Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman Materi Kelas XI

Cerita Pendek

1. Pengertian Cerita Pendek (cerpen)

Cerpen adalah jenis karya sastra berbentuk prosa dan bersifat fiktif yang


menceritakan/menggambarkan suatu kisah yang dialami oleh suatu tokoh secara ringkas
disertai dengan berbagai konflik dan terdapat penyelesaian atau solusi dari masalah yang
dihadapi.

2. Fungsi Sastra dalam Cerpen

Adapun di dalam cerita pendek terdapat fungsi sastra yang tergolong dalam 5 jenis,
yaitu:

a. Fungsi rekreatif: memberikan rasa senang, gembira, serta menghibur para pembaca
nya.
b. Fungsi didaktif: mengarahkan dan mendidik para pembaca nya karena nilai-nilai
kebenaran dan kebaikan yang ada didalamnya.
c. Fungsi estetis: memberikan keindahan bagi para pembaca nya.
d. Fungsi moralitas: mengandung nilai moral sehingga para pembaca nya dapat
mengetahui moral yang baik dan tidak baik bagi diri nya.
e. Fungsi relegiusitas: mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi
para pembaca nya.

3. Ciri-Ciri Cerpen

a. Terdiri kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata.


b. Selesai dibaca dengan sekali duduk.
c. Bersifat fiktif.
d. Hanya mempunyai 1 alur saja (alur tunggal).
e. Isi dari cerita berasal dari kehidupan sehari-hari.
f. Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami oleh pembaca.
g. Bentuk tulisan yang singkat (lebih pendek dari Novel).
h. Penokohan dalam cerita pendek sangat sederhana.
i. Mengangkat beberapa peristiwa saja dalam hidup.
j. Kesan dan pesan yang ditinggalkan sangatlah mendalam sehingga si pembaca ikut
merasakan isi dari cerita pendek tersebut.
4. Struktur Cerpen
a. Pengenalan Situasi Cerita (exposition, orientation)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan dengan
hubungan antartokoh.
b. Pengungkapan Peristiwa (Complication)
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah,
pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
c. Menuju konflik (rising action)
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraaan, kehebohan, ataupun keterlibatan
berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
d. Puncak konflik (turning point)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan
mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukan perubahan nasib beberapa
tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalah atau
gagal.
e. Penyelesaian (ending atau coda)
Sebagai akhir cerita. Pada bagian ini berisi penjelasan tentang sikap ataupun nasib-
nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami puncak masalah itu. Namun ada
pulacerpen yang penyelesaian akhirnya diserahkan kepada imajinasi pembaca, jadi
akhir ceritanya itu semhaja dibiarkan menggantung, tanpa adanya penyelesaian.
5. Unsur Intrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membentuk cerpen dari dalam. Unsur intrinsik
tersebut yaitu:

a. Tema: gagasan utama yang menjadi dasar cerita jalannya cerita pendek.
b. Alur/Plot: tahapan urutan jalannya cerita pendek. Mulai dari perkenalan, konflik,
klimaks, penyelesaian.
c. Setting: meliputi latar/tempat, waktu, suasana yang terlihat cerita pendek.
d. Tokoh: pelaku yang ada dalam cerita pendek. Setiap tokoh mempunyai watak
tersendiri.
e. Penokohan: sifat dari tokoh yang tercermin dari perilaku, sikap, ucapan, pikiran ,dan
pandangannya terhadap suatu hal dalam cerita.
f. Sudut Pandang: cara pandang yang digambarkan oleh pengarang dalam suatu
kejadian yang terjadi dalamnya. Sudut pandangnya:
1) Sudut pandang orang pertama: Ada pelaku utama dan sampingan.
a) Pelaku utama: “aku” akan menjadi pusat perhatian.
b) Pelaku sampingan: “aku” muncul hanya muncul dalam pengantar dan
penutup cerita.
2) Sudut pandang orang ketiga: ada serbatahu dan pengamat.
a) Serbatahu: sudut pandang “dia”, pengarang atau narator mengetahui
segala hal yang berhubungan dengan tokoh “dia”.
b) Pengamat: pengarang hanya menggambarkan apa yang dirasakan,
dialami, dilihat, dan dipikir oleh seorang tokoh.
g. Amanat: pesan moral yang disisipkan pengarang dalam cerpen supaya pembaca
dapat menyerap pesan di dalamnya.

6. Cerpen memiliki ciri-ciri kebahasaan seperti berikut.


a. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh fungsi-fungsi
keterangan yang bermakna kelampauan, seperti ketika itu, beberapa tahun yang
lalu, telah terjadi.
b. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis).
Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
c. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi,
seperti menyuruh, membersihkan, menawari, melompat, menghindar.
d. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai
cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Contoh: mengatakan
bahwa, menceritakan tentang, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan,
menuturkan.
e. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau
dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengarapkan,
mendambakan, mengalami
f. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“….”) dan
kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.
Contoh:
a. Alam berkata, “Jangan diam saja, segera temu orang itu!”
b. “Di mana keberadaan temanmu sekarang?” Tanya Ani pada temannya.
c. “Tidak. Sekali saya bilang, tidak!” teriak Lani.
g. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggabarkan tokoh,
tempat, atau suasana.
Contoh:
Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekaran.: Bahkan kamarnya sekarang
sangat rapi dan bersih. Segalanya tampak tepat berada di tempatnya sekarang,
teratur rapi dan tertata dengan baik. Ia adalah juru masak terbaik yang pernah
dilihatnya, ahli dalam membuat ragam makanan Timur dan Barat ‘yang sangat
sedap’. Ayahnya telah menjadi pencandu beratnya.

Anda mungkin juga menyukai