PENDAHULUAN
1. Keandalan
Keandalan adalah konsistensi suatu pengukuran kinerja; tingkatan dimana
pengukuran kinerja bebas dari kesalahan acak. Hal-hal yang terkait dalam
keandalan antara lain:
a. Skor Kebenaran dan Keandalan Pengukuran. Kebanyakan dari pengukuran
diselesaikan dalam seleksi personil berkaitan dengan karakteristik yang kompleks
seperti intelegensi, integritas, dan kemampuan kepemimipinan. Untuk menghargai
beberapa kompleksitas dalam pengukuran individu-individu, kita akan
mempertimbangkan sesuatu yang konkrit dalam mendiskusikan konsep-konsep ini:
pengukuran tinggi.
b. Standar-standar bagi Keandalan. Terdapat banyak cara untuk meningkatkan
keandalan dari sebuah tes, meliputi penulisan dengan jelas, dan sub bagian-sub
bagian yang tidak bermakna ganda dan menambah jangka waktu tes.
2. Keabsahan
Keabsahan adalah perluasan dimana pengukuran kinerja menilai seluruh aspek-
aspek yang relevan dari kinerja pekerjaan. Hal-hal yang terkait dengan validitas
antara lain:
a. Kriteria --- keabsahan terkait, yaitu suatu metode pembuatan keabsahan dari
metode seleksi personil dengan memperlihatkan korelasi substansial antara nilai tes
dengan nilai kinerja pekerjaan.
Kajian Kriteria keabsahan terkait ini berasal dari dua varietas, yaitu 1) Predictive
Validation, yang berusaha membangun hubungan empirik antara skor tes pelamar
dan kinerja akhir mereka pada pekerjaan. 2) Concurrent Validation, dimana tes
dialamatkan pada seluruh individu-individu yang sedang memegang pekerjaan dan
kemudian skor jabatan dikorelasikan dengan pengukuran yang ada dari kinerja
pekerjaan mereka.
b. Keabsahan Isi, yaitu suatu tes strategi validasi yang dilakukan dengan
mendemonstrasikan sub bagian-sub bagian, pertanyaan-pertanyaan, atau masalah-
masalah tersebut yang dibentuk oleh suatu tes adalah contoh representative dari
jenis-jenis situasi atau masalah-masalah yang terjadi pada pekerjaan.
3. Generalisasi
Generalisasi adalah tingkatan dimana validitas dari suatu metode seleksi dibangun
dalam satu konteks yang diperluas ke konteks lainnya.
4. Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah tingkatan dimana informasi diberikan oleh metode-metode
seleksi meningkatkan efektivitas dari penyeleksian personil dalam organisasi nyata.
5. Legalitas
Legalitas merupakan standar akhir dalam metode seleksi. Seluruh metode seleksi
harus sesuai atau mengikuti peraturan atau undang-undang yang berlaku dan
kebiasaan-kebiassaan hukum yang berlaku.
Jenis-jenis Metode Seleksi
1. Wawancara
Wawancara seleksi telah didefinisikan sebagai dialog yang dimulai oleh satu atau
lebih dari satu orang untuk mengumoulkan informasi dan mengevaluasi berbagai
kualifikasi pelamar untuk bekerja.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses wawancara seleksi adalah:
a. Wawancara sebaiknya terstruktur, terstandarisasi dan terfokus pada sasaran yang
akan dicapai.
b. Pewawancara sebaiknya mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan apa
yang harus dilakukan untuk menghadap suatu situasi tertenteu ditempat kerja
(Wawancara Situasi-Situational Interview)
c. Sebaiknya menggunakan Pewawancara yang terlatih.
2. Referensi
Referensi merupakan suatu proses dalam seleksi karyawan yang digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai latar belakang pelamar.
Beberapa cara untuk memperoleh informasi mengenai latar belakang pelamar,
yaitu:
a. Data diri yang tercantum pada Formulir Lamaran Pekerjaan.
b. Formulir yang tercantum pada Daftar Riwayat Hidup.
c. Informasi yang berasal dari orang yang mengenal pelamar baik secara lisan
maupun melalui surat referensi.
6. Sampel-sampel Pekerjaan
Pengujian dengan konsep simulasi pekerjaan adalah jenis test dengan sampel yang
berupaya menirukan pekerjaan sesuai situasi dan kondisi ditempat kerja, dimana
pelamar menjalankan pekerjaan tiruan tersebut.
Ada beberapa cara yang umumnya dilakukan, yaitu:
a. Permainan peran tentang cara pelamar menanggapi suatu situasi tertentu
b. Para pelamar dibawa langsung ke lokasi kerja, dan melakukan pekerjaan untuk
waktu yang singkat
c. System masa percobaan, yang mana pelamar diberikan kesempatan untuk
melakukan pekerjaan dalam periode waktu tertentu (sesuai kontrak)
d. Perusahaan mensponsori suatu lomba dimana para peserta diharuskan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan suatu pekerjaan tertentu.
7. Tes Narkoba dan Tes Kejujuran
Banyak masalah yang dihadapi masyarakatjuga ada di dalam organisasi-organisasi
yang telah mengakibatkan dua jenis tes yang baru yaitu, tes-tes kejujuran dan tes-
tes penggunaan narkoba. Dahulunya banyak perusahaan menggunakan tes-tes
poligraf atau alat pendeteksi kebohongan agar dapat mengevaluasi para pelamar
pekerjaan, tetapi ini berubah dengan berlakunya Undang-Undang Poligraf Than
1988. Undang-undang tersebut melarang penggunaan berbagai poligraf untuk
menyaring pekerjaan di sebagian besar organisasi. Namun, hal itu tidak
menghilangkan masalah pencurian yang dilakukan oleh para karyawan. Sebagai
hasilnya, industry pengujian kejujuran menggunakan kertas dan pensil telah lahir.
Perbedaan utama seputar tes-tes narkoba tidak melibatkan keandalan dan
keabsahannya, tetapi apakah tes-tes tersebut mewakili gangguan pribadi, pencarian
yang tidak masuk akal, penyitaan, atau pelanggaran proses yang wajar. Analisis
urin dan tes-tes darah merupakan prosedur-prosedur yang bersifat menyerbu dan
menuduh seseorang terhadap penggunaan narkoba merupakan masalh serius. Tes
narkoba harus diatur secara sistematis bagi seluruh pelamar untuk pekerjaan yang
sama. Pengujian tampaknya lebih dapat dipertahankan untuk pekerjaan-pekerjaan
yang yang melibatkan berbagai bahaya keamanan yang terkait dengan kegagalan
untuk menjalankan pekerjaan.
BAB 3
SIMPULAN
Organisasi melakukan seleksi untuk mencari dan memilih calon karyawan yang
akan diterima atau ditolak oleh organisasi. Dengan proses seleksi tersebut
diharapkan organisasi akan mendapat calon-calon karyawan yang benar-benar
sesuai dengan jabatan yang dibutuhkan oleh organisasi. Dalam hal ini karyawan
yang terpilih akan merasa puas apabila mereka ditempatkan pada jabatan yang
sesuai denan kemampuan mereka masing masing.
Penempatan karyawan yang sesuai pada posisi yang tepat bukan saja menjadi
keinginan organisasi tetapi juga menjadi keinginan karyawan. Dengan demikian
karyawan yang bersangkutan dapat mengetahui ruang lingkup pekerjaan yang
dibebankan kepadanya, sehingga karyawan akan merasa termotivasi dan
bersemangat dalam bekerja dan memberikan kontribusi yang maksimal bagi
organisasi.
DAFTAR PUSTAKA