Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Nangroe Aceh Darussalam merupakan provinsi yang terletak paling barat dari Negara Indonesia.
Kota yang dijuluki juga dengan Serambi Mekah karena merupakan jalur masuk dan
menyebarnya agama Islam di Indonesia ini menyimpan kekayaan kebudayaan yang sangat
mempesona. Diantara kebudayaan tersebut tentu saja alat musik tradisional aceh salah satunya.

1.3 Rumusan Masalah

1) Alat musik tradisional dan fungsinya

1.3 Tujuan

1). Untuk mengetahui alat musik tradisional

2).Memenuhi tugas seni budaya

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ALAT MUSIK YANG BERKEMBANG DI ACEH, GAYO dan ALAS

.1 Aceh
Di Aceh terdapat banyak sekali jenis alat musik yang diantaranya seperti Arbab, serune
kalee, rapaii, yang dari ketiga alat musik tersebut berasal dari India dan Arab.

Arbab sendiri terdiri dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen induknya) dan
penggeseknya (stryk stock) dalam bahasa daerah disebut : Go Arab. Instrumen ini memakai
bahan : tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai

Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Arbab ini
dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam dsb.
Sekarang ini tidak pernah dijumpai kesenian ini, diperkirakan sudah mulai punah. Terakhir
kesenian ini dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang.
Serune Kalee merupakan isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan
2
dihayati oleh masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan
Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada
acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan. Bahan dasar Serune Kalee ini
berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai seruling bambu. Warna dasarnya hitam
yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.
Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana dengan
warna dasar hitam dan kuning muda. Sejenis instrumen musik pukul (percussi) yang berfungsi
pengiring kesenian tradisional. Rapai ini banyak jenisnya : Rapai Pasee (Rapai gantung), Rapai
Daboih, Rapai Geurimpheng
(rapai macam), Rapai Pulot dan Rapai Anak.
.2 Gayo
Dataran Tinggi Gayo juga menyumbang beberapa alat musik unik tersendiri yang
menambah khasanah budaya di Aceh seperti Canang dan teganing.

Teganing dimainkan dengan cara memukulnya dengan pegeul (stick) ke talinya dengan
tangan kanan dan tangan kiri memukul-mukul badan Teganing
pengganti repai ataugegedem sebagai tingkahnya.

Teganing dulu digunakan oleh gadis-gadis (beberu) Gayo untuk mengisi waktu senggang
sambil menjaga jemuran padi agar tidak dimakan ayam atau merpati. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman jarang terlihat beberu memainkan teganing sambil menunggui jemuran
padi di kampung-kampung. Saat ini alat musik Teganing dimainkan untuk mengiringi tarian khas
Gayo.
3
Canang adalah alat bunyian yang terbuat dari tembaga. Canang masuk kedalam alat
kesenian Gayo walau apada awalnya benda ini bukan untuk alat kesenian untuk mengiringi lagu-
tembang.
Masa dulu canang dipergunakan untuk beberapa kegiatan diantaranya untuk menyambut tamu-
tamu kebesaran. Akibat geografi Gayo dulunya jika ada orang hilang di hutan-perkebunan, maka
canang dibunyikan agar orang yang hilang ini dapat mendengar dan kembali ke arah suara
canang. Dalam acara adat perkawinan, sunat rasul, tawar kampung maupun acara Nirin Reje
(memandikan raja) zaman dulu canang selalu dipakai oleh masyarakat. Acara adat perkawinan
seperti Mah Atur Rangkaian adat dari pihak wanita, Mah Bai (mengantar penganten laki-
laki). Nyerah bejege dan lain sebagainya.
.3 Alas
Suku Alas atau mereka biasa menyebut kaumnya dengan sebutan khang Alas atau kalak
Alas mendiami sepanjang sungai Alas dan Gunung Leuser atau sekarang termasuk kedalam
Kabupaten Aceh Tenggara, di Tanoh Alas sendiri terdapat satu jenis musik unik yakni Bangsi.

Bangsi/Bansi Alas adalah jenis Instrumen alat musik tiup bambu tradisional yang tumbuh
dan berkemang di Lembah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara, panjang bangsi/bansi sendiri lebih
kurang panjang 41 cm dan berdiameter 2,8 cm, yang mana memiliki 7 buah lubang dibagian atas
bansi yang setiap lubangnya semakin ke ujung akan semakin lebar. dari 7 buah lubang memiliki
4
fungsinya tersendiri yang terbagi dalam enam buah lubang nada, dan satu buah lubang udara
yang letaknya dekat dengan tempat yang ditiup.
Penggunaan Bangsi sendiri di tanah Alas dizaman dahulu biasa digunakan sebagai musik
pengiring Tarian Landok Alun, Sebuah tarian khas dari Desa Telangat Pagan berkisah
kegembiraan petani yang memperoleh lahan baru dengan kondisi tanah baik.

Selain itu, Pembuatan Bangsi sering identik dikaitkan dengan adanya kabar meninggal dunia
salah seorang di kampung/kute tempat bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal
dunia Bangsi yang sudah siap dibuat sengaja dihanyutkan di sungai. Setelah itu diikuti terus
sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah diambil anak-anak
tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah
nantinya yang akan ditiup dan diperdengarkan sebagai Penanda kabar telah meninggalnya
seseorang di Kampung/Kute tersebut. Bangsi kepunyaan orang-orang kaya sering dibungkus
dengan perak atau suasa.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keanekaragaman alat musik tradisional yang terdapat di aceh merupakan salah satu identitas
dari masyarakat aceh. Oleh karena itu menjadi tugas masyarakat aceh untuk tetap dijaga,
dipelihara kelestariannya. Sehingga tidak menjadi penuh.

3.2 Saran

Peran dari pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait untuk mendukung dan bersama-sama
mempernalkan kepada generasi mudah betapa tingginya nilai-nilai budaya bangsa yang
diwariskan oleh nenek moyang terdahulu.Serta juga sebagai salah satu daya tarik wisata bagi
wisatawan nusantara dan mancanegara untuk dapat lebih mengenal adat seni budaya daerah
aceh.

6
MAKALAH

MUSIK TRADISIONAL NANGGROEH ACEH DARUSALAM

DISUSUN OLEH

Nama: Agustinus Flandi

Kelas : X IIS 3

SMA NEGERI 1 MAUMERE

2017
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar
.i

Daftar
isi
.ii

BAB I Pendahuluan1

1.1 Latar Belakang1


1.2 Rumusan Masalah...1
1.3 Tujuan..1

BAB II Pembahasan..2

BAB III PENUTUP.6

3.1 Kesimpulan..6

3.1 Saran6

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun karya tulis ini yang berjudul Musik Tradisional
Nanggroeh Aceh Darusalam dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun karya tulis ini untuk memenuhi tugas Seni Budaya.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam karya tulis ini. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak untuk kami jadikan
sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja untuk kedepannya.

Maumere 16 Agustus 2017

Penyusun

i
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah yang dibuat ini dengan judul Musik Tradisional Nanggroeh Aceh Darusalam
disahkan dan disetujui pada:

Hari/Tanggal : Selasa,16 Agustus 2017

Guru Mata Pelajaran

(Tarsius Tantang)

Anda mungkin juga menyukai