Anda di halaman 1dari 9

© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP

JURNAL ILMU LINGKUNGAN


Volume 9, Issue 2: 76-84 (2011) ISSN 1829-8907

KAJIAN DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT KEGIATAN


PENAMBANGAN PASIR DI DESA KENINGAR DAERAH KAWASAN
GUNUNG MERAPI
Yudhistira*, Wahyu Krisna Hidayat**, Agus Hadiyarto***
*Program Studi Ilmu Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang
**Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
***Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Pasir merupakan salah satu produk kegiatan Gunung Merapi yang, merupakan andalan pemerintah
Kabupaten Magelang dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan juga menyerap lapangan kerja. Selain
mendatangkan manfaat penambangan pasir Merapi juga menimbulkan dampak lingkungan bagi daerah di
lokasi penambangan dan juga bagi daerah di bawahnya Penelitian kajian dampak kerusakan lingkungan
akibat kegiatan penambangan pasir bertujuan untuk mengkaji i) tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi
di lokasi penambangan pasir, ii) mengkaji dampak kerusakan lingkungan yang terjadi akibat penambangan
pasir, iii) mengajukan usulan pengelolaan lokasi penambangan pasir. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Keningar kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Metode penelitian yang digunakan metode analisis
kuantitatif. Untuk penghitungan tingkat erosi dilakukan dengan rumus USLE sedangkan aspek sosial
melakukan wawancara dengan pertanyaan terstruktur yang didukung kuesioner terhadap responden untuk
mengetahui pendapat tentang lingkungan sekitar. Selanjutnya dalam rangka menentukan strategi dan
kebijakan dalam penyusunan pengelolaan lingkungan penambangan pasir dilakukan analisa SWOT.Hasil
penelitian menunjukkan tingkat erosi di lokasi penambangan pasir adalah moderat dan ringan dan
menimbulkan dampak fisik lingkungan seperti tanah longsor, berkurangnya debit air permukaan (mata air),
tingginya lalu lintas kendaraan membuat mudah rusaknya jalan, polusi udara, dan dampak sosial ekonomi.
Dampak sosial ekonomi penyerapan tenaga kerja karena sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja
di penambangan pasir, adanya pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan untuk diambil
pasirnya dengan harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut menambang sehingga dapat menimbulkan
konflik, adanya ketakutan sebagian masyarakat karena penambangan pasir yang berpotensi
longsor.Berdasarkan analisis SWOT maka langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menghindari dampak
lingkungan adalah dengan memanfaatkan teknologi konservasi lahan dan penegakan hukum melalui
peraturan perundangan yang jelas, transparan dan akuntabel serta pelibatan peran aktif masyarakat.

Kata Kunci: Penambangan, pasir, alat berat, erosi, kerusakan, Keningar

PENDAHULUAN sekitarnya karena pengrusakan lingkungan,


Industri pertambangan merupakan salah apalagi penambangan tanpa izin yang selain
satu industri yang diandalkan pemerintah merusak lingkungan juga membahayakan jiwa
Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain penambang karena keterbatasan pengetahuan
mendatangkan devisa industri pertambangan si penambang dan juga karena tidak adanya
juga menyedot lapangan kerja dan bagi pengawasan dari dinas instansi terkait.
Kabupaten dan Kota merupakan sumber Menurut Undang-Undang Nomor 23
Pendapatan Asli Daerah (PAD). tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan,
Industri pertambangan selain pengrusakan lingkungan adalah tindakan
mendatangkan devisa dan menyedot lapangan yang menimbulkan perubahan langsung/
kerja juga rawan terhadap pengrusakan tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau
lingkungan. Banyak kegiatan penambangan hayatinya yang mengakibatkan lingkungan
yang mengundang sorotan masyarakat

76
Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, Agus Hadiyarto 2011. KAJIAN DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN PASIR DI DESA
KENINGAR DAERAH KAWASAN GUNUNG MERAPI, . Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol 9 (2): 76-84.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan

hidup tidak dapat berfungsi lagi dalam


menunjang pembangunan berkelanjutan. Lokasi penelitian
Salah satu indikator kerusakan Penelitian lapangan dilakukan di lokasi
lingkungan adalah erosi. Erosi adalah proses penambangan pasir CV Mitra Karya Desa
berpindahnya tanah atau batuan dari satu Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih Magelang. Penelitian laboratorium untuk
rendah akibat dorongan air, angin, atau gaya mengkaji Tingkat Bahaya Erosi di laboratorium
gravitasi. Proses tersebut melalui tiga Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas
tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atau Diponegoro.
pergerakan, dan pengendapan.
Bahaya erosi banyak terjadi di daerah- Jenis dan Sumber Data Penelitian
daerah lahan kering terutama yang memiliki Jenis data yang digunakan dalam analisis
kemiringan lereng sekitar 15 % atau lebih . berupa data primer yang diperoleh dari
Keadaan ini sebagai akibat dari pengelolaan lapangan melalui wawancara dan oberservasi di
tanah dan air yang keliru, tidak mengikuti lapangan untuk mengetahui tingkat dan
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air dan dampak kerusakan lingkungan di lokasi
tanah. Menurut Soule dan Piper 1992, (dalam penambangan pasir dan daerah sekitarnya.
Yakin A, 2004) erosi mempunyai dampak Data sekunder berupa pustaka, laporan, peta
negatif terhadap usaha pertanian/ peta dari instansi terkait yang meliputi Kantor
perkebunan maupun diluar pertanian. Pertambangan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas
Dampak utama erosi terhadap pertanian Pertanian, Badan Pusat Statistik Bappeda
adalah kehilangan lapisan atas tanah yang Kabupaten Magelang
subur, berkurangnya kedalaman lahan,
kehilangan kelembapan tanah dan kehilangan Metode Penghitungan Tingkat Erosi
kemampuan lahan untuk menghasilkan Untuk mengetahui tingkat kerusakan
tanaman yang menguntungkan. lahan yang terjadi yang salah satu indikatornya
Secara keseluruhan terdapat lima faktor adalah tingkat bahaya erosi yang terjadi .
yang menyebabkan dan mempengaruhi Penentuan tingkat bahaya erosi dapat dihitung
besarnya laju erosi yaitu iklim, tanah, dengan menggunakan rumus (USLE)
topografi vegetasi penutup tanah dan kegiatan Wischmeier, et al (1965) dalam Suripin (2002)
manusia. Faktor iklim yang paling menentukan
adalah hujan yang dinyatakan dengan nilai E= RKLSCP
erosivitas hujan. Besar kecilnya laju erosi
banyak tergantung kepada sifat-sifat tanah yang E = rata –rata erosi tanah tahunan (ton/ha);
dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah R = Indek erosivitas hujan ;
yaitu kepekaan tanah terhadap erosi. K= Faktor erodibilitas tanah, yaitu kecepatan
erosi per indeks erosi hujan sutu tanah
dari petak percobaan standaryaitu petak
METODE PENELITIAN percobaan yang panjangnya 22,1 meter
Penelitian dilakukan untuk mengkaji yang terletak padadreng dengan
tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi kemiringan 9 % dan tanpa tanaman
dilokasi penambangan pasir dan dampak L = Faktor panjang lereng untuk menghitung
lingkungan akibat kegiatan penambangan pasir erosi dibandingkan dengan lereng yang
bagi masyarakat Tahapan penelitian dimulai panjangnya 22,1 meter yang terletak pada
dari studi pustaka, pengumpulan data sekunder, lereng dengan kemiringan 9 % dan tanpa
penelitian lapangan untuk mengambil sample, tanaman
penelitian laboratorium untuk mengamati S= Faktor kemiringan lereng yaitu
perbandingan antara besarnya erosi yang
variabel yang diteliti pengolahan data dan
terjadi pada suatu bidang tanah dengan
pembahasan. Teknik Pengambilan sample kecuraman tetentu, terhadap besarnya
dilakukan dengan pertimbangan tertentu erosi pada tanah dengan kemiringan
(Purposive Sampling Metode). lereng 9 % dengan kondisi identik

© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP


77
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):76-84,2011, ISSN : 1829-8907

Faktor Erosivitas Hujan M = Persentase pasir sangat


Faktor erosivitas hujan, R didevinisikan O = halus dan debu
sebagai jumlah satuan indeks erosi hujan S = Persentase bahan organik
dalam setahun. Nilai R yang merupakan daya P = Kode struktur tanah
rusak hujan, dapat ditentukan dengan Klas permeabelitas tanah
persamaan yang dilaporkan oleh Wischmeier,
1959 (dalam Renard, et al., 1996) sebagai Faktor Panjang dan Kemiringan
berikut : Lereng
Faktor LS, kombinasi antara faktor
EI 30 = E ( I30 x 10-2) panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S)
merupakan nisbah besarnya erosi dari suatu
Di mana EI 30 adalah interaksi energi lereng dengan panjang kemiringan tertentu
dengan intensitas maksimum, merupakan hasil terhadap besarnya erosi dan plot lahan dengan
perkalian energi hujan (E = Kj/ panjang 22,13 m dan kemiringan 9%. Nilai LS
ha-mm) dan intensitas maksimum 30 menit. untuk sembarang panjang lereng dapat
Validitas dari persamaan tersebut diatas dihitung dengan persamaan yang disampaikan
untuk daerah tropis diragukan karena curah oleh Wischmeier dan Smith, 1978 (dalam
hujan biasanya sangat tinggi. Disamping itu, Morgan 1988) sebagai berikut
bahwa tidak semua tempat di negara –negara L z
berkembang seperti Indonesia dioperasikan LS = [ ] ( 0,00138 S2 + 0,00965 S +
22
alat penakar hujan otomatis, maka telah dicoba
0,0138)
mendapatkan metode lain untuk menentukan
Dimana L
nilai EI30 dengan menggunakan data hujan
L = Panjang Lereng (m)
yang tersedia. Lenvain, 1975 ( dalam Suripin
S = Kemiringan lereng
2002 ) mendapatkan hubungan antara EI30
Z = (%) Konstanta
dengan curah hujan tahunan (R) sebagai
Tingkat Bahaya Erosi
berikut EI30 = 2,34 R1,98
Adapun penetuan kategori hasil
perhitungan tingkat bahaya erosi pada
Faktor Erodibilitas Tanah (K)
satuan unit analisis dapat ditentukan dengan
Erodibilitas tanah atau faktor kepekaan
memasukkan pada klasifikasi pada Tabel 1.
erosi tanah yang merupakan daya tahan tanah
sebagai berikut :
baik terhadap penglepasan dan pengangkutan,
terutama tergantung pada sifat-sifat tanah,
seperti tekstur, stabilitas agregat, kekuatan
Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi
geser, kapasitas infiltrasi ,kandungan bahan
No Tingkat Bahaya Kategori
organik dan kimiawi. Disamping itu juga
Erosi
tergantung pada posisi topografi, kemiringan
(ton/ha/tahun)
lereng dan gangguan oleh manusia. Faktor
1. <15 Normal
yang mempunyai pengaruh besar terhadap
2. 15 - 60 Eropsi
variasi erodibilitas tanah adalah suhu tanah,
3. 60 - 180 Ringan
tekstur tanah dan kelengasan tanah.
4. 180 -4 80 Moderat
Menurut Suripin (2002) untuk
5 480 Berat
menentukan faktor Erodibilitas Tanah (K)
Sangat
dapat diperkirakan dengan monografi yang
Berat
dikembangkan oleh Wischmeier, et al (1971)
sebagaimana diperlihatkan dengan Sumber : Keputusan Ditjen Reboisasi Dan
mempergunakan persamaan , Rehabilitas Departemen Kehutanan
No.041/Kpts/V/1998

K = {{2,713 x 10 (12 – 0)M1,14 + 3,25 (S – 2) + Kewajiban Rehabilitasi Lahan


Reklamasi Lahan Pasca Penambangan
( p  3)
2,5 } adalah suatu upaya pemanfaatan lahan pasca
100 penambangan melalui rona perbaikan
lingkungan fisik terutama pada bentang lahan
Dimana yang telah dirusak. Upaya ini dilakukan untuk

© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP


78
Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, Agus Hadiyarto 2011. KAJIAN DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN PASIR DI DESA
KENINGAR DAERAH KAWASAN GUNUNG MERAPI, . Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol 9 (2): 76-84.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan

mengembalikan secara ekologis atau Berdasarkan klasifikasi Tingkat Bahaya


difungsikan menurut rencana peruntukannya Erosi menurut Ditjen Reboisasi Dan
dengan melihat konsep tata ruang dan Rehabilitasi Departemen kehutanan
kewilayahan secara ekologis. Kewajiban No.041/Kpts/V/1998 maka nilai TBE yang
reklamasi lahan bisa dilakukan oleh pengusaha diperoleh masuk dalam kategori moderat dan
secara langsung mereklamasi lahan atau ringan. Hal ini harus menjadi pertimbangan
memberikan sejumlah uang sebagai jaminan dan pemikiran karena besarnya erosi yang
akan melakukan reklamasi Berdasarkan data terjadi berakibat dampak yang diakibatkan
dari Departemen Energi dan Sumberdaya dari tingginya erosi terhadap lingkungan
Mineral pada Tahun 2005 terdapat 186 setempat maupun lingkungan di daerah
perusahaan tambang yang masih aktif dengan bawah.
total luas areal sekitar 57.703 ha dan hanya Perkiraan dampak lingkungan dengan
20.086 ha yang telah direklamasi oleh para adanya erosi di lokasi penambangan pasir
perusahaan yang memperoleh kontrak pada desa Keningar Kawasan Gunung Merapi
lahan tersebut. Sebagian lahan tersebut antara lain sebagai berikut
dikembalikan kepada petani untuk diusahakan
kembali menjadi lahan pertanian. Sebagian Potensi Terjadinya Longsor
pengusaha tidak mereklamasi lahan dan Daerah penambangan pasir Desa Keningar
meninggalkan begitu saja. kawasan Gunung Merapi merupakan daerah
Kewajiban pasca tambang yang bersifat dengan potensi bahaya gerakan tanah
fisik mempunyai dimensi ekonomi dan sosial (longsor) Daerah dengan tingkat bahaya erosi
yang sangat tinggi dan berpotensi yang sangat tinggi menandakan tidak adanya
menimbulkan konflik pada masyarakat dengan tindakan konservasi lahan yang menyebabkan
pemerintah dan juga usaha pertambangan. lahan mudah longsor sebagaimana terlihat
Oleh karena itu pengelolaan pasca tambang pada dibawah ini
bukan merupakan masalah fisik, tetapi
merupakan political will pemerintah untuk
meregulasi secara benar dengan
memperhatikan kaidah lingkungan. Kemudian
mengimplementasikannya dengan
mengedepankan kepentingan masyarakat lokal
dan mengacu kepada falfasah ekonomi dan
sosial serta akuntabilitas yang dapat dipercaya.
Metode Analisis
Berdasarkan data primer dan sekunder
yang diperoleh maka selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan pendekatan analisis
kuantitatif. Untuk penghitungan tingkat erosi
dilakukan dengan rumus USLE sedangkan
aspek sosial melakukan wawancara dengan
pertanyaan terstruktur melalui kuisioner Gambar 1. Daerah Yang Berpotensi
terhadap responden untuk mengetahui Terjadinya Longsor
pendapat tentang lingkungan sekitarnya. Hal
ini dilakukan dengan melihat persentase Potensi terjadinya longsor jelas sangat
kecenderungan jawaban dari responden berbah aya baik bagi penambang maupun
tersebut, yaitu masyarakat yang berada di sekitarnya. Banyak
dari pemilik tanah di sekitar lokasi
Jawaban responden x 100% = simpulan penambangan karena takut terkena longsor
responden terpaksa menjual tanahnya.

Total responden. Berkurangnya Ketersediaan Air


Daerah desa Keningar merupakan daerah
HASIL DAN PEMBAHASAN tangkapan air bagi daerah dibawahnya. Dengan
adanya lokasi penambangan pasir yang tidak

© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP


79
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):76-84,2011, ISSN : 1829-8907

mengindahkan konservasi tanah dan lahan dalam tanah. Akibatnya hujan yang jatuh
dibuktikan dengan tingginya tingkat bahaya dengan mudah terakumulasi dipermukaan.
erosi yang terjadi menyebabkan besarnya air Kehilangan unsur hara karena adanya erosi di
larian pada permukaan tanah sehingga lokasi penambangan pasir desa Keningar, akan
kemampuan lahan untuk menampung air menurunkan produktivitas lahan. Hal ini
berkurang. membahayakan bagi lingkungan di desa
Hal ini dikeluhkan oleh warga yang Keningar maupun desa sekitarnya.
mengaku air yang ada di kolam dan mata air
menyusut, padahal air sangat dibutuhkan Analisis Pengetahuan Masyarakat
warga yang memanfaatkannya untuk Tentang Lingkungan Hidup
keperluan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian tentang
responsi masyarakat serta persepsi
Perubahan Struktur Tanah masyarakat terhadap lingkungan, dapat maka
Tingginya erosi yang terjadi di lokasi dapat diketahui bahwa sebagian besar
penambangan pasir akan menyebabkan masyarakat paham mengenai lingkungan hidup
hanyutnya partikel-partikel tanah dan sangat secara umumnya dan juga paham mengenai
berpengaruh terhadap struktur tanah. pentingnya lingkungan hidup yang terpelihara
Struktur tanah remah akan berubah menjadi secara lestari.
struktur polyder atau terlepas. Adanya persepsi pengetahuan tentang
Struktur tanah seperti ini menyebabkan lingkungan hidup tersebut dikarenakan
rendahnya produktivitas hasil pertanian masyarakat pedesaan akrab dengan
karena lahan tidak mengandung koloit tanah. lingkungannya terutama karena kebutuhan
Koloit tanah berfungsi sebagai perekat mereka akan lahan sebagai sumber kehidupan
partikel-partikel tanah mendorong mereka yang sebagian besar petani/ buruh
peningkatan stabilitas struktur tanah. tani. Ironisnya eksploitasi sumberdaya alam
tanpa dibarengi dengan pelestariannya akan
menyebabkan rusaknya lingkungan sekitarnya.
Sehingga persoalan lingkungan yang sangat
Penurunan Kapasitas Infiltrasi dan mengganggu kelestarian alam yang berbias
Penyerapan Air Tanah menjadi keresahan warga masyarakat
Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air sekitarnya.
tanah melalui permukaan tanah secara vertikal
(Suripin, 2002). Sedangkan banyaknya air Persepsi Masyarakat Tentang
yang masuk melalui permukaan tanah Penambangan Pasir.
persatuan waktu dikenal sebagai laju infiltrasi. Pengetahuan masyarakat secara umum
Nilai laju infiltrasi sangat tergantung pada tentang kegiatan penambangan pasir bahwa
kapasitas infiltrasi, yaitu kemampuan tanah mereka dapat menerima penambangan pasir
untuk melewati permukaan tanah secara karena merupakan mata pencaharian atau
vertical. pekerjaan bagi masyarakat penambang.
Rusaknya struktur tanah oleh erosi di Mereka melihat bahwa penambangan pasir
daerah lokasi penambangan pasir di desa memberikan manfaat sebagai pekerjaan pokok
Keningar, akan menyebabkan mengecilnya atau pekerjaan sampingan bagi masyarakat
pori-pori tanah, sehingga kapasitas infiltrasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
menurun, dan aliran permukaan menjadi Pekerjaan tersebut memberikan hasil setiap
lancar. Hal ini dapat menyebabkan banjir dan hari bagi penambang pasir guna memenuhi
longsor. kebutuhan hidup sehari hari.
Kegiatan penambangan pasir selain
Hilangnya Bahan Organik Tanah memberikan manfaat langsung dari aktifitas
Penambangan pasir di desa Keningar yang penambangan juga membuka peluang kerja
tidak mengindahkan konservasi tanah dan bagi buruh baik sebagai tukang coker , jaga
lahan, akan menyebabkan erosi yang di ikuti malam pencatat angkutan material pasir serta
hilangnya bahan organik tanah dan pemadatan berdagang makanan. Peyerapan tenaga kerja
tanah. yang paling banyak hádala tukang coker atau
Hal ini menyebabkan berkurangnya air buruh perata pasir. Besarnya upah buruh coker
permukaan atau air hujan yang masuk ke Rp 10.000,- sampai dengan Rp. 12.000,- per

© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP


80
Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, Agus Hadiyarto 2011. KAJIAN DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN PASIR DI DESA
KENINGAR DAERAH KAWASAN GUNUNG MERAPI, . Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol 9 (2): 76-84.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan

truk dan setiap orang dapat memperoleh


giliran 2 – 3 kali jika bekerja sebagai tukang
coker saja. Sebagian penduduk ada yang Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat
bekerja sambilan sebagai tukang coker Berdasarkan wawancara dengan beberapa
sepulang bekerja sebagai petani atau buruh narasumber dapat diketahui dampak sosial
tani. Tetapi secara umum kebanyakan profesi ekonomi yang terjadi dengan adanya kegiatan
tukang coker ditangani kelompok pemuda. penambangan pasir
1. Pengurangan jumlah pengangguran karena
Dampak Lingkungan Kegiatan sebagian masyarakat bekerja menjadi
Penambangan Pasir tenaga kerja di penambangan pasir, baik
Penambangan Pasir tidak hanya sebagai pengawas, buruh tambang, penjual
memberikan keuntungan dan manfaat tetapi makanan dan minuman .
juga menimbulkan permasalahan. Kegiatan 2. Adanya pemasukan bagi pemilik tanah yang
penambangan pasir yang menggunakan alat dijual atau disewakan untuk diambil
berat yang berfungsi untuk mengeruk material pasirnya dengan harga tinggi. Tanah yang
yang berada di dataran maupun di dinding semula tidak menghasilkan menjadi
tebing menimbulkan permasalahan ekologis bermanfaat karena dipakai untuk
dan sosial bagi lingkungan sekitar. Dampak penambangan pasir.
lingkungan dari kegiatan penambangan pasir 3. Banyaknya pendatang yang ikut
di Desa Keningar di bedakan menjadi dampak menambang sehingga dapat menimbulkan
fisik dan dampak sosial ekonomi. konflik.
4. Adanya ketakutan sebagian masyarakat
Dampak Fisik Lingkungan karena penambangan pasir yang berpotensi
Dampak fisik lingkungan dengan adanya longsor sehingga sewaktu-waktu bisa
kegiatan penambangan pasir di Desa Keningar mengenai lahan dan pemukiman mereka,
adalah sebagai berikut: apalagi bila turun hujan .
1. Tingginya tingkat erosi di daerah
penambangan pasir dan juga didaerah Analisis Kebijakan Pertambangan Yang
sekitarnya. Telah Dilakukan Pemerintah Kabupaten
2. Adanya tebing-tebing bukit yang rawan Magelang
longsor karena penambangan yang tidak Pemerintah Kabupaten Magelang
memakai sistem berteras sehinggaa sudut menetapkan Perda Nomor 1 Tahun 2008
lereng menjadi terjal dan mudah longsor. tentang Usaha Pertambangan menggantikan
3. Berkurangnya debit air permukaan/ mata Perda Nomor 23 Tahun 2001 tentang Izin
air Usaha Pertambangan.
4. Tingginya lalu lintas kendaraan di jalan desa Selain itu pada tanggal 24 Agustus 2004
membuat mudah rusaknya jalan. Pemerintah kabupaten Magelang
5. Terjadinya polusi udara. mengeluarkan dua kebijakan yaitu Penataan
dan Penertiban Kegiatan Pertambangan dan
Pengaturan Rute dan Tonase Angkutan Bahan
Galian Golongan C di Kawasan Merapi
Kabupaten Magelang
Sejumlah peraturan perundang-
undangan tersebut sudah cukup baik dan
memadai sebagai landasan dalam rangka
pengelolaan pertambangan pasir yang
berwawasan lingkungan. akan tetapi dalam
penerapannya sangat sulit untuk dapat
dilaksanakan dengan baik dikarenakan
banyaknya tantangan dan kendala yang
menghambat konsekuensi pelaksanaan aturan
kebijakan. Misalnya dalam penerapan aturan
Gambar 2. Tingginya Lalu Lintas Kendaraan perizinan penambangan pasir pada saat
Membuat Mudah Rusaknya Jalan penelitian hanya satu perusahaan yang

© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP


81
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):76-84,2011, ISSN : 1829-8907

mempunyai SIPD (Surat Izin Pertambangan dan menjaga keseimbangan material yang
Daerah) atas nama CV Mitra Karya sedangkan terambil di bagian hulu sampai hilir agar tidak
yang lainnya adalah penambangan dengan merusak ekosistem Gunung Merapi
tanpa disertai perizinan
Permasalahan mendasar dalam KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
pengaturan regulasi penambangan pasir dilihat Kesimpulan yang diperoleh dari
dari sisi pemegang kebijakan yaitu pemerintah penelitian Kajian Dampak Lingkungan Akibat
dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu Kegiatan Penambangan Pasir Di Desa Keningar
sisi internal pemerintah daerah itu sendiri Daerah Kawasan Gunung Merapi Kabupaten
serta sisi eksternal pemerintah daerah. Magelang adalah sebagai berikut
Permasalahan internal yang terjadi 1. Berdasarkan Rumus USLE dapat diperoleh
diantaranya adalah antar kelembagaan dugaan erosi yang terjadi pada lokasi
pemerintah kurang koordinasi, aparatur
penambangan pasir Desa keningar
pemerintah kurang profesional, anggaran
operasional terbatas dan sarana dan prasarana Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
operasional yang terbatas. Permasalahan adalah Total dugaan erosi yang terjadi =
internal tersebut berakibat kurang optimalnya 7830401,90 + 935674,09 = 8766076 ton/
pemerintah dalam melaksanakan tugas pokok tahun. Tingkat Bahaya Erosi berdasarkan
dan fungsinya menerapkan peraturan yang Keputusan Ditjen Reboisasi Dan
berlaku. Rehabilitasi Departemen Kehutanan
Permasalahan eksternal berasal dari luar
No.041/Kpts/V/1998 adalah moderat dan
lingkup pemerintah daerah, misalnya
permasalahan yang berasal dari masyarakat, ringan Faktor penyebab tingginya tingkat
penambang, pengusaha serta organisasi atau bahaya erosi adalah karena penambangan
lembaga swadaya masyarakat. Permasalahan pasir yang tidak megindahkan konservasi
eksternal ini dapat menjadi tantangan bagi tanah dan lahan serta faktor geografis dan
pemerintah dalam pengelolaan penambangan geologis daerah penelitian.
pasir, diantaranya adalah kesadaran
2. Kegiatan penambangan pasir di Desa
masyarakat yang kurang terhadap lingkungan
hidup, tuntutan menghadapi kehidupan dari Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten
masyarakat, kurangnya penelitian sebagai Magelang menimbulkan dampak terhadap
sumber informasi dalam mengambil kebijakan lingkungan yaitu dampak fisik dan dampak
pemerintah dan kritikan dari lembaga swadaya sosial ekonomi. Dampak fisik lingkungan
masyarakat yang pada umumnya kurang yaitu adanya tebing-tebing bukit yang
respek terhadap usaha pertambangan. Oleh rawan longsor, kurangnya debit air
karena itu kontrol secara terus menerus dari
permukaan/ mataair, rusaknya
pemerintah terhadap setiap kegiatan
penambangan pasir dan batu perlu jalan.polusi udara. Dampak sosial ekonomi
diupayakan. Kegiatan sosialisasi peraturan penyerapan tenaga kerja karena sebagian
perundang-undangan disertai pengawasan dan masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja
pengendalian bersama antar berbagai pihak di penambangan pasir, adanya pemasukan
yang terkait diharapkan dapat terpadu dan bagi pemilik tanah yang dijual atau
berkelanjutan disewakan untuk diambil pasirnya dengan
Strategi pengaturan kebijakan pemerintah
harga tinggi, banyaknya pendatang yang
terhadap penambangan pasir yang utama
adalah penerapan peraturan perundang- ikut menambang sehingga dapat
undangan yang berlaku secara konsekuen dan menimbulkan konflik. adanya ketakutan
memberdayakan masyarakat. Tugas pokok dan sebagian masyarakat karena
fungsi lembaga teknis yang bertanggung jawab penambangan pasir yang berpotensi
dalam hal pertambangan dilaksanakan secara longsor sehingga sewaktu-waktu bisa
profesional, transparan dan akuntabel. Pada
mengenai lahan dan pemukiman mereka,
prinsipnya pengaturan kebijakan pemerintah
dalam penambangan pasir adalah apalagi bila turun hujan.
mengupayakan suatu sistem pengelolaan 3. Model perencanaan pengelolaan
penambangan yang berwawasan lingkungan lingkungan di lokasi penambangan pasir

© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP


82
Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, Agus Hadiyarto 2011. KAJIAN DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN PASIR DI DESA
KENINGAR DAERAH KAWASAN GUNUNG MERAPI, . Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol 9 (2): 76-84.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan

Desa Keningar Kecamatan Dukun tindakan pengendalian erosi sehingga


Kabupaten Magelang disusun berdasarkan kerusakan lingkungan yang terjadi tidak
metode tujuh langkah perencanaan semakin meluas dan parah
dengan tujuan untuk mengatasi persoalan 5. Penggantian iuran reklamasi dalam bentuk
yang ada Berdasarkan analisis SWOT jaminan reklamasi untuk penambang
maka diperoleh lima alternatif kebijakan. besar sehingga mereka mempunyai rasa
Selanjutnya diambil keputusan dengan tanggung jawab untuk melaksanakan
prinsip pengembangan masyarakat penataan lahan pasca penambangan.
bersifat partisipatif dan koloboratif, 6. Pemberdayaan ekonomi masyarakat
transparansi dalam operasional berdasarkan potensi lokal, sehingga
pelaksanaan kebijakan dan peraturan ketergantungan terhadap sumber bahan
perundang-undangan, akuntabilitas dalam tambang menjadi berkurang
peraturan penambangan bagi semua
stakeholders, pengembangan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
merupakan bagian dari responsibilitas.
Langkah-langkah pelaksanaan pengelolaan As’ad, 2005., Pengelolaan Lingkungan pada
penambangan pasir yang berwawasan Penambangan Rakyat (Studi Kasus
lingkungan secara garis besar dapat dibagi Penambangan Intan Rakyat di Kecamatan
menjadi beberapa kegiatan yaitu Cempaka Kota Banjarbaru Propinsi
penentuan lokasi penambangan pasir, Kalimantan Selatan)Tesis MIL UNDIP.
reklamasi/ rehabilitasi lahan pasca Asdak,C, 2004., Hidrologi dan Pegelolaan Daerah
Aliran Sungai , Gadjah Mada University
penambangan, pengendalian erosi. Tujuan
Press, Yogyakarta
akhir dari penambangan adalah mengatasi Arsyad, S (1989)., Konservasi Tanah dan Air , IPB
kerusakan lingkungan yang ada, Bogor
mengendalikan laju erosi serta Fitri Almaida, Boniska., 2008 Kajian Dampak
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lingkungan Kegiatan Penambangan Bahan
Galian Golongann C (Studi Kasus daerah
Rekomendasi Sendangmulyo) Tesis MIL UNDIP
Dari kesimpulan di atas perlu Boothroyd, Peter, Looking Up at The Regional:
dikemukakan beberapa saran yang berkaitan Regional Issues from a Community
dengan hasil penelitian ini, yaitu: Development Perspective. Vancouver,
1. Membentuk lembaga khusus yang Canada : UBC school of Planning, 1991
menangani pengelolaan kegiatan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang.,
penambangan di Desa Keningar kawasan 2007, Status Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Magelang 2007, Pemerintah
Gunung Merapi.
Kabupaten Magelang.
2. Pemerintah Kabupaten Magelang perlu CV Mitra Karya., 2005 Dokumen UKL dan UPL
meningkatkan koordinasi antar anggota Penambangan Bahan Galian Golongan C
tim penataan dan penindakan pelanggaran Desa Keningar Kecamatan Dukun Di
penambangan sehingga pengawasan lebih Kabupaten Magelang
efektif. Hadi. S.P ., 2006, Resolusi Konflik Lingkungan,
3. Penyusunan zonasi pertambangan yang Badan penerbit UniversitasDiponegoro,
Semarang.
memuat lokasi-lokasi yang dicadangkan
Hardiyatmo,H.C.,2006, Penanganan Tanah
dicadangkan untuk penambangan Longsor dan Erosi, Edisi Pertama , Gajah
berdasarkan keberadaan deposit bahan Mada University Press, Yogyakarta.
tambang dan pertimbangan ekologis Mantra.Ida Bagus 2004, Demografi Umum, Edisi
4. Dugaan adanya laju erosi yang tinggi di 3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
lokasi penambangan pasir desa Keningar Nur Dyahwanti, Inarni., 2007, , Kajian Dampak
harus diperhatikan dan segera dilakukan Kerusakan Lingkungan Akibat

© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP


83
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):76-84,2011, ISSN : 1829-8907

Penambangan Pasir Di Daerah Gunung Sudjarwo , 2001., Metodologi Penelitian Sosial ,


Sumbing (Studi Kasus Di Desa Kwadungan Mandar Maju, Bandung
Gunung Kecamatan Kledung Kabupaten Sutikno, Widiyanto., 2004 Potensi Sumberdaya
Temanggung Tesis MIL UNDIP Alam Gunung Merapi dan Pengelolaannya
Ismail., 2007, Analisis Implementasi Kebijakan Untuk Mendukung Kehidupan Masyarakat
Pertambangan Bahan Galian Golongan C Di Sekitar, Laporan Hasil Penelitian Hibah
Kawasan Gunung Merapi Kabupaten Bersaing X/3 Lembaga Penelitian
Magelang,Tesis MIL UNDIP Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Lahar Flood Control Project of Mt Merapi., 2001, Sumaatmadja, N., 1988 Studi Geografi : Suatu
Study on Supported Infrastructure Pendekatan dan Analisa Keruangan,
Development for Sand Mining Management Alumni Bandung
in Mt Merapi Soemarwoto., Otto., 2003, Analisis Mengenai
Directorate General of Water Resources. Dampak Lingkungan, Gadjah Mada
Ministry of Settlements and Regional University Press, Yogyakarta
Infrastructure. Republic Indonesia Suripin., 2002., Pelestarian Sumber daya Tanah
Magister Ilmu Lingkungan UNDIP.,2006 Buku dan Air, Andi Offset Yogyakarta.
Petunjuk Penulisan Tesis Mahasiswa Yakin,Addinul., 2004, Ekonomi Sumberdaya dan
Moleong. LJ., 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Lingkungan, Akademika Presindo,Jakarta
Edisi 16, Remaja Rosdakarya, Bandung
Morgan, R.P.C., 1988 Soil Erosion and
Conservation, Longman Group, Hongkong
Nomor 27 Tahun 1980., Peraturan Pemerintah
Tentang Penggolongan Bahan Galian
Nomor 23 Tahun 2001., Peraturan Daerah
Kabupaten Magelang tentang Izin Usaha
Pertambangan.
Nomor 1 Tahun 2008., Peraturan Daerah
Kabupaten Magelang Tentang Usaha
Pertambangan,
Nomor 8 Tahun 2006, Peraturan Bupati
Magelang tentang Pembatasan Waktu
Operasional Penambangan Bahan Galian
Golongan C di Kabupaten Magelang,
Nomor 8 Tahun 2006 .,Peraturan Bupati
Magelang tentang Pembatasan Daya
Angkut ( Tonase) Muatan Truk
Angkutan Bahan Galian Golongan C di ruas
Jalan Muntilan- Talun Kabupaten Magelang
P4N UGM., Proyek Penataan dan Pengaturan
Usaha Pertambangan Kawasan Gunung
Merapi TA 2000, Laporan Akhir.
Universitas Gajah Mada Yogyakarta
Rahim, F., 1995, Sistem dan Alat Tambang,
Akademi Teknik Pertambangan Nasional
Banjarbaru.
Salim, A., 2006. Teori dan Paradigma Penelitian
Sosial, Tiara Wacana, Yogyakarta
Singarimbun, M., 1982, Metode Penelitian Survei,
LP3ES, Jakarta.
Sudibyo,J., 2002, Menuju Kegiatan Pengelolaan
Pertambangan Bahan Galian Golongan C
Berwawasan Lingkungan di Kawasan
Gunung Merapi, Kabupaten Magelang,
Tesis, ITB Bandung

© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP


84

Anda mungkin juga menyukai