Anda di halaman 1dari 15

0

LAPORAN HASIL KEGIATAN UKM


KODE KEGIATAN F1
UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PENYULUHAN TENTANG HIPERTENSI PADA PESERTA PROLANIS


DI PUSKESMAS KUTA MAKMUR, KABUPATEN ACEH UTARA

Penyusun :
dr. Rifhani Atthaya Putri

Pendamping :
dr. Kemalasari

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS KUTA MAKMUR
KABUPATEN ACEH UTARA
PERIODE 2018/2019
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah pada hampir
semua golongan masyarakat baik di Indonesia maupun diseluruh dunia. Di
seluruh dunia , peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta
kematian, sekitar 12,8% dari total kematian di seluruh dunia. Di Indonesia,
prevalensi masyarakat yang terkena hipertensi berkisar antara 6-15% dari total
penduduk.
Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi
kinerja berbagai organ. Hipertensi juga menjadi suatu faktor resiko penting
terhadap terjadinya penyakit seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan
stroke. Apabila tidak ditanggulangi secara tepat, akan terjadi banyak kerusakan
organ tubuh. Hipertensi disebut sebagai silent killer karena dapat menyebabkan
kerusakan berbagai organ tanpa gejala yang khas.
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh ke
dalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi
berlanjut menjadi “krisis hipertensi” dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70
tahun. Namun, krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan
darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur
dapat mencegah insiden krisis hipertensi maupun komplikasi lainnya menjadi
kurang dari 1%.
2

B. Tujuan

Petugas
Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
kebijakan atau program kesehatan yang berhubungan dengan hipertensi.

Masyarakat
Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat umum dan memberikan penjelasan
yang lebih rinci tentang penyakit hipertensi untuk memberikan bekal ilmu
pengetahuan sehingga dapat diamalkan untuk diri sendiri maupun kerabatnya.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hipertensi


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu
periode. Hal ini terjadi bila arteriol-arteriol kontriksi. Kontriksi arteriol membuat
darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2011).
Menurut WHO (2013), hipertensi didefinisikan sebagai keadaan tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi disebut
sebagai silent killer karena jarang menimbulkan gejala pada stadium awal dan
banyak orang tidak terdiagnosa.

2.2. Klasifikasi Hipertensi


Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi
hipertensi esensial/ primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial/primer
adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut sebagai hipertensi
esensial. Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi karena ada
suatu penyakit yang melatarbelakanginya.
Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.
4

Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)


Tekanan Darah

Normal < 120 Dan < 80

Prehipertensi 120-139 Atau 80-90

Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan


darah menjadi hipertensi, yang tekanan darahnya 130-139/80-89 mmHg
sepanjang hidupnya memiliki 2 kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami
penyakit kardiovaskuler daripada yang tekanan darahnya lebih rendah.
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik > 140
mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler daripada tekanan darah diastolik.

 Risiko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg,


meningkat 2 kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg.
 Risiko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan
independen dari faktor risiko lainnya.

2.3 Etiologi
Beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi (WHO,
2013), yaitu:
2.3.1 Gaya Hidup
Ada banyak faktor risiko gaya hidup yang mempengaruhi peningkatan hipertensi,
termasuk:
1) Konsumsi makanan yang mengandung banyak garam dan lemak, dan kurang
cukung mengonsumsi sayur dan buah-buahan, 2) Penggunaan alkohol, 3)
Inaktifitas fisik dan kurang latihan, 4) Manajemen stress yang buruk.
5

2.3.2 Faktor Metabolik


Ada beberapa faktor metabolik yang meningkatkan risiko penyakit
jantung, gagal ginjal dan komplikasi lain dari hipertensi, termasuk diabetes,
kolesterol tinggi dan obesitas. Tembakau dan hipertensi berpengaruh untuk lebih
lanjut meningkatkan gangguan kardiovaskuler.

2.3.3 Sosio-ekonomi
Faktor sosial, seperti pendapatan, pendidikan dan tempat tinggal,
mempunyai pengaruh yang merugikan dalam faktor risiko gaya hidup dan
mempengaruhi meningkatnya hipertensi. Contohnya, penganguran atau ketakutan
dari pengangguran bisa memepengaruhi pada tingkat stress yang dapat
mempengaruhi tekanan darah tinggi. Kondisi pekerjaan dapat juga menunda
deteksi dini dan perawatan dan bisa juga menghambat pencegahan komplikasi.
Perpindahan yang tidak direncanakan juga cenderung untuk menaiknya kasus
hipertensi karena lingkungan yang tidak sehat yang mendorong mengonsumsi fast
food, kebiasaan yang menetap atau duduk terus-menerus, penggunaan rokok dan
alkohol yang berbahaya. Peningkatan usia mempengaruhi hipertensi karena
penebalan pembuluh darah, meskipun penuaan pada pembuluh darah dapat
diperlambat melalui gaya hidup yang sehat, termasuk makanan yang sehat dan
mengurangi konsumsi garam.
Beberapa kasus pada hipertensi belum diketahui. Faktor genetik berperan
penting bilamana kemampuan genetik dalam mengelola kadar natrium normal.
Kelebihan intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah
jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah
melalui kontriksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi adalah
awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada tingkat
yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer (Udjianti,
2011).
6

2.4 Gejala Hipertensi


Gejala hipertensi biasanya tanpa gejala sehingga sering disebut “the silent
killer”. Menurut Vitahealth (2006), secara umum gejala yang dapat timbul, yaitu:
1) Sakit kepala, 2) Jantung berdebar-debar, 3) Sulit bernapas setelah bekerja atau
mengangkat beban berat, 4) Mudah lelah 5) Penglihatan kabur, 6) Wajah
memerah, 7) Hidung berdarah, 8) sering buang air kecil, terutama di malam hari,
9) Telinga berdenging (tinnitus), 10) Dunia terasa berputar (vertigo).

2.5 Penatalaksanaan Hipertensi


Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan terapi
nonfarmakologis. Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, mencegah kerusakan organ, mencapai
target tekanan darah < 130/80 mmHg, 140/90 mmHg untuk individu berisiko
tinggi dengan diabetes atau gagal ginjal dan mengendalikan faktor-faktor risiko
serta penyakit penyerta lainnya.

2.5.1 Penatalaksanaan Nonfarmakologi


Penatalaksanaan non farmakologis yang berperan dalam keberhasilan
penanganan hipertensi merupakan pendamping dari terapi farmakologis dengan
memodifikasi gaya hidup. Terapi jenis ini harus dilakukan oleh semua penderita
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-
faktor risikonya. Modifikasi gaya hidup yang dianjurkan antara lain:
a) Menurunkan Berat Badan Berlebih dan Pengaturan Diet
Mengurangi berat badan dapat menurunkan risiko hipertensi,diabetes, dan
penyakit kardiovaskular. Penerapan pola makan yang seimbang dapat mengurangi
tekanan darah. Menurut Martono (2004) setiap penurunan 5 kg berat badan pada
yang obesitas dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan penurunan
tekanan darah diikuti dengan penurunan berat badan mengurangi system simpatis
dan aktivitas RAAS. Setiap penurunan 1 kg berat badan dapat menurunkan
tekanan darah 2/1 mmHg .
7

Penurunan berat badan tidak lepas dari modifikasi dietnya. Tujuan utama
dari pengaturan diet pada hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat,
menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi yang dapat
menurunkan tekanan darah. Adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to
Stop Hypertension) yang diet kaya serat dari buah-buahan dan rendah lemak dapat
menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 5,5-11,4 mmHg serrta tekanan
diastolik sebesar 3 – 5,5 mmHg (Frisoli, Schmieder, Grodzicki, Messerli, 2011).

b) Meningkatkan Aktivitas Fisik dan Olahraga


Olahraga aerobik secara teratur seperti berjalan kaki, jogging, berenang
dan bersepeda secara teratur dapat menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan berat badan ideal. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur
membuat jantung lebih kuat. Jantung yang kuat dapat memompa darah lebih
banyak dengan usaha minimal sehingga resistensi perifer total terjadi penurunan
karena gaya yang bekerja pada dinding pembuluh arteri akan berkurang. Aktivitas
fisik seperti olahraga aerobik yang dilakukan secara teratur 30-60 menit per hari,
3-5 hari per minggu dapat menu bermanfaat menurunkan tekanan darah 5 mmHg
(Frisoli, Schmieder, Grodzicki, Messerli, 2011).

c) Berhenti Merokok
Merokok memiliki peran cukup besar dalam peningkatan tekanan darah
yang disebabkan oleh nikotin yang terkandung dalam rokok. Tidak merokok
mengurangi keseluruhan risiko penyakit kardiovaksular dan dapat menurunkan
tekanan darah secara perlahan.

d) Pembatasan Asupan Natrium


Pembatasan asupan natrium dengan mengurangi kadar garam dapat
membantu pendertita hipertensi menurunkan tekanan darahnya. Penggunaan
sodium kurang dari 2,4 gram atau kurang dari 6 gram (1 sedok teh) garam dapur
per hari dapat mengurangi 4-7 mmHg tekanan darah (Frisoli, Schmieder,
Grodzicki, Messerli, 2011). Pembataasan asupan garam juga harus menghindari
8

makanan yang sudah diasinkan. Penambahan dengan suplemen potasium juga


dapat menurunkan tekanan darah karena salah satu penyebab dari hipertensi
adalah defisiensi potassium.

e) Istirahat yang Cukup


Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam
tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu
tidak berarti minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif samapai
melebihi kepatuhan.Meluangkan waktu istirahat itu perlu dilakukan secara rutin.
Yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina
tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh (Amir, 2002
dalam Sagala, 2011)

2.5.2 Penatalaksanaan Farmakologi


Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika (terutama jenis Thiazide atau Aldosteron
Antagonist), beta blocker, calsium channel blocker, angiotensin converting
enzyme inhibitor, dan angiotensin II receptor blocker. Penatalaksanaan dengan
obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah
kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur, kebutuhan, dan usia.
Obat hipertensi yang dipakai dapat dikombinasikan tetapi harus beda kelas.
Kombinasi ini terbukti memberikan efektivitas tambahan dan mengurangi efek
samping. Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan oleh JNC VII.
9

BAB III
PERMASALAHAN

Pelaksanaan promosi kesehatan mengenai Hipertensi dilakukan di


Puskesmas Kuta Makmur dan diikuti oleh peserta Program Pengelolaan Penyakit
Kronis (Prolanis) pada hari Jumat 26 Oktober 2018.
Dari kunjungan ke puskesmas didapatkan:
1. Pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola hidup sehat
2. Para peserta masih belum mengerti apa tujuan pengobatan hipertensi
3. Masih banyak pasien yang merasa malu untuk bertanya ataupun tidak
waspada terhadap komplikasi yang dapat disebabkan oleh hipertensi ini.
10

BAB IV
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Untuk para peserta Prolanis:


a. Melakukan penyuluhan tentang pencegahan hipertensi pada peserta Prolanis
b. Memotivasi peserta Prolanis untuk memulai pola hidup sehat
c. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya terapi non-farmakologi dan
farmakologi pada penderita hipertensi
d. Memotivasi penderita hipertensi agar tidak takut dengan pengobatan jangka
panjang
11

BAB V
PELAKSANAAN

Kegiatan yang dilaksanakan:


Kegiatan Pelaksanaan
Penyuluhan tentang Hipertensi pada Memberikan penyuluhan dengan materi:
peserta Program Pengelolaan Penyakit a. Definisi dari hipertensi, penyebab,
Kronis (Prolanis) tanda dan gejala, kriteria hipertensi,
pencegahan, penatalaksanaan dan
komplikasi dari hipertensi
b. Pentingnya pengobatan jangka
panjang pada penderita hipertensi
c. Komplikasi yang dapat ditimbulkan
jika berhenti berobat tanpa anjuran
dokter
d. Memperlihatkan jenis-jenis obat anti
hipertensi
12

BAB VI
MONITORING

6.1 Monitoring dan Evaluasi


Tanggal Monitoring Tanggal Evaluasi
26 Oktober Monitoring pengetahuan 26 Oktober 1. Meningkatnya
2018 peserta Program 2018 pengetahuan peserta
Pengelolaan Penyakit tentang hipertensi
2. Banyak peserta yang
Kronis (Prolanis) tentang
sudah mengetahui
hipertensi
pentingnya pola
hidup sehat

6.2 Kesimpulan
Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat
mempengaruhi kinerja berbagai organ. Hipertensi juga menjadi suatu faktor resiko
penting terhadap terjadinya penyakit seperti penyakit jantung koroner, gagal
jantung dan stroke. Apabila tidak ditanggulangi secara tepat, akan terjadi banyak
kerusakan organ tubuh.

Kesimpulan dari penyuluhan ini, semua peserta paham akan penyakit


Hipertensi. Diharapkan setelah penyuluhan ini, peserta mulai sadar diri untuk
menjaga pola hidup agar tehindar dari penyakit Hipertensi dan segala macam
penyakit yang dapat disebabkannya. Penyuluhan rutin ulangan perlu dilakukan
agar pemahaman yang ada dapat selalu diingat.

6.3 Saran
Untuk Puskesmas :
 Mendukung PROLANIS yang dilakukan setiap minggunya
 Melaksanakan penyuluhan rutin tentang pola hidup sehat pada masyarakat
13

DAFTAR PUSTAKA

Aronow, et al. (2011). ACCF/AHA 2011 Expert Consensus Document on


Hypertension in the Elderly.
Kemenkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.

Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013

Tim VitaHealth. (2006). Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Udjianti, W.J. (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

World Health Organization. (2013). A Global Brief on Hypertension: Silent


Killer, Global Public Health Crisis.
14

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai