Kompetensi Dasar :
Pertemuan Ke-7
Menelaah Struktur dan Bahasa Cerita Fantasi
Tujuan Pembelajaran :
Sebagaimana yang telah kita pelajari sebelumnya bahwa teks cerita fantasi dibentuk oleh
(1) bagian pengenalan cerita, (2) penanjakan menuju konflik, (3) puncak konflik, (4) penurunan,
(5) penyelesaian. Bagian-bagian itu sering pula disebut secara lebih sederhana, yakni dengan
istilah oreintasi, komplikasi, dan resolusi.
1. Orientasi atau pengenalan cerita, baik itu berkenaan dengan penokohan, latar
maupun bibit-bibit masalah yang dialami tokoh utamanya.
2. Komplikasi atau puncak konflik, yakni bagian cerita yang menceritakan puncak
masalah yang dialami tokoh utama. Masalah ini tentu saja tidak dikehendaki oleh
sang tokoh. Bagian ini pula yang paling menegangkan dan rasa penasaran pembaca
tentang cara sang tokoh di dalam menyelesaikan masalahnya bisa terjawab. Dalam
bagian ini, sang tokoh menghadapi dan menyelesaikan masalah itu yang kemudian
timmbul konsekuensi atau akibat-akibat tertentu yang meredakan masalah
sebelumnya.
3. Resolusi merupakan tahap penyelesaian akhir dari seluruh rangkaian cerita. Berbeda
dengan komplikasi, pada bagian ini ketegangan sudah lebih mereda. Dapat dikatakan
pada bagian ini hanya terdapat masalah-masalah kecil yang tersisa yang perlu
mendapat penyelesaian sebagai langkah “beres-beres.”
Struktur tersebut bersifat umum. Hal ini memungkinkan suatu cerita memiliki struktur
yang berbeda karena cerpen memiliki beragam bentuk. Sebagai contoh, berdasarkan teknik
pengarangnya, ada cerpen yang mudah dipahami dan sulit dipahami.
1. Banyak menggunakan kalimat bermakna urutan waktu (lampau) yang ditandai oleh
fungsi-fungsi keterangan yang bermakna lampau, seperti ketika itu, beberapa tahun lalu,
telah terjadi.
3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi,
seperti menyuruh, membersihkan, menawari, melompat, menghindar.
4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara
menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Contoh: mengatakan, mencritakan,
mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.
5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau
dirasakan oleh tokoh. Contoh : merasakan, menginginkan, mengharapkan,
mendambakan, mengalami.
6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“.…”) dan kata
kerja yang menunjukkan tuturan langsung.
Contoh :
a. Alam berkata. “Jangan diam saja, segera temui orang itu!”
b. “Di mana keberadaan temanmu sekarang?” tanya Ani pada temannya.
c. “Tidak. Aku tidak setuju dengan pendapatmu!” Teriak Lani.
7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh,
tempat, atau suasana.
Contoh:
Selama seminggu pertama, Andi begitu gembira memelihara dua ekor burung pipitnya.
Kandang burung itu diletakkan di samping kamarnya, dekat kolam ikan. Burung pipit itu
selalu diberi makan dan minum. Andi pun selalu rajin membersihkan kotorannya. Semua
itu dikerjakan Andi setiap pagi sebelum berangkat sekolah dan sore sebelum dia pergi
mandi.
Untuk lebih jelasnya, baca buku paket Bahasa Indonesia Kelas VII mulai halaman 60
sampai 73.
***