Anda di halaman 1dari 73

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd
fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
TIPS-TIPS MENULIS
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
LightNovel.ID

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
2017

hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
DAFTAR ISI
Light Novel itu apa?
Pengertian Macam-macam Genre Pada
LN
Tips Mencari Ide
Universe (Kerangka Cerita)
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
Penulisan Tanda Baca
Tata Cara Penulisan Dialog
Variasi Dialog [Tips Menghidupkan
Dialog]
Cara Menulis Narasi
Majas
Menulis Indah
Penyusun
Light Novel itu apa?
ISHIDA MIYA8 OKTOBER 2014

Light Novel (Raito noberu / Ranobe) termasuk kata dalam kategori wasei-eigo,
istilah dalam bahasa Jepang yang meminjam kosakata Bahasa Inggris. Yaitu
menggabungkan kata 'Light' dan 'Novel'.Light Novel juga terkadang disebut sebagai
karya sastra ringan. Begitulah.

Genre Novel, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua.

1. Elemen yang dibentuk dalam novel tersebut. Seperti : SF, Fantasy, Mistery,
School, dll
2. Sasaran pembaca : Anak-anak, Remaja, Perempuan, dll.

Sasaran pembaca Light Novel, adalah anak SMP dan SMA. Meskipun akhir-
akhir ini juga ada pembaca yang berumur 40 tahun juga.

Menurut Enomoto Aki (2008 : 8), Light Novel adalah Novel yang mudah dibaca
dan ditargetkan untuk pembaca SMP sampai SMA.

Sedangkan dalam Raito Noberu Kanzen Yomihon (Buku bacaan sempurna Light
Novel: 2007),

dijelaskan bahwa Light Novel adalah novel dengan ilustrasi bergaya anime. Dari
situ dapat disimpulkan bahwa,Light

Novel merupakan sebuah jenis novel ringan yang ditujukan kepada remaja
disertai dengan ilustrasi yang mirip dengan manga atau anime.

Dalam Raito Noberu Bungakuron dan Raito Noberu Kenkyuu Jousetsu,


keduanya menonjolkan bahwa cerita bukan hanya daya tarik Light Novel, tetapi juga
ilustrasinya.

Kekuatan ilustrasi yang beraliran anime dan manga ini bisa membuat suatu
Light Novel populer. Hanya karena seorang ilustrator terkenal,menggambar ilustrasi
untuk satu Light Novel, Light Novel tersebut bisa laku keras di kalangan pembaca.
Hal ini disebut dengan membeli ilustrasi (Enomoto, 2008: 75)
Keberadaan ilustrasi adalah hal yang sangat penting dalam Light Novel.
Ilustrasi dapat membuat suatu karakter mudah untuk dimengerti karena dideskripsikan
dengan gambar. Ilustrasi akan memudahkan pembaca mengerti situasi dengan melihat
gambarnya saja. Itu adalah kelebihan yang ada dalam ilustrasi light novel.

Light Novel disebut juga sebagai Kyarakutaa Shousetsu, yaitu novel yang lebih
menitikberatkan pada karakter dibandingkan cerita. Karakter dalam cerita lebih
ditonjolkan daripada cerita dalam novel. Karena Light Novel menggunakan ilustrasi
untuk menjelaskan tampilan fisik karakter, pembaca akan lebih cepat mendapat
gambar dari seorang tokoh.

Dibandingkan cerita, yang menjadi satuan paling dasar adalah karakter (Azuma,
2007: 39). Berarti karakter adalah objek yang harus dibentuk terlebih dahulu untuk
membentuk suatu Light Novel.

Aturan dalam pembuatan Light Novel sendiri, sulit untuk dijelaskan. Akan
tetapi dapat diuraikan sebagi berikut :

1. Sasaran Light Novel adalah remaja. Paragraph yang panjang akan membuat
remaja enggan membaca novel. Apalagi halaman buku yang tebal.
2. Jumlah kalimat percakapan jauh lebih banyak dibandingkan novel pada
umumnya.
3. Karakter menjadi titik berat dari Light Novel.
4. Adanya gambar ilustrasi yang bergaya manga atau anime.

Akan tetapi, walaupun tidak adanya gambar berilustrasi anime, bukunya tebal,
ada juga pembaca yang menggolongkan Novel Haryy Potter sebagai Light Novel. Hal
ini dikarenakan Karakter 'Harry Potter' merupakan titik berat dari Novel tersebut, dan
sasaran pembacanya pun anak SMA.

Nahdalam definisi ini saya lihat ada yang bersifat terkait langsung dengan
asal kata Light dalam Light Novel dan ada yang tidak. Berikut pembagiannya :

A. Hal yang terkait langsung dan esensial.

1. Narasi pendek
Yang ini saya setuju terkait langsung dengan kata ringan dari Light Novel dan
menjadi esensinya yang utama. Ditandai dengan jumlah kalimat dalam satu paragraf
yang tidak terlalu banyak (rata-rata tiga, kadang boleh empat atau maksimal lima
kalimat tapi kalimatnya pendek) dan digerakkan oleh dialog yang banyak. Kenapa?
Ingat kondisi sosial Jepang. Mereka menjunjung budaya kerja yang tinggi dan jadwal
mereka sibuk sekali, baik yang bekerja maupun masih sekolah. Nah, anak-anak SMP
dan SMA (target pembaca LN yg utama) yang sibuk dan (karena sibuk itu
kebanyakan) rentang perhatiannya pendek, sehingga sebisa mungkin mereka harus
bisa menamatkan LN yg dibaca di sela-sela jadwal yang mencekik. Paragraf yang
panjang itu membosankan dan butuh waktu mencernanya sehingga kurang cocok
dengan target pembaca anak sekolah. Narasi pendek ini terlihat misalnya dalam SAO
dan Oregairu.

Nah.satu poin di ataslah yang saya anggap terkait langsung dengan asal kata
ringan dalam Light Novel, dan esensial. Poin-poinnya saya rasa opsional dan jika
ada penulis Indonesia yang ignin menulis LN maka poin-poin ini boleh disesuaikan.
Poin-poin lainnya seperti dijadikan cerbung dulu atau jadwal penerbitan padat bisa
diabaikan karena alasan yang jelas. Tentu ada alasannya, dan berikut penjabarannya:

2. Ukuran buku yang kecil.

Alasan opsional : Masih terkait dengan kesibukan anak SMP dan SMA tadi,
sehingga LN sebaiknya memiliki ukuran yang gampang dibawa sehingga bisa dibaca
dimana-mana, baik itu di kereta, di jam istirahat pelajaran, di rumah sebelum
mengerjakan PR, di toilet, dll. Intinya sebisa mungkin tidak mengganggu kesibukan
mereka. Cara menyiasati agar gampang dibawa kemana-mana ya salah satunya
dengan mengecilkan ukuran Light Novel itu tadi atau dibuat tipis tapi lebar.

Jika ingin menulis LN di Indonesia : ini opsional saja. Kita orang Indonesia
(relatif) tidak sibuk (secara rata-rata nasional dan budaya ya, saya tahu kok ada juga
yang on-time di Indonesia) dibandingkan orang Jepang. Kalo mau nulis LN ya boleh
dibuat kecil-kecil ukuran saku atau tipis tapi lebar. Tapi ingat, kita gak sesibuk orang
Jepang. Kita masih suka baca novel dalam suasana yang santai. Lagipula ukuran novel
biasa lebih familiar sehingga jika menerbitkan novel LN dalam ukuran novel biasa
pun boleh saja, tidak terlalu berpengaruh. Saya pernah lihat kok LN di toko buku G,
LN yg pake ukuran kecil-kecil itu. Nyelip di rak sudut, di sudut bawah baris lagi, gak
rapi lagi. Coba pake format normal, pasti gak segitu di anak-tirikannya.

Kesimpulan : boleh format normal, ukuran saku, atau tipis tapi lebar. Kalau di
Indonesia disarankan format normal saja agar tidak dianaktirikan pembaca umum.

3. Panjang halaman Definisi populer soal panjang naskah LN yaitu 40.000-


50.000 kata, atau sekitar 100 halaman. Namun ini opsional juga.

Alasan kenapa opsional : tujuan nomor halaman yang sedikit ini pada awalnya
biar ukuran bukunya bisa tetap kecil (kalau pakai ukuran saku) atau tipis (kalau pakai
format tipis tapi lebar) sehingga bisa diselipin di tas sekolah dan gak berat dibawa
kemana-mana. Tapi ini gak mutlak sama sekali. Sejak kepopuleran LN meroket dan
sering dijadikan material anime, asal kualitasnya bagus panjang halaman tidak lagi
menjadi masalah utama, lebih sedikit dari 200 halaman pun boleh. Misalnya ya SAO,
Baccano!, apalagi Oregairu.

Jika ingin menulis LN di Indonesia : panjang halaman yang agak lebih dari 100
halaman masih sah disebut LN, namun jangan jauh melebihi 200 halaman.
Kesimpulan : panjang halaman ideal LN ada antara 100 sampai 200 halaman.

4. Diksi sederhana

Alasan kenapa opsional : saya rasa sudah jelas, diksi diusahakan mudah dicerna
oleh kalangan dewasa muda, sehingga sebisa mungkin dibuat sederhana namun tidak
murahan. Dan perlu diingat, karya sastra yang jadi best-seller selalu punya nilai
lebih pada dirinya, baik itu LN atau genre lain. Lihat Oregairu, diksinya dalam dan
pembahasannya bukan hanya soal percintaan remaja, namun sampai kepada kasta
sosial dan trauma emosional. Atau Certain Medical Index, dimana minimal penulisnya
memiliki pemahaman dasar soal fisika. Jika ingin menulis LN di Indonesia : anggap
begini ada standar minimal soal kualitas diksi. Kalau diksi ada di bawah standar
ini, mau dibaca aja malas. Kalau ada di atas standar ini, terlepas dari gaya bahasa si
penulis dan genre tulisannya, pembaca secara umum bakal senang membacanya.
Pembaca tidak bodoh.
Kesimpulan : lewatilah standar minimal pemilihan diksi yang menohok dalam
menulis LN.

5. Ada ilustrasi bergaya manga

Alasan kenapa opsional : kalau poin yang ini tergantung seting LN itu sendiri.
Jika setingnya di Jepang ya otomatis ilustrasinya bergaya manga (komik Jepang).

Jika ingin menulis LN di Indonesia : kalau seting LN anda di Indonesia, ya


otomatis lebih cocok menggunakan gaya gambar komik Indonesia. Ilustratornya bisa
dipakai komikus-komikus Indonesia. Nyarinya dimana? Salah satunya ya di situs
upload komikus Indonesia. Lihat yang hot/banyak dibaca, biasanya kualitas
komikusnya udah di atas rata-rata. Saat dulu iseng-iseng mencari ilustrator saya
menemukan salah satu yang bagus, namanya Alex Irzaqi (tekniknya di atas rata-rata,
pacing-nya bagus, dan rentang emosi karyanya luas). Dan satu lagikatanya LN itu
identik dengan ilustrasi moe (imut). Mungkin itu memang berhasilkalau di Jepang.
Di Indonesia dimana aspek spesifik sub-kultur manga tidaklah populer, ilustrasi ala
moe bisa-bisa malah menimbulkan kesan picisan di benak pembaca.
Ihsampulnya aja kayak buat anak-anak gini, sok imutisinya pasti gak beres ni,
begitu pikir pembaca Indonesia pada umumnya. Apalagi kalau genre LN anda adalah
action dan nuansanya garang (misalnya), tentu kurang tepat diberi ilustrasi moe. Ingat,
sekali lagi : ini Indonesia bukan Jepang. Adaptasi adalah perlu.

Kesimpulan : sesuaikan gaya ilustrasi dengan konten dan seting LN anda.


Bijaklah melakukan adaptasi sesuai situasi. Ilustrasi tidak harus moe.

6. Narasi bernuansa manga

Alasan kenapa opsional : kalau yang ini masalah nuansa, yang juga perlu
dilakukan lokalisasi atau penyesuaian dengan area pemasaran LN itu sendiri.
Misalnya beginidi Oregairu ada adegan Hachiman membayangkan kerahnya ditarik
kuat ke atas oleh Sensei cewek yang galak itu, sehingga dia seperti anak kucing yang
ditarik tengkuknya ke atas (tidak berdaya). Ini yang disebut ala manga. Yang sering
baca manga pasti ngerti maksud saya.
Jika ingin menulis LN di Indonesia : fungsi narasi ala manga di LN ala Jepang
kebanyakan untuk memberi unsur komedi, jadi otomatis kalau seting LN anda di
Indonesia (atau mau dipasarkan di Indonesia) lebih cocok digunakan komedi yang
dimengerti orang-orang Indonesia. Hindari menggunakan istilah yang hanya
dimengerti penggemar berat anime atau manga.

Kesimpulan : sesuaikanlah unsur komedi (atau aspek lain dari narasi LN anda)
berdasarkan situasi.

Kesalahpahaman Mengenai LN Berikutnya kita masuki kesalah pahaman besar


dari mereka yang menulis LN. Kesalahpahaman ini begitu mengganggu sehingga saya
tidak dapat menahan diri dari menuliskannya.

Kesalahpahaman ini berakar dari pola pikir menyepelekan LN. Berikut lebih
jelasnya penyepelean yang mereka lakukan :

Diksi dan Tata Bahasa.

Sering saya lihat tulisan di komentar yang berkata,Tapi ini kan LNbahasanya
gak perlu rumit-rumit lah senpai. Toh buat hiburan. Kata-kata ini mengindikasikan
bahwa si penulis menulis LN bukan karena minat, melainkan karena di matanya LN
itu gampangan dan picisan. Gak perlu kaidah tata bahasa. Gak perlu kualitas. Boleh
asal buat. Suka-suka gue dong mau nulis gak nurutin kaidah. SALAH BESAR.

Terlepas dari LN atau tidak, kualitas tetap harus dijaga. Ada standar minimal
yang perlu dilalui atau dimiliki oleh sebuah LN. Paling dasar sekali soal kaidah
penulisan, misalnya penggunaan tanda baca seperti tanda petik, penggunaan huruf
kapital, penggunaan di apakah sebagai awalan atau kata depandaftarnya begitu
panjang. Sering saya amati bahwa ketidaktahuan ini lebih dikarenakan kemalasan
berusaha mencari tahu. Soal kaidah penulisan kan bisa dicari di Google, atau yang
lebih mudah : beli aja satu novel yang diterbitkan penerbit besar yang diakui jarang
error soal tata bahasa. Gak perlu diajari juga dengan mengamati novel itu kita bisa
tahu (misalnya) kapan tanda petik akhir dibarengi koma atau titik, dan sebagainya.

Ini dikit-dikit nanya di grupkalau soal yang rumit bolehlah.


Usaha dikit kenapa? Itu naskahmu, bukan naskah anggota grup lain. Ada batas
antara minta bantuan dan malas. Bedakanlah batas itu.

Daya analisis itu dipake dong, jangan dibiarkan nganggur.

Saat pertama kali membaca petikan naskah yg di pos di grup ini (prolog atau
lanjutan chapter), yang pertama saya lihat adalah kaidah penulisannya, isinya soal
berikutnya. Kapital beres atau tidak. Tanda petik beres atau tidak.

Kenapa? Karena itu adalah aspek dasar.

Menuliskan itu dengan benar berarti si penulis menunjukkan penghormatan pada


LN (atau fiksi secara umum), yang ditunjukkan dengan penulisan kaidah yang benar,
dan saya sebagai pembaca juga akan membalas penghormatan itu dengan membaca
karya tersebut dengan semangat.

Kalau salahnya sedikit atau satu-dua ya wajar, manusia, ada human error. La ini?
Hampir keseluruhan naskah kaidah tanda baca atau kaidah penulisan lain aja gak
berestampilan naskahnya menyaingi ketikan sms anak-anak alay. Gimana mau
menghormati dan semangat bacanya coba.
Sadarilah bahwa mau itu LN atau novel lain, kualitas harus dijaga. Jangan
jadikan format LN sebagai alasan buat ketidakmampuanmu. Jangan jadikan LN
sebagai pelarian.
Pengertian Macam-macam Genre
Pada LN
AGLECIUS MICHAEL22 AGUSTUS 2014

Pengertian Macam-macam Genre Pada LN:


o Action : Sebuah karya yang biasanya menggambarkan perkelahian, kekerasan,
kekacauan, dan gerakan-gerakan cepat.
o Adult : Sebuah karya yang isinya hanya cocok untuk orang dewasa. Judul-
judul yang masuk ke dalam kategori ini biasanya berisi banyak adegan
kekerasan yang intens, dan atau gambar-gambar seksual serta ketelanjangan.
o Adventure : Berisi cerita tentang seseorang atau beberapa kelompok
melakukan suatu perjalanan jauh untuk suatu alasan tertentu.
o Comedy : Karya dramatis yang ringan dan seringkali humoris, mengandung
sebuah resolusi, pemecahan masalah, atau kesimpulan yang bahagia akan
sebuah konflik.
o Crime : Sebuah karya yang berfokus untuk mengisahkan aksi-aksi kriminal.
o Doujinshi : Karya buatan fans berdasarkan suatu anime atau manga resmi
tertentu.
o Drama : Karya yang dimaksudkan untuk menarik keluar respons emosional
dari pembaca, seperti rasa sedih atau ketegangan.
o Ecchi : Karya yang mungkin berada di garis batas antara Hentai dan Non-
hentai, ecchi biasanya menyajikan fanservice untuk menarik kelompok fans
tertentu. Fan-Service adalah unsur yang hampir mendekati Hentai tapi tidak
melewati, hanya mengandung unsur seksi level medium.
o Fantasy : Banyak mengandung unsur imajinasi dan dunia-dunia fantasi seperti
pengguna sihir dan lain sebagainya.
o Gender Bender : Terdapat unsur perubahan jenis kelamin karena berbagai
sebab, bisa laki-laki menjadi wanita atau sebaliknya.
o Harem : Seri ini biasanya melibatkan 1 karakter lelaki dengan banyak karakter
wanita (biasanya karena tertarik terhadap sang lelaki atau ada alasan lain)
sebutan untuk sebaliknya adalah Reverse Harem.
o Hentai : Karya berbau seksual untuk orang dewasa dengan fokus pada gambar-
gambar seksual dan adegan intim.
o Historical : Mengandung unsur-unsur yang berbau sejarah.
o Horror : Karya yang dipenuhi oleh emosi-emosi seperti rasa takut,
kekhawatiran, dan kebencian; emosi yang ditimbulkan oleh sesuatu yang
menakutkan atau mengejutkan.
o Josei : Secara harafiah artinya wanita. Target pembaca / penonton adalah
wanita dengan rentang usia 18-30. Level Josei setara dengan Seinen, di mana
alur cerita romansa di antara karakter lebih realistis dan tidak terlalu idealis.
Gaya penceritaannya lebih dewasa dan eksplisit.
o Martial Arts : Sesuai dengan namanya, karya apapun yang berhubungan
dengan seni bela diri.
o Mature : Cukup umur; karya yang mungkin terlalu ekstrem untuk orang di
bawah umur 17. Judul-judul yang masuk ke dalam kategori ini bisa berisi
kekerasan intens, darah, konten seksual, dan bahasa-bahasa kasar.
o Mecha : Karya yang melibatkan dan berkonsentrasi pada segala jenis mesin
robot yang besar.
o Mystery : Banyak terdapat pada serial detektif, pembaca/penonton diajak
untuk berpikir selama mengikuti nya terdapat banyak kode, kata-kata dan unsur
misteri lain.
o Psychological : Biasanya berhubungan dengan keadaan pikiran dan jiwa;
kondisi psikologi yang abnormal.
o Romance : Karya apapun yang berhubungan dengan cinta.
o School Life : Karya yang latar belakang ceritanya berfokus pada kehidupan
sekolah.
o Sci-fi : atau Science Fiction melibatkan teknologi-teknologi canggih dan
fenomena lain yang bertentangan atau melewati sains ilmiah modern.
o Seinen : Seinen artinya pria muda, manga dan anime yang secara spesifik
menarget pembaca atau penonton berumur 18-25 tahun. Biasanya cerita Seinen
menitikberatkan pada isu-isu kedewasaan seseorang.
o Shoujo : Karya yang ditujukan untuk pembaca atau penonton wanita, biasanya
melibatkan banyak romansa dan perkembangan karakter yang kuat.
o Shoujo Ai : Biasa juga disebut yuri atau karya yang berfokus pada hubungan
cinta di antara wanita (lesbian), tapi tidak terlalu ekstrem dan tidak berfokus
pada hubungan intim.
o Shounen : Karya yang ditujukan untuk remaja, biasanya melibatkan
perkelahian dan kekerasan.
o Shounen Ai : Biasa juga disebut Yaoi atau karya yang berfokus pada
hubungan cinta di antara pria (homo), tapi tidak terlalu ekstrem dan tidak
berfokus pada hubungan intim.
o Slice of Life : Genre yang merepresentasikan pergulatan kehidupan sehari-hari
satu atau banyak karakter di dalam karya yang dimaksud. Biasanya karya-karya
seperti ini memang terjadi di kehidupan nyata dan mirip dengan apa yang
sering kita alami.
o Smut : Karya-karya yang bisa dianggap sebagai tabu, najis, atau melanggar
kesucian, terutama yang terkait dengan hubungan seksual.
o Sports : Karya-karya yang berhubungan dengan kegiatan olahraga.
o Supernatural : Karya-karya yang berisi kekuatan-kekuatan dan kejadian luar
biasa yang tidak dapat dijelaskan, serta melanggar hukum fisika.
o Thriller : Adalah genre yang menuntut plot yang mendebarkan sesuai dengan
namanya dan sifatnya yang thrill. Kalau dalam film, biasanya adegannya
mendebarkan dan plotnya sengaja dibuat jelas.
o Dark Story : sebuah genre yang biasanya terlihat dan terasa alur yang suram
mulai dari awal sampai akhir walaupun begitu ada beberapa event yang
membuat aura suram di dalam alur cerita menjadi sedikit berkurang hanya
untuk membuat pembaca tidak bosan untuk membacanya Walaupun
diperbolehkan menselipkan beberapa event untuk mengurangi sedikit aura
suram alur ceritanya, alur ceritanya tetap tidak boleh kehilangan semua aura
suram tersebut.
o Tragedy : Karya yang berisikan kehilangan, kepedihan, dan kemalangan.
o Yaoi : Karya yang berfokus pada hubungan intim di antara pria.
o Yuri : Karya yang berfokus pada hubungan intim di antara wanita.

Semoga Berguna ^^
NB: Jika ada yang masih belum dimengerti atau kurang jelas silahkan bertanya lebih
lanjut kepada Mbah Google.
Tips Mencari Ide
FUJI M. ULLUM28 AGUSTUS 2014

Tips Mencari Ide

Cara ini adalah cara yang ane gunakan setiap ane mau bikin proyek baru. Agan
bisa pakai cara ini, atau enggak sama sekali.

Yang perlu agan catet, setiap penulis punya cara menulis sendiri-sendiri. Jadi
kalo agan ketemu sama orang, atau baca buku, yang ngajarin bahwa cara menulis fiksi
itu HARUS begini, HARUS begitu, harus bikin premise dulu, harus bikin kerangka
dulu, harus bikin biografi karakter utama dulu dll, maka sebenernya dia ngajarin teori
penulisan yang hanya pas bagi dirinya sendiri. Yang harus agan lakukan sebenernya
adalah mengetahui sebanyak mungkin teori penulisan yang ada, lalu aplikasikan yang
paling cocok bagi agan. Kalo ternyata bikin kerangka sebelum mulai menulis bikin
agan stuck, ya gak usah dilakuin. Coba pake caranya Stephen King, tentukan sebuah
situasi, lalu mulai menulis tanpa kerangka sama sekali. Atau, kalo emang agan lebih
suka bikin kerangka, silakan agan bikin kerangka dulu sebelum mulai nulis. Agan bisa
contoh Robert Ludlum (penulis Bourne Ultimatum) yang kerangkanya aja bisa sampe
50 halaman sendiri.

Nah, jadi apa yang akan ane tulis di sini adalah cara yang berhasil buat ane. Kalo
misalnya setelah agan coba, bisa memudahkan agan dalam menulis, silakan dipake.
Kalo ternyata malah bikin stress, ya gak usah dipake. Barangkali nanti ada mastah2
yang mau ngelengkapin.

Setiap mulai sebuah proyek, ane akan bikin storyline terlebih dulu. Ada juga
yang nyebut kalimat pitching, sama apa lagi ya? Ane lupa... Pokoknya semua sama.
Pada intinya, ini adalah sebuah kalimat yang menggambarkan cerita agan secar
keseluruhan. Yak, cuma satu kalimat. Contoh:

Seorang hobbit dari Shire yang harus menghancurkan cincin misterius


untuk menyelamatkan dunia, dan Shire, dari kehancuran. (The Lord of
The RingsJ. R. R. Tolkien)
Orang tua yang harus mendapatkan ikan secepat mungkin untuk
mengembalikan kepercayaan diri, nama baik, dan harga dirinya di mata
masyarakat. (The Old Man and The SeaErnest Hemingway)

Bisa agan lihat, kedua storyline di atas berisi tiga elemen penting dalam fiksi:
Karakter, Tujuan, Resiko. Jadi setelah ada karakter yang memiliki tujuan, ada sebuah
resiko yang muncul kalau karakter itu gagal meraih tujuannya. Apa resikonya kalo
Frodo gagal? Dunia hancur. Shire yang sangat ia cintai juga akan hancur. Dia gak mau
Shire hancur, maka dia akan berusaha menyelesaikan misinyabagaimanapun
caranya.

Dari storyline itu, kita bisa membayangkan hambatan/rintangan seperti apa yang
nantinya bakal muncul sepanjang cerita. Yang agan harus pegang, TUJUAN +
RINTANGAN = KONFLIK. Jadi konflik adalah si karakter utama (atau sampingan)
yang berjuang keras mencapai tujuannya, tapi agan kasih berbagai rintangan yang
bikin karakter itu gak mudah mencapai tujuannya. Dalam fiksi, gak boleh ada yang
mudah. Kalo sepanjang cerita segalanya berjalan baik-baik saja, burung-burung
bernyanyi, bunga berseri, then you have no story! Kayak gitu cara mainnya. Dalam
fiksi, semuanya harus sulit. Kalau si karakter utama menderita, maka pembaca akan
bahagia. Kalau si karakter utama bahagia sepanjang cerita, maka pembaca akan
menderita kebosanan tingkat akut. So, be cruel or die!

Tugas seorang karakter utama adalah meraih tujuannya dengan segala cara yang
ia bisa. Tugas agan, sebagai penulis, adalah memberikan hambatan demi hambatan
yang bikin karakter utama sulit meraih tujuannya, kalo bisa bikin sampe dia muntah
darah

Contoh:

Kita bikin seorang karakter bernama


Jiun. Jiun adalah seorang mahasiswa.
Kita kasih tujuan/motivasi karakter itu
adalah ikut ujian susulan pada hari
Selasa, atau dia harus ngulang satu
semester. Padahal, kalo ngulang satu
semester lagi, orangtuanya bisa ngamuk.
Dan kalo orangtuanya ngamuk, dia bisa
dikeluarin dari kuliah, dipaksa untuk jadi
pedagang kayak bokapnya. Padahal
Jiun males banget jadi pedagang. Cita-
citanya adalah pengen jadi wartawan.
Nah, kita udah dapet sedikit latar-
belakang karakter utama. Sekarang kita
masuk ke cerita Jadi, pada hari Selasa
itu Jiun harus ikut ujian susulan. Itu
adalah tujuan utama dia, sekaligus
tujuan pada cerita kita. Rintangan apa
yang bisa kita kasih untuk pemanasan?
Kita bikin Jiun terlambat bangun. Ujian
dimulai jam 08:00, dan dia baru bangun
setengah delapan pas. Padahal jarak kos
ke kampus sekitar setengah jam. Jiun
bangun, gosok gigi, cuci muka, gak pake
mandi, langsung ganti baju dan
berangkat naik motor vespanya.
Rintangan apa lagi yang bisa kita kasih?
Motor vespa Jiun kehabisan bensin.
Jiun memutar otak. Seingetnya, di ujung
gang ada sebuah warung yang jualan
bensin eceran. Jadi dia dorong vespanya
ke ujung gang. Kebayang kan, dorong
vespa pagi2? Berat, tubuh Jiun mulai
keringetan. Aroma tubuhnya yang belom
mandi, semakin mewangi. Begitu sampe
di warung, Jiun langsung ngisi
motornya dengan bensin. Apakah kita
kasih kemudahan kali ini? Oh tidak bisa.
Sekali lagi, gak ada yang mudah dalam
fiksi. Tu bocah harus kita hajar lagi.
Jadi, kita bikin si Jiun gak bawa
dompet. Jiun memohon supaya si
pemilik warung mau ngutangin dulu.
Tapi karena utang Jiun udah banyak di
warung itu, si pemilik gak mau tau, Jiun
harus balik ke kos untuk mengambil
dompet. Akhirnya Jiun lari-lari ke kos,
terus balik lagi ke warung. Setelah
selesai bayar, Jiun nyetater motornya,
terus langsung melesat. Apakah kita
biarkan Jiun sampe di kampus dengan
selamat? Maaf, saya gak sebaik itu Kita
hajar lagi Jiun dengan: m-a-c-e-t. Gak
cukup sampe di situ, tiba-tiba mendung
menggelayut pagi itu. Awan kian tebal,
dan gerimis mulai turun. Hujan deras.
Jiun gak bawa jas ujan, dan dia harus
berteduh. Saat itu waktu sudah
menunjukkan pukul 07:45. Jiun harus
memilih: basah kuyup, atau jadi
pedagang. Dia milih basah-kuyup. Dan
setelah melewati hujan badai, akhirnya
dia sampe juga di kampus. Dengan
penampilan yang udah gak jelas
bentuknya itu, dia lari-lari ke ruang
ujian. Dan apa yang akhirnya terjadi? Di
sini kita harus kasih resolusi. Ternyata
ujian susulan diundur minggu depan,
karena dosen pengujinya kehujanan dan
terlambat ke kampus. Kasian si Jiun.
Dia cuma bisa memble sambil nangis di
pojokan.

Itu adalah contoh yang bisa dipakai untuk cerpen, atau sebuah adegan untuk
novel. Setiap adegan, sama saja seperti cerita yang utuh, selalu memuat Karakter,
Tujuan, Rintangan, dan Resolusi (ato ending). Tujuan + Rintangan menghasilkan
Konflik. Di akhir adegan, kita harus membuat Resolusi. Resolusi adalah jawaban dari
Tujuan. Cuma ada dua pilihan: BERHASIL atau GAGAL. Jadi, kalo ada penulis yang
bingung bagaimana bikin ending untuk ceritanya, menurut saya itu karena
tujuan/motivasi karakter utamanya belum jelas. Atau, si karakter utama bahkan gak
punya tujuan sama sekali. Saya masih sering kok ngelihat ini di novel-novel dalam
negeri, bahkan penulisnya udah terkenal. Untuk Jiun, kita bikin ending-nya: dia gagal
sampai di kampus tepat waktu, tapi akhirnya berhasil mencapai tujuannya untuk bisa
tetap kuliah.

Intinya, seorang penulis harus kejam. Semakin kejam semakin bagus. Contoh
yang saya buat di atas belum begitu kejam. Biar lebih kejem, mungkin agan bisa mulai
dengan sering2 buka forum DP

Fungsi storyline yang lain, agan bisa pake buat nawarin naskah ke penerbit. Jadi
ketika suatu hari agan dateng ke penerbit dan bertemu dengan redaksi, agan pasti
ditanya, Ceritanya tentang apa Mas/Mbak? dan agan tinggal jawab dengan cool,
Seorang kakek mantan narapidana yang pengen jadi penari balet ternama. Orang
redaksi pasti langsung nangkep maksud agan. Agan juga bisa tulis di lembar sinopsis,
kalo agan ngirim naskah via email atau pos.

Segitu dulu tutorial hari ini. Kalo ada yang kurang, silakan para mastah
menambahi.
Universe (Kerangka Cerita)
MUHAMAD RAMADHAN SOFYAN28 JUNI 2016

Seperti yang diketahui, dalam pelajaran B.indonesia dulu kita pasti pernah
belajar tentang rangka sebuah cerita. Terdiri dari Judul, penokohan, watak, alur, latar,
dan tipikal cerita (ini tambahan ane sendiri.. ). Nah sekarang kita akan membahas soal
'Universe'. Tata surya tempat dimana kisah LN kalian akan hidup dan menjalani cerita
mereka masing - masing.

'Universe' ini sendiri baru bisa disebut begitu jika sudah memenuhi berbagai
syarat seperti berikut :

Latar / the World

Ini bisa beragam tergantung bagaimana kalian menginginkan cerita tersebut.


Bisa saja disebuah kota, atau satu negara, atau menjelajah ke tempat" lainnya. Banyak
orang salah sangka terhadap unsur ini, kenapa? karena kebanyakan orang menganggap
the World adalah unsur sampingan yang tidak perlu dijelaskan lebih detail pun bisa
terwujud. memang sebenarnya bisa dianggap seperti itu, namun ada kalanya sebuah
cerita terutama Sci-Fi perlu untuk mengulas tuntas unsur ini.

Penokohan / the Enviroment

Adalah saat - saat paling menarik. Karena kita dengan leluasa mulai
mengembangkan karakter - karakter kita mulai dari nama sampai perwujudan yang
berbeda - beda pula, termasuk jenis pakaian yang dikenakan baik karakter yang
bersangkutan atau masyarakat biasa.

Watak / Characteristic
Kalau tadi ngulas tentang dandanan luar juga penampilan, yang ini cenderung
ngejelasin tentang sifat - sifat karakter tersebut. Termasuk dengan pola kehidupan,
sosialisasi, dan adat yang biasa terjadi di satu tempat itu.

Alur / Time Lapse

Di jaman sekarang pasti selalu bertema campuran. Karena selain menarik, kita
juga mudah untuk mengembangkan cerita dikala ada beberapa adegan yang aneh
namun susah untuk dihapus dari cerita yang sudah ditulis. Memang, alur maju dan
mundur cukup sulit untuk digunakan terlebih jika kita sebelumnya membuat cerita
tanpa memakai bagan terlebih dahulu. Maka dari itu dibutuhkan banyak persiapan
juga 'surfing' mencari bahan - bahan yang sesuai untuk membuat cerita seperti itu.

Tipikal Cerita / Genre

Dergantung dari semua sekmen diatas, maka genre pun bisa bermacam - macam.
Untuk bagian ini, mungkin tidak perlu dijelaskan karena kalian pasti tahu dan cukup
mengerti mengenai hal ini.

-------------------------------

Sedikit tips untuk kalian, ada baiknya disaat kita ingin menulis sesuatu. usahakan
buatlah sinopsis sedetail mungkin, meskipun pada nantinya hal yang lebih menonjol
itu tidak lah selalu sama. Pisahkan setiap sekmen diatas dan save di DOC dalam folder
bernama 'Universe', agar jika nanti saat kita terkena WB kita bisa kembali mengolah
bahan - bahan yang dulu kita kumpulkan.

Menjadi orang yang teliti bukan berarti harus selalu berpikir keras, intinya hanya
pada bagaimana kita membuat semua hal ini terasa menyenangkan... .Semoga kalian
bisa terus berkarya, tanpa ada hambatan berarti, tanpa ada gangguan dari lingkungan,
dan tanpa ada kendala kesehatan seperti aku ini.. .Salam olahraga.. #plaakk
#NB : ini bukan diambil dari wiki, semuanya hasil observasi selama ini saat melihat
film", anime dan game. Plus, ini uda pernah ane posting di LNI. Mungkin ada
beberapa yang belum baca, jadi dengan sangat silahkan di pahami.
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
AGLECIUS MICHAEL21 AGUSTUS 2014

CC: Yudha Pasca

EYD
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia
yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan
penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD di sini
diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah
perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena
dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail.
Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

Gue yakin elu mabok baca ini sampai akhir. Saran dari gue, siapin kantong
kresek warna putih biar greget.

A. Penulisan Huruf Kapital.

1). Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.

Contoh:

- Sebuah kapal tenggelam diserang meteor ...

- Ratusan warga sipil terluka akibat serangan teroris ...

- Nami adalah pacar saya ...

2). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Contoh:
- Robith berkata, "Pukulannya sangat hebat hingga dia tak dapat bangun
kembali."

- Tata menasihatkan, "Jaga dirimu baik-baik, Nak!"

3). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.

Contoh:

- Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab, Quran, Weda, Injil.

- Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya.

- Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

*bukan berarti nulisnya dicetak miring, hanya memberitahu bahwa yang dicetak
miring harus menggunakan huruf kapital di awal kata.

4). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Contoh:

- Haji Agus Salim

- Imam Syafii

- Nabi Muhammad S.A.W.

- Raden Wijaya.
5). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat.

Contoh:

- Presiden Soekarno

- Mentri Pertanian

- Gubernur Surabaya.

- Profesor Mahyudin

- Sekretaris Jendral Deplu.

6). Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang
tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Contoh:

- Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?

- Kapten Amir telah naik pangkat menjadi mayor.

- Keponakan saya bercita-cita menjadipresiden.

7). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Contoh:

- Uzumaki Ichigo

- Hatake D. Luffy

- Sakura Dragneel
8). Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Contoh:

- mesin diesel

- 10 watt

- 2 ampere

- 5 volt

9). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-
bangsa dan bahasa. Perlu diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan
dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan nama
bahasa; sedangkan huruf pertama kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf
kecil.

Contoh salah:

- Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang .

- . tempat bermukim Suku Melayu sejak .

- . memakai Bahasa Spanyol sebagai .

Contoh benar:

- Dalam hal ini bangsa Indonesia yang .

- . tempat bermukim suku Melayu sejak .

- . memakai bahasa Spanyol sebagai .


10). Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Contoh:

- keinggris-inggrisan

- menjawakan bahasa Indonesia

11). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.

Contoh:

- tahun Saka

- bulan November

- hari Jumat

- hari Natal

- perang Dipenogoro

12). Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak dipakai sebagai nama.

Contoh:

- Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan


Indonesia.

- Perlombaan persenjataan nuklir membawa risiko pecahnya perang dunia.

13). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.

Contoh salah:
- teluk Jakarta

- gunung Semeru

- danau Toba

- selat Sunda

Contoh benar:

- Teluk Jakarta

- Gunung Semeru

- Danau Toba

- Selat Sunda

14). Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri.

Contoh:

- Jangan membuang sampah ke sungai.

- Mereka mendaki gunung yang tinggi.

15). Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.

Contoh:

- garam inggris

- gula jawa

- soto madura
16). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
nama resmi badan/lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama
dokumen resmi.

Contoh:

- Departemen Pendidikan Nasional RI

- Majelis Permusyawaratan Rakyat

- Undang-Undang Dasar 1945

17). Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Perhatikan penulisan berikut:

- Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.

- Menurut undang-undang, perbuatan itu melanggar hukum.

18). Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan/ lembaga.

Contoh:

- Perserikatan Bangsa-Bangsa.

- Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.

- Indonesian Light Novel

19). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuk yang tidak
terletak pada posisi awal.

Contoh:

- Yuza menulis novel Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

- Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

- Dia agen surat kabar Japanovel.

- Ia menulis makalah Light Novel Indonesia dalam Sejarah Peradaban


Manusia.

20). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti Bapak, Ibu, Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan.

Contoh:

- Kapan Bapak berangkat? tanya Pico kepada Ibu.

- Para ibu mengunjungi Ibu Febiola.

- Surat Saudara sudah saya terima.

21). Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan.

Contoh:

- Kita semua harus menghormati bapak danibu kita.

- Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.


22). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.

Contoh:

- Dr. : doktor

- M.M. : magister manajemen

- Jend. : jendral

- Sdr. : saudara

23). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Contoh:

- Apakah kegemaran Anda?

- Usulan Anda telah kami terima.

B. Huruf Miring.
1). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh:
- majalah Prisma
- tabloid Nova
- Surat kabar Kompas

2). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Contoh:
- Huruf pertama kata Allah ialah a
- Dia bukan menipu, melainkan ditipu
- Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

3). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau
ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
- Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.
- Politik devide et impera pernah merajalela di benua hitam itu.

Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.


- Negara itu telah mengalami beberapa kudeta (dari coup detat)

C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh:
- anak-anak bermain di kubangan lumpur
- buku-buku di sana berantakan
- kami sedang berjalan-jalan di sekitar jurang
- gerak-gerik si pencuri sangat rumit
- tahun 1998 terjadi huru-hara di Jakarta
- kerjaanmu hanya mondar-mandir seperti setrikaan
- hatiku porak-poranda diterjang cinta Robin-cwaaaaaaan
- dll.

D. Gabungan Kata
1). Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh:
- duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah
sakit, terima kasih, mata kuliah.
2). Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang
berkaitan.
Contoh:
- alat pandang-dengar (audio-visual)
- anak-istri saya (keluarga)
- buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru)
- ibu-bapak (orang tua)
- orang-tua muda (ayat ibu muda)
- kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
- dll.

3). Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat
padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
Contoh:
- acapkali
- apabila
- bagaimana
- barangkali,
- beasiswa,
- belasungkawa,
- bumiputra,
- daripada, darmabakti,
- halal-bihalal,
- kacamata,
- kilometer,
- manakala,
- matahari,
- olahraga,
- radioaktif,
- saputangan,
- dll.

4). Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional,
kosponsor,
mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol,
neokolonialisme, paripurna,
prasangka, purna-wirawan, swadaya, telepon, transmigrasi.

Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua
unsur kata itu
ditulisakan tanda hubung (-).
Contoh: non-Asia, neo-Nazi

E. Kata Ganti kau, mu dan nya.


Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya.

aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil


engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil
Contoh:
- Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?
- Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.

Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini:


- Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
- Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.

Q: Loh, itu kok digabung begitu nulisnya, Bro?


A: Ingat, setiap kata ganti yang merujuk ke kata kerja harus kudu
wajib digabung!!
Contoh:
- kumakan,
- kutelen,
- kautendang,
- kaucium,
- dll.

F. Kata depan di, ke, dan dari .


Ini masih banyak yang salah di antara kita. Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.

Contoh:
- Tinggalah bersama Otong di sini.
- Di mana kakakmu yang seksi itu?
- Saya sudah makan di rumah Yuno.
- Angga sedang ke luar kota.
- Perlahan ia maju ke depan.
- Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.
- Kanade berasal dari keluarga terpandang.

Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut:


- Nami lebih cantik daripada Hinata.
- Kami percaya kepada Kuroko.
- Akhir-akhir ini Mahyudin jarang kemari.

Tambahan:
1). Beberapa contoh kata di dan ke yang harus dipisah:

- di kamar,
- di sawah,
- di lantai satu,
- di pemakaman,
- di atas,
- di sana,
- di sini,
- di antara,
- ke mana,
- ke kanan,
- ke bawah,
- ke empang,
- ke langit,
dll.

Q: Lalu, apa ciri-ciri kata di dan ke yang dipisah?


A: Lihat, ciri-cirinya hanyalah merujuk ke sebuah tempat.

2). Beberapa contoh kata di dan ke yang harus digabung:

- ditendang,
- ditebas,
- diayunkan,
- dikebiri,
- diingat,
- dipenggal,
- kerasukan,
- ketumpahan,
- kebanjiran,
- ketendang,
- ketonjok,
- dll.

Q: Lalu, apa ciri-ciri kata di dan ke yang digabung?


A: Lihat, ciri-cirinya hanyalah merujuk ke kata kerja.

F. Partikel.
1). Partikel lah dan kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
- Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
- Siapakah tokoh yang menemukan radium?

2). Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Contoh:
- Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
- Satu kali pun Zorro belum pernah menang melawanku.
- Bukan dia tak sedih, melainkan dia pun turut berduka atas kematian
kekasihnya.

*Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnyaadapun, andaipun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, walaupun.
Contoh:
- Adapun sebab-musababnya sampai sekarang kasus kematian L belum
terungkap.
- Bagaimanapun juga akan dicobanya walau badai menghadang.
- Baik para warga maupun tentara akan ikut membela tanah airnya
- Walaupun hari hujan, ia datang juga.

3). Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Contoh:
- Mereka masuk ke dalam kelas satu per satu (satu demi satu).
- Harga air abadi itu itu Rp 2.000.000,00 per cangkir (tiap cangkir).
Penulisan Tanda Baca
Oleh Ramadhan Pratama pada 26 September 2014 pukul 7:05

Tanda Titik (.)


1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.

2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.


Contoh:

Irwan S. Gatot
George W. Bush

Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.


Contoh: Dwiki Halla

3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:

Dr. (doktor)
S.E. (sarjana ekonomi)
Kol. (kolonel)
Bpk. (bapak)

4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:

dll. (dan lain-lain)


dsb. (dan sebagainya)
tgl. (tanggal)
hlm. (halaman)

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:

Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)


0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.

7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:

Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.


Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.

8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)


SMA (Sekolah Menengah Atas)
PT (Perseroan Terbatas)
WHO (World Health Organization)
UUD (Undang-Undang Dasar)
SIM (Surat Izin Mengemudi)
Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
rapim (rapat pimpinan)

9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang.
contoh:

Cu (tembaga)
52 cm
l (liter)
Rp350,00

10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
contoh:

Latar Belakang Pembentukan


Sistem Acara
Lihat Pula
Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma sebelum "dan"]
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan. [Catatan:
tanpa koma sebelum "dan"]

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.

3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:

Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.


Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:

Oleh karena itu, kamu harus datang.


Jadi, saya tidak jadi datang.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.
contoh:

O, begitu.
Wah, bukan main.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Contoh:

Medan, 18 Juni 1984


Medan, Indonesia.

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT
Wikipedia Indonesia.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.


Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990),
hlm. 22.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh: Rinto Jiang, S.E.

11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:

33,5 m
Rp10,50

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.

13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa.

14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.
Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran
pilihan pendengar.

Tanda Titik Dua (:)


1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian.
Contoh:

Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi
Perusahaan.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua : Axel
Wakil Ketua : Putri
Sekretaris : Helena
Wakil Sekretaris : Michelle
Bendahara : Tio
Wakil bendahara : Dikel

3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh:
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"

4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.

6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

Tanda Hubung (-)


1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat
dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Contoh:

p-e-n-g-u-r-u-s
8-4-1973

3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian


ungkapan.
Bandingkan:

ber-evolusi dengan be-revolusi


dua puluh lima-ribuan (205000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (125000).
Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah

4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh:

se-Indonesia
hadiah ke-2
tahun 50-an
ber-SMA
KTP-nya nomor 11111
sinar-X
Menteri-Sekretaris Negara
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contoh:

di-charter
pen-tackle-an

Tanda Pisah (, )
1a. Tanda pisah em () membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan
penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesiasaya harapkanakan menjadi Wikipedia terbesar.

1b. Tanda pisah em () menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
atomtelah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

2a. Tanda pisah en () dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti
sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:

19191921
MedanJakarta
1013 Desember 1999

2b. Tanda pisah en () tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau
bersama tanda kurang ().
Contoh:

dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 4565


antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 14921499
4 sampai 6 C, bukan 46 C

Tanda Elipsis (...)


1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk
menuliskan naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat
buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir
kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....

Tanda Tanya (?)


1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh:

Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?

Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:

Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).


Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
Contoh:

Alangkah mengerikannya peristiwa itu!


Bersihkan meja itu sekarang juga!
Sampai hati ia membuang anaknya!
Merdeka!

Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam
tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau
transkripsi drama.

Tanda Kurung ((...))


1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian
dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Contoh:

Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada)


membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya
perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Contoh:

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)


Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat,
dan (c) promosi.

Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut.
Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:

Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 18851919) (dikenal juga sebagai Matviy
Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 18851919), dikenal juga sebagai Matviy
Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 18851919) merupakan seorang pemimpin
Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.

Tanda Kurung Siku ([...])


1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 3538]) perlu dibentangkan di sini.
Tanda Petik ("...")
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lain.
Contoh:

"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"


Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh:


Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di
SMA" diterbitkan dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:

Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.


Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di


belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:

Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".


Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

Tanda Petik Tunggal ('...')


1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:

Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"


"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan
rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Contoh: feed-back 'balikan'

Tanda Garis Miring (/)


1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:

No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda
bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:

harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)


kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
7/8 atau 78
xn/n!

Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika
dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi .
Contoh: 10 2 = 5.

Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis
pembagi dapat dipakai.
Contoh: .
3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

Tanda Penyingkat (Apostrof)(')


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Contoh:

Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)


Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari '88 ('88 = 1988)

Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.


Tata Cara Penulisan Dialog
AGLECIUS MICHAEL21 AGUSTUS 2014

- Dialog -
Dialog adalah percakapan antar tokoh dalam cerita novel. Kehadirannya
membuat karya tersebut hidup, tanpanya karya tersebut akan mati karena kita akan
bosan membaca narasi yang panjang layaknya sejarah.

Bukannya sok pintar atau apa-apa, saya membuat dokumen ini untuk
membenarkan naskah kalian yang masih salah atau bingung tentang tata cara
penulisan dialog yang baik dan benar.

Langsung saja ke topik utama, di sini saya akan menjelaskan bagaimana


penulisan dialog yang benar:

1. Dialog menggunakan koma sebelum petik terakhir.

Contoh salah:

- "Nia, dia ada di sana," Kata Karin.

- "Bogor itu lumayan jauh juga", kata Udin.

Contoh benar:

- "Nia, dia ada di sana," kata Karin.

- "Bogor itu lumayan jauh juga," kata Udin.

Lihat perbedaannya:

-Di contoh satu, setelah petik akhir, gunakan huruf kecil untuk
mengawali sebuah dialog tag.
-Dan di contoh dua, penempatak petik akhir dan komanya terbalik.

2. Dialog menggunakan titik sebelum petik terakhir.

Contoh salah:

- "Tak salah lagi." matanya kini menoleh sinis pada wanita di


sebelahnya.

- "Dia sangat beruntung memiliki Rias." seto tak henti-hentinya


merenung.

Contoh benar:

- "Tak salah lagi." Matanya kini menoleh sinis pada wanita di


sebelahnya.

- "Dia sangat beruntung memiliki Rias." Seto tak henti-hentinya


merenung.

Lihat perbedaannya:

- Di contoh satu, setelah petik akhir, gunakanlah huruf kapital untuk


memulai judul baru.

- Di contoh dua, setelah petik akhir, gunakanlah huruf kapital juga untuk
memulai judul baru saat menyebutkan nama, jabatan, gelar, dll.

3. Dialog menggunakan tanda tanya sebelum petik akhir.

Contoh salah:

- "Apa kau ingin menikahiku, Yudha?" Tanya Nami.


- "Kapankah hujan deras ini akan segera reda?" rian mulai bosan dengan
semua ini.

- "Meteor itu akan jatuh hari ini?", tanya Arika.

Contoh benar:

- "Apa kau ingin menikahiku, Yudha?" tanya Nami. [Tentu saja, Nami!
TENTU SAJA!!!]

- "Kapankah hujan deras ini akan segera reda?" Rian mulai bosan
dengan semua ini.

- "Meteor itu akan jatuh hari ini?" tanya Arika.

Lihat perbedaannya:

- Di contoh satu, setelah petik akhir, gunakan huruf kecil untuk memulai dialog
tagnya.

- Di contoh dua, setelah petik akhir, gunakanlah huruf kapil jika menyebutkan
nama, jabatan, gelar, dll.

- Di contoh tiga, jika memakai tanda tanya, tak perlu lagi menggunakan tanda
koma, bunuh saja tanda komanya, masukkan dia ke loker Davy Jones!

4. Dialog menggunakan tanda seru sebelum petik akhir.

Contoh salah:

- "Aku tak pernah melakukan itu!" Teriak Harry.

- "Liontin itu sangat mahal!" chika tampak marah.

- "Tara itu orang jahat!", Joe mencoba menjelaskan.


Contoh benar:

- "Aku tak pernah melakukan itu!" teriak Harry.

- "Liontin itu sangat mahal!" Chika tampak marah.

- "Tara itu orang jahat!" Joe mencoba menjelaskan.

Lihat perbedaannya:

- Di contoh satu, setelah petih akhir, jika itu dialog tag, gunakan huruf kecil
untuk memulainya.

- Di contoh dua, setelah petik akhir, gunakanlah huruf kapital jika menyebut
nama, jabatan, gelar, dll.

- Di contoh tiga, jika memakai tanda seru, tak perlu lagi menggunakan tanda
koma, bunuh saja tanda komanya, masukkan dia ke black hole!

5. Dialog yang terputus.

Contoh salah:

- "Dia... Orang yang baik."

- "Tanteku ... amat kejam terhadapku!"

- "Umm... glenn itu tak pernah mandi."

Contoh benar:

- "Dia... orang yang baik."

- "Tanteku... amat kejam terhadapku!"


- "Umm... Glenn itu tak pernah mandi."

Lihat perbedaannya:

- Di contoh satu, setelah titik-titik, gunakanlah huruf kecil jika bukan


menyebutkan nama orang, jabatan, gelar, dll.

- Di contoh dua, sebaiknya titik-titik tidak di pisah dengan kalimat pertamanya.

- Di contoh tiga, setelah titik-titik, gunakanlah huruf kapital jika


menyebutkan nama orang, jabatan, gelar, dll.

6. Dialog sambungan.

Contoh salah:

-"Aku," matanya sayu, "Tidak akan mati!"

Contoh benar:

- "Aku," matanya sayu, "tidak akan mati!"

Lihat perbedaannya:

- Saat melanjutkan dialog, gunakanlah huruf kecil, terkecuali untuk


menyebutkan nama, jabatan, gelar, dll.

7. Dalam menyapa.

Contoh salah:

- "Dia itu pria mesum kan?"


- "Wah itu manusia setengah alien!"

- "Aku yakin, Belanda akan menjuarai Piala Dunia 2014! Iya kan nak?"

Contoh benar:

- "Dia itu pria mesum, kan?"

- "Wah, itu manusia setengah alien!"

- "Aku yakin, Belanda akan menjuarai Piala Dunia 2014! Iya kan, Nak?"

Lihat perbedaannya:

- Di contoh satu, gunakan tanda koma sebelum menyebutkan sapaan.

- Di contoh dua, jika sapaannya berada di awal, taruh koma setelah sapaan
tersebut.

- Di contoh tiga, koma pada sapaan terlihat banyak. Jika menyebutkan nama atau
panggilan pengganti nama, nama tersebut harus diawali dengan huruf kapital. Contoh-
contohnya sepertii: Bu, Pak, Paman, Bibi, Bro, dll.

8. Dialog yang awalnya berbicara dalam hati lalu dilanjutkan berbicara


langsung.

Contoh benar:

- Tapi, Rio tak bersalah. Batinnya. "Hei, tunggu! Kita masih belum tahu siapa
pelakunya!" bela Martin pada temannya.

Nah, setelah kalian membaca postingan ini, silahkan lihat dan bandingkan
dengan naskah kalian sekarang.

Sudah benar atau masih salah? :)


Sekian dari saya, jika ada kesalahan atau pertanyaan silahkan komentar di kolom
komentar. Kritik dan saran kalian sangat membantu kami yang masih dalam tahap
belajar.
Variasi Dialog [Tips Menghidupkan
Dialog]
TSUKI HIKARI15 APRIL 2017

- Variasi Dialog -

Hello LiNE'ers! Ada beberapa hal yang sebenarnya penting tapi terkadang
terlupakan, yaitu tentang mengemas dialog dalam sebuah cerita, baik cerita pendek
ataupun novel. Banyak dari penulis (fiksi) atau pengarang ketika membuat dialog
masih terlalu kaku untuk membuat variasi pengantar. Padahal dialog dalam sebuah
karya tulis sangat berpengaruh memperkuat karakter masing-masing tokoh yang kita
ciptakan.

Dalam menulis fiksi, terkadang kita menuliskan cerita layaknya sebuah laporan
kunjungan atau laporan kejadian peristiwa. Sehingga cerita yang dihasilkan cenderung
kaku dan mononton. Masih terpaku pada penulisan ilmiah yang bersifat eksposisi
maupun argumentasi, belum mengarah pada penulisan yang bersifat kreatif. Hal ini
yang membuat sulitnya memunculkan karakterisasi tokoh dan belum memunculkan
tema serta membuat alur cerita melalui teknik dialog.

Atau dalam Artian :

"terkadang kita menuliskan cerita layaknya sebuah laporan kunjungan atau


laporan kejadian peristiwa,"

~TEKNIK MENGHIDUPKAN DIALOG~

Contoh:

"Apakah kita akan berpisah?" Ucap Sera.

"Kau tak mau menungguku?" Tanya Herald.

"Aku tak bisa jauh darimu," Kata sera

"Aku hanya pergi untuk sementara. bukan untuk meninggalkanmu selamanya"


Ujar Herald
"Tapi.. tapi aku tak bisa, tetap tak bisa," Lanjut Sera.

"Aku pasti kembali," jawab Herald sambil berlalu.

Dari contoh di atas, pengantar dialog hanya bermain pada "kata", "tanya",
"jawab", "ucap", "ujar" dan semacamnya. Apakah kita masih demikian? Sudah
saatnya kita meningkatkan kualitas demi menghanyutkan pembaca, mengajak
pembaca ikut andil dalam imajinasi tokoh sehingga karakteristik pun bisa tercipta dari
kreativitas variasi dialog

"Apakah kita akan berpisah?" kau menatapku, aku menatapmu.

"Kau tak mau menungguku?" tanyaku pelan diantara isakmu.

"Aku tak bisa jauh darimu," kau terisak pelan sembari menggenggam erat
jemariku.

Penguasaan kosakata adalah faktor yang penting dalam kegiatan menulis.


Penguasaan kosakata akan sangat membantu dalam melahirkan kata-kata sebagai
perwujudan gagasan dan pikiran pengarangnya. Dengan penguasaan kosakata tinggi
akan bersifat positif dan dapat mempermudah dalam menentukan kata-kata yang akan
disusun menjadi paragraf dalam sebuah cerita. Dalam usaha menciptakan sebuah
karya fiksi dibutuhkan penguasaan kosakata yang lebih dari cukup, agar penulis dapat
menyalurkan ide dan gagasannnya melalui kata-kata yang tepat untuk mewakili
perasaannya.

Penciptaan karya sastra salah satunya cerpen dan novel yang bersumber dari
imajinasi tentu memerlukan bahan-bahan referensi yang banyak, agar semua gagasan
dapat tertuang secara detail melalui tulisan. Bahan-bahan tersebut diperoleh dari
pengalaman hidup, penghayatan atas suatu peristiwa, dan dapat juga diperoleh dari
buku. Semua bahan yang diperoleh dari pengalaman, penghayatan, dan olah imajinasi
yang berwujud kosakata akan menjadi suatu modal penulisan karya tulis.

By: Earl Furqan T


Cara Menulis Narasi
AGLECIUS MICHAEL21 AGUSTUS 2014

- Narasi -
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa
atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang
menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejaduan, tokoh, dan konflik
merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu
disebut plot atau alur.

Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut
narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh
narasi eskpositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan
contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam. Pola narasi
secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal - tengah - akhir.

1. Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana tokoh.


Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.

2. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik


lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konflik timbul dan mencapai
klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.

3. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan yang bermacam-
macam. Ada yang menceritakan dengan panjang , ada yang singkat, ada pula
yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca
untuk menebaknya sendiri.Langkah menyusun narasi (terutama yang
berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan
mencari, menemukan, dan menggali ide, Oleh karena itu, cerita dirangkai
dengan menggunakan rumus 4 sehat 5 sempurna *eh salah ding, maksudnya
5W + 1H.
Ciri-ciri karangan narasi:

Menurut Keraf (2000:136)

- Menonjolkan unsur pembuatan atau tindakan,

- Dirangkai dalam urutan waktu,

- Berusaha menjawab pertanyaan, 'apa yang sedang terjadi?'

- Ada konflik.

Contoh narasi berisi fakta:

Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis.


Beliau memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara
dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.

Contoh narasi fiksi:

Aku melemparkan senyuman pada gadis manis itu, sesaat kemudian terlintas
segaris senyuman juga di wajahnya pertanda dia meresponku. Dia melangkah ke
depan, entah kenapa jantungku tiba-tiba berdegup kencang, hati dan pikiranku kacau
takut aku salah tingkah di hadapannya. Angin berhembus kencang, menghempaskan
rambut hitam-panjangnya ke belakang. Tapi anehnya, tiba-tiba saja seluruh rambutnya
menjadi rontok semua tertiup angin. Seluruh siswa di kantin kini menertawainya.
Majas
RAMADHAN PRATAMA26 SEPTEMBER 2014

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian


ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tertulis [1].

Jenis-jenis Majas

Majas perbandingan

o Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri


tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima
segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

o Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.

Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.

o Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan


kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama",
"ibarat","bak", bagai".

Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang
dimabuk cinta berkorban apa saja.

o Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain
karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.

Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri.

o Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang


berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. Subyek
antropomorfisme seperti binatang yang digambarkan sebagai makhluk dengan
motivasi manusia, dapat berpikir dan berbicara, atau benda alam seperti angin
atau matahari.

o Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang
dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.

Contoh:

1. Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan.

2. Suaranya terang sekali.

3. Rupanya manis.

4. Namanya harum.

o Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai
nama jenis.

Contoh:

1. Si Gemuk

2. Si Lincah

3. Si Pintar

o Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

Contoh: Karena sehari-hari ia bekerja sebagai kusir gerobak, ia dipanggil Karto


Grobak.

o Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang


menjadi merek, ciri khas, atau atribut.

Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-


paru.(Rokok merek Djarum)

o Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk


menunjukkan hubungan karib.
Contoh : Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang
membuat otok kian terkesima.

o Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan


merendahkan diri.

Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.

o Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga


kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.

Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.

o Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang


diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.

Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.

o Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati


atau tidak bernyawa.

Contoh: dikau langit, daku bumi.

o Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan


keseluruhan objek.

Contoh:Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.

o Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud


hanya sebagian.

Contoh: Indonesia bertanding voli melawan Thailand.

o Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar


dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.

Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?

o Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas


sebagaimana adanya.
o Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan
bertutur kata.

Contoh: Perilakunya seperti ular yang menggeliat.

o Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam
cerita.

o Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih


pendek.

Contoh:

1. Ia bersekolah di kota kembang (maksudnya: Bandung).

2. Indonesia pernah dijajah oleh negeri matahari terbit (maksudnya:


Jepang).

o Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.

Contoh: Kita bermain ke rumah Ina.

o Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang


untuk menyatakan maksud.

Contoh:

1. Ia terkenal sebagai buaya darat.

2. Rumah itu hangus dilalap si jago merah.

o Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan


sama.

Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.

Majas sindiran
o Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan
mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.

o Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.

Contoh :

1. Soal semudah ini saja tidak bisa dikerjakan. Goblok kau!

2. Kau memang benar-benar bajingan.

o Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan
terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).

Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?

o Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk


mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.

o Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Majas penegasan
Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

o Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau


menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Contoh: Saya naik tangga ke atas.

o Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.

o Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata
yang berlainan.

o Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

Contoh: Dengar Daku Dadaku Disapu

o Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang


sejajar.
o Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.

o Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.

o Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna


yang berlainan.

Contoh: Engkau dijual engkau dibaca

o Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang


sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.

o Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang


kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.

Contoh: Para bupati, para camat, dan para kepala desa.

o Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum


subjeknya.

o Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam


pertanyaan tersebut.

Contoh: Apa arti semua ini?

o Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan
normal unsur tersebut seharusnya ada. Majas tersebut sering digunakan dalam
karya sastra berbentuk puisi.

Contoh: Oh...

o Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau


kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.

o Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan


kata penghubung.

o Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

o Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-


unsur kalimat.
o Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.

o Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu


keseluruhan.

o Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang


sebenarnya.

o Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

o Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan
dalam kalimat.

o Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan
yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.

o Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis
untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Majas pertentangan
o Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah
bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.

o Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.

o Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti


satu dengan yang lainnya.

Contoh:

1. Tua muda, besar kecil ikut meramaikan pesta itu.

2. Kaya miskin, cantik jelek, pintar bodoh semuanya sama di mata Tuhan.

3. Semua kebaikan ayahnya dibalas dengan keburukan sifatnya.


o Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah
disebutkan pada bagian sebelumnya.

o Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara


peristiwa dengan waktunya.
Menulis Indah
TSUKI HIKARI15 APRIL 2017

- Menulis Indah -

[TEKNIK MEMBUAT PARAGRAF MEMIKAT]

Bagaimana Cara Membuat Paragraf Pembuka yang Memikat?. Pertanyaan


demikian sering diajukan beberapa penulis yang baru memulai menulis. Kesulitan
yang biasa menyerang penulis-penulis pemula dalam menciptakan karya. Nah, untuk
postingan kali ini, kita coba untuk memecahkan masalah tentang Cara Membuat
Paragraf Pembuka yang Memikat dengan beberapa tahapan.

Paragraf terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat pembuka adalah kunci yang
penting dalam mendapatkan hati pembaca untuk melanjutkan membaca sampai
selesai. Jika dalam hal ini gagal, kemungkinan besar karya anda akan digeletakkan
atau malah dibuang. Atau, bila dalam sebuah kompetisi, lomba ataupun dikirim ke
media, bisa jadi sudah dibuang oleh redaktur. Sampai di sini anda sependapat? bila tak
sependapat, tak perlu anda lanjutkan bacaan ini.

Bila iya, mari kita lanjutkan postingan Cara Membuat Paragraf Pembuka
yang Memikat.

Jadi sampai di sini anda sudah tahu salah satu dari sekian kunci sukses sebuah
karya. Yaitu membuat paragraf pembuka yang memikat, bahasa rapi, terjaga, dan
bagus. Bila sekarang anda bisa praktek, lakukan sekarang. Jangan tunda lagi.

Lalu mungkin anda akan bertanya, bagaimana membuat pembuka yang memikat, bahasa
rapi, terjaga, dan bagus? begitu bukan?

Anda harus mulai berfikir, sebab ini bukan ilmu pasti layaknya matematika,
melainkan kreativitas masing-masing. Bisa jadi anda akan mampu membuat pembuka
yang jauh lebih bagus dari lainnya, atau bahkan lebih bagus dari saya.

Kurang PeDe? Mungkin ini salah satu alasan utama dan kebanyakan dari para
penulis pemula.
Nah, kali ini mari kita coba mebuat tahapan dalam Membuat Paragraf Pembuka
yang Memikat.

Pertama, dalam membuat Paragraf Pembuka supaya memikat, hal yang


pertama adalah memahami jenis tulisan anda. Romance misalnya, buatlah kalimat
yang menimbulkan efek dramatical yang tajam, atau sebuah kalimat Sederhana
namun sangat mengena.Bisa dengan taburan metafora yang menggelitik, atau awali
dengan sebuah pertanyaan.

Lalu yang kedua, pikirkan pula judul. Sebelum kita melangkah pada kalimat
pembuka, judul adalah penentu yang lebih penting. (kita akan bahas di kesempatan
lain, saya ingin membahas ini dulu supaya Nektarity bisa langsung praktek). Nah
dalam poin ini, usahakan judul dan kalimat pembuka punya singkronisasi, sehingga
ada kesinambungan antara judul dan kalimat pembuka. Karena bila orang tertarik akan
sebuah judul karya anda, kemudian membaca kalimat pembuka yang terkesan
melengceng, bisa jadi pembaca sudah kecewa. (Layu sebelum bercinta..eh
berkembang)

Tahapan selanjutnya, masih ingat dengan pelajaran waktu di sekolah? tentang


kalimat aktif dan pasif? Saya lebih sering menggunakan kalimat pembuka dengan
kalimat aktif. Alasannya sederhana, alam bawah sadar kita lebih mudah untuk
memahami. Artinya, dalam Membuat Paragraf Pembuka yang Memikat, kalimat aktif
lebih disukai pembaca karena lebih mudah dipahami sehingga ada ajakan untuk
membaca keseluruhan karya.

Tahap keempat, jangan ikuti guru SD. Eits bukan mengajari durhaka sama
guru. Maksudnya begini, kalau saya jaman sekolah(waktu belanda masih ikut makan
nasi di tempat kita) guru SD kalau mengajari mengarang cerita, pasti Pada suatu hari,
Pada hari minggu, Ketika aku pergi berlibur, dan lain-lain. Nah artinya hindari
penggunaan kata tempat dan waktu. Bagi saya tidak kreatif, terkesan kaku. Kalaupun
memang harus menggunakan, pilihlah diksi yang tepat.

Misalnya :

Pada suatu sore aku pergi ke pantai


maka bisa anda ganti dengan

Kereta senja mulai memasuki gerbang malam yang telah terbuka dan menjanjikan mimpi-
mimpi bagi para penumpangnya. Meninggalkan darah jingga di atas tubuh lautan yang malas
menari.

Demikian mengenai tahapan Membuat Paragraf Pertama yang memikat.


Semoga bermanfaat dan membantu bagi rekan-rekan yang sedang belajar menulis
fiksi.

Credit: H
Penulis Artikel
ISHIDA MIYA

AGLECIUS MICHAEL

FUJI M. ULLUM

MUHAMAD RAMADHAN SOFYAN

RAMADHAN PRATAMA

TSUKI HIKARI

YUDHA PASCA

Editor & Penyunting Akhir


RENALDY HAEN

Anda mungkin juga menyukai