FRAKTUR TERTUTUP
Disusun Oleh:
Farizky 120100233
Cindy Audina Pradibta 120100369
Sharmilah Dewi 120100470
Atika Rahmah Dwi Putri 120100417
Alexander Josethang 120100071
Purushotaman R 120100478
Pembimbing:
dr. Otman Siregar, Sp.OT (K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah/paper ini dengan
judul “Fraktur Tertutup” tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, dr. Otman Siregar,Sp.OT (K), yang telah meluangkan waktu dan
memberikan bimbingan serta banyak masukan dalam proses pembuatan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun bahasanya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar dapat
makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan di Indonesia.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
DAFTAR PUSTAKA
2.1. Definisi
Fraktur tertutup adalah hilangnya kontinuitas tulang dimana kulit dan
jaringan lunak diatasnya masih utuh (tidak adanya hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar).3,4
Karena energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan jenis patah tulang,
pasien sering memiliki luka tambahan, beberapa berpotensi mengancam nyawa,
yang memerlukan pengobatan. Terdapat 40-70% dari trauma berada di tempat lain
dalam tubuh bila ada fraktur terbuka. Fraktur terbuka mewakili spektrum cedera,
pertama, masalah mendasar patah tulang dan kedua, pemaparan dari patah tulang
terhadap lingkungan, dan kontaminasi dari situs fraktur.5
2.2. Epidemiologi
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi. Ratusan orang meninggal dan
luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Kecelakaan lalu-lintas merupakan
pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut
data kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan
mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang
mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data itu, rata-
rata setiap hari terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang
meninggal dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan juga cenderung
meningkat di mana pada tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun
selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak 2.772 orang. Tahun 2004, jumlah ini
meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari sampai September,
jumlah korban mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah
tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas
fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga
4
berhubungan dengan udara luar dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang
tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa
diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya
disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian
yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut
yang mengarah ke samping, depan, atau belakang. Selain itu, ditemukan nyeri
gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam kenyataan sehari-hari, fraktur
yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur
ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan,
tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai
atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang
cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.6
2.3. Etiologi
Terdapat perbedaan konsep penyebab fraktur berdasarkan jenis tulang.
Pada tulang kortikal, karena ia dapat menahan kompresi dan shearing force, maka
penyebabnya adalah tension failure, dimana tulang diputar atau ditarik oleh gaya
yang menarik tulang ke arah yang berlawanan. Gaya ini cukup kuat sehingga
menyebabkan tulang panjang ini bengkok sehingga menimbulkan sisi yang
cekung pada tulang dan biasanya menyebabkan fraktur tipe transvers atau oblik.
Terdapat perhatian yang khusus pada anak-anak dimana tulang kortikalnya adalah
seperti batang pohon muda, kekuatan berputar menyebabkan tension failurepada
daerah cekung yang bengkok dan menyebabkan greenstick fracture. Pada tulang
cancellous, gaya kompresi menyebabkan fraktur kompresi serta buckle fracture,
torus fracture pada anak-anak.5
Fraktur umumnya disebabkan oleh energi tinggi akibat trauma, paling
sering dari pukulan langsung, seperti dari jatuh atau tabrakan kendaraan bermotor.
Dapat juga disebabkan oleh luka tembak, maupun kecelakaan kerja. Tingkat
keparahan fraktur berhubungan langsung dengan lokasi dan besarnya gaya yang
mengenai tubuh. Ukuran luka bisa hanya beberapa milimeter hingga terhitung
diameter. Tulang mungkin terlihat atau tidak terlihat pada luka.7
5
2.4. Patofisiologi
Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang dimana
trauma yang terjadi kekuatannya melebihi kekuatan tulang. Ada 2 faktor yang
mempengaruhi terjadinya fraktur yaitu ekstrinsik (meliputi kecepatan, durasi
trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan), dan faktor intrinsik meliputi
kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma. Yang dapat menyebabkan
terjadinya patah tulang meliputi trauma langsung dan tidak langsung. Trauma
langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke
daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur dan biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Tekanan pada tulang dapat berputar, kompresi bahkan tarikan. Akibat trauma
pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya.
6
2.5. Klasifikasi
Berdasarkan kontinuitas tulangnya, fraktur dapat dibagi menjadi:
1. Fraktur komplit, terjadi jika tulang terpisah menjadi dua fragmen atau
lebih.
2. Fraktur inkomplit, terjadi jika tulang tidak terpisah sepenuhnya dan
periosteum tidak mengalami kerusakan pada kontinuitasnya.
3. Fraktur physeal, fraktur yang melewati fisis yang sedang tumbuh
merupakan kasus yang berbeda. Kerusakan terhadap kartilago epifisis
dapat memberikan dampak deformitas secara progresif jika dibandingkan
terhadap derajat keparahan cedera yang tampak.
Tipe-tipe fraktur secara umum. (a) Incomplete (‘greenstick’) fracture (pada ulna);
(b) Displaced transverse fracture; (c) Oblique fracture; (d) Spiral fracture (e)
Segmental fracture (f) Compression fracture of lumbar vertebra; and (g) avulsion
fracture (pada lateral condyle humerus)
Dapat juga dipakai klasifikasi secara anatomis atau yang dikenal sebagai
klasifikasi AO/OTA (Orthopaedic Trauma Association/Arbeitsgemeinschaft für
Osteosynthesenfragen) yang pertama diperkenalkan Müller dan kawan-kawan :
Nomor pertama menunjukkan tulang yang terkena
1 = humerus
2 = radius/ulna
3 = femur
4 = tibia/fibula
5 = spine
7
6 = pelvis/acetabulum
7 = hand
8 = foot
9 = Craniomaxillofacial bones
Nomor kedua menunjukkan segmen
1 = proximal
2 = diaphyseal
3 = distal
4 = malleolar
Huruf Menunjukkan pola fraktur
A = simple; extra-articular (pada metafisis)
B = wedge; partial- articular (pada metafisis)
C = complex; complete-articular (pada metafisis)
Dua huruf terakhir menunjukkan morfologi fraktur.
2.6. Diagnosis
Diagnosis dilakukan tergantung pada kondisi pasien yang datang.
Umumnya karena etiologinya adalah trauma, maka penanganan pasien haruslah
mengikuti prinsip ATLS (Advanced Trauma Life Support).3,4
2.6.1. Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik
yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk
menggunakan anggota gerak.
c. Pergerakan (Move)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara
aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami
trauma. Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan
menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
1. Site
2. Extent
3. Configuration
10
2.7. Penatalaksanaan3,4,5,6
Banyak pasien dengan fraktur tertutup mengalami cedera ganda. Terapi
yang tepat di tempat kecelakaan sangat penting. Luka harus ditutup dengan
pembalut steril atau bahan yang bersih dan dibiarkan tidak terganggu hingga
pasien mencapai bagian rawat kecelakaan. Sedangkan bagian yang mengalami
fraktur harus distabilisasi dengan pemasangan bidai.3,4
Di Rumah Sakit, penilaian umum yang cepat merupakan langkah yang
pertama, dan setiap keadaan yang membahayakan jiwa dapat diatasi. Luka
kemudian diperiksa, idealnya dipotret dengan kamera polaroid. Setelah itu dapat
ditutup lagi dan dibiarkan tidak terganggu hingga pasien berada di kamar bedah.
Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab :
1. Mechanism of Injury
2. Injury Sustained
3. Signs and Symptoms
4. Treatment
5. Allergies
6. Medications
7. Past Illness & Pregnancy
8. Last Meal
9. Events/Environment Surrounding Injury
11
Fasia
Fasia dibelah secara meluas sehingga sirkulasi tidak terhalang.
Otot
Otot yang mati berbahaya, ini merupakan makanan bagi bakteri. Otot
yang mati ini biasanya dapat dikenal melalui perubahan warna yang
keungu-unguannya, konsistensinya yang buruk, tidak dapat
berkontraksi bila dirangsang dan tidak berdarah. Semua otot mati dan
yang kemampuan hidupnya meragukan perlu dieksisi.
Pembuluh darah
Pembuluh darah yang banyak mengalami perdarahan diikat dengan
cermat, tetapi untuk meminimalkan jumlah benang yang tertinggal
dalam luka, pembuluh darah yang kecil dijepit dengan gunting tang
arteri dan dipilin.
Saraf
Saraf yang terpotong biasanya terbaik dibiarkan saja. Tetapi, bila luka
itu bersih dan ujung-ujung saraf tidak terdiseksi, selubung saraf dijahit
dengan bahan yang tidak dapat diserap untuk memudahkan pengenalan
di kemudian hari.
Tendon
Biasanya, tendon yang terpotong juga dibiarkan saja. Seperti halnya
saraf, penjahitan diperbolehkan hanya jika luka itu bersih dan diseksi
tidak perlu dilakukan.
Tulang
Permukaan fraktur dibersihkan secara perlahan dan ditempatkan
kembali pada posisi yang benar. Tulang, seperti kulit, harus
diselamatkan dan fragmen baru boleh dibuang bila kecil dan lepas sama
sekali.
Sendi
Cedera sendi terbuka terbaik diterapi dengan pembersihan luka,
penutupan sinovium dan kapsul, dan antibiotik sistemik : drainase atau
irigasi sedotan hanya digunakan kalau terjadi kontaminasi hebat.
14
luka. Setelah luka baik dan bebas infeksi penggunaan gips untuk fiksasi fraktur
dapat dilanjutkan untuk menunjang secondary bone healing dengan pembentukan
kalus.
BAB 3
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Agus Surya
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Karya Ujung Kompleks Helvetia, Medan
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status : Sudah Menikah
No RM : 72.42.70
Tgl Masuk RS : 30 Oktober 2017
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Senin, tanggal
30 Oktober 2017 pukul 15.21 wib.
Status Internus
Kepala : kesan mesocephal.
Hidung : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, nafas cuping
hidung (-), deformitas (-), septum deviasi (-), konka
hiperemis (-), pembesaran konka (-), sekret (-).
Telinga : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, nyeri tekan
aurikula (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus
(-/-), serumen (-/-), MAE hiperemis (-/-), MAE terdapat
massa (-/-), membrane timpani intake (+/+).
Mulut : bibir kering (-), bibir pecah-pecah (-), sianosis (-), karies
gigi (-), stomatitis (-), lidah kotor (-), hiperemis (-), kripte
melebar (-), uvula hiperemis (-), uvula memanjang (-).
Leher : kulit seperti warna sekitar, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi trakea (-),
otot bantu pernafasan (-)
Thorax :
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS v 2 cm medial linea
midklavikularis sinistra dan tidak melebar, thrill (-), pulsus
epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-)
Perkusi :
batas kanan atas : ICS II linea parasternal dextra
batas kanan bawah : ICS IV linea Parasternal dextra
batas kiri atas : ICS II linea Parasternal sinistra
batas kiri bawah : ICS V 2 cm ke arah medial mid
klavikula sinistra
pinggang jantung : ICS III parasternal sinsitra
KESAN : konfigurasi jantung Normal
Auskultasi : Reguler
Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-),
SIV (-)
Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar,
ikterik (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, ascites (-), pekak hepar
(+), tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak
teraba
22
Ektremitas
Superior Inferior
1. LOOK
DEXTRA SINISTRA
a. Perubahan Atas : sama seperti Atas : sama seperti
warna kulit warna kulit sekitar, warna kulit sekitar,
hematom (-) hematom (+)
Bawah : sama seperti Bawah : sama seperti
warna kulit sekitar, warna kulit sekitar,
hematom (-), hematom (-),
Tangan: perdarahan Tangan: perdarahan
eksternal (-) eksternal (-)
2. FEEL
DEXTRA SINISTRA
a. Nyeri tekan Atas/bawah/tangan/ : -/- Atas/bawah/tangan/ :
/- +/+/-
3. MOVE
DEXTRA SINISTRA
a. Gerak (Aktif- - (normal) - (terbatas)
Pasif)
V. DIAGNOSIS KERJA :
- Closed (L) Humerus Fracture
- Closed (L) Medial Condyle Fracture
VI. TERAPI :
- Pembidaian menggunakan tongkat tiga sisi yang melewati 2 sendi
untuk immobilisasi, untuk selanjutnya dilakukan x-ray
- Terapi awal : Analgesik kuat bisa menggunakan ketorolak 30 mg IV
single dose
- Rujuk Spesialis Bedah Ortopedi untuk tindakan operatif Internal
Fixation
28
BAB 4
DISKUSI
Teori Kasus
Definisi
Etiologi
Klasifikasi
Diagnosis
2. Feel
4. Pemeriksaan Neurologis
- Nyeri Tekan
Atas/bawah/tangan/ : +/+/-
5. Pemeriksaan Radiologis
- Pulsasi
Untuk mendeskripsikan fraktur pada
A. brachialis (+) reguler, isi dan
pemeriksaan radiologi dapat diikuti
tegangan cukup
panduan sebagai berikut :
A. radialis (+) reguler, isi dan
a. Site
tegangan cukup
b. Extent
Raba/suhu/nyeri :
c. Configuration
Atas/bawah/tangan/ : +/+/+
d. Relationship of Fracture
Fragment to each other
- Krepitasi (+)
e. Relationship of Fracture of
External Environment
3. Move
f. Complications
- Gerak (Aktif-Pasif)
(Terbatas)
- ROM
31
Tatalaksana:
1. Pertolongan pertama Terapi :
Secara umum adalah untuk - Pembidaian menggunakan
mengurangi atau menghilangkan tongkat tiga sisi yang melewati 2
nyeri dan mencegah gerakan- sendi untuk immobilisasi, untuk
gerakan fragmen yang dapat selanjutnya dilakukan x-ray
merusak jaringan sekitarnya. - Terapi awal : Analgesik kuat bisa
Stabilisasi fraktur bisa menggunakan menggunakan ketorolak 30 mg
splint atau bandage yang mudah IV single dose
dikerjakan dan efektif. - Rujuk Spesialis Bedah
Ortopedi untuk tindakan operatif
2. Resusitasi Internal Fixation
Kehilangan banyak darah pada
fraktur tertutup dapat mengakibatkan
syok hipovolemik dan dapat
diperberat oleh rasa nyeri yang dapat
menyebabkan syok neurogenik.
3. Penialaian awal
Pemeriksaan yang teliti dan hati-
hati merupakan dasar dalam
observasi dan penanganan awal yang
memadai. Fakta-fakta pada
32
4. Debridement
6. Penutupan luka
7. Stabilisasi fraktur
Dalam melakukan stabilitas fraktur
awal penggunaan gips sebagai
temporary splinting dianjurkan
sampai dicapai penanganan luka
yang adekuat, kemudian bisa
dilanjutkan dengan pemasangan gips
sirkuler atau diganti fiksasi dalam
dengan plate and screw,
intermedullary nail atau external
fixator devices sebagai terapi
stabilisasi definitif.
33
BAB 5
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA