Anda di halaman 1dari 6

Momentum, Vol. 11, No. 1, April 2015, Hal.

13-18 ISSN 0216-7395, e-ISSN 2406-9329

PENGUJIAN KOEFISIEN GESEK PERMUKAAN PLAT BAJA ST 37 PADA BIDANG


MIRING TERHADAP VISKOSITAS PELUMAS DAN KEKASARAN PERMUKAAN

M. Bahar Fitrianto1, Darmanto1*, Imam Syafaat1


1
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim
Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang 50236.
*
Email: darmanto@unwahas.ac.id, mariobahar1992@gmail.com

Abstrak
Gaya gesek suatu benda dipengaruhi oleh kondisi permukaan benda kerja terhadap
permukaan benda lain, seperti kekasaran permukaan dan pelumasan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis koefisien gesek permukaan terhadap viskositas pelumas pada
bidang miring. Penelitian ini menggunakan jenis pelumas SAE 20, SAE 90 dan SAE 140.
Spesimen yang digunakan pada uji gesek adalah baja ST 37. Pengujian dilakukan dengan
tanpa pelumas dan dengan pelumas yang berbeda viskositasnya yaitu oli SAE 20, SAE 90 dan
SAE 140. Hasil penelitian menunjukan , pada kondisi tanpa pelumas, dengan pelumas SAE 20
dan SAE 90, semakin kasar permukaannya semakin besar sudut gesek dan koefisien geseknya.
Sedangkan pada kondisi pelumas SAE 140 terjadi penurunan sudut gesek dan koefisien gesek
dengan bertambahnya kekasaran permukaan. Pada specimen halus dalam kondisi dengan
pelumas, semakin kental viskositasnya sudut geseknya semakin besar. Pada spesimen
kasar dengan kondisi pelumas, semakin tinggi viskositas pelumasnya sudut geseknya
semakin kecil
Kata kunci : koefisien gesek, pelumas, kekasaran permukaan

PENDAHULUAN Kekentalan atau viskositas pelumas


Dalam permesinan tidak bisa lepas dari mempengaruhi koefisien gesek permukaan
kontak mekanik yang terjadi antara benda satu kontak, sehingga mempengaruhi regim
dengan benda lainnya. Kontak mekanik pada pelumasan (Darmanto, 2011).
benda yang mendapat pembebanan/gaya dorong Pelumasan adalah tindakan menempatkan
akan menimbulkan gesekan. Gaya gesekan pelumas antara permukaan yang saling bergeser
yang bekerja pada dua permukaan benda yang untuk mengurangi keausan dan friksi
bersentuhan atau bersinggungan, gaya geseknya (Wisudiyanto, B.A., 2012). Faktor gesekan
bekerja berlawanan arah terhadap kecepatan tidak hanya mengubah atau dipengaruhi
benda. Gaya gesek dipengaruhi oleh kondisi besarnya penekanan tetapi, juga berkaitan
pelumasan pada benda kerja yang langsung dengan kualitas bahan terhadap suatu
bersinggungan satu dengan benda lainnya. gesekan, karena memiliki peranan yang sangat
Menurut Hsu, T.C., Li, Y.M. (1997), pada penting dalam menentukan besar beban dan
permukaan benda yang kering/tanpa pelumas, gaya yang dibutuhkan. Sebuah metode baru
besar gaya gesekan sebanding dengan Gaya juga pernah diusulkan untuk oleh Hsu, T.C.,
Normal . Lee, C.H., (1995) mengkombinasikan elemen
Kekasaran permukaan merupakan hingga benda rigid-plastic untuk menyelidiki
ketidakteraturan konfigurasi dan penyimpangan distribusi gesekan. Kemudian keduanya
karakteristik permukaan berupa guratan yang menggunakan metode yang sama dalam
nantinya akan terlihat pada profil permukaan mengembangkan model gesekan yang realistis
(Hadimi, 2008). yang mencakup variabel viskositas pelumas dan
Kekasaran permukaan mempengaruhi kekasaran permukaan pada simulasi proses
koefisien gesek pada bidang kontak. Koefisien ekstrusi dengan dies miring (Riyadi, T.W.B.,
gesek bidang kontak dapat diubah dengan 2005).
memberikan pelumas pada permukaanya. Pada penelitian ini akan dianalisa,
Fluida adalah suatu zat yang mempunyai bagaimana hubungan antara kekasaran
kemampuan berubah secara kontinyu karena permukaan dengan viskositas pelumas terhadap
mengalami geseran atau mempunyai reaksi koefisien gesek pada bidang miring
terhadap tegangan geser sekecil apapun. menggunakan bahan spesimen gesek yang

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 13


Pengujian Koefisien Gesek Permukaan Plat Baja (M. Bahar Fitrianto, dkk)

berbeda tingkat kekasarannya, pelumas dengan Dimana:


tingkat viskositas yang berbeda. Fs = Gaya gesek statis maksimum (Kgf
Tujuan pada Peneliti adalah untuk atau N).
menganalisa koefisien gesek permukaan benda s = Koefisien gesekan statis (Tanpa
terhadap viskositas pelumas pada bidang satuan).
miring. N = Gaya normal yang bekerja pada
benda (N).
LANDASAN TEORI
Gaya gesek adalah gaya yang berarah b) Gaya gesek kinetis atau dinamis (Fgk)
melawan gerak benda atau arah kecenderungan adalah gesekan yang terjadi ketika
benda akan bergerak. Gaya gesek muncul dua benda bergerak relatif satu sama
apabila dua buah benda bersentuhan. Gaya lainnya dan saling bergesekan. Gaya
gesek antara dua buah benda padat misalnya gesek kinetik terjadi saat benda dalam
gaya gesek statis dan kinetis. Gaya gesek dapat keadaan bergerak (Utomo, P., 2013).
merugikan dan juga dapat bermanfaat. Bila
permukaan suatu benda saling kontak, maka Fk = k . N .......................................... (2)
permukaan bergerak terhadap benda lainnya
dan menimbulkan gaya tangensial disebut gaya Dimana:
gesek (Rusmardi, 2008). Gaya gesekan adalah Fk = Gaya gesek kinetis maksimum
gaya yang berbanding lurus dengan kondisi (Kgf atau N).
pelumasan pada permukaan benda kerja yang k = Koefisien gesekan kinetis (Tanpa
bersinggungan yang terlihat seperti dalam Satuan)
Gambar 1.

Gaya gesek bidang miring


Sebuah spesimen dengan berat (w)
terletak diatas bidang miring dengan sudut
kemiringan () terhadap horizontal. Gaya
gesek bidang miring seperti terlihat dalam
Gambar 2.
Gambar 1. Gaya gesek

Jenis-jenis gaya gesek


Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua
buah benda padat yang saling bergerak lurus
untuk membedakan titik-titik sentuh antara
kedua permukaan yang tetap atau saling
berganti (Menggeser), yaitu:
a) Gaya gesek statis (Fgs) adalah gesekan Gambar 2. Diagram Gaya Gesek Bidang
antara dua benda padat yang tidak bergerak Miring.
relatif satu sama lainnya. Gaya gesek statis Hukum Newton I, berbunyi: Setiap
dihasilkan dari sebuah gaya yang benda akan tetap diam atau bergerak lurus
diaplikasikan sebelum benda tersebut beraturan apabila pada benda itu tidak
bergerak. Ketika tidak ada gesekan yang mempunyai gaya yang bekerja. Hukum
terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai Newton I terlihat dalam persamaan 3 :
dari nol hingga gaya gesek maksimum.
Gaya gesek statis terjadi saat benda dalam = 0 ............................................... (3)
keadaan diam atau tepatnya akan bergerak
(Utomo, P., 2013). Koefisien gesek statis
dinotasikan dengan s (Lebih besar dari Sehingga,
koefisien gesek kinetis). = m . a = 0 ................................... (4)
a =0
Fs=s . N ............................................. (1) mg Sin Fs = 0 ................................ (5)
m g Sin s N = 0 ........................... (6)
mg Sin s mg Cos = 0 ............... (7)

14
Momentum, Vol. 11, No. 1, April 2015, Hal. 13-18 ISSN 0216-7395, e-ISSN 2406-9329

s = .................................... (8)
b. Pelumas
s = = tan ................................. (9) Pelumas yang digunakan untuk penelitian
ini adalah single grade oil dengan tiga jenis
pelumas yang berbeda viskositasnya yaitu SAE
Dimana : 20, SAE 90, dan SAE 140.
W = Berat (N) c. Amplas
g = Gaya grafitasi (9,81 m/s2) Amplas yang digunakan untuk
m = Massa (Kg) menghaluskan atau menghilangkan bagian yang
a = Percepatan (m/s2 atau cm/s2). berkarat.
= Sudut miring (). d. Minyak tanah, pada penelitian ini berfungsi
untuk membersihkan pelumas.
Pelumas
Ketebalan lapisan film pada daerah Peralatan yang digunakan pada penelitian
kontak antara 0,1- 1,0 m dengan demikian ini sebagai berikut:
tidak terjadi keausan pada masing-masing a. Jangka sorong, berfungsi untuk mengukur
elemen. Secara teoritis umur elemen tidak dimensi spesimen gesek. Jangka sorong
terhingga jika pelumasannya berlangsung terlihat pada Gambar 3.
sempurna (Darmanto, 2011).

Kekasaran Permukaan
Permukaan-permukaan bahan yang
nampaknya halus sesungguhnya kasar apabila
dilihat dibawah mikroskop, karena suatu Gambar 3. Jangka sorong
permukaan bahan sesungguhnya terdiri atas b. Surface Roughness Tester berfungsi
bukit dan lembah yang cukup besar untuk mengukur kekasaran permukaan.
dibandingkan dengan skala atomik (Yulia, M., Surface Roughness Tester terlihat pada
2001). Gambar 4.

METODOLOGI

Bahan dan Alat


Pada penelitian ini menggunakan bahan
sebagai berikut:

a. Plat baja Gambar 4. Surface Roughness Tester.


Bahan yang digunakan pada penelitian c. Alat mekanisme uji koefisien gesek bidang
ini adalah baja ST 27 bidang miring, terlihat dalam Gambar 5.
1) Landasan gesek
a) Panjang : 500 mm.
b) Lebar : 300 mm.
c) Tebal : 3 mm.
d) Kekasaran : 0,86 m.
2) Spesimen gesek
a) Panjang : 58 mm.
b) Lebar : 32 mm. Gambar 5. Alat uji koefisien gesek.
c) Tebal : 11 mm. d. Pull Gauge, berfungsi untuk mengukur
d) Kekasaran : beban dan gaya gesek. Pull gauge terlihat
Spesimen I : 0,06 m pada Gambar 6.
Spesimen II : 4,08 m
Spesimen III : 7,35 m
e) Berat :
Spesimen I : 0,17 kg
Spesimen II : 0,16 kg
Spesimen III : 0,14 kg Gambar 6. Pull gauge.

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 15


Pengujian Koefisien Gesek Permukaan Plat Baja (M. Bahar Fitrianto, dkk)

e. Kuas, berfungsi untuk mengoleskan


pelumas. a) Letakkan spesimen gesek I (Halus) diatas
f. Tisu, berfungsi untuk membersihkan dari landasan gesek dengan posisi awal sudut
kotoran. 00 dengan kondisi tanpa pelumas.
g. Timbangan Digital, berfungsi untuk b) Putar perlahan-lahan tuas (penahan maju
menimbang spesimen, pemberat. dan mundur atau naik dan turun) searah
h. Waterpass 1 buah. jarum jam, sehingga spesimen gesek
i. Dial indicator 1 set. akan meluncur dengan sendirinya.
j. Mistar baja 1 buah. c) Pada saat tepat akan berjalan, baca sudut
k. Baki 2 buah, kemiringan pada alat pembaca sudut
l. Spidol 1 buah. dalam derajat (busur).
d) Kemudian lakukan pengujian tersebut
Langkah-langkah Penelitian. selama 10 kali seperti langkah a, b, dan c
a. Persiapan dengan kondisi spesimen gesek II
Beberapa persiapan penelitian yang harus (Sedang) dan spesimen gesek III (Kasar),
dilakukan sebagai berikut: serta dengan menggunakan pelumas SAE
a. Mengecek mekanisme alat uji koefisien 20, menggunakan pelumas SAE 90, dan
gesek. menggunakan pelumas SAE 140.
b. Menghaluskan / mengasarkan spesimen e) Setiap pengujian (selesai) spesimen
gesek. gesek dan landasan gesek dicuci dan
c. Membersihkan spesimen gesek dan dibersihkan dengan minyak tanah,
landasan gesek. selanjutnya dibersihkan menggunakan
d. Menimbang spesimen gesek. lap dan tisu sampai kering. Kemudian
e. Mengukur kekasaran permukaan spesimen disimpan dan dibungkus
landasan gesek. menggunakan tisu supaya tidak terjadi
f. Mengukur kekasaran permukaan korosi.
spesimen gesek.
g. Membuat tanda dilandasan gesek HASIL DAN PEMBAHASAN
sepanjang lintasan yang akan Dari hasil pengujian ditunjukkan pada
digunakan untuk pengujian koefisien Tabel IV.1 dan grafik pada Gambar 8. Pada
gesek bidang miring menggunakan kondisi tanpa pelumas, pelumasan SAE 20 dan
mistar baja. SAE 90 semakin kasar permukaannya semakin
h. Mengukur alat uji koefisien gesek besar sudut geseknya. Sedangkan pada kondisi
dengan ketentuan benar-benar datar pelumas SAE 140 terjadi penurunan sudut
atau horizontal dengan waterpass dan gesek dengan bertambahnya kekasaran
dial indicator. permukaan.
Pada spesimen I dalam kondisi dengan
b. Prosedur pelumas semakin kental viskositasnya sudut
Prosedur penelitian yang dilakukan geseknya semakin besar. Pada spesimen II dan
pada pengujian ini yaitu III dengan kondisi pelumas semakin tinggi
viskositas pelumasnya sudut geseknya semakin
kecil.

Tabel 1. Hasil pengukuran sudut gesek


Sudut gesek ()
Gambar 7. Sketsa alat pengujian koefisien Kondisi
Spesimen Spesimen Spesimen
gesek bidang miring. I II III
Keterangan: Tanpa 17,0 20,0 24,0
1. Spesimen gesek. pelumas
2. Landasan gesek. Oli SAE 20 9,7 17,5 20,5
3. Lapisan pelumas. Oli SAE 90 6,1 8,7 10,4
4. Arah gesekan. Oli SAE 140 10,4 8,0 9,6
5. Tuas Penggerak/Pemutar Naik dan Turun.

16
Momentum, Vol. 11, No. 1, April 2015, Hal. 13-18 ISSN 0216-7395, e-ISSN 2406-9329

III dengan kondisi pelumas, semakin tinggi


Tabel 2. Hasil koefisien gesek viskositas pelumasnya koefisien geseknya
Koefisien gesek semakin kecil.
Kondisi
Spesimen Spesimen Spesimen
I II III Pembahasan
Tanpa 0,31 0,36 0,45 Pada kondisi tanpa pelumas permukaan
pelumas spesimen terjadi kontak mekanik dengan
Oli SAE 20 0,17 0,32 0,37 permukaan landasan, sehingga koefisien
Oli SAE 90 0,11 0,15 0,18 geseknya berbanding lurus dengan kekasaran
Oli SAE 140 0,18 0,14 0,16 permukaan. Pada kondisi dengan pelumas SAE
20 (Encer), pada spesimen II dan III terbentuk
sparasi permukaan terlalu tipis, sehingga masih
terjadi kontak antar permukaan. Pada kondisi
pelumas SAE 90 (Lebih kental), maka sparasi
atau lapisan film lebih tebal sehingga relatif
kontak mekaniknya kecil dibandingkan dengan
SAE 20 yang masihu encer. Pada kondisi
pelumas SAE 140 (Semakin kental), maka
kontak mekanik pada spesimen II dan III
semakin kecil karena sparasinya semakin tebal
jika dibandingkan dengan kondisi
menggunakan pelumas SAE 20 dan SAE 90.
Pada spesimen I (Permukaan halus)
Gambar 8. Grafik perbedaan pengaruh
dengan pelumas SAE 140 (Terlalu kental),
viskositas pelumas terhadap sudut gesek
pelumas tidak dapat masuk kedalam celah
bidang miring.
permukaan secara sempurna sehingga
pelapisannya tidak sempurna dan akan
menghambat laju spesimen.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengujian dapat
disimpulkan bahwa:
Pada kondisi tanpa pelumas, dengan
pelumas SAE 20 dan SAE 90, semakin kasar
permukaannya semakin besar sudut gesek dan
koefisien geseknya. Sedangkan pada kondisi
Gambar 9. Grafik perbedaan pengaruh pelumas SAE 140 terjadi penurunan sudut
viskositas pelumas terhadap koefisien gesek gesek dan koefisien gesek dengan
bidang miring. bertambahnya kekasaran permukaan. Pada
spesimen I dalam kondisi dengan pelumas
Dari hasil pengujian didapatkan data semakin kental viskositasnya sudut gesek dan
pada Tabel 2 dan grafik pada Gambar 9. koefisien geseknya semakin besar. Pada
Koefisien gesek pada kondisi tanpa pelumas, spesimen II dan III dengan kondisi pelumas
dengan pelumas SAE 20 dan SAE 90 semakin semakin tinggi viskositas pelumasnya sudut
kasar permukaannya semakin besar koefisien gesek dan koefisien geseknya semakin kecil.
geseknya. Sedangkan pada kondisi
menggunakan pelumas SAE 140 terjadi Saran
sebaliknya semakin kasar permukaannya Untuk mendapatkan hasil penelitian yang
koefisien geseknya semakin kecil. lebih sempurna ada beberapa hal berikut ini :
Pada spesimen I dalam kondisi dengan 1. Penggunaan alat kekasaran permukaan
pelumas, semakin tinggi viskositasnya koefisien (Surface Rouhgness Tester) dan Pull
geseknya semakin besar. Pada spesimen II dan gauge sebelum melakukan pengujian

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 17


Pengujian Koefisien Gesek Permukaan Plat Baja (M. Bahar Fitrianto, dkk)

harus dilakukan kalibrasi terlebih dahulu dipetik tanggal 27 Desember 2014, Jam
untuk menghasilkan data yang akurat. 21:49 wib
2. Pada pengujian gaya gesek bidang datar
harus benar-benar horizontal, diukur Wisudiyanto, B.A., 2012, Karakteristik
dengan alat Dial Indicator maupun Koefisien Gesek Permukaan Baja ST 37
Waterpass. Pada Bidang Datar Terhadap Viskositas
3. Pengembangan lebih lanjut penelitian ini Pelumas, Jurnal Momentum, Fakultas
dapat mengganti material spesimen Teknik, Universitas Wahid Hasyim
gesek, landasan gesek dan tingkat Semarang.
kekasaran yang berbeda.
Yulia, M., 2001, Analisa Sudut Pembasahan,
Kekasaran Permukaan, Dan Koefisien
DAFTAR PUSTAKA Gesek pada Beberapa Permukaan Material,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Darmanto, 2011, Mengenal Pelumas Pada Pertanian Bogor.
Mesin, Jurnal Momentum, Fakultas
Teknik, Universitas Wahid Hasyim
Semarang.

Hsu, T.C & Lee, C.H., 1995, A realistic


friction modeling in simple upsetting,
Master degree Thesis, Yuan Ze
University, Chungli, Taoyuan County,
Taiwan.

Hsu, T.C., & Li, Y.M., 1997, A realistic


friction model for computer simulation of
extrusion processes, Master degree Thesis,
Yuan Ze University, Chungli, Taoyuan
County, Taiwan.

Hadimi, 2008, Pengaruh Perubahan Kecepatan


Pemakanan terhadap Kekasaran Permukaan
pada Proses Pembubutan, Jurnal Ilmiah
Semesta Teknika, Volume 11, Nomor 1.

Riyadi, T.W.B., 2005, Pengaruh Koefisien


Gesekan Pada Proses Manufaktur, MEDIA
MESIN, Volume 6 Nomor 1, Hal. 23 29,
Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Rusmardi., 2008., Analisis Percobaan


Gesekan (Friction) Untuk
Pengembangan Teknologi Pengereman
Pada Kendaraan Bermotor, Jurnal
Ilmiah Poli Rekayasa, Volume 3, Nomor
2, Maret 2008., Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Padang.

Utomo, P., 2011, Hukum Newton Tentang


Gerak Dan Gravitasi, Fisika Kelas XI,
http://pristiadi-utomo.blogspot.com/

18

Anda mungkin juga menyukai