.4.2. Komponen Biotik
Komponen biotik terdiri dari :
a. Produsen adalah organisme yang dapat menghasilkan makanan dan
penyedia makanan untuk mahkluk hidup yang lain.
b. Konsumen adalah organisme yang tidak dapat membuat makanannya
sendiri dan bergantung pada organisme pada organisme lain dalam
hal makanan.
c. Pengurai adalah organisme yang menguraikan organisme mati.
Contoh pengurai adalah jamur dan bakteri ( Hermawati. 2007)
2.5 Pengaruh Faktor Abiotik Terhadap Agroekosistem

2.6 Peran Arthropoda Dalam Agroekosistem


Arthropoda merupakan hewan yang mempunyai kaki beruas-ruas dan
badan bersegmen-segmen. Hewan ini tidak mempunyai tulang belakang.
Arthropoda meliputi crustacea, arachnida, myriapoda dan hexapoda
(Pracaya,2007).
Menurut Hidayat (2006) berdasarkan tingkat trofiknya, arthropoda dalam
pertanian dibagi menjadi 3 yaitu arthropoda herbivora, arthropoda karnivora dan
arthropoda dekomposer. Arthropoda herbivora merupakan kelompok yang
memakan tanaman dan keberadaan populasinya menyebabkan kerusakan pada
tanaman budidaya, yang disebut hama. Arthropoda karnivora terdiri dari semua
spesies yang memangsa arthropoda herbivora, meliputi kelompok predator,
parasitoid yang berperan sebagai musuh alami arthropooda herbivora.
Arthropoda dekomposer adalah organisme yang berfungsi sebagai pengurai
yang dapat membantu mengembalikan kesuburan tanah.
2.7 Peran Biota Tanah Dalam Agroekosistem
Menurut lngham (2000), Biota tanah membentuk jaring-jaring makanan
yang mampu mengubah seresah menjadi nutrisi yang diperlukan tanaman, dan
memindahkan nutrien sehingga menjadi bagian penting dari siklus nutrisi.
Kelompok biota tanah ini membentuk jaring-jaring dekomposer. Jaring-jaring
dekomposer tersusun atas tiga golongan besar yaitu kelompok jaring-jaring
mikro, kelompok pengubah materi organik, dan kelompok pengubah ekosistem.
Pada makalah inijarring-jaring mikro (bakteri, jamur, protozoa, dan nematoda)
menjadi fokus penjelasan karena menjadi indikator utama biologi kesehatan
tanah.
Bakteri adalah organisma mikroskopis bersel tunggal yang pada
umumnya bergantung pada organisma lain (tanaman) untuk memenuhi
nutrisinya. Namun terdapat pula bakteri fotosintetik seperti cyanobacteria yang
mampu menghasilkan makanannya sendiri. Actinomycetes adalah bacteria yang
menghasilkan bau khas pada tanah sehat. Jamur umumnya merupakan
organisma multiseluler yang tidak mampu menghasilkan makannya sendiri.
Jamur memiliki sel memanjang disebut hifa. Hifa mampu membentuk tubuh buah
yang dapat dilikat dengan mata tanpa mikroskop. Jamur saprofit memiliki fungsi
utama mendekomposisi materi organik mati dalam ekosistem, sedangkan jamur
mikoriza besimbiosis dengan akar tanaman dan berfungsi membantu suplai
nutrien untuk tanaman. Protozoa adalah kelompok organisma bersel tunggal
yang bergerak dengan pseudopodia (amoebae), flagella (flagelata), atau rambut
getar (ciliate). Sumber utama makanan protozoa adalah bakteri. Sebagian
amoeba memiliki kemampuan untuk melubangi hifa jamur dan mengisap
sitoplasma jamur sebagai makanannya. Nematoda adalah hewan mikroskopis
bersel banyak tanpa segmen yang hidup di tanah. Nematoda terdiri atas
organisma pemakan bacteria, jamur, nematode lain, atau akar tanaman (menjadi
parasit).
Kehidupan dan aktifitas biota tanah tergantung pada ketersediaan materi
organik. Materi organik merupakan sumber energi dan nutrisi bagi biota tanah.
Oleh karena itu pemeliharaan biota tanah sesuai dengan fungsinya dalam
ekosistem memerlukan suplai materi organik bervariasi.
BAB 3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan


Fieldtrip mata pelajaran ekologi pertanian dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 7 Oktober 2017. Kegiatan dilaksanakan pukul 07.00 11.00 dan
bertempat di UB Forest yang beralamat di Dusun Sumbersari, Desa Tawang
Agro, Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kode pos 65152. Dengan
letak geografis ketinggian 1200 mdpl, di kawasan lereng Gunung Arjuno 3339
mdpl, luasnya 544,74 hektar, dan kelembabannya 56 58%.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Aspek Budidaya Pertanian
Alat dan bahan yang digunakan untuk aspek Budidaya Pertanian antara
lain terdiri dari Thermohigrometer yang berfungsi untuk mengukur suhu dan
kelembaban udara, Luxmeter yang berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi
cahaya matahari, tali rafia yang berfungsi untuk membuat plot, gunting atau
cutter berfungsi untuk mengambil sampel gulma, alat tulis berfungsi untuk
mencatat hasil pengamatan, dan kamera digunakan untuk mendokumentasikan
hasil pengamatan.
3.2.2 Aspek Tanah
Alat dan bahan yang digunakan untuk aspek Tanah antara lain terdiri dari
5 buah tali rafia ukuran 50 x 50 cm yang digunakan sebagai frame, penggaris
besi berfungsi untuk mengukur ketebalan seresah dan mengukur kedalaman
tanah yang akan digali untuk mencari biota tanah, meteran jahit berfungsi untuk
mengukur ketinggian pohon apabila masih bisa terjangkau dalam ukuran
meteran dan untuk mengukur jarak antara pengamat tinggi pohon yang di ukur,
busur modifikasi berfungsi untuk mengukur tinggi pohon yang tidak dapat
dijangkau menggunakan meteran jahit, cetok berfungsi untuk menggali tanah,
Thermometer yang digunakan untuk mengukur suhu tanah, alat tulis digunakan
untuk mencatat hasil pengamatan, dan kamera digunakan untuk
mendokumentasikan hasil pengamatan.
3.2.3 Aspek Hama Penyakit Tumbuhan
Alat dan bahan yang digunakan untuk aspek Hama Penyakit Tumbuhan
antara lain terdiri dari plastik ukuran 1 kg berfungsi sebagai wadah spesimen
yang didapatkan, sweepnet yang berfungsi untuk menangkap serangga, yellow
trap berfungsi untuk menangkap serangga, botol air mineral bekas 600 ml yang
berfungsi untuk menempelkan yellow trap, 4 gelas air mineral berfungsi untuk
wadah larutan detergen yang disebut pitfall, detergen berfungsi untuk
mengurangi ketegangan air dalam pitfall, spidol permanen atau label digunakan
untuk menamai atau menandai plastik spesimen, alkohol 70% berfungsi untuk
membius spesimen sekaligus mengawetkan biota tanah agar tidak cepat rusak,
kapas digunakan untuk menyerap alkohol, alat tulis digunakan untuk mencatat
hasil pengamatan, dan kamera digunakan untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan.

3.3 Metode Pelaksanaan


3.3.1 Analisis Vegetasi
Pertama siapkan alat dan bahan terlebih dahulu, lalu membuat plot
dengan ukuran 20 m x 5 m menggunakan tali rafia. Setelah membuat plot lalu
mengidentifikasi vegetasi yang ada didalam plot pengamatan. Kemudian
mengamati vegetasi didalam plot yang terdiri dari spesies, jumlah individu. Lalu
mengukur diameter dan tinggi dari tumbuhan yang mewakili masing-masing plot.
Selanjutnya mendokumentasikan sampel dari spesies yang belum diketahui
jenisnya. Sampel dapat digunakan untuk diidentifikasi dengan menggunakan
sumber informasi lain seperti buku, website, dan lainnya.
3.3.2 Pengamatan Intensitas Radiasi Matahari
Petama siapkan alat dan bahan terlebih dahulu, kemudian lux meter
dibuka lalu gabungkan sensor ke lux meter, kemudian sensor dipegang keatas
melewati kepala, lalu lux meter dibaca sampai ada perubahan angka, jika
perubahan angka tidak terlalu signifikan makan tekan lock, dan lihat angka yang
diperoleh, kemudian catat.
3.3.3 Pengamatan Kelembaban Udara
Pertama siapkan alat dan bahan terlebih dahulu, lalu gali tanah, setelah
itu buka sensor thermohigro kemudian atur range, lalu menunggu, setelah angka
yang didapat tidak berubah atau berubahnya tidak terlalu jauh maka tekan lock,
kemudian catat angka yang diperoleh kemudian dokumentasi.
3.3.4 Pengukuran Suhu Udara
Langkah pertama yang harus di lakukan adalah menyiapkan alat, untuk
pengukuran suhu udara alat yang digunakan adalah thermohygrometer. Lalu
letakan thermohygrometer pada tempat pengamatan. Kemudian tunggu 3
sampai 5 menit karena dalam menentukan suhu udara, thermohygrometer butuh
adaptasi pada lingkungan sekitar. Setelah skala muncul, mencatat hasil pada
form pengamatan dan mendokumentasikan.

3.3.5 Pengukuran Suhu Tanah

Langkah pertama yang harus di lakukan adalah menyiapkan alat, untuk


pengukuran suhu tanah alat yang digunakan adalah thermometer tanah.
Kemudian menancapkan thermometer pada tanah. Lalu menunggu hingga stabil.
Setelah itu mencatat nilai angka yang muncul ke dalam form pengamatan dan
mendokumentasikan.

3.3.6 Pengukuran Ketebalan Seresah

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat seperti


frame 50x50cm dan penggaris. Kemudian meletakan frame pada permukaan
seresah yang diamati. Lalu menekan seresah yang terdapat pada frame hingga
memadat. Mengukur ketebalan seresah menggunakan penggaris. Lalu mencatat
hasil pengukuran kedalam form pengamatan.

3.3.7 Pengamatan Biota Tanah

Metode yang dilakukan pada pengamatan biota tanah yaitu pertama-tama


menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu, memilih lokasi pemasangan frame
berukuran 50cm x 50cm sesuai ketentuan. Lalu, memasang 2 frame berukuran
50cm x 50cm secara diagonal pada lokasi yang telah ditentukan. Kemudian,
mengukur bagian dalam frame dengan kedalaman 20cm menggunakan
penggaris besi 30cm, dan menggali bagian dalam frame dengan menggunakan
cetok. Setelah itu, jika menemukan organisme yang ada, masukkan organisme
tersebut ke dalam plastic klip 1kg. Organisme yang ditemukan lalu diidentifikasi
dengan cara memperhatikan bentuk sayap, bentuk kaki, bentuk mulut sesuai
dengan buku taksonomi serangga. Kemudian, menempelkan label pada bagian
luar plastik dan beri keterangan pada biota tersebut dengan menggunakan spidol
permanen, agar tidak mudah hilang. Terakhir, mendokumentasikan biota-biota
tanah tersebut.

3.3.8 Metode Sweepnet

Metode sweepnet dilakukan menggunakan alat yang bernama sweeping


net. Metode ini dilakukan dengan cara mengayun-ayunkan sweeping net 3 kali
dengan arah yang berlawanan yaitu kekanan dan kekiri diikuti dengan langkah
kaki. Untuk menggunakan metode ini langkah kaki harus membentuk letter U

3.3.9 Metode Yellowtrap


Yellowtrap dibuat dari gelas plastik yang diberi warna kuning, warna
kuning dapat berasal dari lakban berwarna kuning. Perangkap ini menggunakan
detergen sebagai media pembunuh. Serangga akan menempel pada bagian luar
gelas plastik. Serangga yang terperangkap di bersihkan dan dimasukkan
kedalam botol sampel yang telah berisi tisu dengan alkohol 70%

3.3.10 Metode Pitfall

Medote Pitfall dilakukan dengan cara pembuatan lubang perangkap


dengan menggali tanah menggunakan sekop kecil seukuran gelas plastik. Gelas
plastik diletakkan kedalam lubang sehingga permukaan atas gelas sejajar
dengan permukaan tanah. Kemudian gelas diisi dengan air detergen (1/3 dari
tinggi gelas) dan dibiarkan selama 24 jam. Tutup alat dipasang sekitar 2-3 cm
diatas permukaan jebakan. Setelah 24 jam, larutan yang berisi organisme
dimasukkan kedalam botol sampel dan diberi label sebagai tanda.

3.3.11 Pengamatan Strata Pohon

Metode pengamatan strata pohon dilakukan dengan cara mengamati


daerah sekitar plot frame yaitu pohon-pohon yang ada disana, pengamatan
dilakukan dengan memperhatikan tinggi pohon, lebar tajuk, jenis pohon dan
tingkat kerapatan. Setelah itu daerah sekitar plot tadi digambar dengan
menggunakan pensil pada kertas gambar atau dengan kertas milimeter block.
Setelah digambar, dokumentasikan plot tersebut. Kemudian, print hasil
dokumentasi tersebut menggunakan printer.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Alam

UB Forest terletak di lereng Gunung Arjuno yang bertempat di Dusun


Sumbersari, Desa Tawang Argo dan Karangploso, Kecamatan Karangploso,
Kabupaten Malang, yang dikelola oleh tim pengelola UB Forest yang di ketuai
oleh Prof Eko Ganis Sukoharsono. UB Forest di tetapkan oleh Mentri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan pada tanggal 19 September 2016 dengan ketentuan UB
Forest terletak pada topografi dengan ketinggian 1200 mdpl pada 0676950 BT,
9133723 LS/Lu dan di lereng gunung Arjuno yang memiliki ketinggian 3339
meter dengan kemiringan Gunung Arjuno sebesar 60% mengarah ke tenggara
dan luas sebesar 554 meter, pada UB Forest memiliki curah hujan rata adalah
1950 mm. Adapun beberapa produk pertanian yang ditanam di lahan UB Forest
tersebut yaitu tanaman pinus dan tanaman kopi.

4.2 Hasil Pengamatan

4.2.1 Analisis Vegetasi

No. Nama Vegetasi Jumlah Gambar

Pohon Pinus
1 5
(Pinus meskusi)

Pohon Kopi
2 29
(Coffea)
Pohon Talas
3 73
(Colocasia esculenta)

Gulma atau Rambatan


4 5
(Mikania micrantha)

Lantana atau Daun bergerigi


5 17
(Lantana camara L.)

4.2.2 Pengamatan Intensitas Radiasi Madahari

Berdasarkan hasil pengamatan yang bertempat di UB Forest didapat melalui


pengukuran intensitas cahaya matahari dengan menggunakan sebuah alat yang
dinamakan luxmeter didapat hasil radiasi matahari yaitu sebesar 518 dan suhu di
tempat sebesar 250C .

4.2.3 Pengamatan Kelembaban Udara


Pada saat melakukan pengamatan kelembaban udara di UB forest, alat
yang digunakan berupa thermohygometer digital. Sebelum pemakaian, pastikan
termohidrometer mempunyai daya yang cukup.Kemudian, sesuaikan waktu dan
tanggal dengan menekan tombol mode dan adjust. Kemudian pasang sensor
untuk mendapatkan suhu dan kelembaban. Pada saat pengaplikasian usahakan
sensor tidak terkena oleh benda lain agar hasil yang di dapat lebih akurat.
Tunggu kurang lebih selama 2 menit. Hasil yang di ditampilkan dalam satuan %.
Hasil yang didapat pada saat pengukuran kelembaban udara pada pukul
08.27 adalah 70%.

4.2.4 Pengamatan Suhu udara


Pengamatan suhu udara di UB Forest juga menggunakan alat berupa
thermohygrometer digital.Cara pengaplikasiannya juga sama,Sebelum
pemakaian, pastikan termohidrometer mempunyai daya yang cukup.Kemudian,
sesuaikan waktu dan tanggal dengan menekan tombol mode dan adjust.
Kemudian pasang sensor untuk mendapatkan suhu dan kelembaban. Pada saat
pengaplikasian usahakan sensor tidak terkena oleh benda lain agar hasil yang di
dapat lebih akurat. Tunggu kurang lebih selama 2 menit. Hasil yang di
ditampilkan dalam satuan oc.
Jadi,Suhu udara di UB forest pada pukul 08.27 adalah 24.2oC.

4.2.5 Pengamatan Ketebalan Seresah

Tabel Pengamatan Ketebalan Seresah

No Posisi Pengamatan(Plot) Kedalaman Seresah/


1 Plot 1 2,4
2 Plot 2 4
3 Plot 3 5,2
4 Plot 4 1,5
5 Plot 5 3,3
6 Plot 6 2,8
7 Plot 7 1,5
8 Plot 8 2,9
9 Plot 9 3,2
10 Plot 10 2,9

Dari tabel ketebalan seresah yang diamati memperoleh hasil ketebalan


yang bervariasi antara 1,5 cm hingga yang paling tebal 5,2 cm. Seresah yang
paling tebal terdapat pada plot 3 dengan ketebalan 5,2 cm dan seresah dengan
ketebalan paling tipis terdapat pada plot 4 dan 7 dengan ketebalan 1,5. Rata-rata
ketebalan seresah dari ke 10 plot adalah 2,9 cm.Berkurangnya ketebalan
seresah akan meningkatkan temperetur tanah dan menurunkan kelembaban
tanah. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan dan
pekembangan cacing tanah (Dewi ,2007).

Tingginya ketebalan seresah dihutan terganggu dikarenakan tingginya


keragaman dan kerapatan tanaman, sehingga seresah yang masuk lebuh
beragam jenis kualitas dan kecepatan pelapukannya. Seresah yang lambat lapuk
akan menjadi lapisan seresah dipermukaan tanah lebih tebal sehingga
oraganisme tanah yang berperan mendekomposisi lambat dalam melapukkan
seresah seresah( La et al,2007).

Seresah yang telah didekomposisi merupakan sumber masukan bahan


organic tanah selain dari akar tumbuhan dan fauna yang telah mati. Semakin
tebal lapisan seresah di permukaan tanah diikuti peningkatan kandungan bahan
organic tanah kecuali hutan bambu.hal ini dikarenakan hutan seresah daun
bambu yang tinggi kandungan silikat sehingga sulit dilapuk oleh organisme
dekomposer. Jadi data yang diperoleh dengan jurnal berbanding lurus karena
semakin dalam suatu seresah maka semakin banyak organism-organisme tanah
yang menyuburkan tanah dan bermanfaat bagi tanaman.

4.2.6 Pengamatan Suhu Tanah

Tabel Pengamatan Suhu Tanah

No Kedalaman Tanah Suhu Tanah(C)


1 5 cm 19,5
2 10 cm 20

Dari tabel pengamatan suhu tanah yang dilakukan di UB forest pada plot
tahunan dapat diketahui bahwa suhu tanah di kedalaman 5 cm meter bersuhu
19,5 C dan pada kedalaman 10 cm bersuhu 20 C. Lammela dan Sucksdorff
(2005) melakukan pengukuran tanah dalam kurun waktu januari hingga
desember selama 5 tahun pada kedalaman 20,40,80,150,250,400,dan 700 cm.
pola suhu rata-rata bulanan diberbagai kedalaman selama 5 tahun menunjukkan
bahwa tingginya variasi suhu tanah terjadi pada kedalaman kurang dari 400 cm,
sedangkan suhu tanah lebih dari 400 cm cenderung konstan. Tentang suhu
tanah juga demikian berpengaruh pada tanaman, pengukuran biasanya
dilakukan pada kedalaman 5cm,10cm,20cm,50cm dan 100cm. pengaruh suhu
tanah terhadap tanaman yaitu pada : perkecambahan biji,pada aktivitas
mokroorganisme,dan perkembangan penyakit pada tanaman. Faktor pengaruh
suhu tanah yaitu factor eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu radiasi
matahari, curah hujan, angin,dan kelembapan udara sedangkan factor internal
yaitu tekstur tanah, struktur,dan kadar air tanah,kandungan bahan organik dan
warna tanah.

Semakin dalam pengukuran suhu pada tanah maka suhu akan semakin
rendah . hal ini berkaitan dengan intensitas radiasi matahari . pada lapisan
bagian atas radiasi matahari langsung terkena ke tanah bagian tersebut ,
sedangkan pada lapisan bagian bawah radiasi matahari tidak mampu menembus
tanah tersebut. Maka dari itu suhu bagian atas lebih tinggi dari suhu lapisan
bawah tanah.(Ir.Ance.2000)

Dari hasil penelitian dengan praktikum diperoleh haasil yang berbanding


terbalik karena pengukuran suhu tanah yang dilakukan terdapat di hutan dengan
keadaan tanah yang tertutup oleh semak belukar sehingga tanah pada lapisan
bagian atas tidak terkena langsung radiasi matahari dan kandungan kadar air
yang lebih tinggi daipada bagian lapisan bawah yang mengakibatkan suhu tanah
bagian atas lebih rendah dibandingkan suhu tanah bagian atas.
4.2.7 Pengamatan Biota Tanah
Berdasarkan hasil pengamatan di UB Forest, saat menggli tanah kami
menemukan berbagai hewan seperti cacing tanah,semut bako, dan lainnya.
4.2.8 Sweepnet
4.2.9 Yellowtrap
4.2.10 Pitfall
4.2.11 Pengamatan Strata Pohon
Saat melakukan pengamatan strata pohon pinus dan pohon kopi, memiliki
tinggi pohon, lebar daun, luas tajuk. Diantaranya :
Nama Pohon Tinggi Pohon Lebar daun Luas tajuk
Pohon Pinus 5 meter 2 cm 1m
Pohon Kopi 1,7 meter 5 cm 1,5 m

1. Gambar Tangan :

2. Gambar Dokumentasi
4.3.1 Pengaruh biodiversitas, gulma, dan strata pohon yang ada di
agroekosistem
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak
positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum,
peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik,
kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lainlain. Meskipun secara
umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi
pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang
tumbuh pada daerah itu (Indriyanto, 2006).
Pencipta kondisi fisik tertentu, seperti kelembaban, kandungan air dan
unsur hara. Kemampuan tanah dalam memberikan kelembaban dan hara sangat
menentukan kualitas habitat dalam suatu vegetasi. Pada kawasan ini tanahnya
bersifat asam dengan pH 5,05-5,7. Keberhasilan pertumbuhan vegetasi strata
pohon juga tidak terlepas dari regenerasi anakan pohon (seedling dan sapling)
yang terus tumbuh menjadi pohon (Suwarno, 2012).

Anda mungkin juga menyukai