Anda di halaman 1dari 4

T.

Pos Indonesia Part 1


Tugas management strategies dibawah ini, mengenai analisa kualitas dan waktu
pengiriman barang, saya bersama kelompok lakukan terhadap PT. Pos Indonesia,
salah satu perusahaan jasa pengiriman barang di Indonesia. Karena jumlahnya yang
banyak, saya bagi menjadi 2 bagian

Time Context
Masalah terjadi sejak awal mula berdirinya perusahaan ini hingga sekarang.
Permasalahan merupakan lingkaran ketidaktepatan dan kurangnya kualitas yang telah
mengakar dalam perusahaan selama bertahun-tahun sehingga menjadi kebiasaan dan
budaya organisasi.

View Point
Yang bertanggung jawab dalam masalah yang terjadi adalah 2 pihak secara khusus,
yaitu:
1. Manajemen PT. Pos Indonesia
Manajemen dalam hal ini tidak hanya manajemen yang ada sekarang ini. Namun
proses regenerasi yang terjadi tidak sekaligus melibatkan regenerasi pada sistem
manajemen itu sendiri.
2. Pemerintah Republik Indonesia.
Dalam hal ini pemerintah kurang menaruh perhatian pada sistem dan kontrol dari
sistem yang berjalan dalam PT. Pos Indonesia. Selama ini peran pemerintah hanya
sebagai legislator dan bukan sebagai pengawas.

Central Problem
Sistem manajemen pengontrolan kualitas dan waktu pengiriman barang
Banyak terdapat keluhan mengenai kualitas pengiriman barang oleh PT. Pos Indonesia
dengan beragam kasus. Efek dari lemahnya pengontrolan terhadap kualitas
pengiriman barang ini antara lain:
Barang dengan kategori pecah belah banyak yang dibanting ketika berada dalam
logistik.
Banyak paket yang rusak atau bahkan hilang karena quality control tidak memiliki
prosedur yang jelas dan tidak dilaksanakan semaksimal mungkin menyebabkan
Pengawasan tidak dapat dilaksanakan oleh pelanggan karena fasilitias sms dan
pengecekan secara online tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Jumlah keluhan yang terjadi akibat kelalaian pihak PT. Pos Indonesia dalam sistem
pengiriman barang tergolong dalam jumlah yang besar. Akibat dari kesalahan sistem
manajemen pengiriman barang ini adalah banyaknya paket yang terkirim tidak sesuai
dengan waktu yang dijanjikan atau bahkan paket tersebut tidak sampai tujuan.
Efek negatif dari kejadian-kejadian ini antara lain:
Banyak konsumen tidak ingin lagi menggunakan jasa PT. Pos Indonesia
Turunnya tingkat kepercayaan konsumen. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya
kejelasan prosedur ganti rugi untuk konsumen yang mendapatkan masalah ini.

Objective
Must:
1. Memperbaiki sistem dan mekanisme kerja /restrukturisasi sistem pengiriman
barang.
2. Memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang menjadi pedoman pelaksanaan
pengiriman barang.
3. Memiliki sistem informasi/database yang efektif dalam Sub Departemen IT (dari
Departemen Bisnis Komunikasi) sebagai bentuk quality control.
4. Memiliki sistem layanan masyarakat (humas) agar tercipta komunikasi antar kedua
belah pihak yang saling memahami, terutama dalam pemahaman akan sistem
pengiriman barang.
5. Repositioning PT. Pos Indonesia.
Repositioning ini perlu dilakukan oleh PT. Pos Indonesia karena:
Posisi baru pesaing-pesaing PT. Pos Indonesia yang sangat kuat seperti Tiki, FedEx,
DHL, dsb.
Menangkap tren baru. PT. Pos Indonesia perlu memasukkan unsur penggunaan
teknologi informasi dalam sistem pengiriman barangnya untuk melakukan adaptasi
dengan tren baru yaitu teknologi yang memiliki tingkat kecepatan lebih tinggi dari pos
dalam pengiriman pesan/uang.
Mengubah value offering. PT. Pos Indonesia harus dapat mendefinisikan kembali
value seperti apakah yang ditawarkan oleh perusahaan ini. Dalam hal ini, kualitas dan
ketepatan waktu pengiriman ke seluruh Indonesia dengan harga yang terjangkau.
Dengan demikian, maka positioning yang harus dibentuk oleh PT. Pos Indonesia adalah
Indonesias Best in Quality, Speed of Delivery and Value for Money.
Want:
1. Perubahan image untuk dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk tetap
menggunakan jasa PT. Pos Indonesia.
2. Menjadi market leader dalam jasa pengiriman barang di Indonesia.
3. Memaksimalkan penggunaan teknologi informasi sehingga dapat menjadi
perusahaan yang lebih efektif dan efisien.

Area of Consideration
1. Internal
Sistem manajemen yang tidak mendapatkan sistem kontrol yang efektif dan efisien.
Sistem manajemen yang banyak melanggar peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan.
Sistem manajemen yang kurang dapat dipercaya oleh publik (mis:kurir).
Kualitas sumber daya manusia yang tidak memberikan pemenuhan janji untuk
menyediakan servis terbaik untuk seluruh Indonesia.
Penggunaan teknologi informasi yang masih sangat minim menyebabkan birokrasi
barang terlalu panjang.
2. External
Infrastruktur di daerah-daerah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah terpencil
yang sulit untuk dijangkau.
Pemanfaatan teknologi yang masih sangat kurang khususnya di daerah-daerah
terpencil.
Kepercayaan publik yang negatif terhadap image PT. Pos Indonesia.
Dukungan pemerintah yang tidak signifikan terhadap pengontrolan manajemen PT.
Pos Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai