Anda di halaman 1dari 15

novel adalah genre prosa yang berarti termasuk dalam karya sastra.

Terus,
jangan heran juga kalau novel-novel biasanya terdiri dari 100 halaman atau lebih.
Sebab, dari pengertian KBBI aja merupakan sebuah karangan prosa yang
panjang.

Nah, sepanjang cerita biasanya diisi, nih, dengan pengenalan tokoh, konflik,
klimaks, hingga solusi dari sebuah cerita. Dan, konfliknya pun gak cuman satu
doang, lho! Biasanya, konflik yang disediakan penulis sangat kompleks untuk
menarik minat para pembaca. Hal-hal ini akan gue coba bahas di penjelasan
selanjutnya, ya! Santai hehehe.

Novel itu sendiri diambil dari bahasa Italia “Novella” yang berarti baru, berita, atau
cerita pendek mengenai sesuatu yang baru.

Struktur Novel

Di atas kita sudah paham kalau novel adalah prosa panjang yang merangkai
sebuah cerita. Nah, pembahasan ini akan memudahkan lo untuk mengidentifikasi
bagian-bagian di dalamnya, nih. Siap buat menyimak? Lo juga bisa nyiapin
cemilan sama kopi atau teh dulu sambil baca bagian ini.

Seperti yang udah gue sebut di atas, novel ini sangat panjang. Di dalamnya ada
struktur-struktur yang turut membangun cerita di dalamnya. Penasaran apa saja
strukturnya? Yuk, disimak di bawah ini!

1. Orientasi

Struktur novel yang satu ini wajib lo ketahui, nih. Yap, orientasi biasanya berisi
pengenalan dan berada di awal-awal novel. Misalnya, pengenalan tokoh, latar
tempat dan suasana, serta waktu. 

Saat lo baca novel, si penulis pasti udah menggambarkan dengan jelas, nih,
mengenai struktur orientasi ini. Misalnya, novel A berisi tokoh yang bernama
Samsul, Bambang, dan Paijo. Lalu, latar tempatnya berada di SMA dan
suasananya begitu ramai orang-orang belajar di sekolah. Waktunya terjadi pada
masa-masa SMA.

2. Komplikasi
Selanjutnya, struktur yang perlu lo ketahui adalah komplikasi. Secara garis besar,
komplikasi berisi rangkaian masalah atau konflik yang terjadi di dalam novel.

“Weh, gue suka, nih, bang konflik-konflik begini pasti ada baku hantamnya”

Yee dasar netizen hehe. Memang, dalam sebuah novel, konflik menjadi bumbu-
bumbu yang membuat cerita semakin enak dinikmati oleh para pembacanya. Dan
seperti yang udah gue sebutkan di atas, konfliknya gak cuman satu doang! Jadi,
ada 2 atau lebih konflik yang terjadi di dalam novel dan bisa lo temui. Konflik
tersebut akan membuat lo tenggelam dalam cerita yang dibawakan oleh si penulis.

3. Klimaks

Setelah konflik demi konflik tercipta, tentunya konflik tersebut akan semakin
memuncak, dong. Nah, kalau lo pernah nemuin hal kayak gini di dalam novel,
berarti itu udah disebut sebagai klimaks. Dalam artian lain, klimaks adalah puncak
dari komplikasi. 

Nah, biasanya pas masuk bagian ini para pembaca semakin tertarik untuk
melanjutkan baca cerita dalam novelnya. Pasalnya, lo pasti penasaran, kan, apa
yang terjadi pada tokoh-tokoh setelah mengalami konflik demi konflik.

4. Resolusi

Struktur novel selanjutnya adalah resolusi. Resolusi itu biasanya berisi


penyelesaian dari masalah utama serta menjelaskan nasib-nasib dari para tokoh
setelah menyelesaikan konflik. 

5. Koda

Koda itu apa, sih? Kode? Ya, bisa dibilang seperti itu. Pada dasarnya, koda ini
adalah penjelasan mengenai cerita atau kehidupan yang akan dijalani oleh tokoh
di kemudian hari. Biasanya, koda ini juga berisi kode dari si penulis kalau ada, nih,
lanjutan ceritanya di buku yang kedua. 

Kalau bisa dibilang, kayak credit yang biasa lo temui di film Marvel, lah. Kan,
sering, tuh, di bagian akhir film ada credit yang menjelaskan bakal ada
kelanjutannya dari film tersebut.
Kalau lo mau mempelajari struktur novel lewat penjelasan video yang menarik, lo
juga bisa, nih, mendapatkannya dari Zenius! Tinggal klik link ini aja, ya!

Ciri Kebahasaan Novel

Gimana? Udah ada sedikit gambaran, kan, mengenai struktur novel? Kalau udah
paham mengenai struktur di atas, lo jadi lebih mudah, nih, buat mempelajari
ataupun melakukan riset.

Setelah pembahasaan struktur novel, mari kita beralih ke pembahasaan tentang


ciri kebahasaannya. Kira-kira apa saja, sih, ciri kebahasaannya? Siapin lagi
cemilan dan minumannya dulu kalau udah abis!

1. Kata Ganti Orang

Lo mungkin udah gak asing dengan materi ini. Yap, kata ganti orang merupakan
salah satu ciri kebahasaan yang sering kita temui di dalam novel. Istilah lain dari
kata ganti orang adalah pronomina persona.

Nah, dalam praktiknya, kata ganti orang ini terbagi menjadi tiga bagian, guys, yaitu
kata ganti orang pertama, kata ganti orang kedua, dan kata ganti orang ketiga. 

Kata ganti orang Kata ganti orang Kata ganti orang


pertama kedua ketiga

Aku Kamu Dia

Saya Anda, Engkau, Kau Beliau


Gue Lo Ia

-ku (kepemilikan) -mu (kepemilikan) -nya (kepemilikan)

Kita dan kami (jamak) Kalian (jamak) Mereka (jamak)

Tabel kata ganti orang


Sebenarnya, kita juga sering menggunakan ciri kebahasaan ini dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, dalam percakapan di bawah ini:

“Hari ini aku mau main ke rumahmu dong. Orang tuamu ada di rumah gak?”

“Main aja ke sini. Kebetulan mereka juga lagi pergi ke luar kota”

Dari percakapan tersebut bisa ditemukan berbagai macam kata ganti, seperti
“aku”, “-mu”, hiingga “mereka”.

Dalam novel juga begitu. Kalau terus-terusan memakai nama tokoh, otomatis
kalimatnya agak aneh untuk dibaca. Contohnya:

“Putra sedang beranjak dari kasur. Setelah itu, Putra akan mandi karena
kebetulan hari ini Putra ada acara di sekolah”

Bagaimana? Aneh, kan, bacanya? Coba kalau begini:

“Putra sedang beranjak dari kasur. Setelah itu, ia akan mandi karena
kebetulan hari ini ada acara di sekolahnya”

2. Kalimat Deskripsi Latar


Ciri kebahasaan novel yang selanjutnya adalah kalimat deskripsi latar. Kalau
berbicara mengenai latar, lo mungkin terbayang-bayang tiga hal, ,yaitu waktu,
tempat, dan suasana. Nah, definisi kalimat deskripsi latar adalah kalimat terperinci
yang menjelaskan mengenai waktu, tempat, dan suasana supaya para pembaca
dapat merasakan apa yang disampaikan dan menulis dan bermain dengan
imajinasinya.

Lo pasti pernah, kan, menemukan kalimat terperinci seperti ini:

“Sinar mentari menyelimuti bumi, menyelinap di antara pepohonan dan


embun. Udara pagi sangat sejuk untuk dihirup. Ditambah, hijaunya sawah di
pedesaan serta birunya langit semakin menyempurnakan hari ini. Tak ada
polusi udara dari kendaraan seperti motor atau mobil. Hanya suara kicauan
burung, sapaan orang, serta alunan syahdu alam”

Di situ ada kalimat terperinci dari latar, waktu, dan tempat, yang bisa lo temukan.
Gak mungkin banget kalau misalnya penulis cuman menggambarkan begini
doang:

“Di pagi hari desa sepi tidak ada motor dan mobil”

Kalau cuman seperti kalimat di atas, sudah pasti pembaca gak akan bisa
berimajinasi lebih dalam seperti kalimat pertama. Nah, disinilah pentingnya
menggunakan kalimat deskripsi latar dalam ciri kebahasaan novel.

3. Kalimat Deskripsi Penokohan

Ciri kebahasaan selanjutnya adalah kalimat deskripsi penokohan. Sebenarnya, ini


gak beda jauh sama kalimat deskripsi latar. Hanya saja, kalau ciri kebahasaan
yang satu ini mendeskripsikan penokohan, ya, bukan latar.

“Bedanya tokoh sama penokohan apa?”

Nah, mungkin lo masih bingung mengenai kedua hal tersebut. Simpelnya, kalau
tokoh itu orangnya, kalau penokohan itu watak dari orang tersebut. 

Di novel lo pasti menemukan bagian di mana si penulis menggambarkan watak


tokoh dengan detail, mulai dari ciri fisiknya, ciri-ciri kejiwaannya, hingga bagaimana
hubungannya dengan lingkungan sekitar.
Supaya lebih mudah dipahami, gue akan ngasih contoh kalimat deskripsi
penokohan:

“Pria bernama Samsul tersebut mempunyai paras yang garang dengan mata
yang sayu. Di pelipis mata dan pipinya terdapat bekas luka goresan pisau. Ia
cukup pemarah dan emosional orangnya. Tak heran jika ia sering bertengkar
dengan teman-temannya. Hubungannya dengan temannya pun merenggang.
Hal itu juga ia rasakan dengan orang tuanya. Samsul bahkan jarang bertegur
sapa dengan orang tua saat di rumah”

Kalau kita lihat dari contoh kalimat deskripsi penokohan, kita bisa gambarkan, nih,
Samsul itu orangnya pemarah dan emosional banget. Terus, dia punya muka yang
menyeramkan! Ditambah, hubungan dengan teman dan orang tuanya terlihat tidak
harmonis. Ia seolah-olah menjadi orang yang merasakan kesulitan untuk
bersosialisasi.

Baca Juga: Materi Bahasa Indonesia: Jenis jenis Frasa

4. Dialog

Biasanya lo akan bosan baca novel karena isinya narasi terus. Nah, untuk
menanggulangi hal tersebut, si penulis menyisipkan kalimat dialog di dalam
novelnya. Secara garis besar, dialog ini adalah percakapan yang diciptakan oleh
dua tokoh atau lebih. Melalui dialog ini, cerita yang dikemas oleh si penulis jadi
lebih hidup lagi karena ada variasi yang diberikan dalam sebuah novel.

Lo pasti udah sering menemukan dialog di dalam novel, entah itu di awal buku,
tengah-tengah, atau bahkan akhir novel. Berikut contoh dialog yang biasanya ada
dalam novel:

“Kini, aku tidak lagi bekerja di restoran tersebut,” kata Ayu sembari mengusap
matanya yang sembab.

“Loh, kenapa Ayu? Kamu dipecat dari sana?” tanya Rio penasaran.

“Iya benar. Katanya aku tidak becus kerjanya.” jawab Ayu diiringi dengan tetesan
air mata.

Nah, dialog di atas tersebut berfungsi untuk menonjolkan peran dari tokoh dan
membuat suasana penceritaan jadi lebih hidup lagi.
Kalau lo ingin belajar ciri kebahasaan novel melalui video, lo juga bisa langsung
belajar dari Zenius dengan klik link ini, ya! Di sana, ada penjelasan super komplit
mengenai ciri kebahasaan novel, lho!

Nah, supaya materi ciri kebahasaan novel ini makin menempel di otak lo, gue
punya satu soal yang bisa lo jawab sendiri, ya. Siapin kertas kosong dan pulpen
dulu!

        “Oalaaah, Santayib. Dua orang cucuku tergeletak karena makan bongkrekmu.


(…) akan segera mati. Hayo, bagaimana Santayib! (…) minta tanggung jawab. (…)
hutang nyawa padaku. Tolong cucuku sekarang. Hayo!”Rasa getir, kelu, dan
bimbang mencekam hati Santayib. Ia bingung, amat bingung. Kekacauan hati(…)
tergambar pada roman yang tidak menentu.(Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad
Tohari)

Contoh soal kata ganti orang

Pembahasan

Nah, titik di atas kira-kira cocoknya dipakai kata ganti orang yang seperti apa?

Jawaban yang tepat adalah: mereka, aku, engkau, -nya.

Di titik-titik pertama, kata gantinya merujuk kepada kalimat sebelumnya, yaitu dua
orang cucuku. Nah, orang pertama dari percakapan di atas adalah si kakek yang
punya dua cucu, sedangkan orang kedua adalah Santayib. Dikarenakan dua orang
cucuku itu termasuk orang ketiga, maka jawaban yang tepat dari kata ganti
tersebut adalah “mereka” karena di sana ada dua orang cucu.

Pada titik-titik kedua, kira-kira siapa yang minta tanggung jawab? Jelas si kakek,
ya, karena masih dalam percakapan yang sama. Berarti, titik kedua kata ganti
yang cocok adalah aku, merujuk pada si kakek. Nah untuk titik ketiga, itu merujuk
kepada siapa? Yap, itu merujuk kepada Santayib karena kalimat selanjutnya
adalah “hutang nyawa padaku”. Maksudnya pada kakek itu sendiri.

Di titik-titik ketiga, itu sudah tidak termasuk pada percakapan, melainkan masuk
narasi si penulis. Artinya, Santayib tidak lagi masuk dalam percakapan. Otomatis,
jawaban dari titik setelah kekacauan hati adalah-nya. Jadinya, kekacauan hatinya,
merujuk pada Santayib.

Unsur-Unsur Novel

Masuk ke pembahasan yang terakhir. Gimana, udah pusing belum? Masih aman,
lah, ya. Kalau lo mau lebih rileks lagi belajarnya, siapin dulu kopi atau teh sama
cemilan. Di pembahasan kali ini lo bakal belajar banyak, nih!

Sekarang, kita akan membahas mengenai unsur-unsur yang membangun cerita


dalam novel. Yap, unsur-unsur yang ada dalam novel itu ada dua, guys, yaitu
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. 

Unsur intrinsik ini unsur yang ada di dalam novel. Sedangkan unsur ekstrinsik
adalah unsur yang ada di luar novel. Kurang lebih sama lah, ya, kayak diri lo
sendiri. Kita juga dibangun berdasarkan kata hati kita sendiri (internal) dan juga
kritik atau saran dari orang lain (eksternal).

Baca Juga: Materi Bahasa Indonesia: Resensi Buku

Unsur Intrinsik

Seperti yang udah gue sebutkan di atas, unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang
ada di dalam novel. Nah, kira-kira apa saja, sih, unsur-unsur intrinsik dari
novel? Well, gue akan jelasin satu per satu di bawah ini:

1. Tema

“Bedanya tema sama judul apa, ya?”

Nah, mungkin beberapa dari lo masih membingungkan kedua hal tersebut.


Simpelnya, tema dari sebuah novel itu gak bisa ditentukan hanya dilihat dari
judulnya saja. Jadi, secara gak langsung, tema itu adalah gagasan pokok cerita
dan menggambarkan keseluruhan cerita. Kehadiran tema juga ada di seluruh
unsur cerita. 

Untuk menentukan tema dari sebuah novel, ada beberapa cara yang bisa lo
lakukan:
 Memahami isi cerita secara keseluruhan

 Membaca blurb dari novel. Blurb adalah penjelasan singkat mengenai isi
novel dan biasanya dituliskan di bagian cover belakang buku

Cara itu bisa lo lakukan ketika lo habis baca novel, lalu ditanya sama temen lo:

“Eh, itu gimana cerita novel A? Temanya tentang apa, sih? Penasaran gue”

Selain itu, hal yang perlu lo ketahui adalah jenis-jenis tema. Secara garis besar,
jenis tema itu ada lima:

 Tema jasmani, tema ini berhubungan dengan kondisi fisik dan perasaan
manusia. Contohnya: tema persahabatan, percintaan, keluarga, dll

 Tema sosial, tema yang menceritakan tentang kehidupan bermasyarakat.


Contohnya: politik, budaya, pendidikan, dll

 Tema organik, tema yang berhubungan dengan moral manusia.


Contohnya: hubungan antarmanusia yang berkaitan dengan nilai dan moral
sosial

 Tema egoik, tema yang berhubungan dengan sifat ego manusia


Contohnya: keserakahan dan kepasrahan manusia

 Tema Ketuhanan, tema yang berhubungan dengan kekuasaan Tuhan


Contohnya: kematian, keajaiban, dan bencana

2. Penokohan

Unsur intrinsik novel selanjutnya adalah penokohan. Di pembahasan soal


materi cerita rakyat, gue udah ngejelasin, tuh, bedanya tokoh sama penokohan.
Kalau lo masih bingung, bisa dibaca dulu, ya!

Dalam novel sendiri, unsur penokohan ini juga salah satu hal penting yang harus
ada, guys! Pasalnya, lewat penokohan ini biasanya si penulis menggambarkan
atau menceritakan bagaimana watak atau karakter dari masing-masing tokoh yang
ada. Nah, bayangin dah, tuh, kalau gak ada penokohan, lo jadi ga tau, kan, pasti
mana yang pahlawan mana yang penjahat hehe.

Nah, secara umum, penokohan ini terbagi menjadi tiga:


Tokoh Protagonis Tokoh Antagonis Tokoh Tritagonis

Tokoh yang jadi


Tokoh yang mempunyai Tokoh yang mempunyai
penengah antara
sifat baik dan positif sifat buruk dan negatif
antagonis dan protagonis

Biasanya tokoh ini


Biasanya menyebabkan Biasanya mempunyai sifat
menarik empati dari
konflik dan ketegangan bijak
para pembaca

Tabel penokohan
“Terus, bagaimana caranya kita tahu, nih, bang, kalau tokoh yang ini baik, yang ini
jahat, yang ini suka korupsi?”

Credit Image by idntimes.com


Eits, jangan bingung gitu, dong. Lo bisa, kok, menentukan karakter tokoh dengan
dua teknik ini:

Teknik Analitik

Lo bisa tahu karakter tokoh melalui cerita atau deskripsi yang langsung dibawakan
oleh penulis.

Misalnya, lo menemukan kutipan kalimat di dalam novel seperti ini:

“Sugeng sangat benci terhadap Bagus. Bagaimana tidak, Bagus selalu


dikerubungi oleh wanita cantik dan juga harta bergelimang. Sementara
dirinya sendiri sama sekali tak punya uang. Sugeng hidup di sebuah gubuk
tua yang hampir punah. Istri pun tak punya. Rasanya, Sugeng ingin
menyantet Bagus agar semua ketenarannya hilang dalam sekejap”
Nah, dari kutipan di atas, kita tahu kalau Sugeng itu tokoh antagonis karena ia
mempunyai sifat iri, dengki, serta benci terhadap Bagus.

Teknik Dramatik

Berbeda dengan teknik di atas, teknik ini digunakan untuk mengetahui karakter
tokoh melalui gambaran dari tindakan, tingkah laku, deskripsi dari tokoh lain, serta
melalui peristiwa yang terjadi.

Biasanya, lo bisa menggunakan teknik ini lewat dialog yang diciptakan antar tokoh
serta peristiwa yang terjadi di dalam novel itu sendiri.

3. Alur

Masuk ke unsur intrinsik novel yang ketiga, yaitu alur. Sederhananya, alur itu
adalah jalan cerita dari suatu novel. Nah, alur ini gak cuman satu doang, lho! Ada
tiga alur yang biasanya dipakai penulis dalam novel

 Alur maju, alur yang biasanya menceritakan dari masa lalu ke masa depan

 Alur mundur, alur yang bercerita kilas balik ke masa lalu dari masa
sekarang

 Alur campuran yaitu gabungan dari alur maju dan mundur

Lo pasti sering menemukan novel yang tiba-tiba cerita flashback atau balik ke


cerita masa kecilnya. Terus, setelah itu tiba-tiba balik lagi ke masa sekarang. Nah,
kalau gitu, berarti namanya alur campuran. 

Hal tersebut tidak hanya ditemukan di karya novel saja, melainkan juga biasanya
ada di film, cerpen, dan lain-lain.

4. Latar

Latar adalah keterangan mengenai waktu, tempat, dan suasana dalam novel. Nah,
unsur ini wajib ada, guys, di dalam novel sebagai penunjang peristiwa atau
kejadian yang akan dimunculkan dalam novel. 

Misalnya, nih, lo sebagai penulis novel, lalu ingin memasukkan peristiwa terjadinya
perampokan. Nah, supaya peristiwa perampokannya jadi semakin menarik, lo juga
harus memasukkan waktu, tempat, dan suasananya. Contohnya seperti ini
kalimatnya:

“Perampok yang berjumlah 2 orang telah bersiap siaga untuk mencuri rumah
no.11. Sunyinya malam hari di komplek perumahan ini membuat mereka tak
segan-segan untuk melompat dari pagar rumah tersebut. Tak ada mobil,
motor, ataupun orang yang berlalu lalang di sekitar. Anjing penjaga yang
tertidur lelap dalam tidurnya sedikit membuat dua perampok tersebut
gemetar. Takutnya, ia terbangun dan membangunkan seluruh penduduk
rumah”.

Nah, dari kutipan di atas kita tahu kalau tempatnya, tuh, ada di komplek
perumahan dan di rumah no. 11. Lalu, suasananya cukup sunyi dan tegang, ya,
buat perampoknya karena takut anjingnya terbangung. Terakhir, waktu terjadinya
perampokan tersebut adalah pada malam hari, digambarkan melalui “sunyinya
malam hari dan suasana yang sepi di sekitar”

5. Sudut pandang

Gimana, nih, masih aman, kan, belajar unsur intrinsik novel? Santai dulu aja, kalau
minumannya habis bisa diisi ulang dulu.

Beralih ke unsur intrinsik novel selanjutnya adalah sudut pandang. Secara umum,
sudut pandang adalah cara si penulis menyajikan sebuah cerita dalam novel. Nah,
sudut pandang sendiri ini dibagi menjadi tiga, yaitu:

 Sudut pandang orang pertama ada dua bagian, yaitu sudut pandang orang
pertama pelaku utama dan sudut pandang orang pertama pelaku
sampingan yang terlibat dengan tokoh. Biasanya ditandai dengan kata ganti
orang pertama, aku, gue, saya, dll

 Sudut pandang orang ketiga biasanya menggunakan nama tokoh, terus


kata ganti dia, -nya. Dalam sudut pandang ini, si penulis menceritakan
salah satu peristiwa yang dialami oleh salah satu tokoh seolah-olah sedang
berdialog dengan diri sendiri.

 Sudut pandang campuran, yaitu sudut pandang dari orang pertama dan
orang ketiga. Biasanya ditandai seperti sebuah narator dan menggunakan
kata ganti aku dan nama tokoh. 

6. Amanat
Unsur intrinsik novel yang satu ini mungkin paling gampang dimengerti daripada
unsur yang lainnya. Amanat adalah pesan atau hal yang ingin disampaikan
seorang penulis melalui karyanya atau novelnya. Nah, bisa jadi, nih, tiap masing-
masing pembaca memiliki pandangan yang berbeda mengenai amanat yang
disampaikan oleh si penulis.

Sebagai contoh, lo mungkin pernah baca novel laskar pelangi. Kalau dilihat dari
isinya, amanat yang ingin disampaikan dari penulis adalah kita sebagai generasi
muda harus rajin dan giat belajar supaya kelak menjadi pemimpin bangsa. 

Meski terkadang amanat dalam novel disampaikan secara tersirat, namun ada
juga amanat dari penulis yang disampaikan secara tersurat atau jelas. 

Nah, sekarang lo sudah paham, kan, mengenai unsur intrinsik dari novel? Coba,
kali ini gue akan memberikan satu soal buat lo. Coba jawab, ya!

Max Havelaar, ditulis oleh Eduard Douwes Dekker, mantan Asisten Lebak, Banten, pada abad ke-19. D
penerapan sistem tanam paksa oleh pemerintah Belanda yang menindas bumiputera. Dengan nama pe
dia mengisahkan kekejaman sistem tanam paksa yang menyebabkan ribuan pribumi kelaparan, miskin,
kolonial Belanda dan pejabat pribumi korup yang sibuk memperkaya diri. Hasilnya, Belanda menerapka
pribumi elite sebagai usaha “membayar” utang mereka kepada pribumi.Max Havelaar karya Multatuli

Contoh soal unsur intrinsik novel

Pembahasan

Dari kutipan buku di atas, kira-kira temanya apa dan latar waktunya kapan?

Yap, kalau dilihat dari kutipan di atas, temanya bisa dibilang merupakan
penjajahan. Sebab, pemerintah Belanda menindas para Pribumi dengan
menerapkan Politik Etis dan juga sistem tanam paksa yang menyebabkan ribuan
pribumi kelaparan, miskin, dan menderita.

Nah, untuk latar waktunya sendiri sudah bisa dipastikan pada abad ke-19, di mana
pada waktu nama Indonesia masih Hindia Belanda dan masih dijajah oleh
Belanda. Kalau untuk penokohan sendiri, kita bisa menilai kalau orang-orang
Belanda memiliki watak yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Unsur Ekstrinsik

Setelah membahas mengenai unsur intrinsik novel, sekarang kita beralih ke


pembahasan unsur ekstrinsiknya. Secara sederhana, unsur ekstrinsik adalah
unsur dari luar yang turut serta dalam membangun jalannya cerita dari sebuah
novel. Nah, unsur ini dibagi menjadi tiga bagian:

1. Nilai Budaya

Nilai budaya adalah nilai adat istiadat atau kebiasaan yang berada di dalam
masyarakat. Nah, biasanya dalam novel si penulis memasukkan nilai budaya
supaya cerita yang ia tuliskan mempunyai makna tersendiri bagi si pembaca.

Nah, hal ini tidak sebatas budaya di Indonesia saja, ya. Mungkin saja, kamu bisa
mengambil budaya dari Eropa, Arab, atau bahkan Jepang sekaligus untuk bisa
dimasukkan ke dalam novel. 

2. Nilai Moral

Nilai moral adalah nilai yang berkaitan dengan benar atau salahnya suatu
tindakan. Dengan kata lain, hal ini juga bisa disebut sebagai etika. Dalam
bermasyarakat di kehidupan sehari-hari, kita tentu harus memahami etika supaya
tidak dicap buruk oleh masyarakat, entah itu dari segi ucapan ataupun perbuatan. 

Nah, nilai moral ini juga bisa diterapkan ke dalam suatu cerita novel. Misalnya,
dalam novel lo pasti seringkali menemukan tokoh yang bersikap jujur dan
mempunyai etika yang baik kepada sesama. Atau bahkan, lo juga pernah
menemukan orang dengan etika yang buruk dan suka mencuri uang rakyat atau
biasa disebut sebagai koruptor. 

Dari nilai moral yang dituliskan oleh penulis lewat novel, kita sebagai pembaca
tentu bisa mengambil pelajaran atau hikmah dari cerita tersebut.

3. Nilai Sosial

Nilai sosial adalah nilai yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, lo pasti bersosialisasi,
dong, dengan orang-orang di sekeliling, lo, entah itu keluarga, teman, kekasih,
atau bahkan guru. 
Nah, nilai sosial ini juga biasanya dimasukkan oleh penulis ke dalam novelnya.
Beberapa novel yang pernah lo baca mungkin tertanam nilai sosial di dalamnya.
Contohnya, di dalam novel Laskar Pelangi, di mana di dalamnya tokoh Laskar
Pelangi saling berkorban satu sama lain dan membantu sesamanya meski
berbeda latar sosial maupun agama.

Buat lo yang ingin belajar unsur ekstrinsik melalui video, lo juga bisa menikmatinya
dari Zenius, lho! Klik link di sini, ya! Selain belajar, lo juga bisa langsung latihan
soal, lho!

Demikian penjelasan gue mengenai novel, mulai dari pengertian, struktur, ciri
kebahasaan, hingga unsur-unsurnya. Bagaimana menurut lo? Gak susah, kan,
materi novel? Setelah baca materi ini, harapannya lo bisa menganalisis novel, ya,
ke depannya!

Oh, ya, kalau ada yang ditanyakan, bisa langsung tinggalkan di kolom komentar,
ya! Gue akan jawab secepat mungkin. Sampai ketemu di materi selanjutnya!

Anda mungkin juga menyukai