Anda di halaman 1dari 3

Teori Penemuan Hukum (Rechtvinding)

Menurut Paul Scholten ... yang dimaksud dengan penemuan hukum adalah
sesuatu yang lain daripada hanya penerapan peraturan-peraturan pada peristiwanya.
Kadang-kadang dan bahkan sangat sering terjadi bahwa peraturannya harus
ditemukan, baik dengan jalan interpretasi maupun dengan jalan analogi,
rechsvervijning (penghalusan/pengkonkretan hukum) maupun dengan metode
konstruksi hukum. Konstruksi hukum ini dibutuhkan delam menghadapi
kekosongan hukum .

Selanjutnya, Mauwissen menyebut penemuan hukum dengan pengembanan


hukum (rechtsboefening), yang merupakan ... kegiatan manusia berkenaan dengan
adanya dan berlakunya hukum di masyarakat, yang meliputi kegiatan membentuk,
menerapkan, menemukan, menafsirkan secara sistematis, mempelajari, dan
mengajarkan hukum.

Sementara itu pengembanan hukum itu sendiri dibedakan lagi menjadi


pengembanan hukum praktis dan pengembangan hukum teoritis. Pengembanan
hukum praktis meliputi kegiatan yang berkenaan dengan hal mewujudkan hukum
dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pengembanan hukum teoritis meliputi
kegiatan pembentukan hukum, penemuan hukum, dan bantuan hukum.

Suatu undang-undang tidak mungkin mencakup segala kegiatan manusia


yang tidak terhitung jumlah dan jenisnya, seperti yang dikemukakan oleh Sudikno
Mertokusumo dalam bukunya bahwa Tidak ada peraturan perundang-undangan
yang dapat mencakup keseluruhan kehidupan manusia, sehingga tidak ada
peraturan perundang-undangan yang lengkap selengkap-lengkapnya dan jelas
sejelas-jelasnya. Oleh karena hukumnya tidak lengkap dan tidak jelas, dan dapat
menimbulkan multitafsir dan menjadi ketidakpastian, maka harus dicari dan
diketemukan. Kegiatan dalam mencari dan menemukan hukum tersebut disebut
dengan penemuan hukum.
Menurut Sudikno Mertokusumo, penemuan hukum adalah ... proses
pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya yang diberi
tugas melaksanakan hukum atau menerapkan peraturan hukum umum untuk
peristiwa hukum yang konkret. Lebih lanjut secara sederhana Sudikno
Mertokusumo menggambarkan bahwa penemuan hukum merupakan ... proses
konkretisasi dan individualisasi peraturan hukum yang bersifat umum dengan
mengingat akan peristiwa konkret tertentu.

Amir Syamsudin memberikan pengertian bahwa penemuan hukum


merupakan:

Proses pembentukan hukum oleh hakim dalam upaya menerapkan peraturan


hukum umum terhadap peristiwanya berdasarkan kaidah-kaidah atau
metode-metode tertentu, yang digunakan agar penerapan hukumnya
terhadap peristiwa tersebut dapat dilakukan secara tepat dan relevan
menurut hukum, sehinga hasil yang diperoleh dari proses itu dapat diterima
dan dipertanggungjawabkan dalm ilmu hukum.

Selanjutnya Utrecht menjelaskan bahwa ... apabila terjadi suatu peraturan


perundang-undangan belum jelas atau belum mengaturnya, hakim harus bertindak
berdasar inisiatifnya sendiri untuk menyelesaikan perkara tersebut. Hal tersebut
memiliki arti bahwa seorang hakim harus berperan untuk menentukan bagaimana
hukumnya, sekalipun peraturan perundang-undangan tidak dapat membantunya
dalam membuat keputusan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penemuan hukum dapat diartikan


sebagai suatu proses pembentukan hukum melalui metode-metode tertentu yang
dilakukan oleh hakim atau aparat hukum lain dalam penerapan peraturan hukum
umum pada peristiwa konkrit. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penemuan
hukum adalah konkretisasi peraturan hukum dengan tetap mengingat peristiwa
konkret tertentu.

Penemuan hukum dapat dilakukan oleh orang-perorangan (individu),


ilmuan/peneliti hukum, para penegak dan praktisi hukum (hakim, jaksa, polisi,
pengacara, dan notaris), bahkan para pelaku bisnis ataupun masyarakat sekalipun
dapat melakukan penemuan hukum. Walaupun penemuan hukum dapat dilakukan
oleh siapa saja, namun hasil dari penemuan hukum tersebut berbeda-beda, ada yang
menjadi sumber hukum sekaligus menjadi hukum yang berlaku dan ada yang hanya
berlaku sebagai sumber hukum atau doktrin saja.

Para pembentuk undang-undang melakukan penemuan hukum walau tanpa


menghadapi peristiwa konkret seperti hakim, namun bertujuan untuk
menyelesaikan peristiwa abstrak tertentu yang mungkin terjadi. Jadi sifat penemuan
hukum oleh pembentuk undang-undang adalah preventif. Hasil penemuan hukum
oleh pembentuk undang-undang merupakan hukum karena dituangkan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan dan sekaligus juga menjadi sumber hukum.
Para ilmuan atau peneliti hukum melakukan penemuan hukum yang bersifat
teoritis, maka hasil penemuan hukumnya bukan merupakan hukum, melainkan
hanya sebagai sumber hukum atau doktrin saja.

Anda mungkin juga menyukai