Beban Gempa Pada Gedung Analisis Statik Ekivalen
Beban Gempa Pada Gedung Analisis Statik Ekivalen
Pendahuluan
Dengan adanya standar gempa Indonesia yang baru yaitu Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-2002), hal ini menekankan tidak
berlakunya lagi standar gempa yang lama yaitu SNI 03-1726-1989. Hal ini penting
karena menurut standar yang baru ini, Gempa Rencana untuk perhitungan beban gempa
pada struktur bangunan gedung, mempunyai periode ulang 500 tahun, sedangkan menurut
standar yang lama periode ulang tersebut hanya 200 tahun. Seperti diketahui,
semakin panjang periode ulang suatu gempa, akan semakin besar juga pengaruh gempa
tersebut pada struktur bangunan. Di samping itu, di dalam standar yang baru ini
diberikan juga definisi baru mengenai jenis tanah yang berbeda dengan yang
tercantum dalam standar yang lama. Dengan demikian, jelas standar yang lama tidak
dapat dipakai lagi untuk perencanaan. Meskipun demikian, struktur bangunan gedung
yang sudah ada yang ketahanan gempanya telah direncanakan berdasarkan standar lama,
ketahanan tersebut pada umumnya masih cukup memadai. Untuk hal ini dapat
dikemukakan beberapa alasan. Pertama, faktor reduksi gempa R menurut standar lama
adalah relatif lebih kecil dari pada menurut standar yang baru. Misalnya untuk
struktur yang direncanakan bersifat daktail penuh, menurut standar lama besarnya
faktor reduksi gempa R = 6, sedangkan menurut standar yang baru R = 8,5, sehingga
untuk periode ulang gempa yang berbeda beban gempa yang harus diperhitungkan
menurut standar lama dan standar baru saling mendekati. Kedua, dengan definisi
jenis tanah yang baru. Banyak jenis tanah yang menurut standar lama termasuk jenis
tanah lunak, menurut standar baru termasuk jenis tanah sedang, sehingga beban gempa
yang perlu diperhitungkan lebih saling mendekati lagi. Ketiga, bangunan gedung yang
sudah ada telah menjalani sebagian dari umur rencananya, sehingga dengan risiko
yang sama terjadinya keruntuhan struktur bangunan gedung dalam sisa umur
rencananya, beban gempa yang harus diperhitungkan menjadi relatif lebih rendah dari
pada menurut standar yang baru untuk bangunan gedung baru. Meskipun menggunakan
periode ulang gempa yang berbeda, tetapi baik standar gempa yang lama maupun
standar gempa yang baru menggunakan falsafah perencanaan ketahanan gempa yang sama,
yaitu bahwa akibat gempa yang kuat, struktur bangunan dapat mengalami kerusakan
yang berat tetapi tidak diperkenankan untuk runtuh, hal ini dapat mencegah jatuhnya
korban manusia. Sedangkan akibat gempa ringan sampai gempa sedang,
1
kenyamanan penghunian tetap terjamin, kerusakan yang terjadi masih dapat diperbaiki
dan pelayanan dari fungsi bangunan tetap dapat berjalan. Untuk memberikan gambaran
mengenai standar gempa yang baru, di bawah ini diberikan contoh perhitungan beban
gempa pada bangunan gedung dengan menggunakan Metode Analisis Statik Ekivalen.
Prosedur perhitungan mengacu pada buku standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-17262002) atau sering disebut SNI Gempa 2002.
5m
5m
5m
X 5m 5m 5m 5m
2
Lantai 5 3,6m
30/45
Lantai 4
Lantai 3
45/45
3,6m
30/45 45/45
Lantai 2
30/45
3,6m
Lantai 1
5m
5m
5m
5m
3,6m
5m
5m Portal arah-Y :
5m
Portal arah-X :
Ketebalan pelat atap (lantai 5) dari bangunan 10 cm, dan tebal pelat lantai 1
sampai dengan adalah 12 cm. Ukuran seluruh balok yang digunakan adalah 30/45 cm,
dan ukuran seluruh kolom struktur adalah 45/45 cm (tipikal). Tinggi antar tingkat
dari bangunan 3,6 m, di sekeliling dinding luar dari bangunan, terdapat pasangan
tembok batu bata. Beban hidup yang bekerja pada pelat atap diperhitungkan sebesar
100 kg/m , dan pada pelat lantai sebesar 250 kg/m . Berat jenis beton 2400 kg/m dan
modulus elastisitas beton E = 200000 kg/cm . Karena bangunan gedung termasuk
bangunan bertingkat rendah (low rise building), dan terletak pada wilayah kegempaan
ringan (terletak di Wilayah Gempa 2 pada peta kegempaan Indonesia), maka sistem
struktur akan direncanakan menggunakan portal beton bertulang yang bersifat elastis
(tidak daktail/SRPMB). Pengaruh beban gempa pada bangunan gedung dapat dianalisis
dengan menggunakan metode analisis statik atau analisis dinamik. Untuk bangunan
gedung dengan bentuk yang beraturan, pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa
Rencana dapat dianggap sebagai beban-beban gempa nominal statik ekivalen yang
bekerja pada pusat massa lantailantai tingkat. Pengaruh beban-beban gempa nominal
statik ekivalen pada bangunan gedung dapat dianalisis dengan Metoda Analisis Statik
Ekivalen.
2 3 2 2
3
Struktur bangunan gedung dengan bentuk yang beraturan pada umumnya simetris dalam
denah, dengan sistem struktur yang terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban
lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu utama
ortogonal denah tersebut. Apabila untuk analisis 3D sumbu-sumbu koordinat diambil
sejajar dengan arah sumbu-sumbu utama denah struktur, kemudian dilakukan analisis
getaran bebas, maka pada struktur bangunan gedung beraturan gerak ragam pertamanya
akan dominan dalam translasi pada arah salah satu sumbu utamanya, sedangkan gerakan
ragam keduanya akan dominan dalam translasi pada arah sumbu utama lainnya. Dengan
demikian, struktur 3D dari bangunan gedung dengan bentuk yang beraturan akan
berperilaku sebagai struktur 2D pada masing-masing arah sumbu utamanya. Berhubung
struktur bangunan gedung dengan bentuk beraturan pada arah masingmasing sumbu
utamanya berperilaku sebagai struktur 2D, maka waktu getar alami fundamentalnya
pada arah masing-masing sumbu utamanya dapat dihitung dengan rumus Rayleigh yang
berlaku untuk struktur 2D. Rumus Rayleigh diturunkan dari hukum kekekalan energi
pada suatu struktur 2D yang melendut pada saat bergetar. Dengan menyamakan energi
potensial struktur dengan energi kinetiknya, akan didapatkan waktu getar alami dari
struktur. Berdasarkan SNI Gempa 2002, struktur bangunan gedung beraturan harus
memenuhi beberapa persyaratan sbb. : Tinggi struktur gedung diukur dari taraf
penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat atau 40 m. Denah struktur gedung
adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun mempunyai tonjolan, panjang
tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari ukuran terbesar denah struktur gedung
pada arah tonjolan tersebut Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut
dan kalaupun mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tidak lebih dari 15% dari
ukuran terbesar denah struktur gedung pada arah sisi coakan tersebut Sistem
struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan kalaupun mempunyai
loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur bagian gedung yang menjulang pada
masing-masing arah, tidak kurang dari 75% dari ukuran terbesar denah struktur
bagian gedung sebelah bawahnya. Dalam hal ini, struktur rumah atap yang tingginya
tidak lebih dari 2 tingkat tidak perlu dianggap menyebabkan adanya loncatan bidang
muka. Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa adanya
tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak suatu tingkat, dimana kekuatan
lateralnya
Teknik Sipil UNDIP - Kuliah Rekayasa Gempa
4
adalah kurang dari 70% kekuatan lateral tingkat di atasnya atau kurang dari 80%
kekuatan lateral rata-rata 3 tingkat diatasnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan
kekakuan lateral suatu tingkat adalah gaya geser yang bila bekerja di tingkat itu
menyebabkan satu satuan simpangan antar tingkat. Sistem struktur gedung memiliki
berat lantai tingkat yang beraturan, artinya setiap lantai tingkat memiliki berat
yang tidak lebih dari 150% dari berat lantai tingkat di atasnya atau dibawahnya.
Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan beban
lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila perpindahan
tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah perpindahan tersebut.
Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang atau
bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai
tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi 20%
dari jumlah lantai tingkat seluruhnya. Dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan di
atas dan berdasarkan denah serta konfigurasi bangunan yang ada, gedung perkantoran
yang akan dianalisis merupakan struktur bangunan gedung dengan bentuk yang
beraturan. Dengan demikian, pengaruh gempa pada bangunan ini dapat ditinjau sebagai
pengaruh beban gempa statik ekivalen, dan analisisnya dapat dilakukan dengan metode
analisis statik. Apabila struktur bangunan gedung tidak memenuhi ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan di atas, maka struktur tersebut termasuk struktur
bangunan gedung dengan bentuk tidak beraturan. Untuk struktur bangunan gedung
dengan bentuk tidak beraturan, pengaruh gempa harus dianalisis secara dinamik.
Analisis dinamik struktur terhadap pengaruh gempa dapat dilakukan dengan Metode
Analisis Ragam, dimana pada metode ini respons terhadap gempa dinamik merupakan
superposisi dari respons dinamik sejumlah ragamnya yang berpartisipasi. Analisis
respon dinamik dari struktur dapat dilakukan dengan menggunakan software SAP2000.
Dari hasil penyelidikan tanah, susunan lapisan tanah di bawah bangunan gedung
terdiri dari 4 lapisan, dengan karakteristik tanah, seperti pada Gambar 3. Kondisi
jenis tanah dapat ditentukan dengan menghitung nilai rata-rata berbobot kekuatan
geser tanah ( S u) dari lapisan tanah yang terdapat di bawah bangunan.
5
γ1 = 1,76 t/m3
o
Keterangan :
2
h1 =4m
γ2 = 1,80 t/m3
o
h2 =3m
γ3 = 1,80 t/m3
o
Ø3= 25 c3=0,15kg/cm
h3 =4m
γ4 = 1,60 t/m3
o
h4 =3m
= 249720 kg
(dalam detik)
Pada rumus di atas, H adalah tinggi bangunan (dalam meter). Untuk H = 5.(3,6) =
18m, periode getar dari bangunan adalah TEX = TEY = 0,06.(18)
0,75
7
struktur yang didapat dari rumus empiris ini perlu diperiksa terhadap waktu getar
sebenarnya dari struktur yang dihitung dengan rumus Rayleigh. 3. Faktor Keutamaan
Struktur ( I ) Menurut SNI Gempa 2002, pengaruh Gempa Rencana harus dikalikan
dengan suatu Faktor Keutamaan ( I ) menurut persamaan : I = I1.I2 Dimana I1 adalah
Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa berkaitan dengan
penyesuaian probabilitas terjadinya gempa selama umur rencana dari gedung.
Sedangkan I2 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan umur rencana dari gedung
tersebut. Faktor-faktor Keutamaan I1, I2 dan I ditetapkan menurut Tabel 1. Besarnya
beban Gempa Rencana yang direncanakan untuk berbagai kategori bangunan gedung,
tergantung pada probabilitas terjadinya keruntuhan struktur bangunan selama umur
rencana yang diharapkan. Karena gedung perkantoran merupakan bangunan yang memiliki
fungsi biasa, serta dengan asumsi probabilitas terjadinya gempa tersebut selama
kurun waktu umur gedung adalah 10%, maka berlaku I1 = 1,0. Gedung-gedung dengan
jumlah tingkat sampai 10, karena berbagai alasan dan tujuan pada umumnya mempunyai
umur kurang dari 50 tahun, sehingga I2 < 1 karena periode ulang gempa tersebut
adalah kurang dari 500 tahun. Gedung-gedung dengan jumlah tingkat lebih dari 30,
monumen dan bangunan monumental, mempunyai masa layan yang panjang, bahkan harus
dilestarikan untuk generasi yang akan datang, sehingga I2 > 1 karena periode ulang
gempa tersebut adalah lebih dari 500 tahun. Pada contoh ini, bangunan perkantoran
direncanakan mempunyai umur rencana 50 tahun, dengan demikian I2 = 1. Untuk
bangunan gedung perkantoran dari Tabel 1 didapatkan harga Faktor Keutamaan I = 1.
8
Tabel 1. Faktor Keutamaan untuk berbagai kategori gedung dan bangunan Kategori
gedung Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan perkantoran. Monumen
dan bangunan monumental Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi
air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat,
fasilitas radio dan televise Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas,
produk minyak bumi, asam, bahan beracun. Cerobong, tangki di atas menara Faktor
Keutamaan I I1 I2 1,0 1,0 1,4 1,0 1,6 1,0 1,0 1,6 1,4
1,6 1.5
1,0 1,0
1,6 1,5
Vn =
Ve R
R disebut Faktor Reduksi Gempa yang besarnya dapat ditentukan menurut persamaan :
1,6 ≤ R = µ f1 ≤ Rm Pada persamaan di atas, f1 adalah Faktor Kuat Lebih Beban dan
Bahan yang terkandung di dalam sistem struktur, dan µ (mu) adalah Faktor Daktilitas
Struktur bangunan gedung. Faktor Daktilitas Struktur adalah perbandingan/rasio
antara simpangan maksimum dari struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana pada
saat mencapai kondisinya di ambang keruntuhan, dengan simpangan struktur gedung
pada saat terjadinya pelelehan yang pertama pada elemen struktur. Rm adalah Faktor
Reduksi Gempa yang maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem struktur yang
bersangkutan. Pada Tabel 2 dicantumkan nilai R untuk berbagai nilai µ yang
bersangkutan, dengan ketentuan bahwa nilai µ dan R tidak dapat melampaui nilai
maksimumnya.
9
Tabel 2. Parameter Daktilitas Struktur Gedung Taraf kinerja struktur gedung Elastis
penuh µ 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,3 R 1,6 2,4 3,2 4,0 4,8 5,6 6,4 7,2
8,0 8,5
Daktail parsial
Daktail penuh
10
Tabel 3. Faktor Daktilitas Maksimum (µm), Faktor Reduksi Gempa Maksimum (Rm),
Faktor Tahanan Lebih Struktur (f1) beberapa jenis sistem/subsistem struktur gedung
Sistem dan subsistem struktur gedung 1. Sistem dinding penumpu (Sistem struktur
yang tidak memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Dinding
penumpu atau sistem bresing memikul hampir semua beban gravitasi. Beban lateral
dipikul dinding geser atau bresing) 2. Sistem rangka gedung (Sistem struktur yang
pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban
lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing)
Uraian sistem pemikul beban gempa 1. Dinding geser beton bertulang 2. Dinding
penumpu dengan rangka baja ringan dan bresing tarik 3. Rangka bresing di mana
bresingnya memikul beban gravitasi a. Baja b. Beton bertulang (tidak untuk Wilayah
5 & 6) 1. Rangka bresing eksentris baja (RBE) 2. Dinding geser beton bertulang 3.
Rangka bresing biasa a. Baja b. Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 4.
Rangka bresing konsentrik khusus a. Baja 5. Dinding geser beton bertulang berangkai
daktail 6. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail penuh 7. Dinding geser
beton bertulang kantilever daktail parsial 1. Rangka pemikul momen khusus (SRPMK)
a. Baja b. Beton bertulang 2. Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) 3. Rangka
pemikul momen biasa (SRPMB) a. Baja b. Beton bertulang 4. Rangka batang baja
pemikul momen khusus (SRBPMK) 1. Dinding geser a. Beton bertulang dengan SRPMK
beton bertulang b. Beton bertulang dengan SRPMB saja c. Beton bertulang dengan
SRPMM beton bertulang 2. RBE baja a. Dengan SRPMK baja b. Dengan SRPMB baja 3.
Rangka bresing biasa a. Baja dengan SRPMK baja b. Baja dengan SRPMB baja c. Beton
bertulang dengan SRPMK beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) d. Beton
bertulang dengan SRPMM
µm
2,7 1,8
Rm
4,5 2,8
f1
2,8 2,2
2,8 1,8 4,3 3,3 3,6 3,6 4,1 4,0 3,6 3,3
4,4 2,8 7,0 5,5 5,6 5,6 6,4 6,5 6,0 5,5
2,2 2,2 2,8 2,8 2,2 2,2 2,2 2,8 2,8 2,8
3. Sistem rangka pemikul momen (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka
ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul
momen terutama melalui mekanisme lentur)
4. Sistem ganda terdiri dari : 1) rangka ruang yang memikul seluruh beban
gravitasi; 2) pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan
rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu
memikul sekurangkurangnya 25% dari seluruh beban lateral; 3) kedua sistem harus
direncanakan untuk memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral dengan
memperhatikan interaksi/sistem ganda)
11
beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 4. Rangka bresing konsentrik khusus a.
Baja dengan SRPMK baja b. Baja dengan SRPMB baja 5. Sistem struktur gedung kolom
kantilever (Sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban
lateral) 6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka 7. Subsistem tunggal
(Subsistem struktur bidang yang membentuk struktur gedung secara keseluruhan)
Sistem struktur kolom kantilever Beton bertulang biasa (tidak untuk Wilayah 3, 4, 5
& 6) 1. Rangka terbuka baja 2. Rangka terbuka beton bertulang 3. Rangka terbuka
beton bertulang dengan balok beton pratekan (bergantung pada indeks baja total) 4.
Dinding geser beton bertulang berangkai daktail penuh 5. Dinding geser beton
bertulang kantilever daktail parsial
2,8 2,8 2
5. Jenis Tanah Dasar Menurut SNI Gempa 2002, jenis tanah ditetapkan sebagai Tanah
Keras, Tanah Sedang dan Tanah Lunak, apabila untuk lapisan setebal maksimum 30 m
paling atas dipenuhi syaratsyarat yang tercantum dalam Tabel 4, sebagai berikut :
Tabel 4. Jenis-Jenis Tanah Kecepatan rambat gelombang geser rata-rata Vr (m/det) Vr
≥ 350 175 ≤ Vr < 350 Vr < 175 Tanah Lunak Tanah Khusus Nilai hasil Test Penetrasi
Standar rata-rata Nr Nr ≥ 50 15 ≤ Nr < 50 Nr < 15 Kuat geser rata-rata Sr (kPa) Sr
≥ 100 50 ≤ Sr < 100 Sr < 50
Atau, setiap profil dengan tanah lunak yang tebal total lebih dari 3 m dengan PI >
20, wn ≥ 40% dan Sn < 25 kPa Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi
Dalam Tabel 4, Sr, Nr, dan Sr adalah nilai rata-rata berbobot besaran tersebut
dengan tebal lapisan tanah sebagai besaran pembobotnya. PI adalah Indeks
Plastisitas tanah lempung. wn adalah kadar air alami tanah, dan Sn adalah kuat
geser lapisan tanah yang ditinjau. Untuk data tanah seperti pada Gambar 3, besarnya
kekuatan geser tanah untuk setiap lapisan, dapat dihitung dengan rumus shear
strenght of soil : s = c + γ h tan Ø
12
13
Untuk Wilayah Gempa 2 dan jenis tanah di bawah bangunan merupakan tanah lunak, maka
untuk waktu getar TEX = TEY = 0,524 detik, dari Diagram Spektrum Respon Gempa
Rencana didapatkan harga C = 0,50.
7. Beban Geser Dasar Nominal Akibat Gempa Beban geser dasar ( base shear ) nominal
horisontal akibat gempa yang bekerja pada struktur bangunan gedung, dapat
ditentukan dari rumus : V =
CI Wt R
Dengan menggunakan rumus di atas, didapatkan beban geser dasar dalam arah-X (VX)
dan arah-Y (VY) adalah : VX = VY = (0,50 x 1 x 1285104)/(3) = 214184 kg Beban Geser
Dasar Nominal (V) harus didistribusikan di sepanjang tinggi struktur bangunan
gedung menjadi beban-beban gempa statik ekivalen yang bekerja pada pusat massa
lantailantai tingkat.. Besarnya beban statik ekivalen Fi pada lantai tingkat ke-i
dari bangunan dihitung dengan rumus : Fi = Wi z i V n ∑ Wi z i i =1
Dimana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai
(direduksi), zi adalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan
lateral struktur bangunan, dan n adalah nomor lantai tingkat paling atas. Jika
perbandingan antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1.V harus dianggap sebagai
beban horisontal terpusat yang bekerja pada pusat massa lantai tingkat paling atas,
sedangkan 0,9.V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi
beban-beban gempa nominal statik ekuivalen. Pada arah-X, lebar dari bangunan adalah
B = 20 m, dan tinggi dari bangunan H = 18 m. Karena perbandingan antara tinggi dan
lebar dari bangunan : H/B = 18/20 = 0,9 < 3, maka
14
seluruh beban gempa VX = 214184 kg distribusikan menjadi beban-beban terpusat yang
bekerja di setiap lantai tingkat di sepanjang tinggi bangunan. Pada arah-Y, lebar
dari bangunan : B = 15 m, dan tinggi dari bangunan : H = 18 m. Karena perbandingan
antara tinggi dan lebar bangunan : H/B = 18/15 = 1,2 < 3, maka seluruh beban gempa
VY = 214184 kg didistribusikan menjadi beban-beban terpusat yang bekerja di setiap
lantai di sepanjang tinggi bangunan. Distribusi beban gempa di setiap lantai dari
bangunan gedung pada arah-X dan arah-Y, tergantung dari banyaknya struktur portal
yang ada. Dari denah struktur bangunan, dapat dilihat bahwa pada arah-X terdapat 4
buah portal, dan pada arah-Y terdapat 5 buah portal. Pada tabel distribusi beban
gempa, Fix adalah distribusi gaya beban pada portal arah-X, dan Fiy adalah
distribusi beban gempa pada portal arah-Y. Tabel 5. Distribusi Beban Gempa
Disepanjang Tinggi Bangunan Untuk tiap portal Arah X 1/4 Fix (ton) 5 4 3 2 1 18
14,40 10,8 7,2 3,6 196,22 272,22 272,22 272,22 272,22 3532 3920 2940 1960 980 13332
56,74 62,97 47,33 31,49 15,74 214,184 14,19 15,74 11,83 7,87 3,94 Untuk tiap portal
Arah Y 1/5 Fiy (ton) 11,35 12,59 9,47 6,30 3,15
Lantai
zi (m)
Wi (ton)
Wi.zi
Distribusi beban nominal statik ekivalen pada portal arah X dan arah Y,
diperlihatkan pada Gambar 5 dan Gambar 6. Beban-beban gempa yang didapat dari hasil
perhitungan pada Tabel 5, selanjutnya digunakan untuk menghitung waktu getar dari
struktur. 8. Simpangan Horisontal Struktur Akibat beban gempa yang bekerja
disepanjang tinggi bangunan, maka struktur akan mengalami simpangan kearah
horisontal. Besarnya simpangan horisontal perlu dihitung untuk menentukan waktu
getar alami sebenarnya dari struktur. Besarnya simpangan horisontal dari struktur
untuk portal arah-X dan portal arah-Y dapat dihitung dengan bantuan komputer. Dari
hasil analisis struktur dengan SAP2000 untuk portal arah-X dan portal arah-Y,
didapatkan simpangan horisontal dari struktur seperti pada Gambar 7 dan Gambar 8.
15
14,19 t
15,74 t
11,83 t
7,87 t
3,93 t
11,35 t
12,59 t
9,47 t
6,30 t
3,51 t
16
F5x
d5x=6,94cm
F4x
d4x=6,24cm
F3x
d3x=4,97cm
F2x
d2x=3,23cm
F1x
d1x=1,29cm
F5y
d5y=7,29cm
F4y
d4y=6,54cm
F3y
d3y=5,21cm
F2y
d2y=3,38cm
F1y
d1y=1,35cm
17
9. Pemeriksaan Waktu Getar Struktur Setelah distribusi beban gempa pada bangunan
gedung diketahui, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap waktu getar sebenarnya
dari struktur dengan menggunakan Rumus Rayleigh. Waktu getar sebenarnya untuk
setiap arah dari bangunan, dihitung berdasarkan besarnya simpangan horisontal yang
terjadi pada struktur bangunan akibat gaya gempa horisontal. Waktu getar alami T
dari struktur gedung beraturan dalam arah masing-masing sumbu utama dapat
ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut : n
∑ Wi d i 2
TR = 2.П i =1 n g ∑ Fi d i i =1 Dimana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i,
termasuk beban hidup yang sesuai (direduksi), zi adalah ketinggian lantai tingkat
ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, Fi adalah beban gempa statik ekuivalen
pada lantai tingkat ke-i, di adalah simpangan horisontal lantai tingkat ke-i
dinyatakan dalam mm, g adalah percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 980
cm/det ., dan n adalah nomor lantai tingkat paling atas. Waktu getar alami struktur
T yang dihitung dengan rumus empiris (TE) untuk penentuan Faktor Respons Gempa C,
nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai waktu getar alami dari
struktur yang dihitung dengan rumus Rayleigh (TR). Jika antara nilai TE dan TR
berbeda lebih dari 20%, maka perlu dilakukan perhitungan ulang. Untuk bangunan
gedung lima lantai, waktu getar alami dari struktur (TR) dihitung dengan rumus
Rayleigh sebagai berikut : W1.d1 + W2.d2 + W3.d3 + W4.d4 + W5.d5 TR = 6,3 g. (F1.d1
+ F2.d2 + F3.d3 + F4.d4 + F5. d5) dimana : W1 s/d W5 = Berat lantai 1 s/d lantai 5
dari bangunan gedung d1 s/d d5 = Simpangan pada lantai 1 s/d 5 akibat beban gempa
horisontal F
2 2 2 2 2 2
0,5
18
F1 s/d F5 = Beban gempa horizontal yang bekerja pada lantai 1 s/d lantai 5 g =
Percepatan gravitasi = 980 cm/dt
2
Perhitungan waktu getar alami dari struktur (TR) untuk portal arah-X dan portal
arah-Y ditabelkan pada Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6. Perhitungan waktu getar alami
struktur arah-X Lantai 5 4 3 2 1 Wi (ton) 196,22 272,22 272,22 272,22 272,22 di
(cm) 6,94 6,24 4,97 3,23 1,29 di 48,16 38,94 24,70 10,43 1,66
2
0,5
= 1,03 detik
0,5
= 1,06 detik
Dari hasill perhitungan waktu getar alami dengan Rumus Rayleigh didapatkan TRX =
1,03 detik dan TRY = 1,06 detik. Karena harga TRX dan TRY yang didapat dari Rumus
Rayleigh mempunyai perbedaan yang lebih dari 20% dibandingkan dengan waktu getar
struktur yang dihitung dengan rumus empiris (TE = 0,524 detik). Untuk itu perlu
dilakukan perhitungan ulang untuk penentuan distribusi beban gempa pada struktur
bangunan dengan menggunakan waktu getar yang didapat dari Rumus Rayleigh.
Teknik Sipil UNDIP - Kuliah Rekayasa Gempa
19
Untuk Wilayah Gempa 2 dan jenis tanah di bawah bangunan merupakan tanah lunak, maka
untuk waktu getar TRX = 1,03 detik dan TRY = 1,06 detik, Diagram Spektrum Respon
Gempa Rencana didapatkan harga CX = 0,50/1,03 = 0,48 dan harga CY = 0,50/1,06 =
0,47. Karena nilai CX = 0,48 hampir sama dengan nilai CY = 0,47, maka untuk
perhitungan praktis, digunakan nilai C = 0,48 untuk perhitungan beban geser dasar
dalam arah-X (VX) dan arah-Y (VY). Beban geser dasar dalam arah-X dan arah-Y
dihitung sbb. : VX = VY = (0,48 x 1 x 1285104)/(3) = 205616 kg = 205,6 ton
Perhitungan distribusi beban gempa di setiap lantai bangunan gedung pada arah-X dan
arah-Y, untuk waktu getar yang dihitung dengan Rumus Rayleigh ditabelkan pada Tabel
8. Tabel 8. Distribusi Beban Gempa Disepanjang Tinggi Bangunan Untuk tiap portal
Arah X 1/4 Fix (ton) 5 4 3 2 1 18 14,40 10,8 7,2 3,6 196,22 272,22 272,22 272,22
272,22 3532 3920 2940 1960 980 13332 54,46 60,45 45,34 30,22 15,11 205,6 13,62
15,11 11,33 7,56 3,78 Untuk tiap portal Arah Y 1/5 Fiy (ton) 10,90 12,10 9,07 6,05
3,02
Lantai
zi (m)
Wi (ton)
Wi.zi
Distribusi beban gempa pada bangunan gedung yang dihitung dengan Rumus Rayleigh,
dan simpangan yang terjadi akibat beban gempa, diperlihatkan pada Gambar 9 dan 10.
20
F5x=13,62
d5x=6,65cm
F4x=15,11
d4x=5,98cm
F3x=11,33
d3x=4,77cm
F2x=7,56
d2x=3,10cm
F1x=3,78
d1x=1,24cm
F5y=10,90
d5y=7,00cm
F4y=12,10
d4y=6,27cm
F3y=9,07
d3y=5,00cm
F2y=6,05
d2y=3,23cm
F1y=3,02
d1y=1,28cm
Gambar 10. Simpangan horisontal (d) portal arah-Y akibat beban gempa
21
10. Pembatasan waktu getar struktur Struktur gedung yang terlalu fleksibel
sebaiknya dihindari dengan cara membatasi nilai waktu getarnya. Pembatasan waktu
getar dari suatu struktur gedung dimaksudkan untuk: mencegah Pengaruh P-Delta yang
berlebihan; mencegah simpangan antar-tingkat yang berlebihan pada taraf pembebanan
gempa yang menyebabkan pelelehan pertama, yaitu untuk menjamin kenyamanan
penghunian dan membatasi kemungkinan terjadinya kerusakan struktur akibat pelelehan
baja dan peretakan beton yang berlebihan, maupun kerusakan non-struktural. mencegah
simpangan antar-tingkat yang berlebihan pada taraf pembebanan gempa maksimum, yaitu
untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur yang menelan korban jiwa
manusia; mencegah kekuatan (kapasitas) struktur terpasang yang terlalu rendah,
mengingat struktur gedung dengan waktu getar fundamental yang panjang menyerap
beban gempa yang rendah (terlihat dari Diagram Spektrum Respons), sehingga gaya
internal yang terjadi di dalam unsur-unsur struktur menghasilkan kekuatan terpasang
yang rendah. Menurut SNI Gempa 2002, pembatasan waktu getar alami dari struktur
bangunan gedung tergantung dari banyaknya jumlah tingkat ( n ) serta koefisien ζ
untuk Wilayah Gempa dimana struktur bangunan gedung tersebut didirikan. Pembatasan
waktu getar alami (T) dari struktur bangunan gedung ditentukan sbb. : T < ζ.n
Dimana koefisien ζ ditetapkan menurut Tabel 11. Tabel 11. Koefisien ζ yang
membatasi waktu getar alami struktur Wilayah Gempa 1 2 3 4 5 6
ζ
0,20 0,19 0,18 0,17 0,16 0,15
Untuk gedung perkantoran 5 lantai ( n=5 ) yang terletak di Wilayah Gempa 4, dari
Tabel 11 didapat ζ = 0,19. Waktu getar alami maksimum dari struktur yang diijinkan
adalah : T = ζ.n = 0,19 x 5 = 0,95 detik.
22
Waktu getar alami dari struktur gedung yang didapat dari perhitungan dengan rumus
Rayleigh adalah TRX = 1,03 detik > T = 0,95 detik, dan TRY = 1,06 detik > T = 0,95
detik. Karena waktu getar alami dari struktur bangunan gedung perkantoran ini lebih
besar dari 0,95 detik, maka kekakuan dari struktur bangunan gedung ini tidak
memenuhi persyaratan baik pada arah-X maupun arah-Y. Untuk itu perlu dilakukan
perubahan pada dimensi dari elemen-elemen struktur, khususnya dimensi dari kolom-
kolom struktur. 10. Perhitungan simpangan pada struktur setelah perubahan dimensi
kolom Setelah dilakukan perubahan dimensi kolom-kolom dari struktur yang semula
berukuran (45x45) cm menjadi (50x50) cm, kemudian dilakukan lagi analisis struktur
dengan SAP2000 untuk menghitung simpangan-simpangan yang terjadi di setiap lantai
bangunan. Dari hasil analisis struktur didapatkan simpangan yang terjadi sbb
(Gambar 11). :
F5x=13,62
d5x=5,73cm
F4x=15,11
d4x=5,11cm
F3x=11,33
d3x=4,03cm
F2x=7,56
d2x=2,57cm
F1x=3,78
d1x=0,98cm
Gambar 11. Simpangan horisontal (d) portal arah-X akibat beban gempa
Dengan menggunakan Rumus Rayleigh, didapatkan waktu getar dari struktur ke arah-X
adalah TRX = 0,95. Nilai waktu getar ini sama dengan nilai waktu getar maksimum
yang disyaratkan yaitu 0,95 detik. Dengan demikian kekakuan struktur gedung ke
arah-X memenuhi persyaratan.
23
Simpangan yang terjadi di setiap lantai bangunan pada arah-Y, diperlihatkan pada
Gambar 12. F5y=10,90
d5y=6,04cm
F4y=12,10
d4y=5,37cm
F3y=9,07
d3y=4,22cm
F2y=6,05
d2y=2,68cm
F1y=3,02
d1y=1,02cm
Gambar 12. Simpangan horisontal (d) portal arah-Y akibat beban gempa
Dengan menggunakan Rumus Rayleigh, didapatkan waktu getar dari struktur ke arah-Y
adalah TRY = 0,97. Nilai waktu getar ini dapat dianggap sama dengan nilai waktu
getar maksimum yang disyaratkan yaitu 0,95 detik, karena perbedaannya tidak lebih
dari 5%. Dengan demikian kekakuan struktur gedung ke arah-Y memenuhi persyaratan.
24
11. Kinerja Struktur Gedung Kinerja batas layan struktur bangunan gedung ditentukan
oleh simpangan antar-tingkat akibat pengaruh gempa, yang bertujuan untuk membatasi
terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk
mencegah kerusakan non-struktural dan ketidaknyamanan penghuni. Untuk memenuhi
persyaratan kinerja batas layan struktur bangunan gedung, dalam segala hal
simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur tidak boleh melampaui
δ = 0,03/R kali tinggi tingkat yang bersangkutan. Perhitungan simpangan antar
tingkat dari struktur pada arah-X dan arah-Y dicantumkan pada Tabel 12 dan Tabel
13. Tabel 12. Perhitungan simpangan antar tingkat portal arah-X Tinggi tingkat h
(cm) 360 360 360 360 360 Simpangan struktur di (cm) 5,73 5,11 4,03 2,57 0,98
Simpangan antar tingkat δi (cm) 0,62 1,08 1,46 1,59 0,98
Lantai 5 4 3 2 1 Pondasi
δ=(0,03.h)/R
(cm) 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6
Tabel 13. Perhitungan simpangan antar tingkat portal arah-Y Tinggi tingkat h (cm)
360 360 360 360 360 Simpangan struktur di (cm) 6,04 5,37 4,22 2,68 1,02 Simpangan
antar tingkat δi (cm) 0,67 1,15 1,54 1,66 1,02
Lantai 5 4 3 2 1 Pondasi
δ=0,03/R.h
(cm) 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6
Dari hasil perhitungan, simpangan antar tingkat untuk lantai 1 sampai dengan lantai
5 untuk arah-X maupun arah-Y menunjukkan harga yang lebih kecil dari nilai
simpangan yang disyarakan yaitu δ = 3,6 mm, Dengan demikian kinerja dari struktur
bangunan perkantoran ini memenuhi ketentuan seperti yang disyaratkan.
25
Teknik Sipil UNDIP - Kuliah Rekayasa Gempa
26
Teknik Sipil UNDIP - Kuliah Rekayasa Gempa
27