Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MATA KULIAH KOMPLEMENTER


EVIDENCE BASED PRACTICE 1 (BIDANG KEILMUAN KMB)
PENYAKIT DIABETES MILLETUS
OLEH:
KELOMPOK I

Aisha Sidiqua Saragi


Ani Ratna Ayu
Anisa Novianti
Dwi Mardiah S
Elisi Elfina
Endang Susanti
Fatma Suryanti
Febriani C. Damayanti
Fitriani
Haswaro Zakia S.S
Indriani
Mohd Ripa’i
Monita Diameris
Muhammad Abrar
Muherdina Yuniza
Nike Ardilla
Nur Azmi
Rahmad Hidayat
Risvinda Kartika S.P
Sri Mutia Sara
Tating Laswari
Wahyudi Diagama
Yoza Dwi Saputra

DOSEN PEMBIMING : YESI HASNELI, MNS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015

1
TERAPI KOMPLEMENTER BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS

A. Definisi

Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara


genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2005). Diabetes Melitus
merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan
metabolism karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat
kegagalan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Chang, Daly, &
Elliott, 2010). Ronald (2004) mengatakan gejala yang dapat timbul pada
penderita DM adalah glikosuria, dan setelah sakit beberapa tahun bila tidak
terkontrol dengan baik akan terdapat komplikasi yang berefek terhadap
sistem vaskular, penyakit ginjal, neuropati, dan retinopati
Diabetes melitus adalah suatu kondisi di mana kadar gula di dalam
darah lebih tinggi dari biasa/normal (normal: 60 mg/dl sampai dengan 145
mg/dl), karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan hormone
insulin secara cukup. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)
menyatakan bahwa seseorang bisa dikatakan menderita diabetes mellitus jika
dalam tes kadar gula darah puasa >126 mg/dl dan pada tes gula darah sewaktu
>200 mg/dl (Maulana, 2012)

B. Etiologi dan Klasifikasi

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2009,


klasifikasi Diabetes Melitus adalah sbb:

1. Diabetes Melitus tipe 1

DM tipe 1 sering dikatakan sebagai diabetes “Juvenile onset” atau


“Insulin dependent” atau “Ketosis prone”, karena tanpa insulin dapat

1
terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Istilah
“juvenile onset” sendiri diberikan karena onset DM tipe 1 dapat terjadi
mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu
dapat juga terjadi pada akhir usia 30 atau menjelang 40.

Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi


sangat rendah, kadar glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta
pankreas gagal berespons terhadap stimulus yang semestinya
meningkatkan sekresi insulin.

DM tipe 1 sekarang banyak dianggap sebagai penyakit autoimun.


Pemeriksaan histopatologi pankreas menunjukkan adanya infiltrasi
leukosit dan destruksi sel Langerhans. Pada 85% pasien ditemukan
antibodi sirkulasi yang menyerang glutamic-acid decarboxylase (GAD) di
sel beta pankreas tersebut. Prevalensi DM tipe 1 meningkat pada pasien
dengan penyakit autoimun lain, seperti penyakit Grave, tiroiditis
Hashimoto atau myasthenia gravis. Sekitar 95% pasien memiliki Human
Leukocyte Antigen (HLA) DR3 atau HLA DR4.

Kelainan autoimun ini diduga ada kaitannya dengan agen


infeksius/lingkungan, di mana sistem imun pada orang dengan
kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas
yang ‘menyerupai’ protein virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan
defisiensi insulin. Faktor-faktor yang diduga berperan memicu serangan
terhadap sel beta, antara lain virus (mumps, rubella, coxsackie), toksin
kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi.

Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat


proses yang idiopatik. Tidak ditemukan antibodi sel beta atau aktivitas
HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini, sering terjadi akibat faktor
keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia.

2. Diabetes Melitus tipe 2

Tidak seperti pada DM tipe 1, DM tipe 2 tidak memiliki hubungan


dengan aktivitas HLA, virus atau autoimunitas dan biasanya pasien
mempunyai sel beta yang masih berfungsi (walau terkadang memerlukan
insulin eksogen tetapi tidak bergantung seumur hidup). DM tipe 2 ini
bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif, sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin. Pada DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot,

2
lemak dan hati serta terdapat respons yang inadekuat pada sel beta
pankreas. Terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma,
penurunan transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan
peningkatan lipolisis.

Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang
diabetogenik (asupan kalori yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah,
obesitas) ditambah kecenderungan secara genetik. Nilai BMI yang dapat
memicu terjadinya DM tipe 2 adalah berbeda-beda untuk setiap ras.

3. Diabetes Melitus tipe lain

a. Defek genetik fungsi sel beta

Beberapa bentuk diabetes dihubungkan dengan defek monogen


pada fungsi sel beta, dicirikan dengan onset hiperglikemia pada usia
yang relatif muda (<25 tahun) atau disebut maturity-onset diabetes of
the young (MODY). Terjadi gangguan sekresi insulin namun kerja
insulin di jaringan tetap normal. Saat ini telah diketahui abnormalitas
pada 6 lokus di beberapa kromosom, yang paling sering adalah mutasi
kromosom 12, juga mutasi di kromosom 7p yang mengkode
glukokinase. Selain itu juga telah diidentifikasi kelaian genetik yang
mengakibatkan ketidakmampuan mengubah proinsulin menjadi
insulin.

b. Defek genetik kerja insulin

Terdapat mutasi pada reseptor insulin, yang mengakibatkan


hiperinsulinemia, hiperglikemia dan diabetes. Beberapa individu
dengan kelainan ini juga dapat mengalami akantosis nigricans, pada
wanita mengalami virilisasi dan pembesaran ovarium.

c. Penyakit eksokrin pankreas

Meliputi pankreasitis, trauma, pankreatektomi, dan carcinoma


pankreas.

d. Endokrinopati

Beberapa hormon seperti GH, kortisol, glukagon dan epinefrin


bekerja mengantagonis aktivitas insulin. Kelebihan hormon-hormon

3
ini, seperti pada sindroma Cushing, glukagonoma, feokromositoma
dapat menyebabkan diabetes. Umumnya terjadi pada orang yang
sebelumnya mengalami defek sekresi insulin, dan hiperglikemia dapat
diperbaiki bila kelebihan hormon-hormon tersebut dikurangi.

e. Karena obat/zat kimia

Beberapa obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin.


Vacor (racun tikus) dan pentamidin dapat merusak sel beta. Asam
nikotinat dan glukokortikoid mengganggu kerja insulin.

f. Infeksi

Virus tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti


rubella, coxsackievirus B, CMV, adenovirus, dan mumps.

g. Imunologi

Ada dua kelainan imunologi yang diketahui, yaitu sindrom


stiffman dan antibodi antiinsulin reseptor. Pada sindrom stiffman
terjadi peninggian kadar autoantibodi GAD di sel beta pankreas.

h. Sindroma genetik lain

Down’s syndrome, Klinefelter syndrome, Turner syndrome, dll.

4. Diabetes Kehamilan/gestasional

Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan


onset pada waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan komplikasi
pada sekitar 1-14% kehamilan. Biasanya toleransi glukosa akan kembali
normal pada trimester ketiga.

C. Patofisiologi

Pada patofisiologi diabetes mellitus tipe 1, yang terjadi adalah tidak


adanya insulin yang dikeluarkan oleh sel yang berbentuk seperti peta pada
pancreas yang terletak di belakang lambung. Dengan tidak adanya insulin,
glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel untuk dirubah menjadi
tenaga. Karena tidak bisa diserap oleh insulin, glukosa ini terjebak dalam

4
darah dan kadar glukosa dalam darah menjadi naik. Sedangkan pada diabetes
mellitus tipe 2 terjadi karena reseptor yang berada di permukaan sel kurang.
Hal ini tentu akan sia-sia meskipun jumlah mempunyai jumlah insulin yang
normal. Keadaan yang sama dengan diabetes mellitus tipe 1 namun berbeda
dalam jumlah insulin dan kualitas insulin yang dimiliki. Faktor keturunan bisa
saja menjadi penyebab seseorang terjangkit diabetes mellitus. Penyebab lain
yang juga bisa menyebabkan diabetes mellitus adalah infeksi, kehamilan dan
juga obat-obatan.

D. Tanda dan Gejala

a. Poliuri (banyak kencing) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa
darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa
sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak


dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi
penderita lebih banyak minum.

c. Polipagi (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai
ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein.

e. Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa –
sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat
terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.

f. Sering Kesemutan gejala ini terjadi karena pembuluh darah yang rusak,
sehingga darah yang mengalir di ujung–ujung saraf pun berkurang.

g. Luka yang sulit sembuh Ini adalah efek lain dari kerusakan pembuluh darah
dan saraf selain kesemutan. Kerusakan ini mengakibatkan penderita diabetes
tidak merasakan sakit jika mengalami luka. Mereka bahkan kadang tidak

5
sadar telah terluka. Gabungan kadar gula darah yang tinggi dan tidak adanya
rasa nyeri, maka luka yang awalnya kecil dapat membesar menjadi borok dan
bahkan membusuk. Jika sudah sampai tahap ini, amputasi merupakan satu-
satunya jalan keluar atau solusi untuk menyembuhkannya.

E. Terapi Komplementer yang dapat Diterapkan bagi Penderita DM

1. Senam Kaki

Rasional : Untuk memperlancar peredaran darah, meningkatkan


sensitivitas ekstremitas dan mencegah terjadinya kaki diabetik.

a. Senam Kaki 1
1) Persiapan Alat : Kertas Koran 2 lembar, Kursi (jika tindakan
dilakukan dalam posisi duduk), hanskun.
2) Persiapan Klien : Kontrak Topik, waktu, tempat dan tujuan
dilaksanakan senam kaki
3) Persiapan lingkungan : Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi
pasien, Jaga privacy pasien
4) Tindakan :
a. Perawat cuci tangan
b. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien
duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai

6
Gambar 1. Pesien duduk di atas kursi

c. Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah


kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah
seperti cakar ayam sebanyak 10 kali

Gambar 2. Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke


atas

7
d. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat
telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan
di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini
dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara
bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

Gambar 3. Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di


angkat

8
e. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki
diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Gambar 4. Ujung kaki diangkat ke atas

f. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat


gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

Gambar 5. Jari-jari kaki di lantai

9
g. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-
jari kedepan turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke
kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.
h. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat
kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu
turunkan kembali kelantai.
i. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8,
namun gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak
10 kali.
j. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi
tersebut. Gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.
k. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada
pergelangan kaki , tuliskan pada udara dengan kaki dari angka
0 hingga 10 lakukan secara bergantian. Gerakan ini sama
dengan posisi tidur.

Gambar 6. Kaki diluruskan dan diangkat

10
b. Senam Kaki 2

1) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukan hanya sekali saja
2) Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian
koran.
3) Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan
kedua kaki
4) Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua
kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
5) Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

Gambar 7. Membentuk kertas Koran

11
2. Yoga

Rasional : Untuk program diet bagi penderita DM tipe 2 yang


berfungsi mengurangi kadar glukosa dan kolesterol, mampu
merangsang organ dan meningkatkan metobolisme tubuh lebih efisien

Cara Melakukan Yoga sesuai dengan DM tipe 2, ada 10 gerakan, yaitu


:

1. Downward Facing Dog.

2. Big Toe Pose.

12
3. Triangle Pose.

4. Western Intense Pose.

13
5. Hero Posture.

6. Half Lord of the Fishes.

14
7. Marichyasana C.

8. Marichyasana A.

15
9. Fish Pose.

10. Corpse Pose.

16
3. Tai Chi

Rasional : untuk mengurangi kadar glukosa di dalam tubuh dan


meningkatkan sistem kekebalan tubuh

Cara melakukan tai chi :

1. Shen naik ke Atas.

Agar shen naik keatas kepala maka kepala harus tegak lurus dengan
leher. Jangan menggunakan tenaga, meski kepala dapat tegak karena
jika menggunakan tenaga, darah dan chi tidak dapat mengalir lancar.
Jadi, meski ada niat untuk membiarkan shen naik keatas, jika
dipaksakan, tidak akan ada shen yang naik dan kesegaran mental
tidak didapat. Tanda bahwa shen sudah naik adalah adanya sensasi
getaran ringan disepanjang leher dan kepala bagian belakang hingga
keubun-ubun bagi beberapa orang yang peka, dan untuk yang kurang
peka efek tenang dan segar yang dapat dirasakan.

17
2. Rendahkan Dada, Naikkan Punggung.

Rendahkan dada berarti dada ditarik sedikit kedalam untuk


memudahkan chi turun kedantian (sekitar 3 inchi dibawah pusar).
jangan mengembangkan dada, karena chi akanmengalir ke dada dan
membuat ‘yang atasberat, yang bawahringan’ dan tumit akan
‘terangkat’. Menaikkan punggung berarti memusatkan chi di
punggung, yang secara otomatis terjadi setelah merendahkan dada
karena chi akan mengalir di meridian tengah.

3. Mengendurkan Pinggang.

Pinggang mengendalikan batangtubuh. Mengendurkan pinggang


memungkinkan kaki kuat berpijak sehingga kuda-kuda menjadi
stabil. Semua variasi gerakan berporos di pinggang. Itu berarti
pinggang menjadi poros gerakan tubuh. Dan pinggang menjadi poros
gerakan pegas untuk mendorong dan membelokkan serangan lawan.

4. Membedakan yang ‘Kosong’ dan ‘Isi’.

Ini merupakan dasar filosofis dari semua gerakan dan penempatan


tubuh serta inti dari teknik dasar dalam Tai Chi. Jika seluruh berat
tubuh bertumpu di kaki kanan, maka berarti kaki kanan ‘Isi’ dan kaki
kiri ‘Kosong’, begitupun sebaliknya. saat yang ‘Isi’ dan ‘Kosong’
dapat dibedakan, geraknya menjadi tidak bertenaga. Namun jika
keduanya tidak dapat dibedakan, maka gerakan menjadi berat, dan
kuda-kuda tidak stabil sehingga mudah dimanfaatkan lawan.

5. Rendahkan bahu. Jatuhkan Siku.

Rendahkan bahu berarti kedua bahu rileks dan jatuh alami. Jika bahu
dinaikkan, chi akan naik dan seluruh tubuh akan kekurangan tenaga.
Menjatuhkan siku berarti bahwa kedua siku rileks dan jatuh alami.
Jika siku dinaikkan, otomatis bahu tidak akan turun, sehingga chi
tidak mengalir jauh sampai keujung jari. Ini disebut ‘kekuatan yang
terpecah’ yang biasa terjadi pada bela diri eksternal.

18
6. Gunakan Kehendak, Bukan Kekuatan.

Saat berlatih Tai Chi, seluruh tubuh harus rileks, seharusnya tidak ada
ketegangan di otot, tulang, dan aliran darah, yang menyebabkan
pembatasan diri. Jika relaksasinya lengkap, maka tubuh menjadi
lentur dan gesit dalam gerak sirkular, pegas, menurut kehendak
kita.Tapi ‘bagaimana dapat mengembangkan kekuatan jika tidak
menggunakan tenaga?’. Gunakanlah kehendak, maka chi bisa
diarahkan setiap saat.

7. Koordinasi Atas dan Bawah.

‘Akarnya ada di kaki, diambil dari kaki, dikendalikan oleh pinggang,


diwujudkan di tangan dan jari’. Dari kaki kepinggang, kesemuanya
diselesaikan ‘di satu chi’ spontan, terus-menerus tanpa henti dalam
hitungan waktu satu kali bernapas yang nyaman. Gerak tangan, gerak
pinggang, gerak kaki, dan keawasan mata kesemuanya berada dalam
kesatuan gerak.

8. Kesatuan Eksternal dan Internal.

‘Pikiran adalah komandan, tubuh adalah pelaksana’. Ketika pikiran


dilatih, gerakan dan tindakan menjadi ringan dan gesit. Pola Tai Chi
adalah gerakan ‘kosong’ dan ‘isi’, ‘Nyata’ dan ‘Semu’, membuka dan
menutup. Membuka tidak berarti hanya tangan dan kaki yang
direntangkan, tetapi pikiran dan kehendak juga difokuskan. Jika
internal dan eksternal, makro kosmos dan mikro kosmos dapat
disatukan menja disatu chi (atau tubuh energi), maka tak ada
keterpisahan dalam kosmos.

9. Keberlanjutan tanpa Hambatan.

Gerakan mengalir seperti gelombang air terus menerus, terus berlanju


thingga setiap satu putaran akan diikuti oleh siklus berikutnya. Chi
dialirkan secara terus menerus dengan kehendak yang menggerak kan
anggota tubuh dan mengakumulasikan dalam satu chi dengan
pernapasan yang memadai.

19
10. Mencari Ketenangan dalam Gerak.

Dalam Tai Chi, ketenangan mengarahkan gerak. Saat bergerak, ia


dalam ketenangan. Strategi dasarnya adalah mengalir bersama gerak
lawan, bukannya terus melawannya, sehingga praktisi Tai Chi harus
tenang dan rileks dalam pertarungan untuk menggunakan teknik yang
efektif.

4. Ramuan dari Jambu Biji

Rasional : untuk mengobati diabetes mellitus dengan mengurangi


kadar glukosa di dalam darah

Bahan :
1. Jambu biji mengkal 1 buah
2. Air 3 gelas

Cara Membuat
1. Potong buah mengkal, lalu rebus sampai mendidih dan biarkan
hingga tinggal 1 gelas, lalu saring ramuan.
2. Minum ramuan 2 x 1 hari.

5. Senam Khusus Diabetes

Rasional : Khusus untuk penderita diabetes tipe 1 ataupun tipe 2


yang berat dianjurkan untuk melakukan senam diabetes untuk
memperlancar aliran atau sirkulasi darah dan meningkatkan sensitivitas
ekstremitas

1. Latihan berdiri di atas jari kaki


a. Lakukan tanpa sepatu.
b. Berdiri berpegangan pada punggung kursi.
c. Angkat dan turunkan tubuh dengan berdiri di atas ujung jari
kaki. (jinjit)
d. Ulangi sampai 20 kali.

20
2. Menekuk lutut
a. Pegang punggung kursi dengan sebelah tangan.
b. Tekuk lutut dalam-dalam dengan punggung tetap lurus.
c. Ulangi sebanyak 5 kali, lalu pada latihan berikutnya tingkatkan
pelan-pelan hingga menjadi 10 kali.

3. Menggoyang-goyangkan kaki
a. Berdirilah dekat meja. Tangan yang sebelah berpegangan pada
pinggir meja.
b. Satu kaki diletakkan di atas tumpukan buku tebal atau bangku
pendek, sehingga kaki lain menjadi tergantung.
c. Gerakkan kaki yang tergantung itu ke dcpan dan ke belakang
sampai l0 kali. Ganti dengan kaki yang sebelahnya dengan
membalik posisi berpegangan pada meja.

4. Mendorong dinding
a. Letakkan kedua telapak tangan di dinding.
b. Jauhkan letak kaki dari dinding dengan kedua telapak kaki
tetap menempel di lantai.
c. Tekuk kedua lengan l0 kali dengan selalu menjaga agar
punggung dan lutut tetap lurus dan tungkai tidak terangkat.
Renggangkan urat achilles (pada tumit kaki) dan otot betis.
d. Setiap kali menekuk lengan, pertahankan posisi tersebut
selama 10 detik.

5. Menggelindingkan bola dengan kaki


a. Duduklah di atas kursi dengan pungung tegak, kedua kaki
diletakan di atas bola.
b. Cengkeramlah bola dengan jari kaki.
c. Kemudian lepaskan cengkeramannya.
d. UIangi beberapa kali untuk setiap kaki.

21
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer & Bare, B.G.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.Jakarta: EGC

Novik Kurnianti. 2013 . Manfaat Jambu Biji dan Cara Meramunya . di akses pada
tanggal 27 Maret 2015 dari http://herbal.tanijogonegoro.com/2013/04/jambu-biji.html

Darmilis., Hasneli, Y., Indriati, G. EFEKTIFITAS TERAPI ACUPRESSURE PADA


TELAPAK KAKI TERHADAP SENSITIVITAS KAKI PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE II. akses pada tanggal 27 Maret 2015 dari
jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/viewFile/3522/3417

Nugroho, W.2000.Keperawatan Gerontik dan Geriatrik edisi 3.Jakarta:EGC

Perkeni.2006.Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di


Indonesia.Jakarta:Perkeni

Smeltzer,S.C. & Bare.B.G. 2000. Brunner dan Suddarth Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah (terjemah) edisi 8.Volume 1.Jakarta:EGC

http://www.doktergaul.net/2013/08/Gejala-Penyakit-Diabetes-Penyabab-Cara-
Pencegahan.html diakses pada Hari Jum’at, 27 Maret 2015 pkl. 21:50

http://www.duniainformasikesehatan.com/2014/08/pengertian-mengenai-
patofisiologi.html diakses pada Hari Jum’at, 27 Maret 2015 pkl. 21:40

22

Anda mungkin juga menyukai