Anda di halaman 1dari 17

Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

BERLEBIHAN: orang-orang yang luar biasa radikal pada masa mudanya SELALU menjadi
konservatif bila sudah memperoleh harta dan kekuasaan.
BAIK: bahkan pemuda-pemuda yang sangat radikal pun tampaknya akan menjadi konservatif bila sudah
memperoleh harta dan kekuasaan.

Kesimpulan

Demikianlah bila seseorang dapat menguasai beberapa syarat pokok dalam bidang gramatika atau
sintaksis, belum tentu dapat menyusun suatu kalimat yang efektif dan balk. Kalimat yang baik, efektif
dan teratur mencerminkan pula cara berpikir seseorang. Ia harus menyusun ide atau gagasannya secara
teratur, membedakan mana yang merupakan gagasan-gagasan pokok, dan mana yang merupakan
gagasan-gagasan tambahan; baru kemudian dengan alat bahasa yang dikuasainya is menampilkan isi
pikirannya yang teratur tadi.
Sering orang beranggapan bahwa sebuah karangan akan dinilai sebagai karangan yang terbaik bila
dijalin dalam kalimat yang panjangpanjang dan berbelit-belit. Ini adalah tanggapan yang keliru. Kalimat-
kalimat yang pendek kalau dipergunakan secara tepat akan lebih mengandung tenaga dari kalimat
yang panjang. Tetapi juga tidak benar bila seluruh karangan hanya dijalin oleh kalimat-kalimat yang
pendek. Ini membosankan. Kita harus bergerak antara kedua ekstrim tadi. Bila perlu kita harus
mempergunakan kalimat-kalimat yang pendek. Tetapi bila tak dapat dihindari maka kalimat yang
panjang harus dipakai, dengan, tetap memperhatikan agar gagasan utama jelas terpancang, serta
hubungan antar bagian-bagian kalimat itu, tersusun dengan baik. Variasi antara kalimat yang panjang
dan pendek akan menghilangkan monotoni dari sebuah karangan.
Pemakaian kata sambung dan kata depan yang tepat merupakan jaminan bagi koherensi dalam sebuah
kalimat. Dan justru inilah yang se-ring merupakan kelemahan-kelemahan yang terdapat pada kertas
kerja mahasiswa atau pelajar. Pola kesalahan seperti kalimat berikut se-ring dijumpai: Pada karangan
ini menguraikan bagaimana dasar bahasa Indonesia; atau bagi mereka yang diterima agar mengambil
formulir di sekretariat. Kalimat-kalimat ini dengan mudah dapat dikoreksi apabila penulis atau
pengarang memberikan perhatiannya secara tetap tentang pemakaian kata sambung atau kata
depannya. Mengapa is tidak menulis saja:
Dalam karangan ini akan diuraikan dasar-dasar bahasa Indonesia. Diberitahukan kepada mereka
yang diterima agar mengambil formulir di sekretariat.
Walaupun di atas sudah diuraikan beberapa macam cara dan persyaratan yang hams diperhatikan
untuk membuat kalimat yang efektif, namun penggunaan suatu syarat secara berlebihan juga akan
menimbulkan hal yang sebaliknya. Penekanan yang digunakan harus bervariasi; variasi-variasi kalimat
penting sekali, dan sekaligus memperlihatkan kemampuan pemakaian bahasa; Gagasan utama atau
kesatuan gagasan harus jelas posisinya dalam setiap kalimat, dan perpaduan jalinan bagian-bagian
kalimat harus mematuhi kaidah-kaidah sintaksis yang berlaku. Sebagai landasan segala-galanya
bahwa semua kalimat harus bisa diterima oleh pikiran yang sehat. (Untuk mendapat gambaran yang
lebih jelas tentang prinsip-prinsip logika dalam pemakaian bahasa, lihat selanjutnya Argumentasi).

Latihan
A. Perhatikanlah kalimat-kalimat di bawah ini, dengan saksama, kemudian tunjukkan di mana
letak kesalahan atau kekurangannya. Bagaimana saudara dapat memperbaiki atau
menyempurnakan kalimat-kalimat itu?
1. Di negara-negara itu bahaya-bahayanya penyakit tersebut masih dikhawatirkan akan selalu
mengancam setiap waktu.
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

2. Hakekat bahasa sebenarnya untuk memberikan pengertian kepada kita makna apa yang
tefkandung oleh kita dan juga memberikan pengertian apa yang kita ucapkan dan maksudkan.
3. Tak lupa saya ucapkan banyak-banyak terimakasih atas perhatian bapa yang mana telah sudi
membimbing kami dan memberikan kritik-kritik, bila ada kesalahan-kesalahan/kekurangan-
kekurangan dalam karya saya ini, mohon dimaafkan.
4. Begitu juga dengan jaminan sosial mereka dalam bidang pendidikan, bagi mereka faktor
pendidikan merupakan salah satu faktor yang terpenting untuk dapat menjadi negara yang
maju.
5. Selain udara, matahari juga berguna bagi pembentukan Vitamin D dan pembentukan pada
tulang.
6. Di dalam keluarga di mana dua orang manusia, dengan kuasa yang diterima dari Allah sendiri,
mampu menciptakan seorang manusia baru.
7. Dari beberapa pokok persoalan yang diberikan untuk memperbandingkan dua atau lebih dialek,
antara lain dalam bidang Fonetik atau semantik.
8. Di dalam buku ini terdapat istilah-istilah kekerabatan yang terdapat pada orang Jawa dan
Sunda dalam susunan masyarakat, yang ditulis berdasarkan Ilmu Antropologi.
9. Kegunaan dengan adanya gedung sekolah dalam menjalankan pendidikan, tentu saja di sini
meliputi kegunaan dari sekolah-sekolah yang rendah tingkatamiya sampai kepada sekolah
tinggi.
10. Dengan besarnya pengaruh tenaga pendidik dalam soal pendidikan ini maka kiranya pemerintah
perlu mengadakan perbaikan-petbaikan dalam rangka kesejahteraan guru-guru, misalnya dengan
diberi jaminan sosial yang baikbagi guruguru itu antara lain: gaji yang cukup memuaskan serta
,

perumahan yang balk, yang sesuai dengan mereka, pengangkutan yang disediakan untuk para
guru,. guru, baju beberapa stel untuk mengajar, sepatu, yuran untuk guru-guru, tiap-tiap bulan
sebagai tambahan dan honorarium yang cukup memuaskan bagi guru-guru yang mempunyai
kelebihan jam mengajar.
11. Kita seringkali mendengar dan mengetahui berita-berita dari surat-surat khabar, majalah-
majalah maupun dari berita-berita yang kita peroleh sendiri bahwa di beberapa tempat terutama
di daerah Jawa Barat timbul keluh-kesah dari rakyat terutama kaum petani, ini disebabkan
merajalelanya tikus-tikus yang menyebabkan berpuluh-puluh bahkan ratusan hektare sawah-
ladang dalam sekejap mata habis terganyang oleh hama tikus itu.
12. 'Semua sebab akibatnya sangat menyedihkan bagi rakyat terutama kaum tani karena di
daerahnya kemungkinan besar akan timbul bahaya kelaparan timbul penyakit dan bahaya
kemungkinan kekurangan bahan makanan pokok akibatnya harga beras jadi mahal, maka
rakyat tak mampu mengganti makanan pokok lain misalnya jagung, singkong dan tanaman
palawija lainnya.
13. Adapun yang akan saya uraikan di sini ialah kebersihan dan kese hatan .saya terdorong untuk
mengemukakannya, karena sering dilalaikan orang, karena sesungguhnya kebersihan dan
kesehatan itu sangat perlu, karena dengan semuanya bersih tentu akan menjadi sehat.
14. Dalam pengertian,pertolongan itu mengandung pengertian bahwa; anak itu .aktif (bukan pasif),
dalam memberi pertolongan jangan terlampau banyak atau terlampau sedikit, karena kalau
terlampau banyak mengakibatkan anak tersebut, tidak mudah untuk dapat berdiri sendiri
selalu menggantungkan diri pada orang lain (orang tua) dan bila terlalu sedikit, maka
kemungkinan yang ada pada anak akan patah (sukar berkembang).
15. Dalam sistim kekerabatan yang terdapat pada orang Jawa dan Sunda, mereka memakai
istilah-istilah yang tidak atas dasar tanggungjawab dan perbedaan umur, tetapi berdasarkan
tingkatan generasi yang terdapat pada mereka.
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

B. Tentukanlah gagasan utama kalimat-kalimat berikut! Apa jenis kesatuatinya?


1. Kemajuan manusia dalam segala bidang dibatasi oleh pengetahuan yang diperoleh dan
digunakan secara efektif oleh masyarakat sebagai keseluruhan.
2. Pengalihan pengetahuan secara internasional memang perlu, tetapi itu bukanlah syarat yang
mencukupi untuk membangun suatu kerangka intelektual bagi modernisasi dan
pembangunan suatu bangsa.
3. Tak suatu bangsa pun yang dapat mencapai atau bahkan mempertahankan suatu tingkat tinggi
dari kemajuan dalam setiap bidang pembangunan manusia tanpa menggabungkan komponen-
komponen kesarjanaan.
4. Suatu langkah yang jamak adalah pergantian mahaguru-mahaguru kolonial dengan mahaguru-
mahaguru asing yang bebas dari maksud-maksud sempit kolonialisme, pembinaan sarjana-
sarjana pribumi di luar negeri untuk membentule staf universitas lama dan baru, pemulangan
mahaguru-mahaguru asing, dan akhirnya pendidikan tenaga pengajar di dalam negeri.
5. Ada juga yang berpendidikan SLTP dan SLTA, tetapi sedikit sekali yang memperoleh
pendidikan kejuruan.

C. Ubahlah kalimat-kalimat berikut dengan memberi penekanan pada kata-kata dalam kurung!
1. Ada orang beranggapan bahwa nilau suatu bahasa di tentukan oleh kekayaan kata-kata
yang dapat merumuskan konsep-konsep yang berangkai-rangkai. (nilai, ditentukan;
kekayaan; merumuskan).
2. Struktur kalimat penting untuk pembentukan suatu karya sastra, karena pengucapan
bahasa tak mungkin ada tanpa kalimat. (pembentukan; pengucapan; tanpa kalimat).
3. Unsur stilistika sebagai yang ada pada penyelidikan tradisional disangsikan dapat
digunakan untuk sanjak-sanjak modern. (disangsikan digunakan; sanjak-sanjak
modern).
4. Peningkatan bahasa Indonesia ke taraf bahasa seni dan bahasa ilmiah hanya dapat
terlaksana karena kesungguhan usaha dan kemauan besar para peminat bahasa dan para
sarjana bahasa Indonesia sendiri. (taraf; terlaksana; kesungguhan).
5. Dalam mengembangkan Bahasa Indonesia dirasa perlu kerjasama antara pengarang,
linguis, literator, penerbit, pendukung-pendukung lainnya. (dirasa; kerja sama;
pengarang; bahasa Indonesia).

D. Berilah batasan-batasan dari kata kata berikut!


Buah Rumah angin demokrasi
Kebenaran keadilan pisau buku
Bunga pena bis sepeda
Bahagia keamanan kebodohan sekolah
Perguruan tinggi fakultas pakaian air
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

Ikhtisar
KALIMAT YANG EFEKTIF
1. Tujuan mempelajari kalimat yang efektif:
a. Sanggup membentuk kalimat yang tepat dan efektif
b. Sanggup memahami dengan baik kalimat yang dibaca/didengar
2. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang sanggup:
a. Mewakili pemikiran pembaca/penulis secara tepat;
b. Menimbulkan pengertian yang sama tepat pada pendengar/pembaca seperti apa yang
di pikirkan pembicara/penulis
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

BAB III

ALINEA
KESATUAN DAN KEPADUAN

1. Pengertian Alinea
Dalam surat-surat kabar sering terdapat alinea-alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat. Sebaliknya
ada buku-buku yang mengandung alinea yang sangat panjang, mungkin satu halaman penuh. Dalam ke-
dua ekstrim ini timbullah pertanyaan: yang mana dari kedua ekstrim ini yang benar? Atau lebih jauh
lagi kita bertanya: Alinea sebenarnya
apa?
Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri dari kalimat-
kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja. Alinea tidak lain dari Suatu kesatuan'
pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. lamerupakan himpunan dari kalimat-
kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam alinea itu gagasan tadi
menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan; yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi
secara lebih jelas.
Melalui alinea-alinea kita mendapat suatu efek lain, yaitu kita bisa membedakan di mana suatu tema mulai dan
berakhir. Coba bayangkan, bila kita membaca sebuah buku yang sama sekali tidak memberi pembagian atas alinea-
alinea. Kita akan menjadi kepayahan menghadapi seluruh buku itu, kita seolah-olah dicarhbuk untuk membaca
terus sampai selesai, sehingga sukar untuk mengadakan konsentrasi pikiran dari suatu gagasan ke
gagasan yang lain. Kita tidak tahu pasti dimana suatu ide mulai dan di mana ide itu berakhir. Itulah
sebabnya kita seolah-olah dipaksa untuk membaca terus tanpa istirahat sampai selesai. Lain halnya kalau
dalam buku tersebut sudah diberikan pemba gian atas alinea-alinea. Kita akan berhenti sebentar
sesudah sebuah Linea berakhir, dan dengan demikian dapat mengadakan konsentrasi )ikiriiii terhadap
tema yang terkandung di dalamnya.

Sebab itu membentukan suatu alinea sekurang-kurangnya mempunyai tujuan


a. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dengan tema yang
lain. Oleh sebab itu tiap alinea hanya boleh mengandung satu tema. Bila terdapat dua tema,
maka alinea tersebut harus dipecahkan menjadi dua alinea
b. Memisahkan dan menegaskan secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti
lebih lama daripada perhentian kalimat terakhir. Dengan perhentian yang lebih lama ini
konsentrasi terhadap tema alinea lebih terarah.

Sebab itu selalu harus diperhatikan susunan dan kesatuan suatu pokok tujuanpikiran pada waktu
membentuk sebuah alinea. Kalimat-kalimat chtlam alinea harus bertalian satu sama lain secara
mesra, dan bersama-sama membentuk suatu bagian yang berpautan.
Walaupun prinsipnya sebuah alinea harus terdiri dari rangkaian kalimat-kalimat, tetapi ada juga alinea
yang terdiri dari satu kalimat, sebagai sudah disinggung pada permulaan uraian ini. Ada beberapa sebab
mengapa bisa terdapat alinea semacam ini. Pertama karena alinea itu kurang baik dikembangkan oleh
penulisnya; penulis kurang memahami hakekat alinea. Kedua, memang sengaja dibuat oleh pengarang,
karena is sekedar mengemukakan gagasan itu bukan untuk dikembangkan, atau pengembangannya
terdapat pada alinea-alinea berikutnya. Begitu pula sebuah alinea yang terdiri dari sebuah kalimat dapat
bertindak sebagai peralihan antara bagian-bagian dalam sebuah karangan. Dialog-dialog dalam narasi-
narasi, biasanya diperlakukan sebagai satu alinea.
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

2. Macam-macam alinea

Berdasarkan sifat dan tujuannya, alinea-alinea dapat dibedakan atas:

a. Alinea pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai alinea yang membuka atau menghantar karangan itu,
atau menghantar pokok pikiran dalam bagi karangan itu. Sebab itu sifat-sifat dari alinea semacam
ini harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca
kepada apa yang akan segera diuraikan. Alinea pembuka yung pendek jauh lebih baik, karena alinea-
alinea yang panjang hanya akan menimbulkan kebosanan pembaca.
Alur untuk menimbulkan minat para pembaca, yang dapat dipergunakan dalam sebuah alinea pembuka,
dapat berbeda-beda pula berdasarkan jenis karangan itu sendiri. Namun ada beberapa cara yang dapat
dianjurkan, misalnya: Mulailah dengan sebuah kutipan, peribahasa atau anekdot; atau mulailah dengan
membatasi arti dari pokok atau subyek tersebut; menunjukkan mengapa subyek itu sangat penting; membuat
tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat; menciptakan suatu kontras yang menarik;
mengungkapkan pengalaman pribadi baik yang menyenangkan maupun yang pahit; menyatakan
maksud dan tujuan dari karangan itu; atau dapat juga membuka karangan itu dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan.
Perhatikanlah bhgian pendahuluan dari kutipan berikut:
"Pelajaran bahasa mempunyai nilai yang lebih penting bila dibandingkan dengan matapelajaran-
matapelajaran lain, oleh karena ia akan menjadi kunci yang akan membukakan pintu yang akan
dilalui oleh matapelajaran-matapelajaran lainnya itu. Hasil pekerjaan remedi yang dilakukan oleh para
ahli dalam membantu murid-murid yang terbelakang telah membuktikan kebenaran pernyataan di atas.
Antara lain dapat disebutkan di sini basil pekerjaan yang dilakukan oleh Dr. Fernald.
Pada umumnya murid-murid yang kurang menguasai pemakaian bahasa memperlihatkan gejala-
gejala perkembangan mental yang lambat bila dibandingkan dengan perkembangan mental anak-
anak yang baik penggunaan bahasanya. Biasanya anakanak yang kurang mampu berbahasa
mempunyai sifat pemalu, pendiam dan kurang dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan.
Hasil pekerjaan remedi dalam pelajaran bahasa membuktikan, bahwa segera setelah si anak baik
penguasaan bahasanya, dari anak yang tadinya dianggap bodoh oleh karena sering tidak naik kelas, ia
sekarang memperlihatkan dirinya sebagai seorang anak yang cerdas. Malah ada di antara mereka yang
kecerdasannya akhirnya melebihi kecerdasan anak yang tadinya dianggap guru lebih cerdas. Dalam
pergaulan di sekolahpun anak itu tidak lagi bersifat malu-malu dan suka mengasingkan diri, ia menjadi
anak yang periang dan disukai teman-temannya dalam pergaulan.
Banyak contoh yang dapat kita kemukakan bahwa anak-anak yang kurang baik penguasaan
bahasanya, bukanlah semata-mata disebabkan kebodohannya, tetapi mungkin pula disebabkan oleh
kesalahan pengajaran bahasa yang diberikan kepadanya. Kesalahan pelaksanaan pengajaran
bahasa yang diterimanya menyebabkan ia benci kepada mata pelajaran itu, ia menjadi berputus
asa dan akibatnya ia ketinggalan dalam mata pelajaran itu. Hal ini menyebabkan ia tidak memperoleh
penguasaan bahasa yang baik. Kekurang-mampuannya berbahasa ini berakibat pula terhadap
matapelajaran-matapelajaran lainnya, sehingga ia sering gagal dalam mengikuti- pelajaran dan
tertinggal dari teman-temannya.
Gambaran di atas memperlihatkan kepada kita, betapa pentingnya pengajaran bahasa, dan oleh
karena itu menjadi kewajiban guru bahasalah untuk melaksanakan pengajaran ini dengan sebaik-
baiknya". (Basis).
Alinea pertama dari kutipan ini, yang merupakan alinea pembuka, menunjukkan betapa pentingnya
penguasaan bahasa bagi setiap orang. Sebenarnya kutipan di atas seluruhnya merupakan pendahuluan dari
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

sebuah artikel. Namun demikian bagian itu sendiri dapat dibagi lagi atas alinea pembuka dan alinea-alinea
lainnya sebagai yang akan diuraikan di bawah.
b. Alinea Penghubung
Yang dimaksud dengan alinea penghubung adalah semua alinea yang terdapat antara alinea pembuka
dan alinea penutup.
Inti persoalan yang akan dikemukakan penulis terdapat dalam alinea-alinea ini. Sebab itu dalam membentuk
alinea-alinea penghubung harus diperhatikan agar hubungan antara alinea dengan alinea itu teratur, serta disusun
secara logis.
Sifat alinea-alinea penghubung tergantung pula dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang
bersifat deskriptif, naratif atau biografi dan eksposisi, alinea-alinea itu harus disusun berdasarkan suatu
perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa alinea disiapkan
sebagai dasar atau landasan, untuk kemudian melangkah kepada alinea-alinea yang menekankan pendapat
pengarang.

c. Alinea penutup

Alinea penutup adalah alinea yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan.
Dengan kata lain alinea ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam
alineaalinea penghubung.
Seperti halnya dengan kedua macam alinea di atas, alinea penutup berbeda-beda pula menurut jenis
karangannya. Dalam membicarakan pokok-pokok ilmiah atau politis, maka.ramalan masa depan
merupakan suatu konklusi yang sangat balk. Dalam karangan-karangan yang diskursif atau
kontroversal di mana dikembangkan pikiran-pikiran atau argumen-argumen yang segar, maka
kesimpulan yang paling baik adalah ringkasan persoalan dijalin dengan pandangan pribadi penulis.
Dalam biografi, penilaian terakhir atas karya dan pengaruh orang tersebut merupakan kesimpulan yang
paling baik. Dalam uraian-uraian mengenai pergerakan atau suatu aktivitas yang khusus, misalnya perla-
watan, darmawisata dan sebagainya, maka tidak ada persoalan dalam kesimpulannya.
Namun apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan, haruslah tetap diperhatikan agar
alinea penutup tidak boleh terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti bahwa alinea tersebut tiba-tiba dapat
diputuskan begitu saja. Hal yang paling esensil adalah bahwa alinea itu harus merupakan suatu
kesimpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian itu, serta dapat menimbulkan banyak kesan
kepada para pembacanya.
Bila kita kinimemperhatikan kembali kutipan di atas, maka tampak bahwa alinea pertama merupakan
alinea pembuka, sedangkan alinea kedua dan ketiga merupakan alinea penghubung, sedangkan alinea
keempat merupakan alinea penutup. Alinea kedua dan ketiga memperinci apa yang sudah dikatakan
secara, umum dalam alinea pembuka, memberikan contoh-contoh kongkrit untuk menghidupkan apa
yang disebut secara umum dalam alinea. pembuka. Alinea keempat fungsinya tidak lain daripada
menunjukkan secara singkat apa yang telah diuraikan sebelumnya.

3. Syarat-syarat pembentukan alinea

Seperti halnya dengan kalimat, sebuah alinea juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu:- Alinea
yang baik:dan efektif harus memenuhi ketiga syarat berikut:
a. Kesatuan: yang dimaksud dengan kesatuan dalam alinea adalah bahwa semua kalimat yang
membina alinea itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema
tertentu.
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

b. Koherensi: yang dimaksud dengan koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah
kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alinea itu.
c. Perkernbangan alinea: perkembangan alinea adalah penyusunan atau perincian daripada gagasan-
gagasan yang membina alinea itu.
Karena ketiganya memiliki ciri-ciri yang khusus, maka masing-masingnya akan diuraikan secara
terperinci dalam bagian-bagian tersendiri di hawah ini.

4. Kesatuan alinea
Seperti sudah disinggung di atas, yang dimaksud dengan kesatuan ialah bahwa alinea tersebut harus
memperhatikan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diarti-
kan bahwa is hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung
beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan un-
tuk menunjang sebuah maksud tunggal atau sebudh tema tunggal. Maksud tunggal itulah yang ingin
disampaikan oleh penulis dalam alinea itu.
Karena fungsi tiap alinea adalah untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal, maka tidak boleh
terdapat unsur-unsur yang sama sekaIi tidak mempunyai pertalian dengan maksud tunggal tadi.
Penyimpangan-penyimpangan dari maksud tadi hanya akan mempersulit pembaca, dan mempersulit pula
titik pertemuan antara penulis dan pembaca. Penyimpangan-penyimpangan itu dapat berbentuk:
pertama, pemasukan sebuah sisipan atau interupsi yang jelas dalam urutan-urutan gagasan yang ada;
kedua, sebuah penyimpangan secara gradual dari tema yang harus dibina oleh alinea itu, yaitu setiap
kalimat berikutnya semakin menyimpang dari tujuan utamanya.
Untuk memberi gambaran yang jelas tentang kesatuan yang terkandung dalam sebuah alinea, maka
coba perhatikan kutipan berikut:

"Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai
sistim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan
tidak tergantung daripada yang lain: Sistim ungkapan tiap bahasa dan sistim makna tiap bahasa
dibatasi oleh- kerangka alam pikiran bangsa yang memakai bahasa itu, kerangka alam pikiran yang
saya sebut di atas. Oleh sebab itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak membedakan
jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistim kata-kerjanya, gugus fonem juga tertentu
polanya dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak mengenal "unggah-ungguh". Bahasa Zulu tidak
mempunyai kata yang berarti "lembu", tetapi ada kata yang berarti "lembu putih", "lembu
merah", dan sebagainya. Secara teknis, para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai
sistim fonologi, sistim gramatikal serta pola semantik yang khusus" (BKI).

Dalam contoh di atas dapatlah dilihat bahwa alinea itu hanya mengandung satu gagasan pokok yaitu
bahwa "tiap bahasa mempunyai istim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus". Gagasan
itu kemudian diperinci atau dikembangkan lebih jauh dalam kalimatkalimat berikutnya, seperti bahasa
Indonesia tidak mengenal jamak ian tunggal, seperti halnya dengan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa
lainnya, tidak mengenal perubahan dalam sistim kata kerja. Sebaliknya bahasa Zulu membedakan lembu
merah dan lembu putih denggan kata-kata yang khusus sedangkan bahasa Inggris tidak mengenal hal itu.
Atau dengan kata lain, kalimat-kalimat lain dalam alinea itu umum berfungsi untuk memperinci lebih
jauh, gagasan utama tadi. Peineian itu disusun sedemikian rupa sehingga hubungan antara suatu calimat
dengan kalimat lainnya merupakan kesatuan yang bulat untuk nemperinci gagasan utama tadi.
Sebaliknya, coba perhatikan alinea di bawah ini, dan katakan apauih alinea tersebut mengandung
suatu ide utama atau tidak:
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

"Tapi sedihnya [sic!], apabila masyarakat dari suatu negara yang belum mempunyai bahasa
kesatuannya, maka sudah pasti hal yang demikian, pasti tidak terdapat pada masyarakat tersebut.
Maka yang lebih sedih lagi, nasib rakyat yang jauh dari kota, di mana kebutuhan daripada mereka
tidak dapat diperhatikan dengan saksama. Mereka seperti terisolir, yang mana mereka tidak leluasa
memperkenalkan keadaan daripada tempat serta aspek-aspek kehidupan mereka. Dalam hal ini, yang
menjadi pionir terhadap daerah itu, sudah pasti dari kaum cerdik pandai. Karena mereka ingin
mengetahui serta mempelajari dan di samping membantu mereka".
(diangkat dari paper seorang mahasiswa).

Dengan tidak memberikan pendapat kita tentang struktur bahasa yang dipergunakan, serta tanda-
tanda baca yang dipakai, maka dapat dikatakan bahwa konsentrasi pikiran kita terhadap isi dari alinea
terse-hut sangat sulit. Kalimat pertama saja sudah cukup membingungkan kita. Jangan lagi untuk
mempertalikan kalimat pertama tersebut dengan kalimat-kalimat berikutnya.
Setelah membaca dan mencoba menangkap apa yang tersirat di belakang alinea tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya terdapat tiga tema utama, yang tidak berhubungan satu sama
lain, yaitu:
a. Keadaan yang biasa diperoleh negara-negara yang mempunyai bahasa kesatuan tidak akan
terdapat pada negara-negara yang tidak mempunyai bahasa kesatuan.
b. Nasib rakyat yang jauh dari kota sangat menyedihkan.
c. Perlu pionir-pionir untuk mempelajari keadaan rakyat yang jauh dari kota.

Tema kedua dan ketiga walaupun agak renggang dapat dikatakan masih mempunyai hubungan
timbal-balik, sedangkan tema pertama tidak 'Oa atau sekurang-kurangnya tidak memperlihatkan
hubungan dengan kedua tema lainnya.

Sekali lagi terlepas dari struktur bahasa yang digunakan, maka dapatlah dikatakan bahwa tidak
terdapat kesatuan dalam alinea tersebut. Sesuai dengan jumlah tema yang terkandung di dalamnya, maka
alinea itu harus dipecahkan sekurang-kurangnya menjadi tiga alinea, serta masing-masingnya perlu
dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah alinea yang benar-benar terperinci. Begittt pula perlu dicari
hubungan antara alinea pertama dengan alinea kedua dan ketiga, sehingga terdapat sebuah urutan yang logis.

Gagasan utama atau gagasan pokok yang didukung oleh sebuah alinea biasanya ditempatkan dalam sebuah
kalimat topik atau kalimat pokok. Sedangkan kalimat-kalimat lainnya yang turut membina alinea Itu mcmuat
perincian-perincian lebih lanjut dari gagasan utama tadi.

Kalimat utama atau kalimat pokok adalah sarana dari gagasan yang tlikembangkan dalam alinea itu.
Perkembangan alinea itu bisa mendaluilui penampilan sebuah gagasan utama, tergantung dari metode pe-
ngembangan alinea itu. Misalnya bila seorang penulis ingin memberi evidensi tertentu menuju kepada
kesimpulan, maka konklusi pada akItir alinea itulah merupakan kalimat utamanya. Atau is dapat menghidnngkan
konklusinya pada awal alinea, baru kemudian mengemukakan evidensi-evidensi untuk memperkuat konklusinya
tadi. Sebab itu persoalan penempatan kalimat topik merupakan suatu faktor yang benar-benar harus diperhatikan
untuk menyusun sebuah alinea yang baik.
Jadi dalam tulisan-tulisan yang baik, terdapat empat macam cara untuk menempatkan sebuah kalimat topik
atau kalimat utama yaitu:

a. Pada awal alinea


Pengertian awal alinea ini dapat merupakan kalimat pertama, dapat jugu kalimat kedua. Dengan menempatkan
kalimat pokok pada awal alinea, gagasan sentral tadi akan mendapat penekanan yang wajar. Alit= semacam
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

ini biasanya bersifat deduktif, yaitu mula-mula mengcmukakan pokok persoalan, kemudian menyusul
uraian-uraian yang terperinci. Kalimat-kalimat lain dalam alinea tersebut harus dipusatkan untuk memperjelas
ide atau gagasan sentral tadi.
Cara ini merupakan metode yang paling baik.

" Dalam perobahan masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang amat cepat dalam lima puluh
tahun yang terakhir ini, tentulah bahasa Indonesia sebagai penjelmaan masyarakat dan kebudayaan
itu, amat cepat juga berubah. Pertemuan dan pengaruh masyarakat dan kebudayaan modern kepada
bangsa Indonesia boleh dikatakan mengenai seluruh kehidupan bangsa Indonesia, sehingga banyak
dan serba ragam perobahan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Pada hekekatnya, apabila kita
berbicara ten-tang perobahan suasana, perobahan gaya bahasa Indonesia, pembebasannya daripada
suasana konservatif dan timbulnya bermacam-macam eksperimen yang baru dalam kata maupun
bentuk bahasa, kita sudah berbicara tentang permodernan 'bahasa Indonesia. Segala usaha
pembebasan dan eksperimen dalam bahasa yang sejalan dengan perobahan masyarakat dan
kebudayaan ini tentu tiada dapat berlaku sewenang-wenang, mesti lambat-laun tunduk juga kepada
proses standardisasi untuk keefisienan bahasa Indonesia sebagai alat perhubungan dan pemikiran"
(SBI).

Kutipan di atas memperlihatkan bahwa kalimat pertama merupakan kalimat topik yang mengandung
gagasan pokok "bahasa Indonesia amat cepat berubah". Kalimat-kalimat selanjutnya hanya merupakan
perincian dan penjelasan lebih lanjut dari gagasan pokok tersebut. Model alinea ini dapat digambarkan dengan
bagan berikut:

Gb. 1

Tipe alinea dengan kalimat topik pada awal alinea. Sifatnya: deduktif

b. Pada akhir alinea


Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian akhir dari alinea tersebut. Dalam hal ini alinea itu
bersifat induktif. Alinea semacam ini harus disusun sekian macam sehingga dapat mencapai klimaks dalam
kalimat pokok yang terdapat pada akhir alinea itu. Cara ini lebih sulit, tetapi lebih efektif, terutama dalam
mengemukakan argumentasi.
"Semulanya kita condong pada pendapat, bahwa barang-barang, benda-benda, itu memang lebih
dekat pada kita, lebih mudah dapat difahami. Barang-barang itu kita pergunakan dalam hi dup kita
sehari-hari, kita pakai sebagai alat, kita ketahui sifat-silatnya, sedangkan pribadi orang sering
merupakan teka-teki, suatu misteri. Namun setelah pendap. at ini kita selidiki, ternyatalah, bahwa
barang-barang itu nampaknya lebih dekat pada kita, karena sebelumnya kita sendiri sudah
mendekatkan mereka pada kita. Dunia kebendaan, barang-barang, baru memperoleh arti clan
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

maknanya sesudah disentuh oleh manusia, menjadi kursi atau sepeda sesudah disinari oleh budi
manusia. Jadi, melalui manusialah kita mendekati dunia kebendaan" (Basis, Nop 68).
Alinea di atas jelas memperlihatkan bahwa gagasan utama terdapat usda kalimat yang terakhir, yang
sekaligus menjadi kalimat topiknya. Kalimat-kalimat sebelumnya merupakan penjelasan atau pokok-
potok pikiran yang lebih kecil yang disusun sekian macam, sehingga beringsur-angsur menuju kepada
klimaks atau gagasan utamanya pada akhir kalimat, yaitu "melalui manusialah kita mendekati dunia
kebendaan".
Model alinea ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gb. 2
Tipe kalimat dengan kalimat topik pada akhir alinea. Sifatnya: induktif.

c. Pada awal dan akhir


Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian awal dan akhir dual alinea. Dalam hal ini
kalimat terakhir sering mengulangi gagasan datum kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau
variasi.

"Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa
mempunyai sistim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus pula, masing-masing lepas
terpisah dan tidak tergantung dari pada yang lain. Sistim ungkapan tiap bahasa dan sistim makna
tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memakai bahasa itu, kerangka alam
pikiran yang saya sebut di atas. Oleh karena itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak
membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistim kata-kerjanya, gugus fonem
juga tertentu polanya dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak mengenal "unggah-ungguh". Bahasa
Zulu tidak mempunyai kata yang berarti. "lembu", tetapi ada kata yang berarti "lembu putih",
"lembu merah" dan sebagainya. Secara teknis, para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa
mempunyai sistim fonologi, sistim gramatikal serta pola simantik yang khusus" (BKI).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa kalimat topik yang terdapat pada awal alinea ". . . tiap bahasa
mempunyai sistim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus pula. . ." diulang kembali
pada akhir alinea itu tetapi dengan sedikit perubahan, yaitu ". . . tiap bahasa mempunyai sistim
fonologi, sistim gramatikal serta pola semantik yang khusus". Apa yang disebut "sistim ungkapan"
pada kalimat pertama sama artinya dengan "sistim fonologi dan sistim gramatikal" pada kalimat
akhir, sedangkan "sistim makna" pada kalimat pertama sama artinya dengan "pola semantik" pada
kalimat terakhir dari alinea tersebut.
Model alinea terakhir ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

Gb. 3
Tipe alinea dengan kalimat topik pada awal dan akhir alinea. Sifatnya: Gabungan Tipe 1 dan
2.

d. Pada seluruh alinea


Kalimat topik atau kalimat utama dapat juga termuat dalam seluruh Ohm. Dalam hal ini tidak terdapat
kalimat yang khusus yang menjadi (alimut topiknya. Alinea semacam ini terutama dijumpai dalam urai-
m-uruitin yang bersifat deskriptif atau naratif.

"Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak
dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman
dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dasun Siberia Tengalz. Jam
menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu
menjadi bola api menyilaukan di alas hutan cemara sekitar sungai Tunguska. Kobaran api
membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang
menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1.000 km jauhnya" (
Intisari, Pebr. 1969).

Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam alinea di alas, karena seluruh alinea bersifat
deskriptif atau naratif. Tidak ada ;Wilma yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting,
dan bersama-sama membentuk kesatuan dari alinea tersebut.

Model alinea ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gb. 4
Tipe alinea yang seluruhnya mengandung isi. Terdapat pada tulisan-tulisan deskriptif dan naratif.
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

Akhirnya perlu dikemukakan sekali lagi bahwa tujuan dari kalimatkalimat topik atau kalimat pokok adalah
untuk menuntun para pcmbaca menelusuri'seluruh alinea itu. Pembaca memerlukan petunjuk-petunjuk
bagaimana gagasan itu terbentuk, serta bagaimana detail-detail atau tVian-bagian perinciannya harus
disusun. Detail-detail atau perincian u merupakan ide-ide tambahan atau gagasan bawahan dari gagasan
utama yang terdapat dalam sebuah kalimat utama.

5. Koherensi

Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alinea adalah bahwa alinea itu harus mengandung koherensi
atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal-balik antara kalimat-
kalimat yang membina alinea itu baik, wajar dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Pembaca dengan mudah
mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat atau semacam jurang
yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya, tidak terasa loncatan-loncatan pikiran yang
membingungkan.
Sebuah alinea dapat juga membentuk suatu kesatuan yang kompak, walaupun mungkin kepaduan atau
koherensinya tidak ada. Kesatuan tergantung dari sejumlah gagasan bawahan yang bersama-sama me-
nunjang sebuah gagasan utama yang biasanya dinyatakan dalam sebuah kalimat topik. Sebaliknya
kepaduan tergantung dari penyusunan detail-detail dan gagasan-gagasan sekian macam sehingga pembaca
dapat melihat dengan mudah hubungan antara bagian-bagian tersebut. .1 ika sebuah alinea tidak memiliki
kepaduan ini, maka tampaknya seolah-olah pembaca hanya menghadapi suatu kelompok kalimat, yang
masing-masing berdiri lepas dari yang lain, masing-masing dengan gagasannya sendiri, bukan suatu uraian
yang integral. Pendeknya sebuah a linca yang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan
pembaca dengan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan
urutan-urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan ittamanya dengan perinci-
an-perincian yang tidak lagi berorientasi -kepada pokok utama tadi.
"Generasi tahun 1928 adalah generasi pencetus sumpah pemuda yang berjuang demi keinginan
bernegara. Generasi tahun 1945 berjuang untuk melaksanakan gagasan sumpah pemuda. Generasi
tahun 1945 adalah generasi pelaksana. Generasi zaman kemerdekaan adalah generasi pembina dan
pengembang nilai-nilai nasional.
Tiap generasi mempunyai panggilan masing-masing sesuai dengan zarnannya. Generasi
pencetusan dan generasi pelaksana telah menunaikan tugasnya dengan baik. Yang pertama
berhasil membangkitkan semangat keinginan bernegara; yang kedua berhash! Inenciptakan negara
merdeka. Generasi pembina masih dalam ujian. Belum diketahui. sampai di mania kemampuannya
untuk membina dan mengembangkan warisan situasi yang diterima
angkatan pelaksana. Apakah mereka itu mampu membina clan mengembangkan warisan
situasi yang telah diterima; apakah mereka itu mampu membina dan mengembangkan nilai-nilai na-
sional sesuai dengan martabat bangsa yang merdeka, masih harus dibuktikan." (SB)

Kutipan di atas memperlihatkan baliwa kepaduan antara kalimat k tilimat yang membina kedua
alinea itu baik dan kompak, di samping ter dapat kesatuan yang jelas. Kepaduan atau koherensi lebih
ditekankan pada hubungan antar kalimat, yaitu apakah transisi dari sebuah kalimat ke kalimat yang lain
itu berjalan lancar atau tidak. Sebaliknya kutipan pada halaman 68 menunjukkan bahwa kepaduan antara
kaliatat-kalimat itu sama sekali tidak ada, pikiran penulis seolah-olah me-!meat dari suatu gagasan ke
gagasan lain, tanpa melihat bagaimana mompertalikan gagasan-gagasan itu.
Untuk memperoleh kepaduan yang baik dan mesra antara kalimatkalimat adalah sebuah alinea,
maka harus diperhatikan persyaratan:
a. masalah kebahasaan;
b. perincian dan urutan isi alinea
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

5.1. Masalah Kebahasaan


Masalah kebahasaan yang turut mempengaruhi koherensi sebuah adalah: repetisi, kata ganti
dan kata-kata transisi.

c. Repetisi
Kepaduan sebuah alinea dapat diamankan dengan mengulang kata kunci, yaitu kata yang dianggap
penting dalam sebuah alinea. Kata kunci ini mula-mula muncul dalam kalimat pertama lalu diulang da
dalam kalimat-kalimat berikutnya. Kehadiran kata itu berulang-ulang dalam kalimat-kalimat alinea
berfungsi untuk memelihara koherensi atau kepaduan semua kalimat alinea itu.
Perhatikan contoh di bawah ini:

Sebagai penjasmanian pikir dan berpikir bahasa itu merupakan alat yang baik dalam pergaulan
antar manusia. Pergaulan antar manusia ialah pertemuan total antara manusia satu dengan manusia
lainnya; manusia dalam keselunihannya, jasmani dan rohaninya bertemu dan bergaul satu sama lain.
Tanpa bahasa pertemuan dan pergaulan kita dengan orang lain amat tidak sempurna."

Sebagai terlihat dari contoh di atas, frasa "pergaulan antara manusia" diulang kembali,dalam kalimat
berikutnya, sedangkan kata "manusia" sendiri diulang beberapa kali berturut-turut untuk menekankan
arti atau fungsi bahasa "sebagai alat pergaulan antar manusia". Selanjutnya kata-kata "bertemu dan
bergaul" diulang kembali dalam kalimat berikutnya, walaupun dalam bentuk yang agak berlainan
yaitu "pertemuan dan pergaulan".

d. Kata ganti
Adalah suatu gejala universal, bahwa dalam berbahasa, sebuah kata yang mengacu kepada
manusia, benda atau hal tidak akan dipergunakan berulang-kali dalam sebuah konteks yang sama.
Pengulangan kata yang sama tanpa suatu tujuan yang jelas akan menimbulkan rasa yang kurang enak.
Pengulangan hanya diperkenankan kalau kata itu dpentingkan atau mendapat penekanan. Misalnya
dalam suatu laporan ten-tang kejahatan yang dilakukan oleh seorang yang bernama si Amat, akan
terasa mengganggu andaikata setiap kalimat berikutnya nama si Amat diulang terus-menerus. Untuk
menghindari segi-segi yang negatif dari pengulangan itu, maka setiap bahasa di dunia ini memiliki se-
buah alat yang dinamakan kata ganti. Kata ganti itu timbul untuk menghindari pengulangan kata tadi
(yang, disebut anteseden) dalam kalimat-kalimat berikutnya.
Dengan demikian kata ganti dapat pula berfungsi untuk menjadi kepaduan yang baik dan teratur
antara kalimat-kalimat yang membina sebuah alinea.
Coba perhatikan kedua wacana berikut:

"Adi dan Boy merupakan dua sahabat yang akrab. Setiap hari Adi dan Boy selalu kelihatan
bersama-sama. Adilah yang selalu men jemput Boy ke sekolah, karena rumah Adi lebih jauh
letaknya dari rumah Boy. Adi dan Boy selalu siap sedia menolong kawankuwan Adi dan Boy bila
kawan-kawan Adi dan Boy mengalami kesulitan atau kesukaran. Guru Adi dan Boy sangat senang
dan bangga melihat kelakuan Adi dan Boy yang sedernikian itu. Watak dan kelakuan Adi dan Boy
selalu dijadikan surf tauladan bagi murid-murid lainnya. Walaupun demikian Adi dan .Boy tidak
pernah menjadi sombong atau angkuh, karena pujian yang sering Adi dun Boy terima."
Dari segi kesatuan, alinea di atas baik. Tiap kalimat dalam alinea di alas sebenarnya baik dan jelas.
Tetapi seketika tinjauan itu dialihkan ke luar dad tiap kalimat, dengan menghubungkannya dengan
kalimatkalimat lain, maka terasa seolah-olah ada "kerikil" yang menghambat kelanearan laju alinea
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

tersebut. Terasa bahwa hubungan antara kalimal-k alimat itu kurang lancar jalannya, karena terlalu
banyak mengtilling kata nama diri.
Untuk memperbaikinya kata-kata benda (nama diri) dalam kalimatkalimat berikutnya harus diganti
dengan kata ganti:
"Adi dan Boy merupakan dua sahabat yang akrab. Setiap hari keduanya . selalu kelihatan
bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput Boy ke sekolah, karena rumahnya lebih jauh.
letaknya dari rumah Boy. Mereka selalu siap sedia menolong kawan-kawannya bila mereka
mengalami kesulitan dan kesukaran. Guru mereka sangat senang dan bangga melihat kelakuan
kedua sahabat yang demikian itu. Watak dan kelakuan mereka selalu dijadikan surf tauladan bagi
murid-murid .lainnya. Walaupun demikian keduanya tidak pernah menjadi sombong atau angkuh,
karena pujian yang sering mereka terima."
Seperti tampak dalam wacana yang diperbaiki, pemakaian kata ganti niemungkinkan penulis
membicarakan orang atau hal secara bersinambung, tanpa menimbulkan kebosanan pada para pembaca.
Teks yang kedua terasa segar dan lancar jalannya bila dibandingkan dengan teks pertama di atas.
e. Kata Transisi
Kata-kata transisi fungsinya terletak antara kata ganti dan repetisi. Bila repetisi menghendaki
pengulangan kata-kata kunci serta kata ganti tidak menghendaki pengulangan sebuah kata benda, maka
dalam masalah, Data transisi ditempuh jalan tengah.
Seringkali terjadi bahwa hubungan antara gagasan-gagasan agak sulit dirumuskan. Sebab itu
diperlukan bantuan, dalam hal ini bantuan kata-kata atau frasa-frasa transisi sebagai penghubung atau
katalisator antara satu gagasan dengan gagasan lainnya, atau antara satu kalimat dan kalimat lainnya.
Dengan demikian hubungan ini bisa terjalin antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan
kalimat. Malahan dapat terjadi pula hubungan antara alinea dengan alinea.
Bila hal ini kita hubungkan dengan proses berpikir pada manusia, maka proses berpikir pada anak -
anak bersifat analitis. Ia hanya melihat peristiwa demi peristiwa. Sebaliknya proses berpikir pada
orangorang dewasa lebih bersifat sintetis. Ia coba mengadakan hubungan antara suatu gagasan dengan
gagasan yang lain. Sebab itu pada anakanak kata-kata transisi sangat penting kedudukannya untuk
mengatur hubungan antara satu gagasan dengan gagasan lain. Sebaliknya pada orang dewasa sejauh
mungkin pemakaian kata-kata itu dihindari, karena gagasan-gagasan itu dapat disajikan dalam bentuk
yang terintegrasi tanpa diatur dengan kata transisi. Sebab itu dalam suatu tulisan yang baik sejauh
mungkin dihindari pemakaian kata atau frasa transisi, tetapi bila benar-benar diperlukan untuk
penekanan atau penegasan maka kata transisi itu harus dipakai.
Untuk mengkonkritkan pendapat di atas, coba perhatikan kedua contoh berikut. Contoh pertama
merupakan cara berceritera seorang anak dan contoh kedua adalah cara yang dipakai seorang dewasa.
Masing-masing berusaha menggambarkan apa yang dikerjakannya pada pagi hari.
"Jam lima pagi saya bangun. Sesudah itu saya ke kamar mandi, lalu saya mandi. Sesudah itu saya
berpakaian. Sesudah berpakaian lalu saya makan pagi. Kemudian saya menyiapkan buku-buku
sekolah saya. Sesudah itu saya pamit ayah dan ibu, lalu saya berangkat ke sekolah."
Bagaimana sekalipun pikiran si anak sudah disajikan secara teratur l'erkut bantuan kata-kata transisi
di atas. Namun dari segi penilaian rung dewasa hubungan antar kalimat terasa kurang baik karena
terlalu banyak kata-kata transisi. Perhatikan bagaimana hal yang sama dikemukakan oleh seorang dewasa:

"Hari masih jam lima pagi. Udara masih terasa segar dan nyuman, keadaan sekitar pun masih
sunyi-senyap. Tanpa menghiraukan kesunyian pagi itu saya langsung menuju kamar mandi, setelah
bersenam sebentar untuk melenturkan otot-otot yang telah beristirahat semalam. Siraman air
yang sejuk dan dingin mengagetkan saya, tetapi hanya sekejap. Mandi pagi memang
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

menyegarkan; badan menjadi segar, pikiran menjadi cerah. Semua kekusutan pada hari yang
lampau hilang lenyap. Hari yang baru disongsong dengan hati yang lebih tabah. Itulah sebabnya
saya selalu membiasakan diri mandi pagi."

Kutipan di atas hanya mempergunakan dua kata transisi, yang satu transisi yang mengatur hubungan
waktu (pun terbalik) dan yang lain mengatur hubungan pertentangan. Lain halnya dengan contoh yang
pertama; seluruhnya didominasi kata transisi yang mengatur hubungan waktu.
Ada bermacam-macam kata atau frasa transisi yang biasa dipergunakun dalam tulisan-tulisan ilmiah,
sesuai dengan jenis hubungan itu. Yang terpenting di antaranya ialah:

1. Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah disebut sebelumnya: Iebih
Tambahan (pula), selanjutnya, di sawing itu, dan, lalu, seperti halnya, juga, lagi (pula), berikut-
nya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan lagi, demikian juga.
2. Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebut lebih dahulu:
tetapi, bagaimanapun juga, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.
3. Hubungan yang menyatakan perbandinga_nLsama halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal
yang demikian, sebagaimana.
4. Hubungan yang menyatakan akibat atau hasilLsebab itu, oleh se-bah itu, oleh karena itu, karena
itu, jadi, maka, akibatnya.
5. Hubungan yang menyatakan tujuan: untuk maksud itu, untuk maksud tersebut, supaya
6. Hubungan yang menyatakan singkatan,.contoh, intensifikasi: singkatnya, ringkasnya, secara
singkat, pendeknya, pada umum 8,nya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni,
Nitu, sesungguhnya.
7. Hubungan yang menyatakan waktu: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesuctak -
kemudian.
8. Hubungan yang menyatakan tempat di sini, di situ, dekat, di seberang, berdekatan
dengan,berdampingan dengan.

5.2. Perincian dan urutan pikiran


Yang dimaksud dengan perincian dan urutan pikiran adalah bagaimana pengembangan sebuah
gagasan utama dan bagaimana hibungan antara gagasan-gagasan bawahan yang menunjang
gagasan.utama tadi. Penulis dapat menjamin kepaduan dengan mengemukakan perincian isi
berdasarkan urutan ruang, dimulai dari suatu sudut tertentu dan hcrangsur-angsur bergerak ke sudut
yang berlawanan. Ia dapat juga mempergunakan urutan waktu urutan kronologis., Atau ia bisa
mempergunakan urutan-urutan logis: sebab-akibat, umum-khusus, klimaks, proses dan sebagainya.
Karena hal-hal ini akan diuraikan lagi dalam bagian berikutnya mengenai pengembangan alinea,
maka dalam bagian ini tidak diuraikan lebih terperinci. Walaupun demikian perlu ditegaskan bahwa
kepaduan atau koherensi dan pengembangan alinea secara praktis sulit dipisahkan. Seperti sudah
dikatakan kepaduan Iebih menekankan persoalan hubungan antar kalimat, sedangkan pengembangan
alinea lebih menekahkan urutan-urutan gagasan. Tetapi karena urutan gagasan itu harus didukung oleh
urutan-urutan kalimat, maka keduanya sulit dipisahkan. Dari segi konsepsional dan analisa, keduanya bisa
dibicarakan tersendiri.

Latihan
Tentukan gagasan utama alinea-alinea berikut. Mana kalimat topiknya?

1. Kalau Jepang bersedia membeli padi rakyatnya di atas harga pasar, atau mensubsidi petani, tentu
pendekatannya bukan ekonomi saja. Kita juga dapat mencmpuh kebijaksamian atau pendekatan
Dwi Triyanto/16224715 Tugas Metodologi Penelitian

yang lain. Misalnya, kalau pemerintah tetap membeli padi dengan harga rendah, maka rakyat akan
menjualnya kepada pedagang beras. Kalau mereka dipaksai menjual berasnya kepada
pemerintah, mungkin mereka akan menyelundupkan ke kota. Atau kalau mercka menjualnya
kepada pemerintah, bukan lagi sukarela, melainkan karena takut. Kalau pcndekatannya ekonomi
saja, maka polanya akan tetap begitu.
2. Teori-teori pembangunan ekonomi selalu mengandalkan dirinya pada scsuatu pengandaian
(asumsi), scraya mengahaikan pengandaian Iainnya. Misalnya, pengandaian bahwa ekonomi adalah
suatu organisrne yang utuh. Padahal tidak begitu. Ekonomi orang kecil, orang miskin atau orang
desa mempunyai pola-pola atau hukumhukum yang berbeda dengan pola-pola atau hukum-hukum
ekonomi kota yang berciri ekonomi moneter, seperti halnya perbankan dan jasa-jasa.
3. Memang kami heranggapan bahwa memandang kenyataan secara perspektif akan memungkinkan
kita dapat menempatkan persoalan pada tempatnya yang wajar. Dan meletakkan suatu obyek
penelitian pada tempatnya. Dengan demikian dapatlah kita melihat hubungan unsur-unsur umum
dan unsur-unsur yang lebih kecil dari kebudayaan itu. Kita dapat meneliti unsur-unsur yang kecil
tetapi hendaknya kita juga dapat menghubungkannya dengan bagian yang lebih besar.
4. Kalau pekerja ilmiah itu sudah biasa mempergunakan bahasa lain dan ingin memindahkan konsep-
konsep itu ke dalam bahasa Indonesia, maka persoalan yang dihadapi adalah persoalan terjemahan.
Karena pada umumnya sarjana-sarjana Indonesia mengenal bahasabahasa asing, maka sebagian besar
daripada ekspresi ilmiah itu merupakan proses penterjemahan. Tetapi justru di sini letak persoalan
tiahasa nasional kita sekarang ini. Di samping pekerjaan itu tidak semudah yang disangka orang,
kita tidak dapat terus-menerus menggantungkan diri dari terjemahan (yang notabene hingga kini
sangat sedikit dilaksanakan dalam bidang ilmu pengetahuan). Pada suatu ketika kita harus
mengungkapkan konsep-konsep ilmiah langsung dalam bahasa Indonesia. Hal ini akan nyata
perlunya apabila kita harus melaporkan penyelidikan kita mengenai masalah-masa lah
keindonesiaan sendiri. Dan di sini akan nyata betapa terikatnya kita pada bumi di many kita
berpijak. Betapapun internasionalnya sifat ilmu yang kita kaji, pembawaan kita sebagai orang
Indonesia tak dapat dihilangkan. Kita saksikan rnisalnya betapa banyaknya susp cahang Hmu
mempunyai aliran-aliran aliran-aliran yang sebagai timbul dari kenasionalan dan bahasa seorang
sarjana. Betapa tidak? Bukankah kita harus memilih satu bahasa untuk menyampaikan dan
menyebarkan ilmu?
5. Berdasarkan hasil penelitian yang agak cermat, ternyata bahwa pendidikan bahasa nasional baik di
dalam ruang kuliah/sekolah maupun di luar tidak dilakukan secara intensif. Berbeda dengan
pendidikan bahasa asing di atas. Pendidikan bahasa yang tidak intensif itu terutama disebabkan
karena tidak adanya ketegasan mengenai ketetapan-ketetapan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Dengan kata lain tidak ada pedoman yang boleh dijadikan pegangan dalam pendidikan bahasa Indonesia.
Kehebasan pemakaian bahasa baik tertulis maupun lisan sangat leluasa, sehingga timbul kesan seakan-
akan tidak ada aturan yang mantap dalam pemakaian bahasa Indonesia tidak adanya ketetapan-ketetapan
yang boleh dijadikan pegangan dalam pendidikan bahasa Indonesia, mengakibatkan toleransi terhadap
kesalahan-kesalahan dalam pemakaian bahasa, yang dijadikan ukuran dalam pemakaian bahasa ialah
asal suclah dapat diketahui maksudnya. Tentang cara bagaimana mengungkapkannya, kurang
diperhatikan. Pengungkapan maksud dalam bahasa adalah peristiwa bahasa, sedangkan penangkapan
maksud adalah soal logika. Meskipun maksud itu diungkapkan dengan bentuk bahasa yang salah,
maksudnya dapat ditangkap oleh orang yang diajak bicara.

Anda mungkin juga menyukai