Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penyakit yang ditakutkan oleh para wanita adalah penyakit yang

berhubungan dengan organ reproduksi wanita seperti mioma uteri. Mioma uteri

merupakan tumor jinak yang kebanyakan kasusnya terjadi pada wanita selama

masa reproduksinya. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua

mioma uteri memberikan keluhan dan tidak semua memerlukan tindakan operatif.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh tahun 2013 angka kejadian mioma uteri sebanyak 107 orang

terhitung sejak bulan Januari - Desember 2013. Yang mengalami mioma uteri

dengan primipara sebanyak 45 orang dan multipara sebanyak 62 orang.

Sedangkan mioma uteri terjadi pada wanita dengan berat badan normal sebanyak

35 orang, berat badan kurang sebanyak 18 orang dan dengan berat badan

berlebihan sebanyak 54 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 56 responden dengan usia

menarche dalam kategori normal, ditemukan 40 (71,4%) mengalami mioma uteri

sedang dengan = 0,000, dari 53 responden primipara, ditemukan 40 responden

(75,5%) mengalami mioma uteri sedang dengan = 0,000, dan dari 58 responden

dengan indeks massa tubuh normal, ditemukan 47 responden (81,0%) mengalami

mioma uteri sedang.

Mioma adalah tumor jinak otot polos yang terdiri atas unsur-unsur otot,

berupa sel-sel otot polos serta jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Neoplasma

1
2

jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga

dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.

Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai mioma submukosum, mioma

intramural, dan mioma subserosum[1]. Usia reproduktif menjadi faktor resiko

terjadinya mioma karena kadar hormon ovarium yang dicurigai sebagai penyebab

mioma masih tinggi. Pada usia reproduktif, terdapat peningkatan insidensi

terjadinya mioma uteri seiring bertambahnya usia. Kejadian mioma uteri paling

banyak ditemui pada umur 35-45 tahun, kurang lebih sebesar 25%[2].

Penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas. Tidak ada bukti

bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui

estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor

estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium

sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium[2].

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Tanda dan gejala

dari mioma uteri hanya terjadi pada 35 - 50% pasien dan sangat tergantung pada

tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus),

besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi, serta jumlah mioma.

Gejala yang sering ditemui antara lain adalah perdarahan abnormal, nyeri

panggul, gejala penekanan, dan disfungsi reproduksi. Pendekatan diagnosis

diawali dengan menanyakan keluhan berupa gejala-gejala yang mengarah ke

mioma uteri seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yang kemudian

dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik berupa adanya massa kenyal berbatas


3

tegas pada daerah suprapubis, dan dikonfirmasi lagi dengan menggunakan

pemeriksaan ultrasonografi yang menunjukkan adanya massa pada uterus[2,3].

Penatalaksanaan mioma uteri bisa berupa pengobatan farmakologik berupa

hormon, ataupun tindakan operatif dengan melakukan miomektomi ataupun

histerektomi. Histerektomi merupakan terapi kuratif terbaik[2]. Pada miomektomi,

perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya kekambuhan. Hasil penelitian

menunjukkan kekambuhan sebesar 2-3% per tahun setelah dilakukan

miomektomi[3].
BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

No. rekam medis : 45.64.70

Umur : 45 tahun

Alamat : Desa Rambot Lhoksukon

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Suku : Aceh

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Masuk : 10 Januari 2019

Tanggal Operasi : 17 Januari 2019

Tanggal Keluar : 21 Januari 2019

Diagnosa Medis : Mioma Uteri

2.2. Anamnesis

2.2.1. Keluhan utama

Benjolan di perut bagian bawah dan nyeri pada perut.

4
5

2.2.2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang kontrol ke poliklinik kebidanan RSU Cut Meutia dengan

keluhan berupa benjolan serta nyeri yang dirasakan pada perut bagian bawah. Hal

ini dialami pasien sejak 1 tahun dan memberat ±1 minggu terakhir. Awalnya

terasa terdapat benjolan kecil dalam perut dan semakin membesar disertai nyeri

perut yang hilang timbul seperti ditusuk tusuk. 5 bulan terakhir keluarnya darah

menstruasi lebih banyak dan disertai rasa nyeri. Perut terasa penuh, mual (-),

muntah (-), flek-flek perdarahan (+). Pasien juga mengeluh nyeri pinggang.

2.2.3. Riwayat obstetri

Pasien menarche pada usia 12 tahun. Pasien lupa tanggal hari pertama haid

terakhir. Riwayat perkawinan, pasien menikah 1x, usia 24 tahun. Riwayat

persalinan sebelumnya, anak pertama perempuan, persalinan normal di bidan

desa. Pasien belum pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi apapun

sebelumnya.

2.2.4. Riwayat penyakit dahulu : presbiopia, pasien menyangkal pernah

mengalami hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asthma (-),

2.2.5. Riwayat penyakit keluarga : pasien menyangkal adanya keluarga pasien

yang pernah mengalami gejala serupa. riwayat hipertensi (-), diabetes

mellitus (-), asthma (-), maupun penyakit berat lainnya di keluarganya.

2.2.6. Riwayat pemakaian obat : pasien menyangkal mengkonsumsi obat-obatan

sebelumnya.

2.2.7. Riwayat kebiasaan : merokok (-), alkohol (-)


6

2.3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Frekuensi nadi : 88 x/menit, reguler

Frekuensi nafas : 18 x/menit

Suhu tubuh (aksila) : 36,2 ̊C

Berat badan : 69 kg

2.4. Status Generalis

1 Kulit

Warna : Coklat

Turgor : Cepat kembali, , suhu raba hangat

Sianosis : (-)

Ikterus : (-)

Oedema : (-)

Anemia : (-)

Pigmen : tidak terdapat hipopigmentasi ataupun


hiperpigmentasi
2 Kepala

Rambut : Warna rambut hitam, beruban, tidak


mudah dicabut, distribusi merata
Wajah : Simetris, deformitas (-)

Mata : Konjunctiva pucat (-/-), sclera ikterik


(-/-), mata cekung (-/-), palpebra normal,
gerakan bola mata normal, pupil bulat,
7

isokor +/+, diameter 3mm/3mm,


RCL/RCTL +/+
Telinga : bentuk normal (eutrofilia), discharge
(-/-), Sekret (-/-), darah (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), darah (-/-), deviasi septum
nasi (-/-)
Mulut : lidah normoglosia, tidak kotor, tidak
tremor, bibir pucat (-), mukosa mulut
tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis,
arcus faring simetris, uvula ditengah
3 Leher

Inspeksi : Simetris, kelenjar tiroid tidak


membesar, trakea ditengah
Palpasi : Distensi vena jugularis (-)

4 Thorax

Paru

Inspeksi : Bentuk dada normal, gerak dada


simetris kanan dan kiri saat statis dan
dinamis, pergerakan dada sama, tidak
ada retraksi
Palpasi : Tidak ada benjolan, nyeri tekan (-),
massa (-), taktil fremitus kanan=kiri,
ekspansi dada simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-),


Wheezing (-/-)
Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 2 jari


medial linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas atas jantung di ICS II, kanan di
ICS V LPSD, kiri di ICS V dua jari
medial dari LMCS, batas pinggang di
ICS III LPSS
Auskultasi : BJ I/II normal, bising jantung (-),
Gallop (-)
5 Abdomen
8

Inspeksi : Simetris, distensi -

Palpasi : Defans muscular (-), teraba massa

solid keras, mobile

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

Ginjal : Ballotement (-), nyeri ketok (-/-)

Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen,


Shifting dullness (-)
Auskultasi : Peristaltik usus normal

6 Genetalia : Pada inspeksi tidak terdapat kelainan

7 Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-/-),


atrofi otot (-/-), sianosis (-/-),
kelemahan anggota gerak (-/-), CRT <2
detik
Ekstremitas Superior Inferior

kanan Kiri kanan kiri

Sianosis - - - -

Oedema - - - -

Fraktur - - - -

2.5 Status Ginekologi

- Palpasi: fundus uteri tidak teraba, sedikit teraba massa kenyal pada bagian

bawah perut, nyeri tekan (+).

- Inspeksi: perdarahan merembes, tidak aktif.


9

- Pemeriksaan inspekulo: porsio ukuran normal, warna kemerahan,

permukaan erosi (-), fluksus (+) merembes, livide (-), Ø (-), fluor albus (-),

dinding vagina normal, massa (-), peradangan (-).

- Pemeriksaan dalam (VT): dinding vagina normal, massa (-); portio licin,

kenyal, Ø (-), corpus uteri antefleksi, nyeri; adneksa & cavum douglas nyeri.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium (Pre operasi)

Nomor Lab : 1810000550


Tanggal : 11/01/2019

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 13.7 g/dL 12 ~ 16
Eritrosit 5.12 juta/mm3 3.8 ~ 5.8
Leukosit 5.08 ribu/mm3 4.0 ~ 11.0
Hematokrit 45.9 % 37 ~ 47

Indeks Eritrosit
MCV 89.7 fL 79 ~ 99
MCH *26.7 Pg 27 ~ 32
MCHC *29.8 % 33 ~ 37
RDW-CV 13.2 % 11.5 ~ 14.5
Trombosit 203 ribu/mm3 150 ~ 450
Golongan Darah O

HEMOSTASIS
Masa Pendarahan/BT 2’ menit 1~3
Masa Pembekuan/CT 9’ menit 9 ~ 15

KIMIA KLINIK
Karbohidrat
Glukosa Darah Puasa 74 mg/dl 70 ~ 126
Glukosa Darah 2 jam PP 87 mg/dl 100 ~ 140
Fungsi Hati
Bilirubin Total 0.49 mg/dl 0.1 ~1.2
Bilirubin Direk 0.16 mg/dl 0.0 ~ 0.3
AST (SGOT) 35 IU/L 15 ~ 37
10

ALT (SGPT) *56 IU/L 10 ~ 40


Alkali Phospat 78 IU/L 31 ~ 97
Fungsi Ginjal
Ureum *18.30 mg/dl 20 ~ 40
Kreatinin *0.55 mg/dl 0.60 ~ 1.00
Asam Urat 5,9 mg/dl <6.8
Lemak
Kolesterol *266 mg/dl Dianjurkan : <200
R. Sidang : 200-239
R. Tinggi : ≥240
LDL Kolesterol 35 mg/dl >45
HDL Kolesterol *174 mg/dl 100 ~ 129
Trigliserida *181 mg/dl <150

URINE
Urine Rutin
Makroskopis Urine
Warna Urine Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Bau Khas Khas
Analisa Urine
Berat Jenis 1.020 1.010 ~ 1.030
pH 5.0 4.6 ~ 7.8
Leukosit Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Blood *Positif 1+ Negatif
Mikroskopis Urine
Eritrosit *10-25 /LPB 0-2
Leukosit 0-2 /LPB 0-5
Sel Epitel 5-10 /LPK 0-5
Kristal Negatif /LPK Negatif
Cast Negatif Negatif
Lain-lain Negatif
11

2. USG (Pre operasi)


12

3. Patologi Anatomi (Post operasi)

No. pemeriksaan : H / 600 / 18

Makroskopis : Diterima jaringan uterus dan adnexa sinistra

dengan berat ±400 gram dan ukuran uterus 9,5 x 8 x

5 cm melekat tuba panjang 5 cm dan ovarium kiri 5

x 4,5 x 3 cm, berisi cairan bening permukaan

dinding halus. Warna putih abu-abu, konsistensi

kenyal. Diproses sebagian dalam 8 cup 5 blok.

Mikroskopis : Menunjukkan potongan jaringan uterus terdiri dari

endometrium fase proliferasi dan pada myometrium

tampak jaringan dan stroma endometrium diantara


13

lapisan otot. Tampak pula tuba tanpa kelainan

tertentu, tampak dinding kista ovarium tanpa epithel

pelapis dengan stroma tampak area perdarahan dan

banyak pembuluh darah. Tidak tampak proses

spesifik dan tanda keganasan pada sediaan ini.

Kesimpulan : Uterus dan Adnexa Sinistra, operasi :

- Endometrium kelenjar fase proliferasi

- Adenomyosis

- Follicular cyst pada ovarium sinistra

4. Pemeriksaan Laboratorium Ulang (Post operasi)

Nomor Lab : 1810001358


Tanggal : 17/01/2019

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 12.4 g/dL 12 ~ 16

2.7. Resume

Pasien datang kontrol ke poliklinik kebidanan RSU Cut Meutia dengan

keluhan berupa benjolan serta nyeri yang dirasakan pada perut bagian bawah. Hal

ini dialami pasien sejak 1 tahun dan memberat ±1 minggu terakhir. Awalnya

terasa terdapat benjolan kecil dalam perut dan semakin membesar disertai nyeri

perut yang hilang timbul seperti ditusuk tusuk. 5 bulan terakhir keluarnya darah

menstruasi lebih banyak dan disertai rasa nyeri. Perut terasa penuh, mual (-),

muntah (-), flek-flek perdarahan (+). Pasien juga mengeluh nyeri pinggang.
14

Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/80 mmHg, Nadi: 88x/i,

Pernafasan: 18x/i. Status Generalisata semua dalam batas normal. Status Obstetri :

Pada palpasi dijumpai fundus uteri tidak teraba, sedikit teraba massa kenyal pada

bagian bawah perut, nyeri tekan (+). Pada Inspeksi: perdarahan merembes, tidak

aktif. Pada pemeriksaan inspekulo: porsio ukuran normal, warna kemerahan,

permukaan erosi (-), fluksus (+) merembes, livide (-), Ø (-), fluor albus (-),

dinding vagina normal, massa (-), peradangan (-). Pada pemeriksaan dalam (VT):

dinding vagina normal, massa (-); portio licin, kenyal, Ø (-), corpus uteri

antefleksi, nyeri; adneksa & cavum douglas nyeri.

2.8 Diagnosa

Pasien didiagnosis dengan Mioma Uteri

2.9 Rencana Tindakan

1. Pengawasan TTV selama pre-operasi

2. IVFD RL 20 gtt/i

3. Pemeriksaan laboratorium lengkap

4. Pro laparotomi

2.10 Prognosis

Ad vitam : Dubia ad malam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

2.11 Laporan operasi

Operator : dr. Iskandar Albin, Sp. OG

Tanggal : 17 Oktober 2019

Jam : 10.00 WIB


15

Diagnosa pra bedah : Mioma Uteri

Laporan Uraian Operasi

1. Ibu dibaringkan di meja operasi dalam spinal anestesi dengan infus dan

kateter terpasang baik.

2. Dilakukan aseptik dengan larutan povidon iodin 10% dan alkohol 70% pada

dinding abdomen lalu ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi.

3. Dibawah anestesi spinal dilakukan insisi midline dinding abdomen mulai

dari kutis sampai subkutis.

4. Dengan menyisipkan pinset anatomik dibawahnya, fascia digunting dari atas

ke bawah otot dikuakkan secara tumpul.

5. Peritoneum dijepit dengan klem, diangkat lalu digunting.

6. Eksplorasi :

- Tampak uterus sebesar kepala janin aterm.

- Adnexa dextra dalam batas normal.

- Adnexa sinistra ditemukan kista ovarium sebesar telur bebek.

7. Identifikasi lig. Rotundum kanan dan kiri, gunting, klem, dan ikat.

8. Identifikasi a. uterina kanan dan kiri, klem, dan ikat.

9. Diputuskan dilakukan Total Abdominal Histerektomi (TAH) – Salpingo-

Oophorectomy Sinistra (SOS) kemudian dilakukan pemeriksaan patologi

anatomi.

10. Evaluasi perdarahan, kesan tidak ada perdarahan.

11. Rongga abdomen dicuci dengan NaCL 0,9 % hangat dibersihkan dari sisa

darah dengan kassa sebersih mungkin.


16

12. Peritoneum di jahit secara continous dengan plain catgut.

13. Otot dijahit.

14. Fascia dijahit secara continous dengan vycril No. 1.

15. Kutis dijahit secara subkutikuler dengan vycryl No. 1.

16. Luka operasi dibersihkan diberi betadin dan ditutup dengan kassa steril.

17. Tindakan selesai.

18. Keadaan umum ibu post operasi : baik. Os dipindahkan dari RR dalam

keadaan sadar dan lemah

Intruksi Post Operasi

 Awasi vital sign dan tanda-tanda perdarahan.

 Pemeriksaan lab post operatif (Hb 12,4 gr/dL)

 IVFD RL 20 gtt/i

 Inj Ceftriaxone 2 gr/ 24 jam

 Inj ketorolac 30 mg/8 jam

 Inj ranitidine 1 amp/12 jam

 Inj Ondansetron 1 amp/12 jam

 Profenid Supp/4 jam (2x)

 Puasa sampai jam 17.00 WIB

 Kateter menetap

2.12 Follow Up Pasien

Tanggal SOAP Terapi

Kamis, Rps/ pasien datang ke poliklinik -


17

10 kebidanan dengan keluhan perut

Januari membesar karna benjolan di perut disertai

2019 nyeri

(H +1) O/ TD= 130/80mmHg; HR= 88x/menit;

RR=18x/menit T=36,2 oC

A/ Mioma Uteri

P/ Darah rutin, CT/BT, KGDS

Pro laparotomi

Jum’at, S/ Benjolan di perut bagian bawah -

11 disertai nyeri

Januari O/ TD= 120/70 mmHg, HR: 80x/menit,

2019 RR=20x/menit, T:36,8 oC

(H+2) A/ Mioma Uteri

P/ Konsul penyakit dalam +, Pro

laparotomi

Sabtu, S/ Benjolan di perut bagian bawah -

12 disertai nyeri

Januari O/ TD= 110/70 mmHg, HR: 84x/menit,

2019 RR=18x/menit, T:36,8 oC

(H+3) A/ Mioma Uteri

P/ Konsul penyakit dalam +, Pro

laparotomi

Minggu, S/ Benjolan di perut bagian bawah -


18

13 disertai nyeri

Januari O/ TD= 110/70 mmHg, HR: 82x/menit,

2019 RR=18x/menit, T:36,5 oC

(H+4) A/ Mioma Uteri

P/ Konsul penyakit dalam +, Pro

laparotomi

Senin, S/ Benjolan di perut bagian bawah - IVFD RL 20 gtt/i

14 disertai nyeri

Januari O/ TD = 120/70 mmHg, HR: 80x/menit,

2019 RR=20x/menit, T:35,8 oC

(H+5) A/ Mioma Uteri

P/ Konsul penyakit dalam +, konsul

anestesi +, Pro laparotomi

Selasa, S/ Benjolan di perut bagian bawah - IVFD RL 20 gtt/i

15 disertai nyeri - Dulcolac Supp

Januari O/ TD= 110/70 mmHg, HR: 0/menit,

2019 RR=18x/menit, T:36,7 oC

(H+6) A/ Mioma Uteri

P/ Konsul penyakit dalam +, konsul

anestesi +, Pro laparotomi

Rabu, 16 S/ Benjolan di perut bagian bawah - IVFD RL 20 gtt/i

Januari disertai nyeri - Inj Ceftriaxon 1 gr / 12 jam

2019 O/ TD= 110/60 mmHg, HR: 78x/menit, - Inj Ranitidin 1 amp / 12 jam
19

(H+7) RR=19x/menit, T:36,5 oC - Inj Ondansetron 1 amp / 8 jam

A/ Mioma Uteri - Inj Ketorolac 1 amp / 8 jam

- Drip tramadol

- Profenid Supp II/4 jam (2x)

Kamis, S/ Mual, muntah, pusing - IVFD RL 20 gtt/i

17 O/ TD= 110/70 mmHg, HR: 82x/menit, - Inj Ceftriaxon 1 gr / 12 jam

Januari RR=18x/menit, T:36,3 oC - Inj Ranitidin 1 amp / 12 jam

2019 A/ Post TAH + SOS Hari I a/i Mioma - Inj Ondansetron 1 amp / 8 jam

(H+8) Uteri - Inj Ketorolac 1 amp / 8 jam

- Drip tramadol  aff

- Profenid Supp II/4 jam (2x)

Jum’at, S/ mual, muntah sudah tidak ada lagi, - IVFD RL 20 gtt/i

18 pusing - Inj Ceftriaxon 1 gr / 12 jam

Januari O/ TD= 120/70 mmHg, HR: 82x/menit, - Inj Ranitidin 1 amp / 12 jam

2019 RR=18x/menit, T:36,6 oC - Inj Ondansetron  aff

(H+9) A/ Post TAH + SOS Hari II a/i Mioma - Inj Ketorolac 1 amp / 8 jam

Uteri - Profenid Supp II k/p

Sabtu, S/ Nyeri di bagian bekas sayatan, lemas - IVFD RL 20 gtt/i

19 O/ TD= 110/6mmHg, HR: 80x/menit, - Inj Ceftriaxon 1 gr / 12 jam

Januari RR=18x/menit, T:36,4 oC - Inj Ranitidin 1 amp / 12 jam

2019 A/ Post TAH + SOS Hari III a/i Mioma

(H+10) Uteri

Minggu, S/ Nyeri di bagian bekas sayatan Pasien pulang berobat jalan


20

20 berkurang, keadaan umum membaik (PBJ) dan kontrol ke poliklinik

Januari O/ TD= 110/70 mmHg, HR: 80x/menit, kebidanan 1 minggu kemudian

2019 RR=18x/menit, T:36,2 oC

(H+4) A/ Post TAH + SOS Hari IV a/i Mioma

Uteri
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Mioma Uteri

3.1.1. Definisi mioma uteri

Mioma adalah tumor jinak otot polos yang terdiri atas unsur-unsur otot,

berupa sel-sel otot polos serta jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Neoplasma

jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga

dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid[1].

Sarang mioma di uterus yang berasal dari serviks uterus hanya 1-3%,

sisanya berasal dari korpus uterus. Menurut letaknya, mioma dikenal sebagai[1]:

a) Mioma submukosum: mioma berada di bawah endometrium dan menonjol

ke dalam rongga uterus.

b) Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut

miometrium.

c) Mioma subserosum: mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga

menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.

Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian

dilahirkan melalui saluran serviks (myomgeburt). Mioma subserosum dapat

tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma

intraligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan

lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari

uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu

macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke

21
22

dalam saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.

Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos

dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde/pusaran air (whorl like pattern),

dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena

pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu

uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma

dapat mencapai berat lebih dari 5 kg[2]. Dapat terjadi perubahan sekunder pada

mioma, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

• Atrofi: sesudah menopause atau pun sesudah kehamilan mioma uteri

menjadi kecil[2].

• Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita

berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat

meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah

memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya[4].

• Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, di mana

sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang

tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas

dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi

yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan[4].

• Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi pada

wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan

adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras

dan memberikan bayangan pada foto Rontgen[4].


23

• Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya terjadi

pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis

subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang

mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen

hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada

kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada

uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada

putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai[4].

• Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi

hialin[4].

3.1.2. Epidemiologi dan faktor resiko mioma uteri

Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ

reproduksi wanita. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebeluin

menars, dan jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun. Pada

usia reproduktif, terdapat peningkatan insidensi terjadinya mioma uteri seiring

bertambahnya usia. Usia reproduktif menjadi faktor resiko terjadinya mioma

karena kadar hormon ovarium yang dicurigai sebagai penyebab mioma masih

tinggi[5]. Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang

mioma.Kejadian mioma uteri paling banyak ditemui pada umur 35-45 tahun,

kurang lebih sebesar 25%, dan sebesar 20-40% ditemukan pada wanita yang

berusia lebih dari 35 tahun. Mioma asimptomatik ditemui pada 40-50% wanita

berusia lebih dari 35 tahun. Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu

3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus
24

ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya

10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Di Indonesia mioma uteri

ditemukan 2,39 - 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat[6].

Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang

kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Selain itu, mioma uteri

juga lebih sering dijumpai pada wanita obese. Perubahan sekunder pada mioma

uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena

berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Mioma ditemukan lebih

banyakpada wanita berkulit hitamdaripada ras lainnya[6].

3.1.3. Etiologi dan patogenesis mioma uteri

Penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas. Mioma uteri

berasal dari sel ototpolos miometrium, menurut teori onkogenik maka patogenesa

mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor

yang menginisiasi pertumbuhan miomauteri masih belum diketahui dengan pasti.

Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphatasedihydrogenase diketahui

bahwa mioma berasaldari jaringan yang uniseluler[6]. Transformasi neoplastik dari

miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal

dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal.

Mutasisomatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor.

Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang

matur[6].

Tidak ada bukti bahwa hormone estrogen berperan sebagai penyebab

mioma,namun diketahui estrogen berpengaruh dalampertumbuhan mioma.Mioma


25

terdiri darireseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebihtinggi dibanding dari

miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah dibanding

endometrium. Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori

genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci

percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan

maupun pada tempat lain dalam abdomen. Puukka dan kawan-kawan menyatakan

bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak ditemukan daripada

miometrium normal. Estrogen berperan dalampembesaran tumor dengan

meningkatkanproduksi matriks ekstraseluler[6].

Ada pernyataan yang menyatakan bahwa efek fibromatosa yang

ditimbulkan estrogen dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau

testosterone. Di sisi lain ada pernyataan lain yang menyatakan bahwa

hormonprogesteron memungkinkan pembesarantumor dengan cara down-

regulation apoptosisdari tumor. Progesterone meningkatkan aktifitas mitotik dari

mioma padawanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat

tidak diketahui secarapasti[6].

3.1.4. Gejala dan tanda mioma uteri

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Tanda dan gejala

dari mioma uteri hanya terjadi pada 35 - 50% pasien. Gejala yang dikeluhkan

sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural,

submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi,

serta jumlah mioma. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut[6].


26

• Perdarahan abnormal.

Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling

sering terjadi dan paling penting (Fortner, Gibbs). Gejala ini terjadi pada 30%

pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan mengalami

siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Gangguan perdarahan yang

terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi

metroragia[6].

Patofisiologi perdarahan uterus yang abnormal yang berhubungan dengan

mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Beberapa penelitian

menerangkan bahwa adanya disregulasi dari beberapa faktor pertumbuhan dan

reseptor¬-reseptor yang mempunyai efek langsung pada fungsi vaskuler dan

angiogenesis. Perubahan-perubahan ini menyebabkan kelainan vaskularisasi

akibat disregulasi struktur vaskuler didalam uterus. Beberapa faktor yang menjadi

penyebab perdarahan ini, antara lain adalah[2,3,6]:

- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai

adenokarsinoma endometrium.

- Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus.

- Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.

- Atrofi dan ulserasi endometrium di atas mioma submukosum.

- Kompresi pada pleksus venosus didalam miometrium.

- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang

mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh

darah yang melaluinya dengan baik.


27

• Rasa nyeri.

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas. Nyeri dapat disebabkan oleh karena

degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai

maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan mioma subserosum. Pada

pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pertumbuhannya yang

menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebab¬kan dismenore. Tumor yang

besar dapat mengisi rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang dapat

menekan saraf sehingga menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian

punggung dan ekstremitas inferior[6].

• Gejala dan tanda penekanan.

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan

pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan

retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada

rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan

pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri

panggul[6].

• Disfungsi reproduksi.

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum

jelas. Dilaporkan sebesar 27 - 40% wanita dengan mioma uteri mengalami

infertilitas. Mioma yang terletak didaerah kornu dapat menyebabkan sumbatan

dan gangguan transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba

bilateral. Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang

sebenarnya diperlukan untuk motilitas sperma didalam uterus. Perubahan bentuk


28

kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi.

Mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi

rongga uterus. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma

akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi

massa tumor. Apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma

merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk

dilakukan miomektomi[6,7].

3.1.5. Diagnosis mioma uteri

Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan

pada perut bagian bawah. Hampir kebanyakan mioma uteri dapat didiagnosa

melalui pemeriksaan bimanual rutin maupun dari palpasi abdomen bila ukuran

mioma yang besar. Diagnosa semakin jelas bila pada pemeriksaan bimanual

diraba permukaan uterus yang berbenjol akibat penonjolan massa maupun adanya

pembesaran uterus[7]. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat

uterus, yang umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping,

seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai

yang berhubungan dengan uterus.Mioma intramural akan menyebabkan kavum

uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan dengan uterus sonde.

Mioma submukosum kadang-kala dapat teraba dengan jari yang masuk ke dalam

kanalis servikalis, dan terasanya benjolan pada permukaan kavum uteri[8].

Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan bila terdapat tumor abdomen

di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma

submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma


29

intramural harusdibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma,

karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri[9].

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdominal dan transvaginal dapat

membantu dan menegakkan dugaan klinis dengan menentukan lokasi, dimensi,

dan konsistensi. Selain itu, pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) juga

dapat membantu dalam mendeteksi adanya mioma uteri[9].

3.1.6. Penatalaksanaan mioma uteri

Secara umum penatalaksanaan mioma uteri dibagi atas 2 metode, terapi

medisinal (hormonal), dan terapi pembedahan. Tidak semua mioma uteri

memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan

suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu masih kecil

dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri

memerlukan pengamatan setiap 6-12 bulan, dan setiap 3-6 bulan untuk kasus yang

dinilai lebih progresif. Pertumbuhan mioma uteridapat terhenti atau menjadi lisut

setelah terjadi menopause. Apabila terdapat suatu perubahan yang berbahaya,

diharapkan dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera[9].

• Terapi medisinal (hormonal).

Saat ini pemakaian gonadotropin-releasing hormoneagonis (GnRHa)

memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh

mioma uteri. Hal ini didasarkan atas pemikiran mioma uterus terdiri atas sel-sel

otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor

gonadotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin sehingga

mengurangi ukuran mioma dengan cara mengurangi produksi estrogen dari


30

ovarium. Dari suatu penelitian multisenter didapati data pada pemberian GnRHa

selama 6 bulan, pada pasien dengan mioma uteri didapati adanya pengurangan

volume mioma sebesar 44%. Efek maksimal pemberian GnRHa baru terlihat

setelah 3 bulan. Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan volume mioma

secara bermakna[9].

Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma

uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam

keseluruhannya menjadi lebih kecil.Akan tetapi setelah pemberian GnRHa

dihentikan, mioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen

olehkarena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi

yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami

menopause yang terlambat. Pemberian GnRHa sebelum dilakukan tindakan

pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan

memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi

oral dan preparat progesteron akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang

abnormal namun tidak dapat mengurangi ukuran dari mioma[9].

• Terapi pembedahan.

Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang

menimbulkan gejala. Menurut American College of Obstetricians and

Gynecologists (ACOG) dan American Society for Reproductive Medicine

(ASRM) indikasi pembedahan pada pasien dengan mioma uteri adalah[10]:

1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.

2. Sangkaan adanya keganasan.


31

3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause.

4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba.

5. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu.

6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.

7. Anemia akibat perdarahan.

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun

histerektomi. Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa

pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma

submukoum padamyom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan

sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai.

Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi

reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi[10,11]. Apabila miomektomi

ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan

terjadi kehamilan adalah 30-50%.Perlu disadari bahwa 25-35% dan penderita

tersebut akan masih memerlu¬kan histerektomi. Dewasa ini ada beberapa pilihan

tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari

mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi

maupun dengan laparoskopi[10].

Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnva merupakan

tindakan terpilih[2,11]. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari

seluruh kasus. Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan

dengan 3 cara yaitu dengan pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal, dan pada

beberapa kasus secara laparoskopi. Hiesterektomi pervaginam jarang dilakukan


32

karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan

sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan.

Histerektomi total umurnnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnva

karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila

terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya. Tindakan

histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapati

keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan

kuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu[11].

• Radioterapi. Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi

sehingga penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya

dikerjakan jika terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini

kontra indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya

dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus[2,11].

Terapi yang terbaik untuk mioma uteri adalah melakukan histerektomi.

Dari berbagai pendekatan, prosedur histerektomi laparoskopi memiliki kelebihan

dimana resiko perdarahan yang lebih minimal, masa penyembuhan yang lebih

cepat dan angka morbiditas yang lebih rendah dibanding prosedur histerektomi

abdominal[10].

3.1.7. Komplikasi mioma uteri

Degenerasi ganas. Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan

hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua

sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi

uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
33

uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam

menopause[11].

Torsi (putaran tangkai).Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami

torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan

demikian terjadilah sindrom abdomen akut.Jika torsi terjadi perlahan-lahan,

gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan

di mana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum[2,11].

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan

karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang

dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore

dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dan uterus sendiri[11].

3.1.8. Prognosis mioma uteri

Histerektomi merupakan tindakan penatalaksanaan kuratif pada

mioma.Pada miomektomi, uterus dapat kembali ke bentuk dan kontur awal.Yang

perlu diperhatikan pada miomektomi adalah terjadinya kekambuhan. Hasil

penelitian menunjukkan kekambuhan sebesar 2-3% per tahun setelah dilakukan

miomektomi[3,11].

Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan

infertilitas; risiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus;

khususnya pada mioma submukosum; letak janin; menghalangi kemajuan

persalinan karena letaknya pada serviks uteri; menyebabkan inersia maupun

atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena adanya

gangguan mekanik dalam fungsi miometrium; menyebabkan plasenta sukar lepas


34

dari dasarnya; dan mengganggu proses involusi dalam nifas.Memperhatikan hal-

hal tersebut, adanya kehamilan pada mioma uteri memerlukan pengamatan yang

cermat secara ekspektatif.Kehamilan sendiri dapat menimbulkan perubahan pada

mioma uteri, antara lain[11]:

1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh

estrogen yang kadarnya meningkat[11].

2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas

seperti telah diutarakan di atas, yang kadang-kadang memerlukan

pembedahan segera guna mengangkat sarang mioma. Anehnya

pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang menyebabkan banyak

perdarahan[11].

3. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi

dengan gejala dan tanda sindrom abdomen akut[11].


BAB 4

PEMBAHASAN

Pasien datang ke poliklinik kebidanan RSU Cut Meutia dengan keluhan

berupa benjolan serta nyeri pada perut bagian bawah yang sudah dialami sejak ±1

tahun Pasien didiagnosis dengan mioma uteri dan pasien direncanakan menjalani

laparotomi.

Pada laporan kasus ini terdapat seorang pasien wanita berusia 45 tahun

dengan diagnosis mioma uteri. Sampai saat ini penyebab sebenarnya dari mioma

uteri masih belum jelas. Faktor predisposisi pada pasien ini adalah usia pasien, 45

tahun. Pada usia reproduktif, terdapat peningkatan insidensi terjadinya mioma

uteri seiring bertambahnya usia[6]. Usia reproduktif menjadi faktor resiko

terjadinya mioma karena kadar hormon ovarium yang dicurigai sebagai penyebab

mioma masih tinggi. Kejadian mioma uteri paling banyak ditemui pada umur 35-

45 tahun, kurang lebih sebesar 25%[3]. Pasien yang multipara bukanlah faktor

resiko munculnya mioma uteri pada pasien, karena mioma uteri ini lebih sering

didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur[11].

Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang timbul,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada[2]. Pada pemeriksaan fisik

juga sulit untuk menentukan posisi mioma karena letak mioma yang sulit

dipalpasi. Namun tidak ditemukannya nyeri tekan pada bagian suprapubis

mendukung ke arah mioma uteri. Pada USG dapat dikonfirmasi dengan lebih tepat

bahwa terdapat massa miomatik sehingga diagnosis dapat ditegakkan. Sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pasien adalah mioma uteri.

35
36

Pentalaksanaan yang akan diberikan pada pasien adalah terapi operatif

berupa laparotomi untuk melakukan histerektomi. Histerektomi dipilih karena usia

pasien yang sudah mendekati usia menopause dan untuk mencegah kenungkinan

timbulnya keganasan pada daerah di sekitar pelvis.


BAB 5

KESIMPULAN

Telah dilaporkan pasien perempuan berusia 45 tahun datang dengan

keluhan berupa benjolan serta nyeri pada perut bagian bawah yang sudah dialami

sejak ±1 tahun Pasien didiagnosis dengan mioma uteri dan pasien direncanakan

menjalani laparotomi. Kesimpulan pada kasus ini adalah:

1. Sebagian besar data-data yang didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini mengarah pada diagnosis

mioma uteri.

2. Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu total abdominal histerektomi dengan

salpingooferektomi. Penatalaksanaan operatif ini dilakukan karena

pembesaran uterus akibat mioma intramural yang difus, usia pasien yang

sudah mendekati usia menopause, dan untuk mencegah kenungkinan

timbulnya keganasan pada daerah di sekitar pelvis.

3. Pemeriksaan patologi anatomi dari sarang mioma yang diangkat dilakukan

untuk menyingkirkan kemungkinan adanya keganasan.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland WAN. Kamus kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC; 2002.
2. Norwitz ER, Arulkumaran S, Symonds IM, Fowlie A. Oxford American
handbook of obstetrics and gynecology, 1st ed. New York: Oxford University
Press; 2007.
3. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current diagnosis
&treatment:obstetrics &gynecology, 10thed. New York: McGraw-Hill; 2007.
4. Hamilton-Fairley D. Lecture notes: obstetrics and gynaecology, 2nd ed.
Massachusetts: Blackwell Publishing; 2004.
5. Monga A. Gynaecology by ten teachers, 18thed. New York: Edward Arnold:
2006.
6. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD,
Cunningham FG. Williams gynecology. New York: McGraw-Hill; 2008.
7. Berek JS. Berek & Novak’s gynecology, 14th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007.
8. Hadibroto BR. Mioma uteri. Majalah Kedokteran Nusantara. 2005 Sept; 38(3):
254-9.
9. Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE, Wallach EE. Johns Hopkins manual of
gynecology and obstetrics, 3rd ed. Maryland: Lippincott Williams & Wilkins;
2007.
10.Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I. Danforth’s obstetrics and
gynecology, 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
11.Wiknjosastro H. Ilmu kandungan, ed 2. Jakarta: YBPSP; 2007.
12.Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Woman’s Health Care. Seventh edit.

38

Anda mungkin juga menyukai