Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. TERMODINAMIKA
2.1.1. Pengertian Termodinamika
Termodinamika berasal dari bahasa Yunani dimana Thermos yang artinya
panas dan Dynamic yang artinya perubahan. Termodinamika adalah suatu ilmu
yang menggambarkan usaha untuk mengubah kalor (perpindahan energi yang
disebabkan perbedaan suhu) menjadi energi serta sifat-sifat pendukungnya.
Termodinamika berhubungan erat dengan fisika energi, panas, kerja, entropi dan
kespontanan proses.
2.1.2. Prinsip Termodinamika
Prinsip termodinamika sebenarnya yaitu hal alami yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
termodinamika direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bentuk
mekanisme yang bisa membantu manusia dalam kegiatannya. Aplikasi
termodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena adanya perkembangan ilmu
termodinamika sejak abad 17. Pengembangan ilmu termodinamika dimulai dengan
pendekatan makroskopik yakni perilaku umum partikel zat yang menjadi media
pembawa energi.
2.1.3. Sistem-Sistem Termodinamika
1. Sistem terbuka
Sistem yang menyebabkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja) dan
benda (materi) dengan lingkungannya. Sistem terbuka ini meliputi peralatan yang
melibatkan adanya suatu aliran massa kedalam atau keluar sistem seperti pada
kompresor, turbin, nozel dan motor bakar. Sistem mesin motor bakar yaitu ruang
didalam silinder mesin, dimana campuran bahan bahan bakar dan udara masuk
kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem. Pada sistem terbuka ini, baik massa
maupun energi bisa melintasi batas sistem yang sifatnya permeabel. Dengan
demikian, pada sistem ini volume dari sistem tidak berubah sehingga disebut juga
dengan control volume.
Perjanjian yang kita gunakan untuk menganalisis sistem yaitu :

 Untuk panas (Q) bernilai positif jika diberikan kepada sistem dan bernilai
negatif bila keluar dari sistem
 Untuk usaha (W) bernilai positif jika keluar dari sistem dan bernilai negatif
jika diberikan (masuk) kedalam sistem.
2. Sistem tertutup
Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja)
tetapi tidak terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Sistem tertutup terdiri atas
suatu jumlah massa yang tertentu dimana massa ini tidak bisa melintasi lapis batas
sistem. Tetapi, energi baik dalam bentuk panas (heat) maupun usaha (work)
bisa melintasi lapis batas sistem tersebut. Dalam sistem tertutup, walaupun massa
tidak bisa berubah selama proses berlangsung, tapi volume bisa saja berubah
disebabkan adanya lapis batas yang bisa bergerak (moving boundary) pada salah
satu bagian dari lapis batas sistem tersebut. Contoh sistem tertutup yaitu suatu
balon udara yang dipanaskan, dimana massa udara didalam balon tetap, tetapi
volumenya berubah dan energi panas masuk kedalam masa udara didalam balon.
Sebagaimana gambar sistem tertutup dibawah ini, jika panas diberikan kepada
sistem (Qin), maka akan terjadi pengembangan pada zat yang berada didalam
sistem. Pengembangan ini akan mengakibatkan piston akan terdorong ke atas
(terjadi Wout). Karena sistem ini tidak mengizinkan adanya keluar masuk massa
kedalam sistem (massa selalu konstan) maka sistem ini disebut dengan control
mass. Suatu sistem bisa mengalami pertukaran panas atau kerja atau keduanya,
biasanya dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:

 Pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.


 Pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.

Dikenal juga istilah dinding, ada dua jenis dinding yaitu dinding adiabatik dan
dinding diatermik. Dinding adiabatik yaitu dinding yang menyababkan kedua zat
mencapai suhu yang sama dalam waktu yang lama (lambat). Untuk dinding
adiabatik sempurna tidak memungkinkan terjadinya suatu pertukaran kalor antara
dua zat. Sedangkan dinding diatermik yaitu dinding yang memungkinkan kedua
zat mencapai suhu yang sama dalam waktu yang singkat (cepat).
3. Sistem terisolasi
Sistem terisolasi ialah sistem yang menyebabkan tidak terjadinya pertukaran
panas, zat atau kerja dengan lingkungannya. Contohnya : air yang disimpan dalam
termos dan tabung gas yang terisolasi. Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak bisa
terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit
pencampuran, walaupun hanya penerimaan sedikit penarikan gravitasi. Dalam
analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama dengan energi yang
keluar dari sistem. Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut dengan
property (koordinat sistem/variabel keadaan sistem), seperti tekanan (p), temperatur
(T), volume (v), masa (m), viskositas, konduksi panas dan lain-lain. Selain itu ada
juga koordinat sistem yang didefinisikan dari koordinat sistem yang lainnya seperti,
berat jenis, volume spesifik, panas jenis dan lain-lain. Suatu sistem bisa berada pada
suatu kondisi yang tidak berubah, jika masing-masing jenis koordinat sistem
tersebut bisa diukur pada semua bagiannya dan tidak berbeda nilainya. Kondisi
tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu dari sistem, dimana sistem
memiliki nilai koordinat yang tetap. Jika koordinatnya berubah, maka keadaan
sistem tersebut disebut mengalami perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak
mengalami perubahan keadaan disebut sistem dalam keadaan seimbang
(equilibrium).

2.1.4. Hukum-Hukum Termodinamika


1. Hukum I Termodinamika (Kekekalan Energi dalam Sistem)
Energi tidak bisa diciptakan maupun dimusnahkan. Manusia hanya
bisa mengubah bentuk energi dari bentuk energi satu ke energi lainnya. Dalam
termodinamika, jika sesuatu diberikan kalor, maka kalor tersebut akan berguna
untuk usaha luar dan mengubah energi dalam.

Bunyi Hukum I Termodinamika Hukum Termodinamika I


Secara matematis hukum I termodinamika dapat dirumuskan sebagai berikut:

Q = ∆U+W
Dengan ketentuan, jika:
Q(+) → sistem menerima kalor
OR → sistem melepas kalor
W(+) → sistem melakukan usaha
W(-) → sistem dikenai usaha
∆U(+) → terjadi penambahan energi dalam
∆U(-) → terjadi penurunan energi dalam

ΔU = Q − W

Keterangan :
ΔU = perubahan energi dalam (joule)
Q = kalor (joule)
W = usaha (joule)

Proses-proses

Isobaris → tekanan tetap


Isotermis → suhu tetap → ΔU = 0
Isokhoris → volume tetap (atau isovolumis atau isometric) → W = 0
Adiabatis → tidak terjadi pertukaran kalor → Q = 0
Siklus → daur → ΔU = 0

Persamaan Keadaan Gas

Hukum Gay-Lussac
Tekanan tetap → V/T = Konstan → V1/T1 = V2/T2

Hukum Charles
Volume tetap → P/T = Konstan → P1/T1 = P2/T2

Hukum Boyle
Suhu tetap → PV = Konstan → P1V1 = P2V2

P, V, T Berubah (non adiabatis)


(P1V1) / (T1) = (P2V2) / (T2)

Adiabatis
P1V1 γ= P2V2γ
T1V1 γ − 1= T2V2γ – 1
γ = perbandingan kalor jenis gas pada tekanan tetap dan volum tetap → γ = Cp/Cv

Usaha
W = P(ΔV) → Isobaris
W = 0 → Isokhoris
W = nRT ln (V2 / V1) → Isotermis
W = − 3/2 nRΔT → Adiabatis ( gas monoatomik)

Keterangan :
T = suhu (Kelvin, jangan Celcius)
P = tekanan (Pa = N/m2)
V = volume (m3)
n = jumlah mol
1 liter = 10−3 m3
1 atm = 105 Pa ( atau ikut soal!)

Mesin Carnot
η = ( 1 − Tr / Tt ) x 100 %
η = ( W / Q1 ) x 100%
W = Q1 − Q2

Keterangan :
η = efisiensi mesin Carnot (%)
Tr = suhu reservoir rendah (Kelvin)
Tt = suhu reservoir tinggi (Kelvin)
W = usaha (joule)
Q1 = kalor masuk / diserap reservoir tinggi (joule)
Q2 = kalor keluar / dibuang reservoir rendah (joule)
“untuk setiap proses apabila kalor Q diberikan kepada sistem dan sistem
melakukan usaha W, maka akan terjadi perubahan energi dalam ΔU = Q – W”.

Dimana U menunjukkan sifat dari sebuah sistem, sedangkan W dan Q tidak. W dan
Q bukan fungsi Variabel keadaan, tetapi termasuk dalam proses termodinamika
yang bisa merubah keadaan. U merupakan fungsi variabel keadaan (P,V,T,n). W
bertanda positif bila sistem melakukan usaha terhadap lingkungan dan negatif jika
menerima usaha lingkungan. Q bertanda positif jika sistem menerima kalor dari
lingkungan dan negatif jika melepas kalor pada lingkungan. Perubahan energi dari
sebuah sistem hanya tergantung pada transfer panas ke dalam sistem dan kerja yang
dilakukan oleh sistem dan tidak bergantung pada proses yang terjadi. Pada hukum
ini tidak ada petunjuk adanya arah perubahan dan batasan-batasan lain.

2. Hukum II Termodinamika (Arah reaksi sistem dan batasan)


Hukum kedua ini membatasi perubahan energi mana yang bisa terjadi dan
yang tidak. Pembatasan ini dinyatakan dengan berbagi cara, yaitu :
“Hukum II termodinamika dalam menyatakan aliran kalorKalor mengalir secara
spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir
secara spontan dalam arah kebalikannya”
Hukum II termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor
Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya
menjadi usaha luar. Hukum II termodinamika dalam pernyataan entropi (besaran
termodinamika yang menyertai suatu perubahan setiap keadaan dari awal sampai
akhir sistem dan menyatakan ketidakteraturan suatu sistem) Total entropi semesta
tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketia proses
irreversible terjadi.
3. Hukum III Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut.
Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol
absolut (temperatur Kelvin) semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan
mendekati nilai minimum.hukum ini jugga menyatakn bahwa entropi benda
berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
2.2. TERMOKIMIA
Termokimia merupakan suatu cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang
suatu perubahan kalor atau energi yang menyertai suatu reaksi kimia, baik yang
diserap maupun yang dilepaskan. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa
energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan. Energi hanya bisa diubah dari satu
bentuk ke bentuk yang lain. Energi juga bisa mengalami suatu perpindahan dari
sistem ke lingkungan atau sebaliknya. Sistem adalah segala hal yang diteliti
perubahan energinya. Sementara itu, lingkungan adalah segala sesuatu di luar
sistem. Contoh sistem dan lingkungan bisa diamati pada air teh panas dalam gelas.
Air teh panas merupakan sistem, sementara gelas sebagai wadahnya termasuk
lingkungan. Interaksi antara sistem dan lingkungan bisa berupa pertukaran energi
atau materi. Pertukaran energi ini bisa berupa kalor atau bentuk energi lain. Adanya
suatu pertukaran energi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan jumlah energi
yang terkandung dalam sistem. Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan,
sistem digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu sistem terbuka, sistem tertutup, dan
sistem terisolasi atau tersekat.
2.2.1. Reaksi Termokimia
Reaksi pada termokimia terbagi atas reaksi eksoterm dan reaksi endoterm
yaitu sebagai berikut:
1. Reaksi Eksoterm

Reaksi yang terjadi saat berlangsungnya pelepasan panas atau kalor. Reaksi
panas ditulis dengan tanda negatif. Contoh : N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) – 26,78
Kkal
Perubahan entalpi pada reaksi ini digambarkan sebagai berikut:

Menurut hukum kekekalan energi :


2. Reaksi Endoterm
Reaksi yang terjadi ketika berlangsungnya penyerapan panas atau kalor,
maka suatu perubahan entalpi reaksi bernilai positif. Contoh : 2NH3 N2 (g) +
3H2 (g) + 26,78 Kkal

Perubahan entalpi pada reaksi endoterm dirumuskan yaitu sebagai berikut:

2.2.2. Jenis Perubahan Entalpi


1. Perubahan Entalpi Pembentukan (ΔHf)
Merupakan suatu perubahan entalpi pembentukan 1 mol senyawa dari
unsur-unsur penyusunnya pada keadaan standar. Nilai entalpi pembentukan standar
ditentukan memakai tabel data entalpi pembentukan standar.
Nilai entalpi pembentukan standar:
 Bernilai positif, bila menerima energi
 Bernilai negatif, bila melepas energi
 Bernilai nol, bila unsur tersebut sudah terdapat di alam secara alami
 Bentuk unsur yang sudah di alam terbagi atas monoatomik dan poliatomik.
Poliatomik berarti unsur pembentuknya lebih dari 1 unsur.

Contoh monoatomik : C(s), Fe(s), H+(aq), Ba(s), Ca(s), Mg(s), Na(s), Al(s), B(s),
Zn(s), P(s). Monoatomik termasuk golonga gas mulia dan logam lainnya.
Contoh poliatomik : O2(g), Cl2(g), P4(s), H2(g), Br2(l), N2(g), I2(g), F2(g).
Poliatomiktermasuk halogaen dan gas selain gas mulia.
Semua unsur-unsur yang sudah terdapat dialam ini nilai entalpi pembentukannya
nol. Misal:

2. Perubahan entalpi penguraian (ΔHd)


Yaitu ΔH untuk menguraikan 1 mol suatu senyawa menjadi unsur-unsur
penyusunnya pada keadaan standar. Nilai entalpi penguraian standar berlawanan
dengan nilai entalpi pembentukan standar. Pada reaksi penguraian reaktan
berpindah ke kanan dan produk berpindah ke kiri.

3. Perubahan entalpi pembakaran (ΔHc)


Yaitu ΔH dalam pembakaran sempurna 1 mol suatu senyawa pada keadaan
standar. Nilai entalpi pembakaran standar ditentukan menggunakan tabel data
entalpi pembakaran standar
Ciri utama dari reaksi pembakaran yaitu sebaagi berikut :
 Merupakan reaksi eksoterm
 Melibatkan oksigen dalam reaksinya
 Karbon terbakan menjadi CO2, hidrogen terbakar menjadi H2O, dan
belerang terbakar menjadi SO2.
4. Perubahan entalpi netralisasi (ΔHn)
Termasuk reaksi eksoterm. yaitu suatu kalor yang dilepas pada
pembentukan 1 mol air dan reaksi asam-basa pada suhu 25 derjat celsius dan
tekanan 1 atmosfer.

2.2.3. Penentuan Entalpi Reaksi


Penentuan ini dilakukan dengan:
 Menggunakan kalorimetri
 Menggunakan hukum Hess atau hukum penjumlahan
 Menggunakan data tabel entalpi pembentukan
 Menggunakan data energi ikatan

1. Penentuan dengan kalorimetri


Kalorimetri yaitu cara penentuan energi kalor reaksi dengan kalorimeter.
Kalorimeter yaitu suatu sistem terisolasi, sehingga semua energi yang dibutuhkan
atau dibebaskan tetap berada dalam kalorimeter. Dengan mengukur perubahan
suhu, kita bisa menentukan jumlah energi kalor reaksi berdasarkan rumus:

Keterangan :
Ql = energi kalor pada larutan (J)
m = massa zat (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg°C)
C = kapasitas kalor (J/°C)
Δt = perubahan suhu (°C)
Karena kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi, maka tidak ada energi
yang terbuang ke lingkungan, sehingga jumlah energi kalor reaksi dan perubahan
entalpi reaksi menjadi:

2. Penentuan dengan data energi ikatan


Energi ikatan (E) yaitu suatu energi yang dibutuhkan untuk memutuskan 1
mol ikatan kovalen dari suatu senyawa, setiap ikatan membutuhkan sebuah energi
yang berbeda supaya bisa terputus.

Reaksi berlangsung dalam dua tahap:


 Pemutusan ikatan reaktan
 Pembentukan ikatan produk

2.2.4. Hukum Terkait Termokimia


1. Hukum Laplace
Hukum ini dikemukakan oleh Marquis de Laplace (1749-1827), yang
berbunyi :
“Jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan suatu senyawa dari unsur-
unsurnya sama dengan jumlah kalor yang diperlukan untuk menguraikan senyawa
itu menjadi unsur-unsurnya”.

Contoh :
H2(g) + ½ O2(g) à H2O(l) ΔH = -68,3 kkal/mol
H2O(l) à H2(g) + ½ O2(g) ΔH = 68,3 kkal/mol

2. Hukum Hess
Hukum ini dikemukakan oleh German Hess (1840), yang berbunyi :
“Jika suatu perubahan kimia bisa dibuat menjadi beberapa jalan/cara yang berbeda,
jumlah perubahan energi panas keselurahannya (total) yaitu tetap, tidak bergantung
pada jalan/cara yang ditempuh”.

Menurut hukum Hess, suatu reaksi bisa terjadi melalui beberapa tahap
reaksi, dan bagaimanapun tahap atau jalan yang ditempuh tidak akan
mempengaruhi entalpi reaksi. Perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada
sebuah keadaan awal dan akhir sistem. Bukan tahap atau jalan yang ditempuh.
Perubahan entalpi ini juga merupakan penjumlahan entalpi reaksi dari setiap tahap.
Dengan demikian hukum Hess bisa dipakai untuk menghitung ΔH reaksi
berdasarkan reaksi-reaksi lain yang ΔH-nya sudah diketahui.

2.3. GAS IDEAL


2.3.1. Pengertian Gas Ideal
Merupakan kumpulan dari partikel-partikel suatu zat yang jaraknya cukup
jauh dibandingkan dengan ukuran partikelnya. Partikel-partikel itu selalu bergerak
secara acak ke segala arah. Pada saat partikel-partikel gas ideal itu bertumbukan
antar partikel atau dengan dinding akan terjadi tumbukan lenting sempurna
sehingga tidak terjadi kehilangan energi.
Berdasarkan eksperimen diketahui bahwa semua gas dalam kondisi kimia
apapun, pada temperatur tinggi, dan tekanan rendah cenderung memperlihatkan
suatu hubungan sederhana tertentu di antara sifat-sifat makroskopisnya, yaitu
tekanan, volume dan temperatur. Hal ini menganjurkan adanya konsep tentang gas
ideal yang memiliki sifat makroskopis yang sama pada kondisi yang sama.
Berdasarkan sifat makroskopis suatu gas seperti kelajuan, energi kinetik,
momentum, dan massa setiap molekul penyusun gas, kita dapat mendefinisikan gas
ideal dengan suatu asumsi (anggapan) tetapi konsisten (sesuai) dengan definisi
makroskopis.

Gambar 1.1 : Keadaan Gas Ideal


2.3.2. Syarat Gas Ideal
Gas ideal merupakan gas yang memenuhi asumsi-asumsi berikut.
1. Suatu gas terdiri atas molekul-molekul yang disebut molekul. Setiap
molekul identik (sama) sehingga tidak dapat dibedakan dengan molekul
lainnya.
2. Molekul-molekul gas ideal bergerak secara acak ke segala arah.
3. Molekul-molekul gas ideal tersebar merata di seluruh bagian.
4. Jarak antara molekul gas jauh lebih besar daripada ukuran molekulnya.
5. Tidak ada gaya interaksi antarmolekul; kecuali jika antarmolekul saling
bertumbukan atau terjadi tumbukan antara molekul dengan dinding.
6. Semua tumbukan yang terjadi baik antarmolekul maupun antara molekul
dengan dinding merupakan tumbukan lenting sempurna dan terjadi pada
waktu yang sangat singkat (molekul dapat dipandang seperti bola keras
yang licin).
2.3.3. Persamaan umum gas
a. Hukum Boyle – Guy Lussac
Keadaan tekanan, volume dan suhu gas dimulai penjelasannya oleh Boyle.
Boyle mengalami keadaan gas yang suhunya tetap. Pada saat gas ditekan
ternyata volumenya mengecil dan saat volumenya diperbesar tekanannya kecil.
Keadaan di atas menjelaskan bahwa pada suhu yang tetap tekanan gas berbanding
terbalik dengan volumenya.

Keadaan berikutnya dijelaskan oleh Guy Lussac. Menurut Guy Lussac, pada gas
yang tekanannya tetap maka volumenya akan sebanding dengan suhunya. Jika ada
gas dalam ruang tertutup dengan P = tetap dipanaskan maka volumenya akan
berubah.
Persamaan yang dapat menggambarkan keadaan perubahan P, V dan T
(tidak ada yang tetap). Persamaan gabungan itulah yang dinamakan hukum Boyle-
Guy Lussac. Persamaannya dapat kalian lihat di bawah.

Contoh kedua adalah saat memompa ban dalam roda sepeda atau mobil.
Saat dipompa berarti jumlah partikelnya bertambah. Pertambahan itu dapat
memperbesar tekanan sedangkan volume dan suhu tetap. Dari penjelasan itu

terlihat bahwa sebanding dengan jumlah partikelnya. Pembandingnya


dinamakan konstanta Stefan-Boltzmann, dan disimbolkan k.

Dengan :
P = tekanan gas (N/m2 atau Pa)
V = volume gas (m3)
T = suhu gas (K)
N = jumlah partikel
k = 1,38 . 10-23 J/K
untuk menentukan jumlah mol gas (n) sobat dapat menggunakan 2 alternatif rumus
berikut
atau
No = bilangan avogadro 6,02 x 1023
Mr = massa molekul relatif gas
M = masa partikel gas

2.3.4. Azas Ekuipartisi


Setiap gas mengandung partikel-partikel yang selalu bergerak. Mengapa
selalu bergerak? Partikel-partikel itu dapat bergerak karena memiliki energi.
Energinya dinamakan energi kinetik.

“Jika pada gas berlaku hukum Newton maka semua derajat kebebasan
gerak partikel akan menyumbang energi kinetik sebesar 1/2 kT.”

Dengan :

= energi kinetik rata-rata partikel (joule)


T = suhu gas (K)
f = derajat kebebasan
k = ketetapan Baltzum.

2.4. PERUBAHAN FASA


Dalam ilmu fisika, fase adalah suatu himpunan keadaan sistem fisik
makroskopik yang memiliki komposisi kimia yang seragam dan ciri-ciri fisik
(seperti densitas, struktur kristal, indeks refraktif, dan lain-lain). Contoh paling
umum adalah padat, cair, dan gas.Yang tidak umum termasuk plasma, kondesat
Bose-Enstein dan kondensasi fermioni benda aneh , superfluida dan supersolid dan
fase paramagnetik dan ferromagnetik. Fase adalah keadaan suatu zat yang seragam
dalam komposisi kimia dan bentuk fisiknya.Fase adalah zat yang homogen secara
kimia dan fisika.
Fase merupakan besaran zat yang memiliki struktur fisika dan komposisi
kimia yang seragam. Struktur fisika dikatakan seragam apabila zat terdiri dari gas
saja, cair saja ataupun padat saja.
2.4.1. Pengertian Perubahan Fase
Perubahan Fase adalah proses perubahan bentuk suatu zat menjadi bentuk
lain, salah satu penyebab perubahan fase tersebut adalah kalor.
Perubahan Fasa meruapakan efek dari adanya salah satu sifat fisika zat,
yaitu wujud. Sifat fisika zat sendiri ialah sifat yang dapat diamati secara langsung
tanpa mengubah susunan zat, misalnya wujud, warna, kelarutan, daya hantar listrik,
dan kemagnetan, titik lebur dan titik didih.
Secara harfiah, perubahan fasa terjadi saat sebuah zat berubah dari satu
wujud ke wujud yang lain. Misalnya dari gas ke cair, cair ke padat, padat ke gas,
dan sebaliknya. Setiap proses melibatkan panas, baik panas itu dilepas oleh zat
ataupun diterima oleh zat, tapi tidak melibatkan perubahan temperatur.
Panas ini disebut panas laten atau kalor laten. Istilah "laten" berasal dari
bahasa Inggris, "latent", yang berarti "tersembunyi". Zaman orba dulu, istilah laten
sering dipakai untuk mencap paham komunis sebagai bahaya laten. artinya paham
ini adalah bahaya yang tidak terlihat tapi sesungguhnya adalah bahaya. Ini seperti
api dalam sekam, apinya tidak terlihat dari luar tapi sesungguhnya dia ada di sana.
Gambar Umum Perubahan Fasa

Wujud zat merupakan bentuk-bentuk berbeda yang diambil oleh berbagai


fase materi berlainan. Secara historis, pembedaan ini dibuat berdasarkan perbedaan
kualitatif dalam sifat bulk Dalam keadaan padatan zat mempertahankan bentuk dan
volume; dalam keadaan cairan zat mempertahankan volume tetapi menyesuaikan
dengan bentuk wadah tersebut dan sedangkan gas mengembang untuk menempati
volume apa pun yang tersedia.

Diagram ini menunjukkan nomenklatur untuk transisi fase yang berbeda-


beda Perbedaan antara wujud zat saat ini didasarkan pada perbedaan dalam
hubungan antarmolekul.Dalam keadaan padatan gaya-gaya intermolekul menjaga
molekul-molekul berada dalam hubungan spasial tetap.Dalam cairan, gaya-gaya
antarmolekul menjaga molekul tetap berada berdekatan, namun tidak ada hubungan
spasial yang tetap. Dalam keadaan gas molekul lebih terpisah dan gaya tarik antar
molekul relatif tidak memengaruhi gerakannya. Plasma adalah gas yang sangat
terionisasi, yang terjadi pada suhu tinggi. Gaya-gaya antar molekul yang diciptakan
oleh gaya tarik dan tolak ion-ion memberikan keadaan ini sifat-sifat berbeda,
sehingga plasma dideskripsikan sebagai wujud zat keempat.
Meskipun padatan, cairan, dan gas adalah wujud zat yang paling umum di
Bumi, kebanyakan materi baryon di alam semesta berada dalam wujud plasma
panas, baik sebagai medium jarang antar bintang maupun sebagai bintang rapat.
Wujud zat juga dapat didefinisikan menggunakan konsep transisi
fase.Sebuah transisi fase menandakan perubahan struktur dan dapat dikenali dari
perubahan drastis dari sifat-sifatnya. Menggunakan definisi ini, wujud zat yang
berbeda adalah tiap keadaan termodinamika yang dibedakan dari keadaan lain
dengan sebuah transisi fase. Air dapat dikatakan memiliki beberapa wujud padat
yang berbeda.
Munculnya sifat superkonduktivitas dihubungkan dengan suatu transisi
fase, sehingga ada keadaan superkonduktif. Begitu pula, keadaan kristal
cair dan feromagnetik ditandai oleh transisi fase dan memiliki sifat-sifat berlainan.
Setiap zat akan berubah apabila menerima panas (kalor). Es dipanaskan
akan mencair. Air dipanaskan akan menguap menjadi uap air (gas). Apabila uap air
didinginkan menjadi embun dan kembali menjadi air. Air didinginkan menjadi
es. Perubahan wujud benda terjadi karena proses pemanasan dan pendinginan.
Fase dari Zat Murni :
 Solid (padat) : jarak antar molekul sangat dekat sehingga gaya tarik antar
molekul sangat kuat, maka bentuknya tetap. Gaya tarik antara molekul-
molekul cenderung untuk mempertahankannya pada jarak yang relatif
konstan.Pada temperatur tinggi molekul melawan gaya antar molekul dan
terpencar.
 Liquid (cair) : Susunan molekul mirip dengan zat padat , tetapi terhadap
yang lain sudah tidak tetap lagi. Sekumpulan molekul akan mengambang
satu sama lain.
 Gas : Jarak antar molekul berjauhan dan susunannya acak. Molekul
bergerak secara acak.Semua zat murni mempunyai kelakuan umum yang
sama. Sebagai contoh air (water).
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kimia sering disebut sebagai "ilmu pusat" karena menghubungkan
berbagai ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi,
kedokteran, bioinformatika, dan geologi. Koneksi ini timbul melalui berbagai
subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu.
Sebagai contoh, kimia fisik melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika
terhadap materi pada tingkat atom dan molekul.
Kimia berhubungan dengan interaksi materi yang dapat melibatkan dua
zat atau antara materi dan energi, terutama dalam hubungannya dengan
hukum pertama termodinamika. Kimia tradisional melibatkan interaksi antara
zat kimia dalam reaksi kimia, yang mengubah satu atau lebih zat menjadi satu
atau lebih zat lain.
Ada dasar dasar fisika kdan kimia yaitu perubahan fase, pemuaian,
teorik kinetic, teori termodinamika, suhu dan kalor, dan suhu campuran.
Dasar dasar ini sangat memiliki peran penting dari setiap unsur yang terdapat
pada mineral mineral untuk dikelolah dan dipisahkan.
Metalurgi didefinisikan sebagai ilmu dan teknologi untuk memperoleh
sampai pengolahan logam yang mencakup tahapan dari pengolahan bijih
mineral,pemerolehan (ekstraksi) logam, sampai ke pengolahannya untuk
menyesuaikan sifat-sifat dan perilakunya sesuai dengan yang dipersyaratkan
dalam pemakaian untuk pembuatan produk rekayasa tertentu.
Berdasarkan tahapan rangkaian kegiatannya, metalurgi dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu metalurgi ekstraksi dan metalurgi fisika. Metalurgi
ekstraksi yang banyak melibatkan proses-proses kimia, baik yang temperatur
rendah dengan cara pelindian maupun pada temperatur tinggi dengan cara
proses peleburan utuk menghasilkan logam dengan kemurnian tertentu,
dinamakan juga metalurgi kimia. Meskipun sesungguhnya metalurgi kimia
itu sendiri mempunyai pengertian yang luas, antara lain mencakup juga
pemaduan logam denagn logam lain atau logam dengan bahan bukan logam.
Beberapa aspek perusakan logam (korosi) dan cara-cara penanggulangannya,
pelapisan logam secara elektrolit,dll. Adapun proses-proses dari ekstraksi
metalurgi / ekstraksi logam itu sendiri antara lain
adalah pyrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur
tinggi), hydrometalurgy(proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur
yang relatif rendah dengan cara pelindian dengan media cairan), dan
electrometalurgy (proses ekstraksi yang melibatkan penerapan prinsip
elektrokimia, baik pada temperatur rendah maupun pada temperatur tinggi).

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan dari tugas ini adalah untuk mengetahui dasar dasar fisika dan
kimia ekstraksi metalurgi dimana agar kita dapat menerapkan pada kegiatan
pertambangan.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan tugas ini adalah agar dengan mengetahui dasar
dasar fisika dan kimia dalam ekstraksi metalurgi kita dapat
mengaplikasikannya dalam pengolahan bahan galian di dunia pertambangan.
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adapun hal-hal yang dapat disimpulkan dari tugas ini meliputi :
1. Ada dasar dasar fisika dan kimia yaitu Termodinamika, Termokimia, Gas
ideal, Perubahan Fase.
2. Termodinamika adalah suatu ilmu yang menggambarkan usaha untuk
mengubah kalor (perpindahan energi yang disebabkan perbedaan suhu)
menjadi energi serta sifat-sifat pendukungnya.
3. Termokimia merupakan suatu cabang ilmu kimia yang mempelajari
tentang suatu perubahan kalor atau energi yang menyertai suatu reaksi
kimia, baik yang diserap maupun yang dilepaskan. Pertukaran energi ini
bisa berupa kalor atau bentuk energi lain. Adanya suatu pertukaran energi
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan jumlah energi yang
terkandung dalam sistem
4. Gas Ideal Merupakan kumpulan dari partikel-partikel suatu zat yang
jaraknya cukup jauh dibandingkan dengan ukuran partikelnya. Partikel-
partikel itu selalu bergerak secara acak ke segala arah. Pada saat partikel-
partikel gas ideal itu bertumbukan antar partikel atau dengan dinding akan
terjadi tumbukan lenting sempurna sehingga tidak terjadi kehilangan
energi.
5. Bentuk-bentuk berbeda yang diambil oleh berbagai fase materi berlainan
yaitu wujud zat.
6. Perubahan suatu benda yang bisa menjadi bertambah panjang, lebar, luas,
atau berubah volumenya karena terkena panas (kalor).

3.2. Saran
Adapun saran yang disampaikan oleh penulis yaitu semoga apa yang
telah kita pelajari pada pelajaran Ekstraksi Metalurgi ini dapat kita terapkan
dengan kemampuan kita masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Bates, R.L., 1960. Geology of The Industrial Rocks And Minerals, Harper And Raw
Publisher, New York.

Einstein, A. (1905), "Über die von der molekularkinetischen Theorie der Wärme
geforderte Bewegung von in ruhenden Flüssigkeiten suspendierten
Teilchen", Annalen der Physik 17: 549–560.

Kuzvart, M., 1984. Industrial Minerals And Rocks, Development in Economic


Geology 18, Elsevier, Amsterdam.

Smart and Moore Solid State Chemistry: An Introduction (Chapman and Hall)
ISBN 0-412-40040-5
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan Tugas Ekstraksi Metalurgi ini yang
berjudul “ Dasar Dasar Fisika dan Kimia Ekstraksi Metalurgi” dengan baik.
Adapun tujuan dari penyusunan tugas ini adalah sebagai syarat untuk
mengikuti mata kuliah Ekstraksi Metalurgi pada Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, Penulis tak lupa mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. DR. Hj. Rr. Harminuke Eko H., ST., MT, selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Sriwijaya
2. Ir. A. Taufik Arief, MS selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Ektraksi
Metalurgi
3. Rekan-rekan seperjuangan yang telah banyak membantu dalam penulisan tugas
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik isi maupun
metode yang digunakan dalam penulisan tugas ini.
Untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan tugas ini. Akhirnya Penulis berharap semoga
penulisan tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Palembang, September 2017

Penulis
DASAR-DASAR FISIKA DAN KIMIA
EKSTRAKSI METALURGI

Dibuat Sebagai Syarat Untuk Mengikuti Mata Kuliah Ekstraksi Metalurgi


Pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya

Disusun Oleh:

NAMA : RAHMAT HIDAYAT


NIM : 03021381419129
KELAS :A

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

Anda mungkin juga menyukai