Anda di halaman 1dari 3

Proses Consulting Engagement

Consulting engagement memiliki sifat, ruang lingkup dan proses yang beragam. Dari tiga jenis consulting
engagement (pelatihan, advisory, dan fasilitasi), advisory memiliki tahapan proses yang mirip dengan
assurance engagement.
Secara umum, tahapan consulting sama dengan assurance, hanya saja detil tahapan eksekusinya berbeda.
Bahkan dalam beberapa kasus, beberapa tahapan tidak dibutuhkan sama sekali.
Perbedaan utama consulting dengan assurance, consulting tidak melakukan independent assessment untuk
digunakan pihak ketiga. Hanya ada dua pihak dalam assurance: tim internal audit dan pihak yang
meminta layanan.
PLAN

1. Determine engagement objectives and scope


2. Obtain final approval of objectives and scope from customer
3. Understand relevant risk (if approriate)
4. Understand relevant controls (if appropriate)
5. Evaluate control design (if appropriate)
6. Determine engagemnet approach
7. Allocate resources to the engagement
PERFORM
1. Gather and evaluate evidence
2. Formulate advice
COMMUNICATE
1. Determine nature and form of communications with customer
2. Vet advice
3. Conduct interim and preliminary engagement communication
4. Develop Final engagement communications
5. Distribute final engagement communications.
6. Perform monitoring and follow-up (if appropriate)

PLAN
Perencanaan advisory consulting engagement sangat mirip dengan assurance dengan beberapa
pengecualian. Pertama, jika advisory consulting dipilih setelah finalisasi perencanaan audit internal,
perencanaan secara khusus lebih peka terhadap waktu dan perlu diselesaikan pada jangka waktu yang
ketat. Seringnya jangka waktu penugasan tidak dapat fleksibel karena situasi yang diluar kendali fungsi
audit atau feedbacknya sangat dipengaruhi waktu.
1. Determine engagement objectives and scope
Kunci kesuksesan advisory consulting sangat bergantung pada kemampuan auditor internal untuk
memahami ekspektasi customer atas penugasan. Seperti halnya penugasan assurance,
menentukan tujuan di awal menjadi penting. Namun demikian, dalam advisory consulting, tujuan
awal bisa jadi belum ditentukan secara detil, namun seiring bertambahnya informasi yang
diperoleh, tujuan yang jelas dapat dirumuskan. Contoh tujuan advisory consulting engagement:
Reviu atas desain pengendalian dan memberikan masukan untuk perbaikan
Memberikan masukan atas desain proses baru.
Mereviu sistem komputer baru sebelum diimplementasikan
Memberikan advice pada saat due diligence review atas merger/akuisisi potensial
Advisory consulting kebanyakan dilaksanakan karena permintaan manajemen. Karena
fungsi audit internal lebih fokus pada permintaan customer, sangat penting untuk
mementukan lingkup dan jangka waktu penugasan. Dalam jalannya penugasan, ruang
lingkup bisa saja berubah dikarenakan informasi yg diperoleh semakin berkembang.
Namun demikian, karena sumber daya yang terbatas, perlu untuk menetapkan batasan.
2. Obtain final approval of objectives and scope from customer
Tujuan, ruang lingkup, serta tanggung jawab yang disusun perlu mendapatkan persetujuan dari
customer sebelum penugasan dilakukan. Kesepakatan ini perlu didokumentasikan untuk
menghindari kesalahpahaman di kemudian hari.

Perlu juga didiskusikan sebelumnya, output yang diharapkan dari customer pada kahir penugasan.
Hal ini sangat beragam tergantung dari sifat dan lingkup penugasan.
3. Understand lingkungan penugasan dan bisnis proses yang relevan.
Perlu untuk mengumpulkan informasi tentang area dimana penugasan dilakukan.

4. Understand relevant risk (if approriate)


Jika diperlukan, internal audit perlu sifat dari risiko atas area penugasan. Ketika auditor internal
diminta memberikan advice terkait risiko dan manajemen risiko, maka mereka perlu untuk
memahami tolerance risk organisasi maupun customer.
5. Understand relevant controls (if appropriate)
Dalam beberapa penugasan, perlu untuk memahami pengendalian tertentu. Tahap ini memerlukan
kemampuan auditor untuk menentukan apakan pengendalian tertentu relevant terhadap tujuan
penugasan. Ketika suatu pengendalian telah dipahami, mereka perlu menghubungkannya dengan
risiko yang sebelumnya telah diidentifikasi.
6. Evaluate control design (if appropriate)
Jika relevan dengan penugasan, desain atas pengendalian yang telah diidentifikasi sebelumnya
perlu diasses. Contohnya, ketika mengevaluasi bagaimana caranya agar suatu proses dapat
berjalan lebih effisien, perlu untuk mengevaluasi apakah pengendalian yang ada secara efisien
dapat mengurangi risiko terkait sampai pada level yang dapat diterima. Jika internal auditor
menyarankan agar pengendalian tertentu perlu dieliminasi, diubah, atau ditambah, perlu untuk
memastikan bahwa proses baru tetap dapat memitigasi risiko.
7. Determine engagement approach
Untuk mecapai tujuan penugasan, auditor perlu menetukan sifat waktu, dan luas bukti yang
diperlukan serta prosedur apa yang harus dilakukan untuk memperoleh bukti tersebut. Jika dalam
penugasan tersebut perlu juga untuk memahami risiko dan pengendaliannya, prosedur yang
dilakukan tidak jauh berbeda dengan assurance service. Bahkan dalam beberapa kasus, penugasan
dilakukan secara gabugan.
8. Allocate resources to the engagement
Advisory more time sensitive(?) maksudnya apa?
Ketika suatu permintaan advisory consulting diterima, perlu memastikan bahwa tim mempunyai
pengalaman dan kompetensi yang dibutuhkan. Biasanya, internal auditor yang telah memiliki
pengalaman terkait fungsi bisnis yang akan diberikan masukan menjadi leader tim. Alokasi
sumber daya antara assurance dan advisry consulting mirip. Keduanya menegaskan pentingnya
auditor internal untuk menentukan berapa sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
penugasan, dengan mempertimbangkan sifat, kompleksitas, batasan waktu, serta ketersediaan
sumber daya. Selain itu, auditor internal juga perlu mempertimbangkan:
Jumlah serta tingkat pengalaman dari staf auditor internal
Pengetahuan, keahlian, dan kompetensi lainnya
Ketersediaaan external resources dimana pengetahuan dan kompetesi tambahan diperlukan.
Kebutuhan pelatihan internal auditor

PERFORM
3. Gather and evaluate evidence

4. Formulate advice
COMMUNICATE
7. Determine nature and form of communications with customer
8. Vet advice
9. Conduct interim and preliminary engagement communication
10. Develop Final engagement communications
11. Distribute final engagement communications.
12. Perform monitoring and follow-up (if appropriate)

Anda mungkin juga menyukai