Consulting engagement memiliki sifat, ruang lingkup dan proses yang beragam. Dari tiga jenis consulting
engagement (pelatihan, advisory, dan fasilitasi), advisory memiliki tahapan proses yang mirip dengan
assurance engagement.
Secara umum, tahapan consulting sama dengan assurance, hanya saja detil tahapan eksekusinya berbeda.
Bahkan dalam beberapa kasus, beberapa tahapan tidak dibutuhkan sama sekali.
Perbedaan utama consulting dengan assurance, consulting tidak melakukan independent assessment untuk
digunakan pihak ketiga. Hanya ada dua pihak dalam assurance: tim internal audit dan pihak yang
meminta layanan.
PLAN
PLAN
Perencanaan advisory consulting engagement sangat mirip dengan assurance dengan beberapa
pengecualian. Pertama, jika advisory consulting dipilih setelah finalisasi perencanaan audit internal,
perencanaan secara khusus lebih peka terhadap waktu dan perlu diselesaikan pada jangka waktu yang
ketat. Seringnya jangka waktu penugasan tidak dapat fleksibel karena situasi yang diluar kendali fungsi
audit atau feedbacknya sangat dipengaruhi waktu.
1. Determine engagement objectives and scope
Kunci kesuksesan advisory consulting sangat bergantung pada kemampuan auditor internal untuk
memahami ekspektasi customer atas penugasan. Seperti halnya penugasan assurance,
menentukan tujuan di awal menjadi penting. Namun demikian, dalam advisory consulting, tujuan
awal bisa jadi belum ditentukan secara detil, namun seiring bertambahnya informasi yang
diperoleh, tujuan yang jelas dapat dirumuskan. Contoh tujuan advisory consulting engagement:
Reviu atas desain pengendalian dan memberikan masukan untuk perbaikan
Memberikan masukan atas desain proses baru.
Mereviu sistem komputer baru sebelum diimplementasikan
Memberikan advice pada saat due diligence review atas merger/akuisisi potensial
Advisory consulting kebanyakan dilaksanakan karena permintaan manajemen. Karena
fungsi audit internal lebih fokus pada permintaan customer, sangat penting untuk
mementukan lingkup dan jangka waktu penugasan. Dalam jalannya penugasan, ruang
lingkup bisa saja berubah dikarenakan informasi yg diperoleh semakin berkembang.
Namun demikian, karena sumber daya yang terbatas, perlu untuk menetapkan batasan.
2. Obtain final approval of objectives and scope from customer
Tujuan, ruang lingkup, serta tanggung jawab yang disusun perlu mendapatkan persetujuan dari
customer sebelum penugasan dilakukan. Kesepakatan ini perlu didokumentasikan untuk
menghindari kesalahpahaman di kemudian hari.
Perlu juga didiskusikan sebelumnya, output yang diharapkan dari customer pada kahir penugasan.
Hal ini sangat beragam tergantung dari sifat dan lingkup penugasan.
3. Understand lingkungan penugasan dan bisnis proses yang relevan.
Perlu untuk mengumpulkan informasi tentang area dimana penugasan dilakukan.
PERFORM
3. Gather and evaluate evidence
4. Formulate advice
COMMUNICATE
7. Determine nature and form of communications with customer
8. Vet advice
9. Conduct interim and preliminary engagement communication
10. Develop Final engagement communications
11. Distribute final engagement communications.
12. Perform monitoring and follow-up (if appropriate)