Anda di halaman 1dari 6

PAPER

ILMU KAYU B

HUBUNGAN ANATOMI KAYU DENGAN AKUSTIK KAYU

Andi Lilis Suriani Andi Mappiabang

M11116532

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017
HUBUNGAN ANATOMI KAYU DENGAN AKUSTIK KAYU

A. Pembahasan Mengenai Masing-Masing Jurnal


1. KAJIAN SIFAT ANATOMI DAN KIMIA KAYU KAITANNYA
DENGAN SIFAT AKUSTIK KAYU
Penelitian dan informasi terhadap ekplorasi sifat akustik yang
berasal dari kayu lokal yang tumbuh di Indonesia masih sangat terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sifat anatomi dan kimia
kayu dengan parameter akustik kayu yang berupa kecepatan gelombang
ultrasonik dan sound damping. Jenis kayu yang diuji adalah jenis kayu
softwood berupa kayu Pinus merkusii dan Pinus insularis, serta kayu
hardwood yang terdiri dari Dalbergia latifolia, Swietenia mahagoni,
Maesopsis eminii, dan Acacia mangium Sifat anatomi yang diuji adalah sifat
makroskopis, mikroskopis, dan ultrastruktur kayu. Sementara itu sifat kimia
kayu yang diuji berupa kandungan selulosa, hemiselulosa, holoselulosa,
lignin, dan zat ekstraktif. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan
karakteristik anatominya, kayu softwood jenis pinus memiliki laju rambatan
gelombang suara yang cepat dengan struktur sel yang homogen, berserat
panjang, memiliki porositas dan permeabilitas dinding sel rendah, sudut
mikrofibril kecil (arah serat semakin sejajar), dan daerah kristalit besar.
Untuk nilai sound damping atau hambatan, jenis kayu hardwood cepat
tumbuh (Maesopsis eminii, dan Acacia mangium) memiliki nilai hambatan
yang besar yaitu di atas 0,08. Hasil analisis regresi linear sederhana
menunjukkan hubungan sifat-sifat kimia kayu yang diuji dengan sifat akustik
kayu berupa kecepatan gelombang ultrasonik dan sound damping memiliki
nilai R2 di atas 0,4 untuk semua hubungan kecuali pada hubungan selulosa
dengan sound damping.
2. HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANATOMI DAN KIMIA ENAM
JENIS KAYU TERHADAP SIFAT AKUSTIK KAYU
Kayu memiliki sifat akustik yang dapat menyerap dan menyalurkan
gelombang bunyi akibat adanya sumber bunyi. Jenis kayu spruce (Picea sp.),
fir (Pseudotsuga sp), dan maple (Acer sp.) merupakan jenis kayu yang sangat
dikenal memiliki sifat akustik yang baik khususnya untuk keperluan alat
musik (Bucur 2006). Beberapa jenis kayu lokal yang diketahui juga dapat
digunakan sebagai bahan baku alat musik khususnya gitar antara lain kayu
mahoni (Swietenia mahagoni), pinus (Pinus merkusii), sonokeling (Dalbergia
latifolia), dan meranti merah (Shorea pinanga) (Widiyati 2008). Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh karakteristik anatomi kayu dan
komponen kimia kayu dari enam jenis kayu lokal terhadap sifat akustik kayu.
3. HUBUNGAN ANTARA SIFAT AKUSTIK DENGAN SIFAT FISIS
DAN MEKANIS LIMA JENIS KAYU

Kayu yang digunakan untuk pembuatan alat musik saat ini sebagian
besar di impor yang berupa jenis-jenis maple, spruce, dan fir. Kayu impor
tersebut diketahui memiliki kualitas akustik yang bagus (Bucur 2006).
Anonim (2008a) menyatakan bahwa perdagangan kayu impor untuk alat
musik dibatasi. Akibat dari perdagangan kayu impor yang dibatasi dan
melambungnya harga kayu impor memaksa para pembuat alat musik mencari
kayu alternatif dalam negeri sebagai substitusi. Penelitian sifat akustik
terhadap jenis-jenis kayu substitusi masih kurang. Bahan-bahan yang
digunakan yaitu log dari 5 jenis kayu diantaranya jenis Swietenia mahagoni,
Dalbergia latifolia Roxb., Maesopsis eminii, Acacia mangium, Pinus merkusii
dan Pinus insularis.

B. Hubungan masing-masing jurnal


Kayu merupakan material penting yang sangat luas dalam
penggunaannya, antara lain sebagai bahan baku furniture, bahan bangunan
baik struktural atau non-struktural, dan lain-lain. Selain itu, kayu juga biasa
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan alat musik seperti piano, gitar,
dan biola. Kayu digunakan sebagai bahan utama dari alat musik karena kayu
memiliki sifat akustik. Menurut Tsoumis (1991), kayu sebagai sumber bunyi
dan memiliki kemampuan menyerap suara dengan baik yang diukur dengan
koefisien penyerapan suara yang ditunjukkan oleh proporsi (persentase) suara
yang diserap dalam bentuk gelombang bunyi.
Akustik menurut ilmu fisika didefinisikan sebagai penyalur, transmisi,
dan penerima dari energi gelombang akibat getaran, gesekan, atau pukulan
(Sejati 2008). Sementara itu menurut Tsoumis (1991), kayu dapat bertindak
sebagai sumber suara. Akibat benturan langsung, bunyi yang dihasilkan oleh
sumber lain dipancarkan melalui udara dan mempengaruhi kayu dalam
bentuk gelombang bunyi. Nada suara baik rendah atau tinggi, tergantung pada
frekuensi getaran, sedangkan frekuensi getaran dipengaruhi oleh dimensi,
kerapatan, dan elastisitas (modulus elastisitas).
a. Metode
Metode yang digunakan pada setiap jurnal ini adalah dengan
pengujian sifat anatomi kayu dengan mengumpulkan Log-log dari beberapa
kayu seperti Pinus merkusii, Pinus insularis. Pengujian anatomi kayu berupa
sifat makroskopis kayu yang terdiri dari karakteristik lingkaran tumbuh, dan
persentase kayu gubal teras. Pengujian sifat makroskopis yang berupa
lingkaran tumbuh dilakukan dengan bantuan mata telanjang atau lup/kaca
pembesar.
b. Analisis Data

Data yang dikumpulkan diperoleh berdasarkan hasil observasi sifat


kimia dan sifat anatomi. Untuk mengetahui jenis kayu dan pengaruh
komponen kimia berdasarkan bagian kayu dilakukan perancangan percobaan
rancangan acak lengkap dua faktorial menggunakan sistem SAS (Statistical
Analysis System), dengan faktor A adalah variasi jenis kayu dan faktor B
adalah variasi bagian kayu (gubal dan teras). Selain itu untuk mengetahui
hubungan sifat akustik dengan komponen kimia kayu, dilakukan analisis data
dengan menggunakan persamaan regresi linier sederhana. Dari persamaan
yang dihasilkan dapat digunakan sebagai dasar dalam pendugaan nilai sifat
akustik melalui penentuan sifat kimia. Apabila nilai koefisien determinasi
(R2) tinggi maka hubungan regresi kedua variabel yang dianalisa semakin
erat atau semakin linier sehingga dapat menduga variabel tak bebas
berdasarkan variabel bebasnya.
c. Hasil
Hasil secara umum yang dapat disampaikan adalah bahwa
berdasarkan karakteristik anatominya, kayu softwood jenis pinus memiliki
laju rambatan gelombang suara yang cepat dengan struktur sel yang
homogen, berserat panjang, memiliki porositas dan permeabilitas dinding sel
rendah, sudut mikrofibril kecil (arah serat semakin sejajar), dan daerah
kristalit besar.
Berdasarkan karakteristik anatominya, kayu yang dapat
merambatkan gelombang bunyi yang cepat adalah yang memiliki struktur sel
homogen, berserat panjang, memiliki porositas dan permeabilitas dinding sel
kecil, sudut mikrofibril kecil (arah serat semakin sejajar), dan daerah kristalit
besar.
Karakteristik komponen kimia kayu yang baik atau cepat dalam
merambatkan gelombang bunyi adalah yang memiliki kandungan selulosa
tinggi, hemiselulosa rendah dan lignin rendah. Sedangkan zat ekstraktif
diduga tidak memberikan pengaruh yang nyata karena bersifat non struktural.

Tabel 1 Sifat Akustik Kayu

Kecepatan ultrasonik dan sound damping merupakan parameter


yang dapat menentukan kualitas kayu sebagai bahan alat musik. Kadar air,
arah serat, panjang serat, porositas dinding sel, daerah kristalin pada dinding
sel, dan struktur lingkaran tumbuh dapat mempengaruhi kecepatan
gelombang. Peredaman kayu (sound damping) dipengaruhi oleh jenis, kadar
air, arah getaran (longitudinal, transversal, torsional atau puntiran), dan cara
getaran.
Selain itu, secara ringkas struktur anatomi dan karakter sel kayu
yang umum digunakan untuk alat musik adalah berserat panjang, arah serat
lurus, tekstur baik, memiliki susut yang rendah, ringan, bebas dari penyakit
dan cacat, serta kadar air yang sesuai dengan kadar air kesetimbangan, kuat,
keras dan lain-lain. Walaupun demikian pemanfaatan struktur anatomi dan
karakter kayu ini tergantung tujuan penggunaan alat musik itu sendiri.
Semakin panjang serat maka semakin cepat aliran rambat
gelombangnya. Selain itu, jenis softwood juga memiliki dinding sel yang
tebal dibandingkan dengan jenis hardwood. Semakin tebalnya suatu dinding
sel mengakibatkan porositas sel menjadi kecil sehingga dapat mempercepat
rambat gelombang. Hal ini pun terjadi pada bagian kayu akhir yang memiliki
dinding sel yang tebal dibandingkan dengan kayu awal, sehingga pada bagian
kayu akhir ini kecepatan gelombangnya tinggi.
Berdasarkan parameter akustik, karakteristik anatomi dan
karakteristik komponen kimianya, jenis merkusii dan pinus insularis lebih
cocok digunakan untuk alat musik.

Anda mungkin juga menyukai