Teori Keadaan Transisi
Teori Keadaan Transisi
Ditampilkan gambaran dari teori keadaan transisi dan generalisasinya. Di sini ditegaskan (i)
perkembangan terbaru TST dalam metodologi yang tersedia untuk perhitungan pada sistem
kompleks, termasuk menghubungkan dengan teori struktur elektronik, (ii) perkembangan
teori dan aplikasi dari teori keadaan transisi pada reaksi fasa kondensasi, dan (iii)
pengetahuan terhadap hubungan dari teori keadaan transisi pada dinamika kuantum dan uji
akurasinya melalui perbandingan antara eksperimen dan pendekatan teori dinamika lainnya.
PENDAHULUAN
Teori keadaan transisi (TST) memiliki sejarah panjang dan masa depan yang bagus. Bagian
ke dua berisi rangkuman perkembangan teori keadaan transisi dari reaksi barier sederhana
pada fasa gas, tipe asli dan contoh dari sistem teori keadaan transisi. Bagian 3 membahas
reaksi tanpa barier, reaksi tanpa barier dalam arah eksoergik dan endoergik dengan arah
berlawanan. Contoh yang paling umum adalah penggabungan radikal-radikal dan ion-
molekul yang tidak termasuk kurva silang (crossing curve), dan pemutusan ikatan sederhana .
bagian 4 membahas teori dan aplikasi dari TST untuk reaksi dalam fasa terkondensasi dan
menjadi hot topic dari pengaruh lingkungan pada spesi yang bereaksi.
Pada artikel ini, digunakan teori keadaan transisi sebagai nama umum untuk beberapa
teori yang didasarkan pada keseluruhan atau bagian asumsi fundamental dari teori
keadaan transisi atau beberapa generalisasi mekanika kuantum. Secara klasik, asumsi
fundamental ini adalah keberadaan permukaan dengan dua sifat: 1. Dia membagi
menjadi area reaktan dan produk; dan 2. Lintasan pada permukaan pembagi dalam
arah produk dari reaktan dan tidak akan menjangkau permukaan lagi sebelum berada
pada keadaan produk. Bagian ke dua dari asumsi fundamental disebut sebagai asumsi
dinamika bottleneck/ kemacetan. Pada dasarnya untuk asumsi fundamental, teori keadaan
transisi tanpa terkecuali membuat dua asumsi lebih jauh: (II) reaktan berimbang dalam
ensembel kanonik (temperatur konstan) atau mikrokanonik (energi total konstan); dalam
kasus sebelumnya juga mengambil perhitungan dari momentum angular total. (III) reaksi
yang secara elektronik adalah adiabatik (Born-Oppenheimer, pemisahan pergerakan
elektron dari pergerakan inti adalah valid) dalam dinamika bottleneck. Pada konteks ini
dapat diidentifikasi beberapa versi dari teori keadaan transisi dan teori-teori lain yang
berkaitan. Contohnya, teori keadaan transisi konvensional dibedakan dengan menempatkan
permukaan pembagi pada saddle point dan menyamakan koefisien laju total sebagai
koefisien laju satu arah. Variasi teori keadaan transisi (VTST) dibedakan dengan
bermacam-macam definisi dari permukaan pembagi untuk meminimalkan koefisien
arus/aliran satu arah. Teori RRKM adalah sebuah nama untuk teori keadaan transisi yang
diaplikasikan untuk ensembel mikrokanonik dari reaksi unimolekuler, dan teori tersebut
juga mencakup pengaruh tumbukan terhadap rata-rata suhu. Menggunakan RRKM
untuk teori keadaan transisi yang menekankan pada asumsi kesetimbangan reaktan
(RiceRamspergerKasselMarcus) yang mana sesuai dengan asumsi ke II (di atas) dari
teori keadaan transisi. (teori RRKM adalah reformulasi keadaan transisi mekanika kuantum
dari teori RKK). Pada literatur disosiasi ion, teori ini sering disebut sebagai teori
kesetimbangan tidak nyata (Quasi-Equilibrium Theory-QET). Teori keadaan transisi dari
reaksi unimolekular dikembangkan oleh Marcus dan Rice, Eyring dan asistennya, Magee,
Rabinovitch dan asistennya, Bunker dan asistennya, dan peneliti terbaru.
Teori keadaan transisi secara langsung menentukan konstanta kesetimbangan satu arah.
Biasanya diasumsikan dalam menginterpretasi data eksperimen yang didefinisikan secara
fenomenologi dan diukur konstanta laju di bawah kondisi laboratorium dengan reaktan
pada kesetimbangan transisional dan internal yang dinyatakan sebagai kesetimbangan
kimia. Konstanta laju satu arah didekati sebagai kesetimbangan transisional dan internal.
Diganggunya konstanta kesetimbangan reaktan, menyebabkan kondisi kesetimbangan
keadaan transisi tidak termasuk bagian dari asumsi tersebut, secara klasik penyebabnya
dijelaskan oleh teori Liovilles. Dengan kata lain, sistem dengan distribusi kesetimbangan
satu bagian fasa berkembang menjadi distribusi kesetimbangan pada fasa lainnya.
Bagaimanapun asumsi kesetimbangan tidak nyata (Quasi-Eq.) dari teori keadaan trasnsisi
merupakan semua trajectory silang ke depan yang mula-mula sebagai reaktan dan diproses
membentuk produk, tanpa adanya proses recrossing dalam kesetimbangan reaktan. Meskipun
semua fasa pada permukaan pembagi berada pada kesetimbangan tidak perlu fasa pada
bagian lain juga dalam kesetimbangan. Karena penurunan dinamis dan kesetimbangan tidak
nyata dari teori keadaan transisi adalah ekuivalen, asumsi kesetimbangan tidak nyata
hancur kapanpun terjadi recrossing.
Pada mekanika klasik, TST menyediakan loncatan yang tinggi terhadap konstanta laju jika
kesetimbangan reaktan terjadi sangat cepat (dan menyebabkan terbentuknya pendekatan
variasi yakni dengan variasi lokasi keadaan transisi untuk meminimalkan laju terhitung).
Untuk reaksi bimolekular dalam fasa gas, penyimpangan kesetimbangan lokal dari reaktan
biasanya kecil dimana untuk reaksi unimolekular dalam fasa gas umumnya mengikuti rezim
Falloff, yakni secara mendasar merupakan reaksi kompetisi antara transfer energi pada
keadaan reaktif dan hilangnya keadaan reaktif. Literatur yang sangat baik dari permasalahan
falloff adalah di luar pembahasan ini, tapi yang menjadi catatan adalah pengaruh falloff
secara mendasar digunakan untuk memprediksi reaksi intermediet dalam mekanisme
kompleks. Contohnya, laju disosiasi dari CH2ClO dalam gas N2 pada tekanan 1 atm dan suhu
600K adalah kondsi kurang dari nilai tekanan tak hingga TST. Ada alasan lain kenapa
kesetimbangan reaktan kemungkinan dikeluarkan dari kesetimbangan dengan kondisi transisi
dalam reaksi unimolekular fasa gas, yakni akibat fasa reaktan memiliki bottlenecks atau
menjadi nonergodic dan terdekomposisi, yang mana akan terjadi lagi gangguan asumsi
fundamental dari TST.
Persoalan ketidaksetimbangan yang sama muncul untuk reaksi dalam larutan. Agar teori
keadaan transisi menjadi valid, coupling antara pelarut dengan molekul zat terlarut yang
bereaksi harus kuat untuk menjaga kesetimbangan populasi dari reaktan. Jika coupling terlalu
lemah, laju reaksi dibatasi oleh aliran energi ke koordinat reaksi dari lingkungan. Rezim
difusi energi dalam larutan mirip dengan Falloff tekanan rendah dari teori laju
unimolekular. Daerah coupling lemah- menengah telah menjadi aspek utama dalam pekerjaan
dari Kramer. Upaya terbaru telah dicoba untuk menentukan sebuah teori yang menyatukan
pergeseran rendah dan tinggi. Karena difusi energi tidak ditekankan pada permasalahan ini,
hanya disediakan beberapa refrensi. Yang menjadi catatan adalah beberapa kasus coupling
lemah antara zat terlarut dengan pelarut dapat menyebabkan anomali ketika analisis model
satu dmensi seperti pada teori Kramer. Ketika coupling antara koordinat reaksi zat terlarut
dan lingkungan dimodelkan hanya sebagai coupling zat terlarut-pelarut, teori tersebut
memprediksikan terjadinya rezim difusi energi. Bagaimanapun interaksi yang kuat antara
koordinat reaksi dan mode internal dari zat terlarut dapat menyebabkan hilangnya energi dan
kesetimbangan dengan cepat (sistem bukanlah rezim difusi energi). Ini termasuk dalam teori
jika mode internal dari zat terlarut merupakan bagian dari coupling antara koordinat reaksi
dengan lingkungan. Ini menyebabkan difusi energi harus dibatasi lajunya (hanya untuk
sistem ini) dengan coupling yang lemah antara zat terlarut dan pelarut yang mana molekul zat
terlarut cukup kecil sehingga zat terlarut tidak dapat menyediakan panas (energi) untuk
kesetimbangan.
Karena TST menghasilkan asumsi kesetimbangan, TST dapat membentuk
termodinamika tidak nyata. Contohnya ditunjukkan bahwa VTST untuk ensembel kanonik
sama dengan untuk meminimalisasi energi bebas dari aktivasi.
TST dapat dikaitkan dengan teori adiabatik dari reaksi. Teori rotasi dan vibrasi (seperti
pergerakan elektronik-asumsi ke III) di anggap sebagai proses adiabatik sepanjang
koordinat reaksi. Asumsi adiabatik tersebut berhubungan dengan teori keadaan transisi yang
mana asumsi adiabatik dipakai untuk dinamika global, tapi terdapat hubungan satu sama lain
yang mana teori adiabatik dari reaksi adalah identik terhadap variasi konstanta laju teori
keadaan transisi mikrokanonik. Yang terpenting adalah asumsi adiabatik vibrasional
lokal berfungsi untuk klasifikasi variasi keadaan transisi sehingga keberadaan teori TST
hanya ada pada kondisi dinamika tertentu.satu yang dapat membedakan variasi teori
keadaan transisi adalah dengan pengaruh quantal yang tidak menyatu, area yang sangat
menarik. Pemilihan koordinat yang mewakili permukaan pembagi keadaan transisi atau
koordinat reaksi adalah perbedaan penting lain dari variasi teori keadaan transisi. Elemen
klasifikasi lain termasuk pengenalan dinamika bottlenecks ganda yang menggambarkan
aliran satu sama lain atau pendekatan lain untuk mengestimasi berapa banyak aliran
recrosses yang diasumsikan bottleneck dinamik. pertama mulai memasukkan beberapa
koefisien transmisi, dimana teori keadaan transisi mulai mendekati akurat; batas yang tepat
diamana teori berhenti menjadi teori keadaan transisi dan menjadi produk lain; antara apa
yang diakatan sebagai teori keadaan transisi statistik dan apa yang disebut teori
dinamika. Nama yang lebih umum adalah dinamika lokal dan dinamika global karena
dasar dari teori keadaan transisi yang didasarkan pada dinamika lokal dan dinamika global.
Bergerak pada fase kondensasi,: bagaimana zat terlarut dipisahkan dari pelarut? Apakah
friction/pergeseran termasuk membiarkan pelarut masuk ke koordinat reakstan, atau
ditambahkan ke dalamnya?apakah satu asumsi linier terhadap pergerakan pelarut ke zat
terlarut? Dan seterusnya.
Dengan memahami generalisasi, keberadaan dan perbedaan, diharapkan dapat dimengerti
secara mendalam teori keadaan transisi. Yang mana sangat berguna untuk analisis, korelasi,
prediksi, dan memahami variasi yang luas dari proses laju dan sifat dinamika tanpa ragu.
Reaksi barier sederhana
Pada tahun 1983, telah ditulis: teori keadaan transisi adalah teori klasik yang mendasar
karena asumsi fundamental dari teori keadaan transisi untuk reaksi bimolekular atau
unimolekular (yang dapat menentukan fase permukaan yang membagi reaktan dari produk,
seperti lintasan/trajectory yang melewati permukaan dan tidak ada proses pelewatan ulang
pada skala waktu tertentu antara tumbukan yang bergantung waktu pada reaksi tiga spesi)
adalah secara intrinsik klasik. Untuk menerapkan teori keadaan transisi, maka dilakukan
kombinasi antara asumsi klasik dari teori keadaan transisi dengan quantal atau
pandangan semiklasik untuk kuantisasi derajat kebebasan ikatan dan termasuk
tunneling serta penggambaran non klasik dari pergerakan koordinat reaksi. Teori
keadaan transisi relevan terhadap aliran total dari reaktan ke produk; dan hanya untuk
korelasi adiabatik atau diabatik antara reaktan dengan keadaan transisi atau antara
keadaan transisi dengan produk yang mana teori keadaan transisi memberikan informasi
keadaan apa yang lebih dipilih. Tujuan dari teori ini adalah untuk menemukan cara yang
cocok guna menggabungkan konsep klasik dan quantal serta untuk mengembangkan
hubungan adiabatik jika dimungkinkan.
Keadaan transisi adalah kondisi metastabil mekanika kuantum dengan energi
intrinsik/dalam, lebar energi, koefisien transmisi, dan lebar energi parsial. Kelebaran
(range energi) karena (dikontrol, bergantung) waktu hidup mereka (sebelum putus)
dan keberadaan tunneling. Kelebaran parsial (yang berasal dari istilah padateori
hamburan cahaya) memberikan informasi mengenai proses pemilihan keadaan (dua
kondisi yang telah diuraikan sebelumnya), dan koefisien transmisi memberikan hasil
dari pengukuran kontribusi tiap spesi terhadap reaktivitas reaksi. Untuk beberapa sifat
dari keadaan transisi dapat dipahami dengan teori klasik, tapi pendekatan klasik yang tidak
sesuai dengan konsep quantal (semi klasik) secara kualitatif menghasilkan hasil yang salah.
Sehingga tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan efisiensi dan cara yang akurat
pada perhitungan sifat-sifat keadaan transisi terkuantisasi atau tetap menganalogikan
konsep klasik secukupnya dalam pembahasan keadaan transisi tanpa menyalahi konsep
quantal.
Perbedaan yang nyata dari tinjauan jurnal 1984 mengenai keadaan metastabil dalam kimia
tidak menyebutkan keadaan barier. Perbedaan perspektif ini mengindikasikan apresiasi baru
untuk keberadaan keadaan transisi terkuantisasi pada probabilitas reaksi quantal akurat.
Perbedaan paradigma menimbulkan pertanyaan baru, dan banyak dari pertanyaan ini tidak
terjawab.
Kesulitan dari pengaruh kuantum terhadap teori keadaan transisi secara mendasar
berasal dari konsep klasik aliran satu arah melalui permukaan. Arah dari pergerakan
pada permukaan (contoh koordinat ortogonal pada permukaan) disebut sebagai koordinat
reaksi s. Khususnya aliran satu arah melalui permukaan memerlukan spesifikasi
simultan dari parameter-parameter terkait yakni s dan tanda dari momentum
konjugatnya ps. Tapi ketika s sangat spesifik, maka nilai ps akan tidak spesifik (Asas
ketidakpastian) yang ditandai dengan tandanya (+/-). Pengaplikasian dari prinsip
ketidakpastian untuk beberapa pasang variabel mekanika kuantum yang tidak
commut, dan semua usaha untuk menjelaskan konsep aliran satu arah dari teori
keadaan transisi menggunakan bahasa konsep quantal menghasilkan variabel tidak
commutsehingga nilainya tidak pasti.
Meskipun teori keadaan transisi secara fundamental adalah teori tidak bergantung
waktu dari proses reaksi keadaan transisi, tapi dapat dikembangkan menjadi
bergantung waktu. Keduanya banyak dibicarakan pada tahun 1930 dengan fokus dari
Errying pada gambaran statis kesetimbangan tidak nyata yang tidak bergantung waktu antara
reaktan dengan keadaan transisi dan fokus Wingers pada pembahasan asumsi tidak ada
recrossing. Bahasan kesetimbangan tidak nyata telah mendominasi buku text selama 25 tahun
mengembangkan TST dengan gambaran dinamika. Pendekatan adanya ketergantungan
terhadap waktu dari laju reaksi dikatakan sebagai fungsi korelasi fluks-waktu fluks,
dmana Cf(t) = <F(t=0)F(t)>, dimana F adalah fluks total melalui permukaan pembagi
pada waktu t, dimana Yamamoto, menjelaskan hubungan rumusan ini terhadap teori
keadaan transisi. Ide ini selanjutnya secara lengkap dalam mekanika klasik dijelaskan oleh
beberapa peneliti.
Miler mengusulkan metode mekanika kuantum untuk menghitung fungsi bergantung
waktu dari Yamamoto. Hal ini menghasilkan laju reaksi akurat jika semua variabel
diketahui, tapi juga menghasilkan kemungkinan untuk didekati dalam selang waktu
yang singkat untuk menghasilkan generalisasi quantal/semiklasik dari pendekatan
keadaan transisi. Tipe pengaruh waktu terhadap fungsi korelasi fluks-fluks semiklasik
ditunjukkan pada gambar 1.
Dimana 1/kBT, kB adalah konstanta boltzman, R (E) adalah masa jenis dari reaktan
(per satuan energi dan volume untuk reaksi bimolekuler, per satuan energi untuk reaksi
unimolekuler). QR (T) adalah fungsi partisi dari reaktan (perunit volume untuk reaksi
bimolekuler dan tanpa satuan untk reaksi unimolekuler), dan k(E) adalah konstanta laju
dalam ensembel mikrokanonik dengan energi E. Selanjutnya dapat diperoleh
R (E,J) adalah masa jenis dari keadaan dengan momentum angular tertentu, dan k
(E,J) adalah konstanta laju untuk ensembel mikrokanonik dengan J tertentu, dimana
Sehinnga
Akhirnya, untuk reaksi bimolekuler, konstanta laju dengan nilai E J tertentu diperoleh
Dimana h adalah tetapan plank dan N(EJ,) adalah probabilitas reaksi kumulatif yang
didefinisikan sebagai
Dalam persamaan 7 , Pij(E,J) adalah probabilitas
transisi dari keadaan i ke j pada energi total E dan
momentum angular J, dan jumlah semua keadaan i dari reaktan serta jumlah semua keadaan j
dari produk. Dan akhirnya dengan mensubtitusikan persamaan 6 ke persamaan 1 diperoleh
....(8)
Dalam TST, N(E,J) menjadi jumlah tingkat-tingkat energi dari keadaan transisi dengan
momentum angular J dan energi E, dan persamaan 8 menjadi fungsi partisi kanonik. Chatfield
etal, menginterpretasikan hasil dinamika quantal yang akurat dengan menggunakan hubungan
:
Dimana P(E,J) adalah probabilitas reaksi dengan energi E yang bergabung dengan
keadaan transisi terkuantisasi dari momentum angular J dengan nilai M j dari
komponen momentum angular total sepanjang sumbu axis yang berubah-ubah. Hubungan
yang mungkin bisa lebih dimengerti adalah dengan membandingkan nya (N) terhadap
pernyataan awal yang berdasarkan pada proses adiabatik atau teori pemisah atau teori
resonansi. Pada pendekatan lebih lanjut, bilangan kuantum dan J penentu keadaan transisi
teresonansi. Karena resonansi bukan terisolasi koefisien transmisi secara kuantitatif
bergantung pada pengaruh penambahan panjang pada matriks S, dengan energi lebih panjang
atau sumbu axis yang lebih panjang (kondisi ini adalah bagian intrinsik dari interpretasi
dinamika dengan overlap, resonansi lebar). Dengan mensubtitusikan persamaan 9 ke
persamaan 8 diperoleh:
Sebagai fungsi dari energi total E, P (E,J) umumnya meningkat dari 0 ke beberapa nilai
tertentu k (1) disekitar energi resonansi E untuk keadaan , k adalah koefisien transmisi
pada tingkat tertentu yakni untuk tingkatan keadaan transisi .
Persamaan 10 menunjukkan hubungan antara pendekatan keadaan teresonansi
terhadap QTST dan path integral QTST. Sangat tepat untuk menentukan jumlah
bilangan kuantum = (, J, M j). Pertama ditentukan probabilitas transmisi Boltzmann
Dan diasumsikan bahwa nilai kecil, sehingga persamaan 10 dan 12 dengan diganti /
kbT mengambil bentuk rumus konstanta laju dari metode energi bebas imajier (Im F)
E *(J) adalah singkatan dari E[s*(T),J], dan E*G adalah singkatan dari E0* (J=0).
Menggabungkan persamaan 16-18 diperoleh
Model reorganisasi pelarut yang lambat mengontrol reaksi transfer muatan yang muncul pada
reaksi transfer electron dan proton. Penggunaan suatu koordinat pelarut yang efektif
sebagai reaksi koordinat untuk proses ini telah dipertanyakan untuk saat ini. Tahap
integral QTST telah diaplikasikan untuk masalah ini seperti pada koordinat tunneling
proton dan aktivasi pelarut telah dilakukan pada equal footing. Suatu aplikasi untuk
model yang realistis dari transfer proton pada fluida polar termasuk polarisasi
elektronik, telah ditampilkan oleh Lobaugh dan Voth. Mereka menyimpulkan bahwa
polarisasi elektronik tidak dapat diabaikan dan harus dimasukkan ke dalam mekanika
kuantum untuk akurasi quantitative dari laju tunneling proton. Azzzouz dan Borgis
telah menerapkan pendekatan TST untuk mempelajari suatu model transfer proton asimetri
pada larutan klorometana. Mereka membandingkan hasil dari suatu kurva crossing, konstanta
laju transisi state dengan PI-QTST dan quantisasi konvensional TST dengan suatu factor
koreksi Bell Tunneling. Persetujuan antara kurva crossing TST dan hasil PI-QTST adalah
bagus, jarak perbedaannya sekitar 25% untuk factor yang melebihi dari nilai 2 untuk system
berbeda. Mereka menyimpulkan bahwa TST konvensional dengan tunneling parabola tidak
cukup pengetahuannya untuk menjelaskan untuk tipe dari sisterm ini. Ini diberi catatan
bahwa Warshel dan Chu dan Hwang danWarshel juga menggunakan PI-QTST untuk transfer
proton, tetapi berdasarkan pada koordinat reaksi yang berbeda. Sama juga dengan Hwang et.
Al., dan Kong dan Warshel telah menerapkan PI-QTST dengan koordinat reaksi gap energy
untuk transfer hidrida pada enzim dan larutan.
Staib telah melakukan perhitungan lintasan klasik untuk transfer proton di kompleks asam-
basa ikatan hidrogen pada komplek asam-basa metil klorida. Teori transition-state dalam
model kesetimbangan pelarutan dibandingkan dengan hasil lintasan dan juga dengan TST /
G-H. Efek pelarutan dinamika nonequilibrium lengkap dihitung menjadi suatu faktor ~ 0,8,
dan teori koefisien transmisi GH direproduksi nilai ini.
Katalisis Enzim
Reaksi enzim menyediakan suatu kasus special. %0 tahun lalu dihipotesiskan bahwa aksi
enzim oleh pengikatan dan menstabilisasi transition state. Pengetahuan struktur transition
state dan distribusi muatan adalah krusial untuk mendesain inhibitor transition state yang
mengikat kuat pada site aktif. Lewat beberapa tahun ada keinginan untuk memodel transition
state dari efek isotop kinetika atom berat. Warshel dkk., telah menggunakan konsep
transition state untuk mendiskusikan reaksi enzim pada beberapa studi. Dan
berargumen bahwa reaksi substrat pada site aktif enzim tidak diproses oleh
penggusuran molekul pelarut untuk menciptakan lingkungan fase gas tapi enzim
didesain untuk transition state pelarutan ionic dan aksinya mirip air. Profil energy
bebas telah dihitung untuk beberapa reaksi enzim.
Doren dan Tully telah menggunakan TST klasik dan penggabungn model statistik untuk
mempelajari adsorpsi dan desorpsi precursor yang dimediasi dari molekul pada permukaan.
Mereka menemukan bahwa optimasi variasi dari pembagian permukaan dapat menjadi
penting, berdasarkan perubahan magnitude pada prefaktor Arhenius.
Nagai telah menggunakan teori transition state berdasarkan model gas lattice dan
ensemble grand kanonik untuk menjelaskan ekspresi laju sederhana yang mana
berdasarkan interaksi lateral antara adsorbat. Untuk system tanpa saddle point,
pembagian permukaan diposisikan jauh dari Kristal dimana energy potensial mencapai
nilai maksimumnya dan menjadi datar. Validitas dari model interaksi lateral dan cakupan
ketergantungan telah dipertanyakan dan dipertahankan.
Zhdanov telah menggunakan fenomena gas lattice model TST untuk melihat efek
cakupan ketergantungan pada fungsi partisi transition state yang digeneralisir dan
mempelajari efek rekonstruksi permukaan yang disebabkan oleh adsorpsi pada laju
desorpsi.
Meskipun tidak secara eksplisit diakui, suatu formulasi TST klasik telah dihadirkan pada
transition state yang membagi permukaan adalah dikurvakan (melengkung). Kurva yang
membagi permukaan telah melewati saddle point dan tangent (menyinggung) ke TST
konvensional yang membagi permukaan saddle point. Ini dijelaskan oleh suatu ekspansi
kuadratik dari pembagian permukaan (bukan potensial) tentang saddle point dan termasuk
efek anharmonic. Aproksimasi koreksi dinamika (terminology pendek dari efek memori) juga
telah diterapkan untuk difusi cacat pada zat padat (contohnya difusi kosong pada metal). Pada
lapisan yang sama, digunakan pendekatan TST klasik konvensional untuk difusi pada zat
padat untuk mempelajari difusi yang kusut pada model sistem.
Wahnstrom mendiskusikan pengaruh penghilangan pada difusi permukaan dan direviw oleh
teori Kramer pada konteks difusi permukaan dan diperluas untuk memperlakukan difusi pada
potensial periodic. Aplikasi terkini dari teori Kramer dan perluasannya telah dibuat untuk
memperlakukan laju loncatan untuk difusi pada potensial periodic.
Teori Mekanika Kuantum.
Untuk suhu yang lebih rendah dan difusi dari massa-massa yang rendah seperti
hydrogen, efek mekanika kuantum sangat penting. Ini menarik bahwa aplikasi dari
quantisasi TST konvensional pada masalah difusi yang pertama kali diperkenalkan oleh Wert
dan Zener sebelum teori klasik TST Vineyard. Ini hanya masa lalu bahwa teori berbasiskan
TST modern yang mengikutsertakan quantisasi dari mode ikatan dan efek tunneling telah
diaplikasikan pada difusi. Tambahannya Valone et. Al., telah mengajukan suatu metode yang
mana diterapkannya teori transition state klasik pada suatu PES rerata Gausian efektif,
dimana bahwa secara aproksimasi menyertakan efek mekanika kuantum. Kita akan mengacu
pada versi TST mekanika kuantum sebagai potensial kuantum efektif TST (EQP-TST).
Wahnstrom et. Al., mengajukan suatu anggapan aproksimasi fungsi korelasi flux-flux
quantal yang mana kontanta lajunya diaproksimasi dari fungsi korelasi sampai pada
point yang pertama melewati zero first-ny. Sejak TST klasik dapat ditinjau sebagai
limit short-time dari fungsi korelasi flux-flux, penulis mempunyai terminology bahwa
metode ini aproksimasi suatu TST mekanika kuantum. Seperti yang dicatat pada section
2, aproksimasi QTST pertama kali dijelaskan oleh Tromp dan Miller. Pada review ini kita
merujuk pada versi TST sebagai short-time QTST.
5. Keterangan Penutup
Ke depan dari sudut pandang 1983, orang mungkin telah meramalkan bahwa formalisme
dasar teori transisi negara itu mapan, dan masa depan akan terdiri dari berbagai perbaikan
kuantitatif, terutama mengambil keuntungan dari kemajuan diantisipasi dalam teori struktur
elektronik. Kemajuan ini memang terjadi, namun seiring dengan penyempurnaan konseptual
lebih lanjut dalam dinamika. Mungkin muka dicatat kepala 10 tahun terakhir adalah bahwa
hubungan teori negara transition- dinamika kuantum akurat telah sangat diklarifikasi.
Terutama perkembangan berharga termasuk kemajuan dalam memanfaatkan perumusan
fungsi korelasi fluks-fluks teori laju reaksi, penemuan dan analisis struktur transisi-negara
terkuantisasi di konstanta laju ensemble microcanonical, perpanjangan baik divalidasi
perkiraan tunneling multidimensi sistem poliatomik, pengembangan dari jalur pendekatan
integral TST, teknik untuk mempertimbangkan alternatif membagi permukaan, dan
pengembangan teknik sampling Monte Carlo. Bersamaan, kerangka kerja baru telah
diusulkan untuk mengobati efek pelarut pada sistem yang kompleks.
Di sisi aplikasi itu adalah jelas bahwa kita berdiri di atas beberapa batas. Sejauh metodologi
struktur elektronik untuk aplikasi, dinamika langsung atau statistik metode yang siap untuk
memiliki dampak yang besar, sehingga kesulitan penciptaan analitik potensial permukaan
energi akan tidak begitu mudah menghambat kemajuan. Selanjutnya, teori struktur elektronik
itu sendiri membuat kemajuan terutama penting di beberapa directionssthree dari yang
akurasi kuantitatif untuk sistem yang lebih besar dari H3, linear-skala algoritma untuk
memungkinkan pengobatan sistem yang sangat besar, dan metode praktis untuk termasuk
efek pelarut dalam perhitungan kuantum mekanik Struktur zat terlarut, energetika, dan
reaktivitas. Sejauh metodologi dinamika, perhitungan tunneling multidimensi yang realistis
telah menjadi praktis untuk sistem yang besar, dan algoritma untuk menggunakan definisi
yang lebih tepat dari reaksi koordinat telah dikembangkan baik untuk reaksi penghalang dan
asosiasi barrierless. Untuk reaksi kedua pengobatan klasik akurat dari anharmonicities modus
frekuensi rendah dan kopling getaran-rotasi juga sekarang layak.
Di masa mendatang kita bisa mengharapkan kemajuan lebih lanjut pada aspek dinamis
kuantum. Kemajuan seperti, dikombinasikan dengan kemajuan paralel dalam dinamika
langsung, dapat diharapkan untuk mengaburkan perbedaan antara teori transisi-negara dan
teori hamburan kuantum di satu sisi dan antara struktur dan dinamika di sisi lain. Masa depan
tidak tampak hampir diprediksi karena akan memiliki 10 tahun yang lalu!