Anda di halaman 1dari 11

Moedomo Soedigdomarto

Prof. Dr. Moedomo Soedigdomarto (lahir di Magetan, Provinsi Jawa Timur, 29 November
1927 meninggal di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, 5 November 2005 pada umur 77
tahun) adalah seorang tokoh pendidikan dan penelitian serta guru besar Matematika Institut
Teknologi Bandung.

Riwayat hidup
Moedomo termasuk generasi awal lulusan Bagian
Matematika Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam
(FIPIA) Universitas Indonesia di Bandung (sebelum
menjadi Institut Teknologi Bandung pada tanggal 2
Maret 1959).

Pada tahun 1959 di usianya yang ke-32, Moedomo


meraih gelar doktor dari University of Illinois dengan
waktu studi hanya dua tahun, dengan disertasi yang
berjudul "A Representation Theory for the Laplace
Transform of VectorValued Functions". Ia adalah
putera Indonesia ketiga yang meraih gelar doktor
dalam bidang Matematika setelah Dr. G.S.S.J. Ratu
Langie alias Dr. Sam Ratulangi dari Sulawesi Utara
(University of Zrich - 1919 dengan disertasi
berjudul "KurvenSysteme in vollstndigen Figuren")
dan Prof. Handali (dosen ITB) (FIPIAITB - 1957
dengan disertasi berjudul "On the Zeros of
Polynomials of the Form f(z) zf(z)").

Sekembalinya dari Amerika Serikat pada tahun 1961


di usianya yang ke-34, Moedomo diangkat sebagai
guru besar ITB. Ia telah berkontribusi banyak
terhadap ITB dengan sistem akademiknya.
Pendidikan S1 dengan waktu 4,5 tahun merupakan
salah satu gagasannya yang kemudian diterapkan
juga oleh perguruan tinggi lain, dan kemudian
diperpendek lagi menjadi 4 tahun seperti sekarang.

Paper pertama karya putra Indonesia yang terekam di


Mathematical Reviews adalah paper Moedomo dan J. J. Uhl Jr. "RadonNikodym theorems for
the Bochner and Pettis integrals" yang dipublikasikan di Pacific Journal of Mathematics pada
tahun 1971 (Mathematical Reviews merupakan pangkalan data karya matematika terlengkap,
yang dikelola oleh American Mathematical Society).

Ia juga ikut berperan dalam sistem penerimaan mahasiswa baru SKALU, yang sekarang
berubah menjadi SPMB/SNMPTN. Pengaruh ujian seleksi yang berdampak pada perilaku
pragmatis siswa SMA dalam belajar saat ini dikeluhkannya. Prof. Moedomo selalu mengatakan
bahwa sudah saatnya sistem ujian itu ditinjau ulang, karena pengaruh buruknya jauh lebih besar
daripada baiknya. Siswa dan masyarakat tidak lagi menghargai proses belajar, tetapi hanya
berusaha lolos ujian itu saja. Makna proses belajar pada siswa-siswa sekarang diganti dengan
jalan pintas cara memilih jawaban yang tepat. Ini yang membuat Pak Moedomo sangat sedih
jika berbicara keadaan pendidikan menengah saat sekarang.

Pada tanggal 11 dan 12 Februari 1978 diadakan rapat Senat Guru Besar untuk mencari solusi
atas adanya "masalah antara ITB dan Pemerintah" yang menyebabkan terjadinya pendudukan
kampus kembali oleh ABRI. Dalam rapat terjadi perdebatan-perdebatan seru dan Senat Guru
Besar terbagi menjadi dua. Pada tanggal 12 Februari 1978 siang telah dicapai kesepakan Senat
untuk membentuk Dewan Pimpinan ITB, suatu kepemimpinan ITB yang kolektif, sebagai
solusi terhadap "masalah ITB." Dewan ini diketuai oleh Rektor Iskandar Alisjahbana, dengan
anggota-anggota Soedjana Sapi'ie, Moedomo, Wiranto Arismunandar, dan Djuanda
Suraatmadja. Hasil kesepakatan Senat Guru Besar ini disampaikan sebagai rekomendasi
kepada Menteri Departemen P & K Syarif Thajeb dengan harapan dapat dikukuhkan menjadi
ketetapan. Tidak lama kemudian, Ketetapan Menteri diterima tanpa nama Iskandar Alisjahbana
sebagai Ketua Dewan Pimpinan. Dengan ketetapan ini, Iskandar Alisjahbana telah
diberhentikan oleh Syarif Thajeb sebagai Rektor ITB.[6] Pada hari Kamis, 16 Februari 1978,
Iskandar Alisjahbana menyerahkan jabatannya kepada Rektorium yang diketuai Dr. Soedjana
Sapi'ie, dengan anggota Prof. Dr. Moedomo; Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME; dan Ir.
Djuanda Suraatmadja. Namun kemudian Rektorium ini juga harus mengakhiri tugasnya pada
tanggal 30 Mei 1979 dan Prof. Dr. Doddy Achdiat Tisna Amidjaja yang pada saat itu menjabat
sebagai Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diberi tugas sebagai Pejabat
Sementara Rektor ITB pada periode 30 Mei 1979 - 22 November 1980.

Selama masa kariernya Prof. Moedomo telah memegang jabatan yang penting di ITB
diantaranya sebagai Ketua Jurusan Matematika, Pembantu Rektor Urusan Akademik ITB pada
tahun 1964, Dekan FMIPA ITB pada tahun 1973, Programme Officer Program Kerja sama
antara Perguruan Tinggi di Malaysia dan ITB pada tahun 1973, dan Ketua Program
Pascasarjana ITB Tahun 1984. Tahun 1995, Moedomo diangkat sebagai Guru Besar Emeritus
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Pada tahun 1998, bekas murid-muridnya mengadakan rangkaian seminar yang didedikasikan
untuknya. Seminar dengan topik yang beragam ini menggambarkan keberhasilannya mendidik
murid-muridnya, serta mencitrakan karakternya yang menyukai mempelajari beragam topik
hal. Pada saat ia mengungkapkan betapa bangganya ia karena murid-muridnya telah melebihi
ia sendiri, ia dengan terisak meneteskan air mata. Ia memang tidak takut mengekspresikan
perasaannya di hadapan orang lain.

Pada hari Sabtu, 5 November 2005 pukul 00.15, doktor ketiga Indonesia bidang matematika
ini meninggal dunia. Jenazah disemayamkan di Aula Barat ITB pada pukul 12.00 dan
dimakamkan di TP ITB Cibarunai Bandung.

Sesuai Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional No


54a/DIKTI/Kep/2006 yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Satryo
Soemantri Brodjonegoro pada tanggal 10 Oktober 2006, Prof. Moedomo (alm) bersama 13
guru besar ITB lainnya (bersamaan dengan 269 guru besar perguruan tinggi lainnya) menerima
penganugerahan Anugeraha Sewaka Winayaroha. Selain memperoleh medali, seluruh
penerima penghargaan memperoleh piagam dan insentif masing-masing sebesar Rp 50 juta.
Max Arie Wotulo
Max Arie Wotulo (lahir di Langowan, Sulawesi Utara,
5 Agustus 1932; umur 84 tahun) adalah seorang
matematikawan dan pecatur Indonesia.

Max mulai mengenal permainan catur pada 1946. Saat


itu, kakaknya, A.H. Wotulo, pulang berlibur dari
sekolahnya di Bandung. Ia membawakan hadiah untuk
Max sebuah papan catur dan bidaknya. Sejak itu ia
mulai mempelajari permainan itu dengan bantuan
kakaknya dan buku-buku catur.

Pada tahun 1959 ia melanjutkan pendidikannya di


Universitas Nasional, Jakarta, yang kemudian
dilanjutkannya ke Institut Nuklir Boris Kidric pada
Max Arie Wotulo tahun 1961-1962 melalui program beasiswa
pemerintah Yugoslavia saat itu. Dari situ ia
melanjutkan ke Universitas Beograd dan memperoleh gelar M.Sc. pada tahun 1964, lalu
menyelesaikan program doktornya dalam ilmu matematika dari univeristas yang sama pada
1973.

Disertasinya, dalam bahasa Yugoslavia, berjudul Osnovi i primena neregularnih spektara nove
vrste. Atau dalam bahasa Inggris: "The Fundamental and Aplications of New Kind of Irregular
Spectra."

Di negara ini pula Wotulo menemukan pasangan hidupnya, Biyana Mitrovic, seorang
perempuan Yugoslavia lulusan Institut Pendidikan Keguruan, Jurusan Bahasa Prancis, di
Beograd. Mereka dikaruniai seorang anak.

Karier
Wotulo memegang gelar Master Internasional catur. Gelar ini diperolehnya dalam kejuaraan
Zone X/ ASia Pasifik di Singapura pada 1970. Ia pernah mengikuti Olimpiade Catur mewakili
Indonesia di Leipzig, Havana, Siegen, Skopje, dan Buenos Aires dari 1960 hingga 1978. Untuk
itu Wotulo dianugerahi Sertifikat Emas FIDE, organisasi catur internasional.

Sebagai seorang pecatur terkemuka, Wotulo juga menjabat sebagai Wasit Internasional dan
anggota Komisi Ahli FIDE. Pada Kongres FIDE di Thessaloniki 1984, bersama Dr. Yuri
Averbach (tokoh catur Uni Soviet) dan Toran (Spanyol), Wotulo dikukuhkan sebagai anggota
Komisi Juri, yang bertugas mengawasi kerja para juri internasional.

Kegiatan lain Wotulo adalah menjadi anggota Dewan Kurator ASMI, dosen tamu di
Universitas Nanyang, Singapura dan Sekolah Tinggi Teologi Manado.

Dengan latar belakang pendidikannya sebagai pakar atom, Wotulo menjabat sebagai ahli
reaktor atom Batan.
Selain catur, Wotulo juga menggemari permainan bridge dan sepak bola.
Biografi Yogi Ahmad Erlangga - Pemecah
Persamaan Helmholtz

Yogi Ahmad Erlangga adalah seorang


ilmuwan yang berhasil memecahkan
Persamaan Helmholtz menggunakan
matematika numerik secara cepat
(robust). Dr Yogi Ahmad
Erlangga, Melalui riset Ph.D-nya,
berhasil memecahkan rumus
persamaan Helmholtz dengan
predikat summa cumlaude.

Berkat risetnya, pemrosesan data


seismik seratus kali lebih cepat Dr Yogi Ahmad Erlangga saat memberikan kuliah di depan mahasiswa. (itb.ac.id)
dibandingkan dengan metode yang
melibatkan pengukuran 2 dimensi sebelumnya. Yogi juga membuat ribuan insinyur bisa bekerja lebih
cepat untuk menemukan minyak bumi dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Metode yang ditemukan oleh Yogi ini untuk menginterprestasi data pengukuran gelombang akustik
yang bisa mempercepat pemrosesan data seismik untuk survei cadangan minyak bumi.

Persamaan Helmholtz yang dipecahkan juga bisa menggambarkan berbagai jenis gelombang. Selain
gelombang akustik seperti dalam kasus minyak bumi, penemuannya juga bisa mengukur gelombang
elektromagnetik untuk laser, penyimpanan data pada Disc Blu-ray, hingga radar penerbangan.

Biografi
Yogi Ahmad Erlangga lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 8 Oktober 1974. Pendidikan dasar hingga
sekolah menengah atas dia habiskan di kota kelahiran. Kemudian untuk melanjutkan di perguruan
tinggi dia masuk di ITB dengan mengambil jurusan Teknik Penerbangan. Pasca lulus dari ITB pada
tahun 1998, Yogi muda melanjutkan pendidikan magister di Delft University of Technology (DUT),
Belanda dengan mengambil jurusan Matematika Terapan. Tak berselang lama dari kelulusannya dari
magister, dia langsung melanjutkan pendidikan doktoralnya di universitas yang sama dengan jurusan
yang sama pula. Ini dipilih oleh Yogi sebagai bentuk kecintaanya terhadap dunia matematika.

Hal ini dibuktikan oleh Yogi ketika dia membuat tulisan desertasi perihal persamaan Helmholtz yang
selama 30 tahun terakhir belum ada yang mampu menyelesaikannya. Penelitian yang dilakukan oleh
Yogi ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi, industri,
pertambangan, dan masih banyak lagi. Karena penelitian ini akan sangat membatu dalam dunia ilmu
pengetahuan, ditambah mendapat pendanaan dari salah satu perusahaan yang mengetahui rencana
tersebut. Selanjutnya dalam penelitian dosen ITB ini menggunakan metode Ekuasi Helmholtz.
Metode ini digunakan untuk dapat mengukur gelombang akustik. Persamaan ini digunakan untuk
dapat menemukan lokasi minyak bumi dan sebenarnya persamaan ini telah ditemukan sejak satu abad
silam.

Dengan keberhasilan ini, memudahkan bagi perusahaan minyak untuk dapat untung yang lebih besar
dengan modal yang sedikit. Karena selama ini perusahaan minyak harus mengeluarkan modal yang
besar untuk dapat mengetahui lokasi minyak. Apalagi dengan persamaan Helmholtz ini, perusahaan
minyak dapat menemukan ladang minyak lebih cepat 100 kali dari pada sebelumnnya. Maka dengan
capaian yang telah disumbangkan oleh Yogi ini, telah membuat dunia perminyakan sangat terbantu
sekali. Menurut Yogi penelitiannya ini telah di mulai sejak tahun 2001, ketika dia mengajukan riset di
Delft University of Technology, Belanda.

Persamaan Helmholtz
Pada Desember 2001, Yogi mengajukan diri untuk melakukan riset tentang Persamaan Helmholtz
kepada Universitas Teknologi Delft. Maka, perusahaan minyak raksasa Shell untuk meminta
penyelesaian Persamaan Helmholtz secara matematika numerik secara cepat yang namanya robust
(dapat dipakai pada semua masalah).

Penelitian Yogi itu didasarkan pada Ekuasi Helhmholtz. Bagi kalangan ilmuwan, metode ekuasi itu
penting dalam mengintepretasi ukuran-ukuran akustik yang digunakan untuk mensurvei cadangan
minyak.

Pada Desember 2005, ia berhasil memecahkan persamaan tersebut dan ia masih menjadi dosen di
ITB. Ketika ia memecahkan persamaan tersebut, ia menempuh program Ph.D di Delft University of
Technology, Belanda. Persamaan Helmholtz yang berhasil dipecahkannya, membuat banyak
perusahaan minyak dunia gembira. Pasalnya, dengan rumus temuan Yogi itu mereka dapat lebih cepat
dalam menemukan sumber minyak di perut bumi. Rumusnya juga bisa diaplikasikan di industri radar,
penerbangan, dan kapal selam. Metodenya ini digunakan untuk teknologi Blu-Ray, yang membuat
keping itu bisa memuat data komputer dalam jumlah yang jauh lebih besar.

Manfaat hasil kerja


Hasil risetnya menghebohkan dunia terutama dengan kemungkinan membuat profil 3 dimensi dari
cadangan minyak. Metode dia berhasil memproses data-data seismik seratus kali lebih cepat dari
metode yang sekarang biasa digunakan. Temuannya ini membuat namanya melambung. Rumus
matematika yang dikembangkannya membuat ribuan insinyur minyak bisa bekerja cepat. Akurasinya
tinggi. Dan akhirnya si raja minyak banyak berhemat. Pasalnya, Shell selalu mempunyai masalah dalam
menemukan sumber minyak bumi. Persamaan ini membutuhkan biaya yang besar, perhitungan
waktu, penggunaan komputer serta memori. Maka, dalam siaran pers tahun 2005 diterangkan
Universitas Delft sungguh bangga akan pencapaian Yogi. Siaran pers itu menyebutkan bahwa
penelitian Yogi adalah murni matematika.
Minat penelitian lain
Minat penelitiannya meliputi aljabar linier, analisis matriks, metode numerik untuk persamaan
diferensial parsial (PDEs), aljabar linear numerik, metode iteratif untuk skala besar linear/non sistem
linear, PDE-kendala optimasi, dengan aplikasi dalam dinamika fluida, dan propagasi gelombang dan
seismik eksplorasi/ pencitraan.[10] Dia juga tertarik dalam desain pesawat dan terlibat dalam desain
kendaraan udara tak berawak yang panjang dan tinggi serta berdaya tahan.

Prestasi
Pada 12 Agustus 2012, Aburizal Bakrie menyerahkan penghargaan kepada 6 orang yang berprestasi.
Termasuk kepada Yogi Ahmad Erlangga. Setiap pemenang masing-masing akan mendapatkan
penghargaan berupa trofi, piagam, dan uang sebesar Rp250 juta. Penghargaan diserahkan di XXI
Ballroom Djakarta Theatre Jakarta.

Minat dan hobi


Hobinya adalah memasak dan melukis.
Biografi March Boedihardjo - Mahasiswa
Jenius Termuda di Hongkong berumur 9
Tahun dari Indonesia
Biografi March Boedihardjo. Anak ajaib ini dikenal sebagai Mahasiswa
Jenius Termuda di Hongkong berumur 9 Tahun dari Indonesia. March
Boedihardjo, satu dari banyak anak berprestasi Indonesia keturunan
Tionghoa lahir pada tahun 1998 di Hongkong. March Boediharjo dan
keluarganya adalah orang Indonesia yang bermukim di Hongkong. Dan
ketika tahun 2005, March dan keluarganya hijrah ke United Kingdom,
ketika kakak laki-lakinya, Horatio Boediharjo yang saat itu berusia 14
tahun mendapat beasiswa di Oxford University, dalam program Phd, dan
membuat ia menjadi salah satu siswa termuda di universitas itu. Kedua
anak keturunan Boediharjo ini memang menunujukantalenta lebih
dalam bidang ilmu matematika, ayahnya memang sudah sejak kecil
mengenalkan matematika kepada kedua anaknya ini, bahkan ketika
makan pun yang mereka bicarakan adalah soal matematika.

March menyelesaikan sekolah menengahnya di Inggris ketika ia dan keluarganya menemani kakaknya
menempuh pendidikan di Ingris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas akselerasi, sehingga hanya perlu
waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu. Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk
pelajaran matematika dan B untuk statistik. Dia juga berhasil menembus Advanced Extension Awards
(AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level.
Dia lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat peserta AEA yang bisa
mendapat status tersebut. Ia juga mendapatkan 8 GCSEs dalam waktu yang sama dengan ketika ia
mengikuti ujian A-level di Inggris. Setelah itu, ia pun mendaftarkan diri ke Baptist Hong Kong (HKBU),
sebenarnya March sudah melamar ke beberapa universitas lain di Hong Kong. Di antaranya yaitu
Universitas of Hong Kong, Hong Kong University of Science and Technology, dan Chinese University of
Hong Kong. Namun, sayangnya universitas-universitas itu belum memberikan jawaban, aku ayah
March. Sebenarnya, March ingin menyusul kakaknya yang berusia 14 tahun yang melanjutkan
pendidikan di Oxford University di Inggris, namun sayangnya keluarga mereka tidak punya cukup uang,
waluapun ayahnya adalah seorang pengusaha karena biaya hidup di Inggris itu sangat mahal dan
akhirnya March dan orang tuanya pun harus kembali ke Hongkong lagi meninggalkan kakaknya yang
sedang menempuh pendidikan di Oxford.

Ia mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU). Di tahun-
tahun pertamnya dia mengkritik bahwa pelajaran yang diajarkan terlalu mudah. Ia mendapatkan
B+dan A- di hampir semua ujian matematika yang membuat ia masuk ke dalam daftar Dean, yaitu
penghargaan bagi siswa yang memiliki IPK 3.00-3.49 dengan tidak ada nilai dibawah C. March juga
akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena
keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka
waktu penyelesaian lima tahun yaitu pada tahun 2010. Dia juga mengkritik bahwa ia tidak punya kesan
baik terhadap rekan kuliahnya.
"Mereka tidak memberi tanggapan (di ruang kuliah). Mereka cuma mendengarkan dan satu sama lain
tidak berinteraksi," katanya.

Anak itu mengatakan rekannya di sekolah sebelumnya "ingin bermain", tidak seperti mahasiswa
perguruan tinggi. Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru,
March mengaku tidak pernah cemas berhadapan dengan teman sekelas yang lebih tua darinya.Ketika
saya di Oxford, semua rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan
tugas-tugas matematika, kisahnya.

Seorang wartawan BBC di Hongkong, Vaudine England pernah mewawancarinya suatu saat dan ia
berkata bahwa March Tian Boedihardjo tidak beda dengan bocah-bocah lain yang berusia 9 tahun, ia
masih memiliki sisi kejenakaan khas anak-anak dan March juga mengaku bahwa selain ia hobi melahap
dan mempelajari semua buku matematika miliknya, ia juga sangat senang bermain catur, monopoli,
dan lego.

Pelajaran yang dapat kita ambil

Saya selalu berpikir bahwa matematika itu sulit mungkin begitupun dengan anda, saya sering sekali
mendapatkan nilai dibawah 7 di ulangan matematika saya, tapi setelah saya membaca kisah seorang
Tian Boediahrjo, istilah tidak ada yang tidak mungkin andaikan kita mau berusaha dan terus focus itu
memang benar. Mungkin saat ini saya kurang berusaha dan focus sehingga banyak kegagalan
menghampiri saya. Tapi saya akan berusaha untuk bisa berhasil dan membangun diri dari segala
kegagalan yang pernah saya alami. Sebab aku bisa dan kita bisa. Ayo kita berprestasi untuk
mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.

Ketika kita berpikir bahwa matematika itu sulit dan banyak orang menyerah jika sudah tidak bisa
menemukan cara untuk menyelesaikan suatu soal, anak Indonesia jenius ini justru tidak berpikir
seperti itu, ia selalu berpikir matematika adalah sebuah tantangan yang mengasyikan untuk
diselesaikan buatnya.
Biografi Hadi Susanto
Hadi Susanto, Associate Professor in
Applied Mathematics di University
of Essex, UK adalah seseorang yang
boleh disebut sebagai salah satu
matematikawan muda dunia yang
berasal dari Indonesia. Suami dari dr.
Nurismawati Maghfira dan juga
bapak dari tiga orang anak ini baru
saja menerbitkan buku yang berjudul
TUHAN PASTI AHLI
MATEMATIKA (Agustus 2015)
yang berisi tentang refleksi kecintaan
penulis terhadap tuhan, kehidupan,
dan ilmu yang dimilikinya. Buku
tersebut bertema Matamatika adalah
titik sentral kehidupan terdiri dari
empat bab utama yang menjelasakan
bahwa setiap hal yang ada dalam
kehidupan tidak pernah lepas dari
matematika. Hadi Susanto melihat
dunia ini sepertinya tersusun dari
angka angka yang dalam
bayangannya seperti film The
Matrix. Sebelum di Essex, pada
tahun 2008 Hadi Susanto sempat menjadi dosen di University of Nottingham, UK. Hadi
Susanto bisa berkiprah seperti sekarang bukan sebuah kebetulan, sejak SD sampai SMA di
Lumajang dia memang sudah menyukai matematika dan menyadari bahwa dasar dari fenomena
alam di sekitar bisa dirumuskan melalui matematik. Tetapi pencerahan yang sebenarnya dia
dapat saat kuliah di ITB. Ketika itu ia mengikuti ceramah agama yang disampaikan dosen
astronomi Mudji Raharto yang mengatakan bahwa alam semesta ini juga bisa dirumuskan
dalam formulasi matematika. Itulah yang menjadi cikal bakal dia membuat tulisan di atas yang
kata pengantarnya di tulis oleh Habiburrahman El-Shirazy. Perkenalannya dengan Ustad Abik
( nama panggilan Habiburrahman El-Shiarazy ) terjadi ketika dia mendapat beasiswa program
kombinasi MSc/PhD selama empat tahun di Universiteit Twente, Belanda. Mereka
dipertemukan lewat pesantrenvirtual.com dan dari seringnya mereka berdiskusi di dunia maya
membuatnya berkesimpulan bahwa matematika dan sastra saling berhubungan. Karena itu
menurutnya untuk menikmati keindahan matematika tidak hanya diperlukan logika tapi
perasaan juga, seperti dikatakan Einstein Pure Mathematic is, in its way, the poetry of logical
ideas. Karenanya, selain menulis tentang matematika, Hadi Susanto juga menulis beberapa
karya sastra berupa beberapa puisi dan cerpen. Hadi Susanto yang lahir di Lumajang, 27
Januari 1979 ini terlahir sebagai seorang anak dari keluarga sederhana. Saat kuliah di ITB dia
banyak mengalami masa sulit, dia harus bekerja sambil kuliah. Selain karena harus membiayai
kebutuhannya di Bandung, dia juga harus membantu keperluan orang tuanya di Lumajang dan
juga membiayai kuliah adiknya. Namun berkat kegigihannya akhirnya dia bisa menyelesaikan
kuliahnya di ITB dan mendapatkan penghargaan Ganesha Prize (Mahasiswa terbaik ITB) tahun
2000. Matematikawan muda yang karya ilmiahnya sudah banyak muncul di sejumlah jurnal
internasional ini juga pernah mendapat Visiting Assistant Professorship selama tiga tahun di
University of Massachusetts (UMass), Amhers untuk melanjutkan study post doctoral setelah
menyelesaikan studinya di Twente. Menjelang selesai di UMass dia mengirimkan sejumlah
aplikasi ke beberapa universitas di Amerika Serikat dan Eropa, sehingga akhirnya pada Januari
2008 dia menjadi dosen di Nottingham, UK.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/iksanmushadi/hadi-susanto-matematikawan-
indonesia-yang-mendunia_5652caed5c7b61a507305093

Anda mungkin juga menyukai