Winkler 2
Winkler 2
Oleh :
Kelompok II
Arjanggi Nuswantoro 080911021
Zatriana Anindita 080911024
Nuril A. A. 080911039
Nimash M. S. 080911040
Angga Kharisma 080911044
Nizam Alif R. 080911047
Ika Septyarini 080911052
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Mengetahui cara sampling dan analisis oksigen terlarut dengan
cara metode titrasi winkler.
2. Mengetahui pembuatan reagen-reagen oksigen terlarut dengan cara
metode titrasi winkler.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
organik maupun anorganik, selain itu oksigen juga menentukan kegiatan yang
dilakukan oleh organisme aerobik maupun anaerobik.
Pada keadaan aerobik oksigen berguna untuk mengoksidasi bahan
organik maupun anorganik dengan hasil akhir berupa nutrient yang akan
menambah kesuburan perairan itu sendiri. Dalam keadaan anaerobik oksigen
akan mereduksi senyawa senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam
bentuk nutrient dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah oksigen
terlarut sangat berperan penting dalam perairan karena dapat mengurangi
beban pencemaran baik secara alami maupun dengan perlakuan khusus.
Sebagaimana peran oksigen yang dapat menjadikan bahan kimia yang
beracun menjadi lebih sederhana dengan cara reduksi dan oksidasi, oksigen
juga sangat berperan penting dalam pernapasan mikroorganisme. Organisme
tertentu seperti mikroorganisme sangat berperan dalam proses penguraian
senyawa kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana. Karena
pentingnya oksigen dalam proses penguraian senyawa kimia, limbah industri
sebelum dibuang ke perairan harus terlebih dahulu diperkaya kandungan
oksigennya agar lebih mudah terurai menjadi senyawa lain yang lebih
sederhana.
Banyaknya kadar oksigen terlarut yang terlarut sudah dapat diukur
dengan cepat dan tepat dengan menggunakan alat elektronik, yaitu Dometer.
Selain menggunakan alat tersebut, dapat juga menggunakan metode titrasi
yang dikenalkan oleh Winkler (1888) sehingga disebut dengan metode
winkler (Hariyanto dkk, 2008).
4
NaOH KI dan larutan standart natrium thiosulfat (Na2S2O3) dan
menggunakan indikator larutan amilum (kanji).
Banyaknya kadar oksigen terlarut yang terlarut sudah dapat diukur
dengan cepat dan tepat dengan menggunakan alat elektronik, yaitu Dometer.
Selain menggunakan alat tersebut, dapat juga menggunakan metode titrasi
yang dikenalkan oleh Winkler (1888) sehingga disebut dengan metode
winkler (Hariyanto dkk, 2008).
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air , pada oksigen terlarut kelas satu memiliki nilai 6
mg/L, pada kelas dua memiliki nilai 4 mg/L, pada kelas tiga memiliki nilai 3 mg/L
dan pada kelas empat memiliki nilai 0 mg/L (Anonimus, 2001).
Menurut Alaerts dan Santika (1987), tahapan metode Winkler adalah
sebagai berikut:
1. Air sampel dimasukkan ke dalam botol Winkler 125 ml, dengan syarat
pada pengambilan sampel tidak ada udara yang masuk.
2. Air dalam botol Winkler ditambah larutan MnSO4 sebanyak 0,5 ml dan
larutan KOH/KI sebanyak 0,5 ml. Larutan dikocok kemudian dibiarkan
sehingga terbentuk lapisan heterogen yaitu dibagian atas bening dan
dibagian bawah berupa endapan berwarna coklat (apabila tidak
mengandung oksigen endapan berwarna putih).
3. Air dalam botol Winkler direaksikan dengan H 2SO4 sebanyak 0,5ml
kemudian dikocok sehingga endapan di dalamnya menjadi larut dan
terbentuk cairan kekuningan dibiarkan selama 10 menit.
4. Air dalam botol diambil 100 ml ditampung pada tabung Erlenmeyer dan
ditambah amilum 11 tetes lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N sehingga
warna kuning yang berasal dari campuran awal menjadi bening.
5. Metode Winkler ini dilakukan dua kali untuk mendapatkan nilai rata-
ratanya.
5
v4
Dimana : OT = oksigen terlarut
a = volume tritasi natrium thiosulfat
N = normalitas larutan natrium thiosulfat
v = volume botol Winkler
6
BAB III
METODELOGI
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Buret
2. Botol Winkler 250 ml dan 300 ml
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Pipet volume 25 ml
5. Ball pipet
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Akuades
2. Air sampel kolam ikan depan Sekretariat HIMBIO
3. Larutan mangan sulfat
4. Larutan alkali iodide (kalium iodida)
5. Larutan asam sulfat pekat
6. Larutan natrium thiosulfat 0,025 N
7. Indikator amilum (kanji)
8. Larutan asam salisilik
9. Kristal NaOH
7
3.3 Cara Kerja
8
membuat larutan indikator amilum, digunakan kanji sebanyak 1,25
gram dan ditambahkan akuades hingga 250 ml. Kemudian dipanaskan
hingga mendidih selama 2 menit. setelah dingin, larutan ditambahkan
0,38 gram asam salisilat. Untuk membuat natrium thiosulfat,
dibutuhkan, Na2S2O3. 5 H20 sebanyak 1,55 gram dan NaOH sebanyak
0,0625 gram, kemudian melarutkannya ke dalam 250 ml akuades.
setelah semua larutan selesai dibuat, dilanjutkan dengan mentitrasi
sampel air untuk mengetahui kadar oksigen terlarut dalam air.
9
Halaman ini sengaja dikosongkan
10
BAB IV
Danau
5,447
4. depan
mg/l
Rektorat
UNAIR
Kolam
ikan depan 4,024
5.
sekretariat mg/l
HIMBIO
Praktikum pembuatan reagen dan pengukuran oksigen terlarut menggunakan
titrasi winkler pada tanggal 30 November 2010 didapatkan data sebagai berikut :
11
Lokasi Rata - Keterang
Kel. Oksigen Terlarut
Sampel Rata an
Kolam
ikan Cuaca :
1. 5,709 Mendung
depan Waktu :
mg/l
sekretariat sore hari
HIMBIO
Kolam
Cuaca:
ikan Hujan
7,0265
2. depan lebat
mg/l Waktu :
sekretariat
sore hari
HIMBIO
12
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Pada praktikum yang dilakukan pada tanggal 23 November 2010, kami
melakukan pengukuran untuk mengetahui kadar oksigen terlarut pada air
Kolam ikan depan sekretariat HIMBIO. Sebelumnya kami menggunakan
sampel air Sungai Daerah Srikana. Kami mengganti sampel karena setelah
dilakukan titrasi dengan larutan natrium thiosulfat 0,025 N, sampel air tidak
kunjung mengalami perubahan warna, dari biru menjadi bening. Hal ini
disebabkan karena kadar oksigen terlarut di daerah tersebut terlalu rendah
yang diakibatkan air di Sungai Daerah Srikana telah tercemar oleh limbah
domestik yang berasal dari sampah penduduk di sekitar aliran sungai,
sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran kadar DO dengan titrasi Winkler.
Selain itu juga disebabkan kadar oksigen terlarut telah habis yang diakibatkan
oleh aktivitas mikroorganisme pada sampel air.
Pada saat pengukuran kadar oksigen terlarut, terdapat beberapa reaksi-
reaksi yang terjadi selama proses praktikum kadar oksigen terlarut, yaitu :
Pada saat air sampel ditambah dengan larutan mangan sulfat dan larutan
pereaksi oksigen, maka timbul endapan berwarna kuning kecokelatan.
MnSO4 + 2 KOH Mn(OH)2 + K2SO4
Mn(OH)2 + O2 MnO2 + H2O
Setelah itu, ditambahkan lagi dengan larutan asam sulfat pekat, dan
mengakibatkan endapan menghilang dan warna berubah dari bening menjadi
cokelat muda.
MnO2 + KI + H2O Mn(OH)2 + I2 + KOH
Kemudian menambahkan amilum
I2 + 2 S2O2 2 I + S6O4
Setelah melakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap sampel air
kolam ikan depan sekretariat HIMBIO, diperoleh kadar oksigen terlarut 3,658
mg/l. Pengambilan sampel air dilakukan pukul 15.55 WIB dengan cuaca
mendung diiringi hujan. Turunnya hujan dapat mengakibatkan bertambahnya
kadar oksigen terlarut pada air sampel karena terjadi penambahan oksigen
dari atmosfer.
13
Berdasarkan PP No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air, diketahui bahwa air kolam ikan depan
sekretariat HIMBIO termasuk kategori kelas tiga, yang memiliki nilai baku
mutu sebesar 3 mg/l. Dimana, aair dengan nilai oksigen terlarut sekian cocok
untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
Sementara pada praktikum tanggal 30 November 2010, kami
melakukan pengukuran oksigen terlarut dengan titrasi winkler. Sampel air
yang digunakan adalah air danau rektorat kampus C Unair. Sebelumnya
membuat reagen-reagen terlebih dahulu. Reagen-reagen yang akan dibuat
adalah larutan MnSO4, larutan alkali-iodida (Kalium iodida), larutan kanji,
dan natrium sulfat 0,0125 N.
Pembuatan MnSO4 dapat dilakukan dengan melarutkan magnesium
hidrat (MnSO4.H2O) sebanyak 18,2 gram dengan akuades sebanyak 50 ml.
Pembuatan alkali-iodida (Kalium iodida) dilakukan dengan melarutkan 25
gram NaOH dengan 10 ml aquades. Pada saat melarutkan NaOH dengan
akuades erlenmayer terasa panas. Hal tersebut menunjukkan bahwa reaksi
yang terjadi yaitu reasksi eksoterm yang menghasilkan kalor. Kemudian
melarutkan 7,5 gram KI dengan 10 ml akuades. Pada saat melarutkan Kalium
Iodida dengan akuades, erlenmayer terasa dingin. Hal tersebut menunjukkan
bahwa reaksi yang terjadi yaitu reaksi endoterm yaitu reaksi yang
membutuhkan kalor. Selanjutkan mencampur kedua zat terssebut menjadi
satu dan menambahkan akuades hingga 50 ml. Larutan alkali-iodida (Kalium
iodida) berfungsi untuk membentuk I2 yang akan bereaksi dengan larutan
kanji membentuk warna biru pada larutan.
Pembuatan indikator kanji dengan melarutkan kanji sebanyak 1,25
gram dengan akuades sebanyak 250 ml kemudian mendidihkan selama 2
menit dan mendinginkan larutan kanji. Setelah dingin, larutan ditambah
dengan asam salisilik sebanyak 0,389 gram. Asam salisilik digunakan untuk
pengawet dari larutan indikator kanji yang dibuat supaya tahan lama.
Larutan natrium thiosulfat 0,0125N dibuat dengan melarutkan kristal
Na2S2O3.5H2O sebanyak 1,55 gram dengan akuades sebanyak 250 ml.
14
Kemudian ditambahkan 0,0635 gram NaOH. Larutan yang telah dibuat dapat
digunakan sebagai titran untuk titrasi air sampel. Penambahan H2SO4 pekat
pada titrasi winkler berfungsi untuk mempertahankan pH.
Setelah membuat reagen-reagen, barulah mengukur kadar oksigen
terlarut sesuai dengan prosedur titrasi menggunakan metode Winkler. Adapun
besarnya nilai oksigen terlarut yang didapat setelah proses titrasi yaitu, 5,709
mg/l. Nilai oksigen terlarut yang telah didapat sesuai dengan PP No. 82 Tahun
2001 untuk baku mutu air kelas II. Dimana, air dengan nilai oksigen terlarut
sekian cocok untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
15
Halaman ini sengaja dikosongkan
16
BAB VI
KESIMPULAN
17
Halaman ini sengaja dikosongkan
18
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto, Sucipto dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Airlangga
University Press.
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara
Karang dan Teluk Banten. Dalam: Foraminifera Sebagai Bioindikator
Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
19
Halaman ini sengaja dikosongkan
20
LAMPIRAN
21