Anda di halaman 1dari 24

Optimasi Model Treatment Risiko Keterlambatan Konstruksi

Dalam Meningkatkan Kinerja Operasional Bangunan Gedung


Bertingkat di Provinsi DKI Jakarta

Manlian Ronald. A. Simanjuntak1), Muhamad Sobirin Abdullah2)


1)
Guru Besar dalam Bidang Manajemen Konstruksi Universitas Pelita Harapan
2)
Program Studi Doktor Teknik Sipil Universitas Tarumanagara

Abstrak

Pertumbuhan pembangunan bangunan gedung bertingkat di Provinsi DKI


Jakarta sangat meningkat di berbagai wilayah, namun belum terlalu memperhatikan
aspek pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan penjadwalan proyek yang telah
direncanakan. Keterlambatan pelaksanaan konstruksi dapat berdampak kepada
penyelenggaraan kota DKI Jakarta, sehingga masyarakat pengguna jasa perkotaan akan
dirugikan akibat beberapa proyek konstruksi yang terlambat selama masa pelaksanaan.
Permasalahan dalam penelitian ini yang akan diselesaikan adalah: 1)Apa saja
faktor pembentuk model dari treatment risiko keterlambatan konstruksi? 2)Apa saja
indikator kinerja operasional bangunan gedung bertingkat di DKI Jakarta? 3)Bagaimana
hasil analisis model treatment risiko keterlambatan konstruksi? 4)Bagaimana hasil
optimasi model yang telah dilakukan? Namun secara khusus dalam penelitian ini akan
dibatasi membahas permasalahan penelitian pertama dan kedua.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian yang dimulai dari proses:
identifikasi isyu permasalahan penelitian, identifikasi permasalahan penelitian,
identifikasi hasil penelitian yang relevan, kajian pustaka, proses analisis, dan
pembahasan hasil penelitian. Metode penelitian ini akan dilakukan secara kualitatif dari
berbagai sumber yang mendukung.
Melalui hasil penelitian ini, akan merekomendasikan suatu pendekatan
kebaharuan dalam pola pikir awal (state of the art) untuk mengoptimalkan model
penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian ini berguna bagi penerima tugas, secara
khusus dalam hal ini adalah pihak kontraktor terpilih. Diharapkan melalui hasil
penelitian ini, para kontraktor di masa mendatang memiliki pengertian yang benar
tentang dampak dari keterlambatan proyek, sehingga proses operasional berjalan baik.

Kata kunci: risiko, treatment, keterlambatan, konstruksi, kinerja operasional,


bangunan gedung bertingkat
1)Apa saja faktor pembentuk model dari treatment risiko keterlambatan konstruksi?
2)Apa saja indikator kinerja operasional bangunan gedung bertingkat di
DKI Jakarta? 3)Bagaimana hasil analisis model treatment risiko
keterlambatan konstruksi? 4)Bagaimana hasil optimasi model yang telah
dilakukan?

PENELITIAN INI MENGHASILKAN FAKTOR DAN INDIKATOR KINERJA


OPERASIONAL PEMBENTUK MODEL TREATMENT RISIKO
KETERLAMBATAN KONSTRUKSI PADA BANGUNAN
GEDUNG BERTINGKAT TINGGI DI DKI JAKARTA

JOURNALS

Cm Knowledge Based
Risk Management
Project Shceduleing
Construction
Research Object
High building
Research Literatur
Risk manajement
Project shceduling
Conctruction
High rise building

Bab II KAJIAN PUSTAKA


Risk Management
Project Scheduling
Construction
High rise buildings
Potret Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi di Jakarta
Peraturan & Standar Yang Relevan
Hipotesis
Hasil Penelitian Yang Relevan
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Pendahuluan

Pada umumnya suatu proyek konstruksi memiliki rencana dan jadwal


pelaksanaan untuk membatasi waktu penyelesaian pekerjaan proyek. Namun tidak
jarang rencana dan jadwal pelaksanaan yang telah dibuat tidak sesuai dengan kenyataan
dilapangan, sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam penyelesaian proyek.
Menurut (Andi et al, 2003), secara umum faktor- faktor yang potensial untuk
mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi terdiri dari tujuh kategori, yaitu tenaga
kerja, bahan (material), peralatan (equipment), karakteristik tempat (site characteristics),
manajerial (managerial), keuangan (financial), faktor-faktor lainnya antara lain
intensitas curah hujan, kondisi ekonomi, dan kecelakaan kerja. Menurut (Assaf, 1995),
sering kali kontraktor mengalami kerugian, seperti yang disebabkan oleh keterlambatan
proyek dan secara terperinci untuk mengetahui faktor-faktor penyebab yang sering
terjadi dalam industri konstruksi dikelompokkan dalam sembilan faktor, yaitu: bahan,
pekerja, peralatan, keuangan, situasi, perubahan, hubungan dengan pemerintah, kontrak,
waktu dan kontrol. Sedangkan menurut (Proboyo, 1999), secara umum keterlambatan
proyek sering terjadi karena adanya perubahan perencanaan selama proses pelaksanaan,
manajerial yang buruk dan organisasi kontraktor, rencana kerja yang tidak terurus
dengan baik dan terpadu, gambar dan spesifikasi yang tidak lengkap, ataupun kegagalan
kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
Dampak dari keterlambatan berbeda bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek meskipun pada umumnya berupa kerugian waktu, uang dan fasilitas. Bagi
pemilik, keterlambatan berarti hilangnya keuntungan dari produksi fasilitas dan sewa
ruangan yang belum tersedia atau terus bergantung pada fasilitas yang ada. Bagi
kontraktor, keterlambatan berarti hilangnya uang untuk dapat terus membayar sewa alat
dan upah personil harian. Bagi publik, keterlambatan berarti bangunan dan fasilitas
tidak tersedia untuk dapat digunakan sebagaimana rencana. Kehilangan hasil pelayanan
akibat keterlambatan tidak dapat dipulihkan (Odeyinka dan Yusif, 1997, dalam Shaikh
et al. 2010).

Mengingat bahwa keterlambatan dapat muncul pada proyek konstruksi yang


dapat mengakibatkan dampak tertentu bagi berbagai pihak, maka menjadi penting untuk
mengidentifikasi dan menegaskan penyebab-penyebab aktual dari keterlambatan dalam
rangka meminimalisasi dan menghindari terjadinya keterlambatan pada proyek
konstruksi (ElRazek et al., 2008, dan Ahmed et al., 2003, dalam Alaghbari et al., 2007).

I.2 Permasalahan Penelitian

Penulis mencoba mengambil topik seperti Optimasi Model Treatment Risiko


Keterlambatan Konstruksi Dalam Meningkatkan Kinerja Operasional Bangunan
Gedung Bertingkat Di Provinsi DKI Jakarta, dasar pemilihan topik melihat dari latar
belakang permsalahan dan rasa keperdulian sebagai akademis, mencoba mencari solusi
dan pemecahan yang sering terjadi dan melihat isu-isu yang selalu berkembang di dunia
konstruksi.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Faktor faktor apa saja yang membentuk model dari treatment risiko keterlambatan
konstruksi?

2) Indikator apa saja yang berpengaruh dalam kinerja operasional bangunan gedung
bertingkat di DKI Jakarta?

3) Menganalisis hasil model treatment risiko keterlambatan konstruksi dalam


meningkatkan kinerja operasional Bangunan gedung bertingkat di DKI jakaarta ?

4) Variabel bebas mana saja, setelah di analisis dan di optimalkan dalam bentuk model
yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja operasional Bangunan gedung
bertingkat di DKI jakaarta ?
I.3 Batasan Permasalahan Penelitian

Di dalam penelitian ini, penulis membatasi pada beberapa faktor saja ,di mana
faktor yang penulis bahas adalah ;
1. Faktor faktor apa saja yang menyebabkan risiko keterlambatan Konstruksi
Bangunan Gedung Bertingkat di Provinsi DKI Jakarta

2. Apakah dengan Treatment Risiko Keterlambatan berpengaruh terhadap Konstruksi


Bangunan Gedung Bertingkat di Provinsi DKI Jakarta

3. Apakah dengan treatment risiko keterlambatan dapat meningkatkan Kinerja


Operasional Bangunan Gedung Bertingkat di Provinsi DKI Jakarta

I. 4 Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengidentifikasikan dan menganalisis faktor-faktor risiko


keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi Bangunan Gedung
Bertingkat di Provinsi DKI Jakarta
2. Untuk mencari urutan ranking dari tiap faktor serta mencari faktor utama yang
mempengaruhi risiko keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi
Bangunan Gedung Bertingkat di Provinsi DKI Jakarta
3. Untuk mencari urutan ranking dari tiap faktor serta mencari faktor utama yang
mempengaruhi treatment risiko keterlambatan penyelesaian proyek
konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat di Provinsi DKI Jakarta
4. Untuk mencari urutan ranking dari tiap faktor serta mencari faktor utama yang
mempengaruhi peningkatan kinerja operasional akibat dari treatment risiko
keterlamabatan penyelesaian proyek konstruksi Bangunan Gedung
Bertingkat di Provinsi DKI Jakarta
5. Untuk membuat Model Treatment Risiko Keterlambatan Konstruksi dalam
Meningkatkan kinerja operasional Bangunan Gedung Bertingkat di
Provinsi DKI Jakarta
6. Untuk mengoptimasi Model Treatment Risiko Keterlambatan Konstruksi
dalam Meningkatkan kinerja operasional Bangunan Gedung Bertingkat di
Provinsi DKI Jakarta
7. Manfaat Penulisan Secara umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
hasil penelitian yang diharapkan dapat membatu meminimalisir
keterlambatan dan sebagai pedoman dalam peleksanaan proyek yang akan
datang.

I.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen

perusahaan konstruksi dan perusahaan kontraktor gedung bertingkat khususnya, dan

pada umumnya pemilik perusahaan ataupun perusahaan kontraktor bidang teknik sipil

umumnya, selain itu :

1. Bagi penulis, dalam penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan,

ketajaman berfikir, kritis terhadap permasalahan yang ada dan cara pemecahan

suatu masalah

2. Bagi peneliti atau praktisi lain pada umumnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan informasi atau literatur yang bisa dijadikan bahan perbandingan dalam

penelitian lanjutan mengenai judul maupun tema yang sama.

I.6 Optimasi Model Penelitian

Diantara optimasi model dalam penelitian adalah ;

Menentukan kriteria yang diputuskan


Menentukan kriteria yang berbobot
Mengembangkan alternatif
Menyusun alternatif dengan memperhitungkan untung rugi untuk setiap
alternatif
I.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disusun dengan tujuan agar laporan ini lebih jelas dan

mudah dimengerti. Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bab I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menyajikan latar belakang, Permasalahan Penelitian, Batasan

Permasalahan Penelitian, Tujuan Penelitian, manfaat Penelitian, Optimasi Model

dan sistematika penulisan

2. Bab 1I : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menyajikan tentang Pengertian Risk Management, Project

Scheduling, Construction, Gedung Bertingkat,Potret Bangunan Gedung

bertingkat tinggi di jakarta,peraturan &standar yang relevan,Hipotesi dan hasil

peneltian yang relevan

3. Bab 1II : METODE PENELITIAN

Pada bab ini menyajikan tentang,Tahapan Proses penelitian,flowchart

penelitian,tempat penelitian,data peneltian,data primer,data sekunder, instrumen

penelitian dan responden yang akan di jadikan obyeknya

Bab 1V : HASIL DAN ANALISA

Pada bab ini menyajikan tentang hasil optimasi Model Optimasi Model

Treatment Risiko Keterlambatan Konstruksi Dalam Meningkatkan Kinerja

Operasional Bangunan Gedung Bertingkat Di Provinsi DKI Jakarta

4. Bab V : PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dalam penulisan


BAB 1I
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bangunan Gedung


2.1.1 Pengertian Bangunan
Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukan baik yang ada di atas, di bawah tanah, atau di air. Bangunan
biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana
atau insfrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam
membangun peradabannya. Menurut Wulfram (2004), proyek konstruksi dapat
di bedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan yaitu :
1. Bangunan gedung, dengan ciri-ciri :
a. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit.
c. Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan.
2. Bangunan sipil, dengan ciri-ciri :
a. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna
bagi kepentingan manusia.
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang.
c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

2.1.2 Proyek Konstruksi Gedung


Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan. Ada titik
awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi
organisasi

2.2 Gedung Bertingkat

Risk Manajemen
Risk Management
Project Scheduling
Construction
High rise buildings
Potret Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi di Jakarta
Peraturan & Standar Yang Relevan
Hipotesis
Hasil Penelitian Yang Relevan

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No Sumber Nama peneliti Judul Metode Hasil
1 Jurnal Kisman Analisis Manajemen Regresi faktor bahan/material.
teknik sipil Hasibuan, Arifal Terhadap Faktor Linier
Universitas Hidayat. Mt, Keterlambatan Proyek berganda
Pasir Padalumba Konstruksi Di
Pengaraian Lingkungan Dinas
Pariwisata Kabupaten
Rokan Hulu
2 Skripsi,2013 Elwi maulana faktor factor yang Regresi Perencanaan keuangan
s, berpengaruh terhadap Linier proyek/Chas flow yang
keterlambatan berganda kurang jelas
proyek konstruksi
gedung di kota medan
3 Jurnal Teknik Sipil, Yunita Afliana Kajian Penyebab Regresi factor ketersediaan
Vol. II, No. 2, Messah, Keterlambatan Linier tenaga kerja dan factor
September 2013 Theodorus Pelaksanaan Proyek berganda mobilisasi material.
Widodo, Marisya Konstruksi Gedung di
L.Adoe Kota Kupang,

4 jurnal Konstruksia , Deden Matri Studi Faktor-Faktor Anon- keterampilan tenaga


Vol- 6 No. 1 Wirabakti1, Penyebab probability kerja dan tingginya
Desember 2014 Rahman Keterlambatan Proyek purposive intensitas curah hujan
Abdullah2, Andi Konstruksi Bangunan sampling
Maddeppungeng2 Gedung,

5 xSkripsi.UPN,2012 Marcio Jeane Analisa Faktor-Faktor Uji Statistik Pembayaran telat dari
Marcal Ferreira Penyebab Non owner,curah
Lihite Keterlambatan Parametrik hujan,disiplin tenaga
Penyelesaian Proyek dengan kerja dan pengawasan
Konstruksi analisis
Kendall W
6 skripsi,UI,2011 Ryan Ariefasa faktor penyebab Regresi Kesalahan dari
keterlambatan Linier owner,kesulitan
pekerjaan konstruksi berganda keuangan oleh
bangunan gedung kontraktor,pengambilan
bertingkat yang keputusan telat dan
berpengaruh terhadap pembayaran dari owner
perubahan anggaran telat
biaya pada pekerjaan
struktur,
7 Jurnal Momentum Idzurnida Identifikasi Faktor - Analytical mutu material, mutu
ISSN : 1693-752X Ismaelda, Junaidi Faktor Yang Hierarchy material tidak sesuai
,Vol.16 No.1. Mempengaruhi Proce spesifikasi
Februari 2014 , Keterlambatan
Pelaksanaan
Pekerjaan Pada Proyek
Pembangunan Gedung
Di Kota Bukittinggi,

8 Jurnal Idzurnida Keterlambatan Proyek Statistik Metode pengoperasian


Momentum ISSN Ismael Konstruksi Gedung alat Menggunakan
1693-752X Faktor Penyebab Dan tenaga kerja yang tidak
Vol.14 No.1. Tindakan terampil, dan Material
Pencegahannya yang digunakan kurang
Februari 2013

9 Jurnal Ilmiah Mickson Pinori, Analisis Faktor Regresi pelaksanaan tahapan


Media B.F.Sompie dan Keterlambatan Linier pekerjaan yang jelek,
Penyelesaian Proyek berganda volume material yang
Engineering Vol.5 Debby Willar
Konstruksi Gedung dikirim ke lokasi tidak
No.2, September cukup, kekurangan
Terhadap Mutu, Biaya
2015 (283-293) tenaga kerja
Dan Waktu Di Dinas
ISSN: 2087-9334 Pekerjaan Umum Kota
401 Manado
10 Skripsi,UPI,2014 Erlina Fransiska Analisis Faktor Deskriptif (1). Keterlambatan
Sihombing Penyebab Keterlambatan pengiriman bahan dan
Pekerjaan Proyek perubahan desain oleh
Konstruksi (Studi Kasus owner, (2).
Pada Proyek Yang Keterlambatan
Dibangun Oleh Pt. pembayaran oleh pihak
Wijaya Karya ) owner, (3) kerusakan
peralatan dan
ketersediaan keuangan
selama pelaksanaan, (4).
Kekurangan tukang,
kemampuan tenaga kerja
dan kesulitan keuangan
pada owner, (5) pengaruh
hujan
11 Tesis,UAJ,2015 Sonia Elisabeth Analisis Faktor-Faktor Regresi faktor karakteristik
Vieira Aniceto Penyebab Keterlambatan Linier tempat, faktor sistem
Pada Proyek Konstruksi berganda inspeksi, kontrol, dan
Pemerintah Dan Swasta evaluasi pekerjaan ,dan
Di Timor Leste. faktor bahan
12 Tesis,UNS,2014 Hana Wardani deskriptif terjadinya perubahan
Puruhita Evaluasi Penyebab kuantitatif. desain oleh owner,
Keterlambatan Dalam perubahan spesifikasi
Penyelesaian Proyek pada saat proyek
Konstruksi (Studi masih berlangsung,
Kasus: Rosalia Indah adanya pekerjaan
Group) tambahan,
pelaksanaan jadwal
proyek yang tidak
sesuai, dan
kekurangan tenaga
kerj
13 Jurnal Ilmiah Ria Handayani,, Analisis Faktor-Faktor Relatif Situasi/Lokasi dan
Elektronik Ariany Penyebab Infeks curah hujan
Infrastruktur Frederika, A.A. Keterlambatan
Teknik S ipil, Wiranata2 Pelaksanaan Pekerjaan
Volume 2, No. 1,
Proyek Gedung Di
Pebruari 2013
VII-1 Kabupaten Jembrana
(Studi Kasus :
Pembangunan Proyek
Gedung Di Kabupaten
Jembrana)

14 Jurnal Diajukan Baiq Farida Analisis Penyebab metode Intervensi Negatif


untuk memenuhi Sakinah Keterlambatan Pada relatif indeks Masyarakat,Sumber
persyaratan Pekerjaan Konstruksi Daya Manusia ,Alat
memperoleh gelar Jalan Kabupaten Kerja,Finansial.
Sarjana Teknik Lombok Tengah
Teknik Sipil Dengan Metode
UNIBRAW, Analisa Faktor
2015

15 Jurnal,Teknik Sipil Zulvantino Dan Analisa Faktor_Faktor deskriptif : Keahlian tenaga


USU,Vol 4 No Ir.Syahrizal, M.T Resiko Yang kerja yang kurang
1,2015 Mempengaruhi
terampil Tidak
Keterlambatan Proyek
Gedung ( Studi Kasus : efektifnya
Pelaksanaan Proyek perencanaan dan
Konstruksi Gedung Di penjadwalan
Kota Medan ) Kesulitan finansial,
Jadwal tenaga kerja
,Adanya perubahan
desain dan Jumlah
peralatan yang
digunakan
16 Tesisi,UNDIP,2010 Suyatno Analisis Faktor Kuesioner (1) Kekurangan
Penyebab Keterlambatan tenaga kerja, (2)
Penyelesaian Proyek
Kesalahan
Gedung (Aplikasi Model
Regresi) perencanaan dan
spesifikasi, (3) Cuaca
buruk/hujan, (4)
Produktivitas tidak
optimal oleh
kontraktor, (5)
pengelolaan
material, (6)
Perubahan scope
pekerjaan oleh
konsultan .
17 Jurnal Rekayasa Ariful Bakhtiyar, Analisis Faktor-Faktor korelasi pemilihan
Sipil / Volume 6, Agoes Yang Mempengaruhi Product kontraktor,
No. 1 2012 Issn Soehardjono, Keterlambatan Proyek Moment, Gambar/spesifikasi
1978 5658 M. Hamzah Konstruksi rencana yang
Hasyim Pembangunan Gedung salah/tidak lengkap,
Di Kota Lamongan Mobilisasi sumber
daya (bahan, alat,
tenaga kerja)

18 Jurnal Ilmiah Dhian C. Nur Penyebaran Faktor Tenaga Kerja,


Astina, Ida Ayu Rai Analisis Faktor-
Elektronik Kusioner Kesulitan Pembayaran
Widhiawati, I G. Faktor Penyebab
Infrastruktur Putu Joni
Oleh Pemilik
Teknik Sipil, Vol Keterlambatan
1, No 1, 2012
Pelaksanaan
Pekerjaan Proyek
Konstruksi Di
Kabupaten Tabanan

19 Jurnal Teknik Its Ridhati Amalia, Analisa Penyebab Fault Tree Perubahan Desain Serta
Vol. 1, No. 1, Mohammad Arif Keterlambatan Proyek Analysis Perijinan,IMB belum
(Sept. 2012) Issn: Rohman, Pembangunan (FTA) turun
2301-9271 Cahyono Bintang Sidoarjo Town Square
Nurcahyo
19 American Journal Dr. Ashraf Causes and Effects of The Manajemen Yang
of Engineering Samarah Delay in Public questionnaire Tidak Memadai Dan
Research (AJER) e- Dr.Ghanim A. Construction Projects Pengawasan Oleh
ISSN: 2320-0847 Bekr in Jordan Kontraktor, (2)
p-ISSN : 2320- Perubahan Klien Dari
0936 Volume-5, Desain, (3)
Issue-5, 2016 Perencanaan Yang
Tidak Memadai Dan
Kontrol Oleh
20 Mar. 2014, Volume Joseph Ignatius Delays to Large The masalah pembayaran,
8, No. 3 (Serial No. Teye Buertey , Construction Projects questionnaire sengketa dan litigasi.
76), pp. 367-377 Augustine Kaku in Ghana: A Risk sumber daya,
Journal of Civil Miezah and Overview komunikasi
Engineering and Theophilus Adjei
Architecture, ISSN Kumi
1934-7359, USA
21 Yau, Nie-Jia | Factors causing design
Yan, Jyh-Bin schedule delays in
turnkey projects in
Taiwan
an empirical study of
power distribution
substation projects

22 Skripsi,UNISEM Hasoloan Analisa factor-faktor Kuesioner Dokumen


,Surakarta,2012 benget penyebab Pekerjaan,Sumber
keterlambatan Daya Manusi,Keahlian
sianipar Tenaga Kerja,Sisten
penyelesaian proyek
Evaluasi Dan
konstruksi
Perencanaan
pengaruhnya terhadap
biaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Proyek
Proyek didefinisikan sebagai sebuah rangkaian aktivitas unik yang saling terkait
untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam periode waktu tertentu (Chase
et.al., 1998). Menurut Project Management Body of Knowledge (PMBOK) Guide,
sebuah proyek
memiliki beberapa karakteristik penting yang terkandung didalamnya yaitu: sementara
(temporary), unik dan progressive elaboration, selalu berkembang dan berlanjut hingga
proyek berakhir. Selain itu proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Senantiasa dibutuhkan pemberdayaan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan
untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu. Aktivitas atau
kegiatankegiatan pada proyek merupakan sebuah mata rantai, yang dimulai sejak
dituangkannya ide, direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai benar-benar
memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaan semula. Hingga pada akhirnya kita
akan dapat melihat bahwa pelaksanaan proyek pada umumnya merupakan rangkaian
mekanisme tugas dan kegiatan yang kompleks, membentuk saling ketergantungan dan
secara otomatis mengandung permasalahan tersendiri.(dalam Fitri, 2012).

2.2 Proses Pembangunan Konstruksi


Ada bermacam-macam cara munculnya ide proyek. Menurut (Sentosa, Budi,
2009) antara lain:
1. Dari klien datang langsung ke konsultan/kontraktor Proyek yang berasal dari
klien yang ditawarkan ke suatu konsultan atau kontraktor, dimana sudah jelas macam
pekerjaan yang harus ditangani. Dalam kondisi seperti ini biasanya tidak ada proses
tender sehingga tidak ada suasana kompetitif dalam perebutan proyek. Hal ini terjadi
jika terdapat hubungan baik antara pemberi dan penerima proyek. Banyak sekali proyek
seperti ini, khususnya untuk proyek yang nilainya relatif kecil. Contoh, suatu
perusahaan swasta meminta konsultan manajemen untuk membuat suatu corporate plan.
2. Karena ada tawaran dana Ada proyek yang muncul karena adanya tawaran
dana dari instasi atau lembaga tertentu. Dengan adanya tawaran itu kita bisa menyusun
proposal proyek. Di dalam lembaga pendidikan sering ada tawaran dana penelitian
untuk topik tertentu dengan alokasi dana tertentu. Dengan adanya ini suatu tim atau
perseorangan mengajukan proposal penelitian. Jika proposal ini disetujui, maka
terciptalah sebuah proyek penelitian.
3. Lewat proses lelang Dalam hal ini ide proyek muncul karena adanya tawaran
lelang. Di sini suatu konsultan atau kontraktor harus berkompetisi untuk memenangkan
tender/lelang. Proses yang harus dilalui biasanya lebih rumit dan panjang.
Keprofesionalan suatu perusahaan bisa teruji di sini. Jika tender dilakukan secara fair
maka hanya perusahaan yang profesional di bidangnya yang kemungkinan besar bisa
memenangkan persaingan dan dipilih sebagai pelaksana proyek. Proyek-proyek
pemerintah untuk pembangunan jalan, irigasi, fasilitas publik yang lain dan pengadaan
alat biasanya masuk dalam kategori ini.
4. Dari dalam perusahaan sendiri Ide proyek berasal dari dalam perusahaan
sendiri dengan sumber dana dari perusahaan dan dikerjakan sendiri oleh perusahaan.
Proyek-proyek perbaikan proses, fasilitas ataupun manajemen produksi suatu
perusahaan manufaktur atau riset dan pengembangan masuk dalam kategori ini.
Misalkan suatu perusahaan membuat suatu tim untuk mendesain suatu statiscal process
control lalu diterapkan di salah satu lini produksi. Munculnya ide berasal dari dalam dan
dikelola oleh orang-orang dari dalam perusahaan sendiri.
5. Melalui penawaran Jika suatu perusahaan atau konsultan tidak mendapatkan
pekerjaan, maka sangat mungkin perusahaan tersebut akan menawarkan produk/jasa
atau solusi dari suatu persoalan kepada perusahaan atau individu yang potensial
memerlukannya. Dari situ mungkin calon kustumer akan tertarik untuk membeli produk
atau solusi yang ditawarkan, di sini pekerjaan proyek bisa muncul karena keaktifan
pihak konsultan. Sebagai contoh, suatu konsultan bisa melakukan presentasi ke suatu
perusahaan mengenai pekerjaan apa saja yang bisa dikerjakan oleh konsultan ini untuk
meningkatkan kinerja perusahaan yang didatanginya. Misalkan pekerjaan pembuatan
sistem informasi manajemen.

1.3 Siklus proyek Secara umun


Tahap konsepsi ini bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Inisiasi Proyek Inisiasi adalah titik di mana suatu ide tentang proyek lahir.
Banyak user tahu ada masalah tetapi sulit untuk mengemukakannya. Perlu dilakukan
pengklarifikasian terhadap masalah kemudian mempertimbangkan solusinya. Sebaiknya
masalah diformulasikan dalam suatu pernyataan yang jelas, lalu tujuan penyelesaian
masalah itu ditentukan dan dicari alternatif solusi yang mungkin.
2. Kelayakan proyek Kelayakan adalah proses investigasi terhadap masalah dan
mengembangkan solusi secara lebih detail apakah penyelesaian masalah itu cukup
menguntungkan secara ekonomis dan bermartabat.

2.4. Manajemen Resiko Proyek


Resiko merupakan kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dan konsekuensi
dari kejadian tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu
konsekuensi untuk satu kejadian dan konsekuensi bisa merupakan hal yang positif
maupun negatif. (Shortreed, 2003).
Resiko dapat dikatakan sebagai suatu kesempatan, dalam terminologi kuantitatif
dari suatu kejadian bahaya yang didefinisikan. Risk exposure = risk likelihood x risk
impact Tujuan manajemen resiko adalah mencegah atau meminimalisasi pengaruh yang
tidak baik akibat kejadian yang tidak terduga melalui menghindari resiko atau
mempersiapkan rencana kontingensi yang berkaitan dengan resiko tersebut. Probabilitas
tinggi Probabilitas Kerugian Risiko tinggi Risiko menengah Risiko kecil Ukuran impak
Impak besar Gambar Klasifikasi risiko berdasarkan kemungkinan dan impaknya
2.5. Aspek Permasalahan Dalam kurun Waktu Pelaksanaan Proyek Pembangunan
Gedung.
1. Keterlambatan proyek konstruksi Keterlambatan proyek konstruksi adalah
tidak selesainya pekerjaan yang telah disepakati dalam dokumen kontrak pelaksanaan.
Keterlambatan proyek konstruksi mengakibatkan bertambahnya waktu pelaksanaan
penyelesaian proyek yang telah direncanakan. Penyelesaian pekerjaan yang tidak tepat
waktu tersebut merupakan kurangnya tingkat produktifitas yang mana akan
mengakibatkan bertambahnya biaya konstruksi. 2. Dampak keterlambatan proyek
konstruksi Pihak kontraktor Keterlambatan penyelesaian proyek mengakibatkan
naiknya overhead, karena bertambahnya waktu pelaksanaan. Pihak konsultan
Konsultan akan mengalami kerugian waktu, serta mengalami keterlambatan dalam
mengerjakan proyek lainnya. Pihak owner Apabila pemiliknya adalah pemerintah,
untuk fasilitas umun maka pelayanan ini akann merugikan masyarakat, apabila pihak
pemilik dari swasta semisal pembangunan gedung, maka akan tentu pembangunan
gedung tidak akan dapat digunakan sebagaimana mestinya dari waktu yang
direncanakan.
2.6 Risiko Proyek
Menurut Widerman (1992), risiko proyek dalam manajemen risiko adalah efek
kumulasi dari peluang kejadian yang tidak pasti, yang memengaruhi sasaran dan tujuan
proyek. Sedangkan Manajemen risiko adalah proses yang meliputi perencanaan
manajemen risiko, identifikasi risiko, perencanaan respon risiko dan pemantauan
kontrol proyek.

2.7 Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kinerja proyek


Faktor- faktor risiko yang mempengaruhi kinerja waktu dan kinerja mutu pada proyek
dibedakan menjadi 7 variabel, yaitu :
a. Faktor Bahan (material) terdiri dari:
1. Kekurangan bahan konstruksi
2. Perubahan material pada bentuk, fungsi dan
spesifikasi
3. Keterlambatan pengiriman bahan
4. Kerusakan bahan di tempat penyimpanan
5. Kelangkaan bahan
6. Ketidaktepatan waktu pemesanan bahan
b. Faktor Peralatan (equipment) terdiri dari:
1. Kerusakan Peralatan
2. Kekurangan Peralatan
3. Produktivitas Peralatan
c. Faktor Keuangan (financing) terdiri dari:
1. Ketersediaan keuangan selama pelaksanaan
2. Keterlambatan proses pembayaran oleh owner
3. Tidak adanya uang intensif untuk kontraktor
apabila waktu penyelesaian lebih cepat dari
jadwal.
d. Faktor Lingkungan dan masyarakat (environment)
terdiri dari:
1. Pengaruh cuaca pada aktifitas konstruksi.
2. Pengaruh keamanan lingkungan terhadap
pembagunan proyek.
3. Masalah geologi di lokasi.
4. Tidak adanya komunikasi antara kontraktor
dengan masyarakat.
e. Faktor Tenaga kerja (man power) terdiri dari:
1. Kekurangan Tenaga Kerja.
2. Kemampuan tenaga kerja.
3. Kompetensi kontraktor.
4. Subkontraktor atau mitra kerja tidak ahli di
bidangnya.
5. Perbedaan penilaian mutu produk.
6. Pemahaman spesifikasi pekerjaan yang tidak
sama.
7. Campur tangan atau intervensi owner.
f. Faktor perencanaan terdiri dari:
1. Keterlambatan perizinan sebelum pelaksanaan.
2. Terjadinya perubahan desain.
3. Kesalahan desain oleh perencana.
4. Terjadinya additional work.
g. Faktor Manajemen terdiri dari:
1. Sistem pengendalian waktu yang lemah.
2. Penyusunan urutan kegiatan yang kurang baik.
3. Tidak dilakukan evaluasi spesifikasi pekerjaan
sebelum pelaksanaan.
4. Tidak adanya prosedur operasi setiap pekerjaan.
5. Kesalahan dalam pemahaman dokumen kontrak.
6. Manajemen K3 yang buruk.
7. Prosedur manajemen Mutu yang tidak sesuai.

2.8 Keterlambatan Proyek


Oleh karena itu dampak keterlambatan pelaksanaan proyek ini, kemungkinan bisa
mengakibatkan terjadinya perselisihan (disputes) antara kontraktor dan pemilik.
2.8.1 Jenis-jenis Keterlambatan Proyek
Jenis-jenis utama (main) keterlambatan proyek yang telah dilakukan oleh peneliti-
peneliti sebelumnya yaitu Vidalis et al. dalam Al-Najjar (2008) antara lain: Menurut Ervianto
(2005) terdapat hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek, yang
pada umumnya dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan yang
berkaitan dengan fungsi dari pihak-pihak tersebut dan juga hubungan kerja formal, yaitu
pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu dokumen kontrak. Secara fungsional
terdapat 3 pihak yang sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi, yaitu pihak
pemilik proyek, pihak konsultan dan pihak kontraktor. Ketika proyek konstruksi
terlambat, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai
dengan kontrak. Jika pekerjaan proyek tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka
akan ada penambahan waktu. Apabila setelah penambahan waktu pelaksanaan proyek
ini juga tidak selesai sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu
tambahan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan
pekerjaan proyek tersebut. Dengan kata lain bahwa adanya waktu tambahan yang
diberikan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan
pekerjaan proyek, tetapi tidak juga terlaksana, maka kemungkinan akan terjadi
pemutusan kontrak kerja (Madjid, 2006). Tambahan waktu untuk menyelesaikan proyek
adalah solusi penyelesaian masalah. Tetapi adanya perpanjangan waktu dari jadwal
kontrak, dapat disebabkan antara lain; pekerjaan tambah, perubahan desain,
keterlambatan oleh pemilik. masalah diluar kendali kontraktor. Dengan adanya
perbedaan perjanjian kontrak awal dengan selang waktu penyelesaian proyek maka
terjadilah keterlambatan proyek yang tidak diinginkan oleh semua pihak-pihak terkait.
Hal sama dinyatakan oleh Bordat et al. (2004) bahwa keterlambatan waktu pelaksanaan
proyek adalah perbedaan antara pelaksanaan proyek pada saat perjanjian kontrak awal
dan selang waktu penyelesaian proyek. Dalam pengertian lain Madjid (2006)
berpendapat bahwa keterlambatan proyek konstruksi dapat diidentifikasi sebagai adanya
perbedaan waktu pelaksanaan pekerjaan dengan jadwal yang direncanakan pada
dokumen kontrak. Dapat dikategorikan sebagai tidak tepatnya waktu pelaksanaan
proyek yang telah ditetapkan. Pembuatan rencana jadwal proyek konstruksi selalu
mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan tersebut dibuat.
Masalah dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian antara jadwal rencana yang telah
dibuat dengan pelaksanaannya. Sehingga dampak yang sering terjadi adalah
keterlambatan waktu pelaksanaan penyelesaian proyek dan juga disertai dengan
meningkatnya biaya pelaksanaan proyek tersebut (Widhiawati, 2009). Hal yang sama
dinyatakan oleh Kaming et al. dalam Al-Najjar (2008) bahwa keterlambatan proyek
diasumsikan sebagai perpanjangan waktu pelaksanaan proyek dari yang dijadwalkan
oleh kontraktor sesuai kontrak. Keterlambatan proyek in berdampak pada progress
proyek dan tertundanya aktifitas pelaksanaan proyek dan kegiatan pelaksanaan proyek.
Keterlambatan pelaksanaan proyek ini termasuk adanya faktor penyebab oleh faktor
cuaca, sumber daya, perencanaan. Namun menurut Vidalis et al. dalam Al-Najjar (2008)
mengatakan bahwa keterlambatan proyek konstruksi dipengaruhi oleh faktor eksternal
dan internal. Penyebab keterlambatan proyek internal berasal dari pemilik, perencana
(designer), kontraktor atau konsultan. Penyebab keterlambatan proyek eksternal
(external) yaitu berasal dari luar proyek konstruksi seperti; keperluan perusahaan,
pemerintah (government), sub kontraktor, pengadaan material (material suppliers),
serikat buruh, keadaan alam yang tidak lazim (force majeur). Force majeur adalah
kejadian diluar kemampuan kontraktor dan pemilik proyek, yang dapat mempengaruhi
biaya, waktu seperti kejadian alam, huru hara, kebijakan pemerintah/ moneter. Hal
berbeda dinyatakan oleh Alghbari et al. dalam Al-Najjar (2008) tentang penyebab
keterlambatan eksternal seperti kurangnya material yang ada di pasaran, kurangnya
peralatan dan alat-alat yang ada di pasaran, kondisi cuaca tidak lazim, kondisi lokasi,
struktur tanah yang tidak layak, keadaan ekonomi yang tidak stabil (penukaran mata
uang, inflasi), adanya perubahan undang-undang dan regulasi pemerintah, adanya
keterlambatan pengiriman material, adanya faktor yang berasal dari pelayanan umum
(jalan, fasilitas umum, public sevices). Dengan adanya keterlambatan proyek ini, maka
2 kategori yang berhubungan langsung yakni: masalah waktu pelaksanaan (time) proyek
dan biaya (cost) (Le-Hoai et al. 2008).
Ahmad dalam Wei (2010) menyatakan bahwa keterlambatan pelaksanaan
proyek dikategorikan 2 bagian yaitu: tidak cukup (lack) material dan faktor-faktor lain
termasuk, tenaga kerja, material, peralatan, financial problem (masalah keuangan).
Faktor-faktor tambahan seperti cuaca, terlambatnya penerimaan material, perubahan
design, kesalahan spesifikasi, dan force majeure, terjadi pemogokan di lokasi proyek.
Pengelompokkan menurut Kraiem dan Dickman dalam Proboyo (2009)
Abdullah et al. (2010) berpendapat bahwa Compensable delay adalah
keterlambatan proyek adanya kontraktor memperoleh tambahan waktu (additional time)
pelaksanaan pekerjaan proyek dan kompensasi, akan tetapi untuk non compensable
delay, maka kontraktor hanya memperoleh tambahan waktu pelaksanaan proyek saja.
Non excusable delay adalah keterlambatan proyek disebabkan kontraktor
(contractord weakness) atau bukan kesalahan pemilik (owner). Kontraktor tidak
mendapatkan tambahan waktu (no additional time) dan tambahan uang (no additional
money) akibat keterlambatan pelaksanaan proyek (Alaghbari dalam Sallah, 2009).
Kontraktor bertanggung jawab atas keterlambatan pelaksanaan proyek. Adanya
faktor penyebab keterlambatan proyek, seperti terlambatnya pengadaan material,
kesulitan finansial (financial difficulties), tidak efektifnya perencanaan dan
penjadwalan, perubahan manajemen. Menurut Al-Najjar (2008) bahwa Concurrent
delay dapat terjadi jika hanya satu faktor penyebab keterlambatan proyek dan ini
umumnya antara pelaksanaan waktu proyek dan uang yang menjadi masalah. Akan
tetapi yang lebih kompleks terjadi dan lebih spesifik, adanya masalah lebih dari satu
faktor penyebab keterlambatan proyek pada saat waktu pelaksanaan bersamaan progress
skedul atau tumpang tindih (overlapping) waktu pelaksanaan proyek.
Hal yang terjadi ini, mengakibatkan kontraktor dan pemilik yang bertanggung
jawab atas keterlambatan proyek. Dalam pengertian lain menurut Rubin et al. dalam
Braimah (2008) berpendapat bahwa concurrent delay adalah kondisi dalam dua atau
lebih keterlambatan proyek yang terjadi pada waktu bersamaan progress pelaksanaan
proyek. Pengertian Concurrent delay adalah keterlambatan pelaksanaan proyek lebih
kompleks tapi juga lebih spesifik jenis keterlambatan proyek. Adanya keterlambatan
proyek disebabkan lebih satu faktor atau kombinasi dari dua atau lebih penyebab
keterlambatan proyek yang terjadi selama pada waktu bersamaan pelaksanaan proyek
atau dapat terjadinya tumpang tindih (overlapping) periode waktu pelaksanaan proyek
(Alaghbari dalam Sallah, 2009). Dalam pengertian lain, adanya keterlambatan
pelaksanaan proyek terjadi waktu bersamaan pada progres pelaksanaan proyek dan
kategori keterlambatan proyek ini termasuk excusable delay dan non excusable delay.
1. Keterlambatan proyek yang dapat dimaafkan (excusable delay), yakni keterlambatan
proyek yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali baik oleh pemilik
maupun kontraktor.
2. Keterlambatan proyek yang tidak dapat dimaafkan (non excusable delay), yakni
keterlambatan proyek yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan
kontraktor.
3. Keterlambatan proyek yang layak mendapat ganti rugi (compensable delay), yakni
keterlambatan proyek yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan pemilik
4. Keterlambatan proyek yang tidak layak mendapat ganti rugi (non compensable
delay), yakni keterlambatan proyek yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau
kesalahan kontraktor.
5. Critical atau non critical, keterlambatan proyek ini adalah akibat dari waktu progress
pelaksanaan proyek. Keterlambatan proyek yang tidak kritis (non critical delays), maka
tidak berdampak pada skedul project. Terjadi efeknya pada kegiatan critical path pada
skedul.
6. Pelaksanaan progress atau terjadinya pada waktu bersamaan (concurrent) atau non
concurrent. Hal ini terjadi ketika pemilik dan kontraktor yang bertanggung jawab atas
penyebab keterlambatan pekerjaan proyek.

2.9. Penyebab Keterlambatan


Lewis dan Atherley dalam buku (Langford, 1999) mengidentifikasi
beberapa penyebab keterlambatan, yaitu:
1. Keterlambatan pembayaran oleh client owner.
2. Pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek oleh kontraktor.
3. Kesalahan pengelolaan material oleh kontraktor.
4. Kekurangan tenaga kerja oleh kontraktor.
5. Hujan deras / lokasi pekerjaan yang tergenang air.
6. Keadaan tanah yang berbeda dari yang diharapkan.
7. Pekerjaan tambahan yang diminta oleh client owner.
8. Perubahan dalam pekerjaan plumbing, struktur, elektrikal.
9. Kesalahan dalam perencanaan dan spesifikasil.
10. Ketidakjelasan perencanaan dan spesifikasi.
11. Perubahan-perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi.
12. Kesalahan dalam menginterprestasikan gambar atau spesifikasi.
13. Perubahan metode kerja oleh kontraktor.
14. Change order oleh client owner.
15. Perencanaan schedule pekerjaan yang kurang baik oleh kontraktor.
16. Produktifitas yang kurang optimal dari kontraktor.
17. Perubahan scope pekerjaan konsultan.
18. Pemogokan yang dilakukan oleh kontraktor.
19. Memperbaiki pekerjaan yang sudah selesai.
20. Memperbaiki kerusakan suatu pekerjaan akibat pemogokan.
21. Terlambatnya persetujuan shop drawing oleh konsultan.

2.10 Dampak Keterlambatan Proyek


Menurut (Alifen et al, 2000), bahwa dampak dari keterlambatan proyek ini
menimbulkan kerugian pada pihak kontraktor, konsultan, dan owner. Kerugian
tersebut antara lain :
1. Pihak Kontraktor
Keterlambatan penyelesaian proyek berakibat naiknya overhead, karena bertambah
panjangnya waktu pelaksanaan. Biaya overhead meliputi biaya untuk perusahaan
secara keseluruhan, terlepas ada tidaknya kontrak yang sedang ditangani.
2. Pihak Konsultan
Konsultan akan mengalami kerugian waktu, serta akan terlambat dalam
mengerjakan proyek yang lainnya, jika pelaksanan proyek mengalami
keterlambatan penyelesaian.
3. Pihak Owner
Keterlambatan proyek pada pihak pemilik/Owner, berarti kehilangan penghasilan
dari bangunan yang seharusnya sudah dapat digunakan atau disewakan.
Apabila pemilik adalah pemerintah, untuk fasilitas umum misalnya rumah sakit
tentunya keterlambatan akan merugikan pelayanan kesehatan masyarakat, atau
merugikan program pelayanan yang telah disusun. Kerugian ini tidak dapat
dinilai dengan uang tidak dapat dibayar kembali. Sedangkan apabila pihak
pemilik adalah non pemerintah, misalnya pembangunan gedung, pertokoan atau
hotel, tentu jadwal pemakaian gedung tersebut akan mundur dari waktu yang
direncanakan, sehingga ada waktu kosong tanpa mendapatkan uang.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dalam Tesis ini termasuk penelitian survey yaitu


penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Singaribun, 1995), Ada tiga
persyaratan penting dalam mengadakan kegiatan penelitian yaitu :

1 Sistematis, apabila penelitian dilaksanakan menurut pola tetentu, dari


yang paling sederhana sampai kompleks hingga tercapai tujuan secara
efektif dan efisien

2 Berencana, apabila penelitian dilaksanakan dengan adanya unsur


kesengajaan dan sebelumnya sudah difikirkan langkah-langkah
pelaksanaannya

3 Mengikuti konsep ilmiah, apabila mulai dari awal sampai akhir kegiatan
penelitian mengikuti cara- cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip
memperoleh ilmu pengetahuan.

Berkaitan dengan strategi ragam penelitian termasuk penelitian opini, yaitu


mencari pendapat atau pandangan dari orang- orang yang berpengalaman dan
sangat berperan dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer, yaitu langsung
berhubungan dengan responden dengan cara memberikan beberapa pertanyaan
yang berupa kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
Berkaitan dengan apa yang dipaparkan tersebut diatas, maka dapat
dijelaskan dengan bagan alir dari flow chart berikut ini :
3.1.Bagan Alir Penelitian
A dapun tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian
ini, disajikan dalam bentuk bagan alir berikut ini :

Mulai

Perumusan Masalah

Tinjauan Pustaka dan Landasan

Pembuatan
Kuisioner

Penyebaran
Kuisioner

Penarikan Kuesioner

Analisa Data
Deskriptif
dengan Excel
dan Spss

Pembahasan
Model Treatment Risiko Keterlambatan
pemilihan
peringkat/ranking setelah
pemilihan rangking
di lanjutkan dengan Optimasi
Model Treatment Risiko
Keterlambatan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian

Anda mungkin juga menyukai