Vokasi Perumahsakitan 2009 Universitas Indonesia: Linen Kotor Di Rawat Inap
Vokasi Perumahsakitan 2009 Universitas Indonesia: Linen Kotor Di Rawat Inap
Kelompok 7:
Meutia (0906566895)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kami juga ucapkan terima kasih kepada Ibu
Sumijatun SKp MARS, Ibu Djatu dan Ibu Elsa Roseline selaku dosen pembimbing kami. Tugas makalah ini
mengenai pengelolaan linen kotor di Rawat Inap pada mata kuliah Manajemen Linen, Laundry dan CSSD
di RS.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Akhirnya kami ucapkan terima
kasih.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai sistem terpadu, terdiri dari subsistem yang saling terkait. Subsistem
yang bertanggung jawab dalam pengelolaan linen adalah laundry (binatu), mulai dari
perencanaan, pencucian linen kotor menjadi linen bersih, yang dapat membuat pasien menjadi
nyaman dan mencegah penyebaran infeksi. Karena pada dasarnya linen kotor merupakan
sumber timbulnya suatu penyakit,berdasarkan dari hal ini,maka kami membuat makalah
bertemakan pengelolaan linen kotor di ruang rawat inap.
Salah satu unit yang berhubungan langsung dengan linen kotor adalah rawat inap.
Rawat inap adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan
profesional akibat penyakit tertentu, dimana pasien di inapkan disuatu ruangan dirumah sakit.
Pengelolaan linen kotor di ruang rawat inap,bersifat sangat kompleks. Tetapi banyak rumah
sakit yang belum sadar akan pentingnya pengelolaan linen kotor di ruang rawat inap sebab
pihak rumah sakit pada umumnya lebih mementingkan kebutuhan medis dibandingkan dengan
kebutuhan pendukung seperti steek laken, seprai, handuk, dan lain-lain.
Oleh karena itu pengelolaan linen kotor di ruang rawat inap sangat penting untuk di
ketahui atau di pelajari.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah linen ini adalah
1. Memahami bahaya linen kotor di bagian rawat inap
2. Mengetahui jenis-jenis linen kotor yang ada di rawat inap
3. Memahami cara pengelolaan linen kotor di rawat inap
4. Mengetahui alur pengiriman linen kotor dari ruangan rawat inap ke ISSB
BAB II
PEMBAHASAN
F. Penyortiran
Linen disortir dengan tiga kategori umum:
1. Tingkat Kotoran ( Jenis)
2. Jenis Kain ( Serat dan warna)
3. Proses (Sesuai alat yang digunakan)
G. Pencucian
1. Flush (Pembasahan)
Satu atau lebih pembasahan diperlukan untuk menghilangkan kotoran yang larut pada air dan
membantu penyerapan bahan kimia secara cepat keserat benang pada saat proses penyabunan
berlangsung. Pembasahan umumnya memakai level air tinggi dengan kisaran waktu 2-3 menit.
Fungsi lain dari pembasahan adalah menyesuaikan suhu sebelum proses penyabunan yang
umumnya memakai suhu tinggi.
2. Washing (Penyabunan)
Tahap ini adalah tahap pencucian yang sebenarnya, tahap ini umumnya memakai deterjen
powder(bubuk)/liquid (cair) dengan suhu tinggi dan berkisar 8 15 menit.
3. Carryover Suds (pembilasan awal)
Step ini biasanya digunakan untuk menurunkan suhu dan kadar detergent sebelum memasuki
proses penghilangan noda. Umumnya menggunakan level air tinggi dan 2-5 menit.
4. Bleaching
Proses ini untuk menghilangkan noda, umumnya menggunakan bahan kimia bersifat
chlorine dengan suhu antara 60 65 C dengan waktu 8 10 menit.
5. Rinse (Pembilasan) dua atau tiga kali menggunakan Sour
Tahapan ini untuk mengurangi kadar bahan kimia dan menurunkan suhu, 2-3 menit dengan level
air yang tinggi.
6. Soft (Final Rinse)
Langkah ini adalah untuk perawatan linen dengan cara mendapatkan kadar pH yang sesuai
dengan kulit manusia dan ditambahkan Softener untuk penampilan dan rasa nyaman terhadap
linen. Umumnya memakai air hangat atau dingin dengan level air menegah dan 3-5 menit.
7. Extract (Pemerasan)
Tahap ini untuk mengurangi kadar air di linen sebelum ke proses pengeringan. Umumnya
membutuhkan waktu antara 2 12 menit tergantung jenis dan ketebalan kain.
Ada beberapa langkah tambahan sekalipun jarang dipakai seperti:
1. Break (prewash)
Pre wash (pencucian awal) digunakan untuk cucian dengan tingkat kotoran lebih berat yang
cenderung berminyak. Tahap ini biasanya menggunakan suhu hangat 50 55 C. Waktu yang
biasa digunakan adalah 6 8 menit.
2. Intermediate Extract
Digunakan untuk mempercepat penurunan kadar bahan kimia sehingga tidak membutuhkan
pembilasan terlalu banyak. Tetapi ada hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai suhu,
jangan sampai ini membuat pengerutan dikain karena penurunan suhu terlalu cepat.
3. Starch/Sizing (Pengkanjian)
Langkah ini adalah untuk menambahkan suatu Starchener untuk membantu mengeraskan kain
agar mudah dibentuk dan licin sehinggan memudahkan dalam penyetrikaan. Umumnya tahap
ini menggunakan level air yang lebih rendah, dengan suhu menengah.
Kain yang biasa dikanji adalah napkin, table cloth dan uniform.
H. Drying (Pengeringan)
Setelah linen dicuci lalu menuju ketahap berikutnya adalah pengeringan. Semua linen yang
keluar dari proses pencucian harus dikeringkan sesuai dengan masing masing jenis pengeringan:
dry cleaning, tumbling, ironing, finishing dan pressing.
Dry cleaning: Untuk memeriksakan pakaian yang akan dicuci, menyortir pakaian dan
menghindari kerusakan bahan.
Tumbling: Lebih untuk mengeringkan handuk. Alat ini beragam jenis dan kapasitasnya.
Sumber pemanasnyapun beragam dari uap panas (steam), gas (api) atau listrik heater.
Ironing: Untuk penyetrikaan cucian yang berbentuk lembaran
Finishing: Untuk menyelesaikan pengepresan dan penyetrikaan pakaian tamu setelah
selesai dikeringkan. Bila ada yang belum bersih maka dikembalikan ke bagian pencucian.
Pressing: untuk penyetrikaan cucian yang menggunakan setrika (iron) maupun setrika
press (press machine).
J. Storing (penyimpanan)
Setelah linen semua terlipat, sebelum sebagian disimpan digudang dan sebagian dipakai
langsung. Evaluasi hasil cucian bisa dilakukan ditahapan ini, tetapi perlu hati hati karena
penataan sinar lampu diruangan penyimpanan terkadang kurang bagus sehingga hasil cucian
terlihat kurang bagus.
Gudang penyimpanan sebaiknya jangan tercampur dengan linen kotor karena bisa cross
kontaminasi, dengan membersihkan secara rutin digudang penyimpanan dan memperhatikan
sirkulasi udara sangatlah membantu untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
K. S u h u
Suhu yang direkomendasikan untuk tekstil:
1. Katun 90 C
2. Polykatun 80 C
3. Polyster 75 C
4. Wool dan Silk 30 C
M. Prosedur
Prosedur untuk linen kotor infeksius:
1. Biasakan mencuci tangan hygienes dengan sabun 10 15 detik sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan.
2. Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron
3. Persiapkan alat dan bahan : sikat, ember dengan tulisan infeksius, kantung dalam linen
infeksius, kantung luar linen infeksius dan tali untuk pengikat.
4. Lipat bagian terinfeksi di bagian dalam
5. Siapkan trolly linen kotor
6. Kantung linen kotor yang sudah tertutup siap dimasukan dan dikumpulkan ke trolly
linen kotor untuk dibawa ke laundry.
infeksius
distribusi distribusi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa pengelolaan linen kotor di ruangan rawat inap bukan hal yang bisa diabaikan,
terutama karena linen kotor merupakan sumber infeksi yang dapat menjadi perantara
tertularnya penyakit dari orang yang menderita penyakit infeksius ke orang lain yang
mempunyai daya tahan tubuh rendah.
Linen kotor harus diawasi secara ketat alurnya, selain untuk mencegah infeksi, kegiatan
ini dimaksudkan untuk melatih petugas kesehatan agar lebih berhati-hati dengan
kegiatan yang berdentuhan dengan linen kotor.
Semua unit yang berada di rumah sakit beresiko mendapat infeksi dari linen kotor, tidak
terkecuali unit yang tidak berkaitan dengan hal medis (contoh: unit administrasi)
B. Saran
Pada hakikatnya, sebagai petugas kesehatan harus mengetahui dampak dari linen kotor
untuk menghindari infeksi-infeksi yang akan ditimbulkan, maka diperlukan kesadaran
dari tiap individu untuk belajar dengan tujuan mengetahui dampak negatif yang akan
ditimbulkan dari linen kotor. Apabila rumah sakit ingin mengambil langkah preventif,
maka diperlukan pelatihan-pelatihan atau pembelajaran dalam dari dalam maupun luar
rumah sakit yang dapat menambah wawasan petugas kesehatan tentang linen kotor.
Perlu adanya komunikasi 2 arah antara petugas kesehatan dengan pasien dan
keluarganya tentang linen kotor karena walau kemungkinannya kecil, penularan infeksi
penyakit dari linen kotor dapat terjadi pada pasien atau keluarganya.