PENDAHULUAN
Salah satu penyakit yang ditakutkan oleh para wanita adalah penyakit yang
berhubungan dengan organ reproduksi wanita seperti mioma uteri. Mioma uteri
merupakan tumor jinak yang kebanyakan kasusnya terjadi pada wanita selama
masa reproduksinya. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua
mioma uteri memberikan keluhan dan tidak semua memerlukan tindakan operatif.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh tahun 2013 angka kejadian mioma uteri sebanyak 107 orang
terhitung sejak bulan Januari - Desember 2013. Yang mengalami mioma uteri
Sedangkan mioma uteri terjadi pada wanita dengan berat badan normal sebanyak
35 orang, berat badan kurang sebanyak 18 orang dan dengan berat badan
(75,5%) mengalami mioma uteri sedang dengan = 0,000, dan dari 58 responden
Mioma adalah tumor jinak otot polos yang terdiri atas unsur-unsur otot,
berupa sel-sel otot polos serta jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Neoplasma
1
2
jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga
Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai mioma submukosum, mioma
terjadinya mioma karena kadar hormon ovarium yang dicurigai sebagai penyebab
terjadinya mioma uteri seiring bertambahnya usia. Kejadian mioma uteri paling
banyak ditemui pada umur 35-45 tahun, kurang lebih sebesar 25%[2].
Penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas. Tidak ada bukti
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Tanda dan gejala
dari mioma uteri hanya terjadi pada 35 - 50% pasien dan sangat tergantung pada
besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi, serta jumlah mioma.
Gejala yang sering ditemui antara lain adalah perdarahan abnormal, nyeri
miomektomi[3].
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. S
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
2.2. Anamnesis
4
5
keluhan berupa benjolan serta nyeri yang dirasakan pada perut bagian bawah. Hal
ini dialami pasien sejak 1 tahun dan memberat ±1 minggu terakhir. Awalnya
terasa terdapat benjolan kecil dalam perut dan semakin membesar disertai nyeri
perut yang hilang timbul seperti ditusuk tusuk. 5 bulan terakhir keluarnya darah
menstruasi lebih banyak dan disertai rasa nyeri. Perut terasa penuh, mual (-),
muntah (-), flek-flek perdarahan (+). Pasien juga mengeluh nyeri pinggang.
Pasien menarche pada usia 12 tahun. Pasien lupa tanggal hari pertama haid
desa. Pasien belum pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi apapun
sebelumnya.
sebelumnya.
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 69 kg
1 Kulit
Warna : Coklat
Sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Oedema : (-)
Anemia : (-)
4 Thorax
Paru
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Fraktur - - - -
- Palpasi: fundus uteri tidak teraba, sedikit teraba massa kenyal pada bagian
permukaan erosi (-), fluksus (+) merembes, livide (-), Ø (-), fluor albus (-),
- Pemeriksaan dalam (VT): dinding vagina normal, massa (-); portio licin,
kenyal, Ø (-), corpus uteri antefleksi, nyeri; adneksa & cavum douglas nyeri.
Indeks Eritrosit
MCV 89.7 fL 79 ~ 99
MCH *26.7 Pg 27 ~ 32
MCHC *29.8 % 33 ~ 37
RDW-CV 13.2 % 11.5 ~ 14.5
Trombosit 203 ribu/mm3 150 ~ 450
Golongan Darah O
HEMOSTASIS
Masa Pendarahan/BT 2’ menit 1~3
Masa Pembekuan/CT 9’ menit 9 ~ 15
KIMIA KLINIK
Karbohidrat
Glukosa Darah Puasa 74 mg/dl 70 ~ 126
Glukosa Darah 2 jam PP 87 mg/dl 100 ~ 140
Fungsi Hati
Bilirubin Total 0.49 mg/dl 0.1 ~1.2
Bilirubin Direk 0.16 mg/dl 0.0 ~ 0.3
AST (SGOT) 35 IU/L 15 ~ 37
10
URINE
Urine Rutin
Makroskopis Urine
Warna Urine Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Bau Khas Khas
Analisa Urine
Berat Jenis 1.020 1.010 ~ 1.030
pH 5.0 4.6 ~ 7.8
Leukosit Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Blood *Positif 1+ Negatif
Mikroskopis Urine
Eritrosit *10-25 /LPB 0-2
Leukosit 0-2 /LPB 0-5
Sel Epitel 5-10 /LPK 0-5
Kristal Negatif /LPK Negatif
Cast Negatif Negatif
Lain-lain Negatif
11
- Adenomyosis
2.7. Resume
keluhan berupa benjolan serta nyeri yang dirasakan pada perut bagian bawah. Hal
ini dialami pasien sejak 1 tahun dan memberat ±1 minggu terakhir. Awalnya
terasa terdapat benjolan kecil dalam perut dan semakin membesar disertai nyeri
perut yang hilang timbul seperti ditusuk tusuk. 5 bulan terakhir keluarnya darah
menstruasi lebih banyak dan disertai rasa nyeri. Perut terasa penuh, mual (-),
muntah (-), flek-flek perdarahan (+). Pasien juga mengeluh nyeri pinggang.
14
Pernafasan: 18x/i. Status Generalisata semua dalam batas normal. Status Obstetri :
Pada palpasi dijumpai fundus uteri tidak teraba, sedikit teraba massa kenyal pada
bagian bawah perut, nyeri tekan (+). Pada Inspeksi: perdarahan merembes, tidak
permukaan erosi (-), fluksus (+) merembes, livide (-), Ø (-), fluor albus (-),
dinding vagina normal, massa (-), peradangan (-). Pada pemeriksaan dalam (VT):
dinding vagina normal, massa (-); portio licin, kenyal, Ø (-), corpus uteri
2.8 Diagnosa
2. IVFD RL 20 gtt/i
4. Pro laparotomi
2.10 Prognosis
1. Ibu dibaringkan di meja operasi dalam spinal anestesi dengan infus dan
2. Dilakukan aseptik dengan larutan povidon iodin 10% dan alkohol 70% pada
dinding abdomen lalu ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi.
6. Eksplorasi :
7. Identifikasi lig. Rotundum kanan dan kiri, gunting, klem, dan ikat.
anatomi.
11. Rongga abdomen dicuci dengan NaCL 0,9 % hangat dibersihkan dari sisa
16. Luka operasi dibersihkan diberi betadin dan ditutup dengan kassa steril.
18. Keadaan umum ibu post operasi : baik. Os dipindahkan dari RR dalam
IVFD RL 20 gtt/i
Kateter menetap
2019 nyeri
RR=18x/menit T=36,2 oC
A/ Mioma Uteri
Pro laparotomi
11 disertai nyeri
laparotomi
12 disertai nyeri
laparotomi
13 disertai nyeri
laparotomi
14 disertai nyeri
2019 O/ TD= 110/60 mmHg, HR: 78x/menit, - Inj Ranitidin 1 amp / 12 jam
19
- Drip tramadol
2019 A/ Post TAH + SOS Hari I a/i Mioma - Inj Ondansetron 1 amp / 8 jam
Januari O/ TD= 120/70 mmHg, HR: 82x/menit, - Inj Ranitidin 1 amp / 12 jam
(H+9) A/ Post TAH + SOS Hari II a/i Mioma - Inj Ketorolac 1 amp / 8 jam
(H+10) Uteri
Uteri
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Mioma adalah tumor jinak otot polos yang terdiri atas unsur-unsur otot,
berupa sel-sel otot polos serta jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Neoplasma
jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga
Sarang mioma di uterus yang berasal dari serviks uterus hanya 1-3%,
sisanya berasal dari korpus uterus. Menurut letaknya, mioma dikenal sebagai[1]:
miometrium.
lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari
macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke
21
22
dalam saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos
dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde/pusaran air (whorl like pattern),
dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu
uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma
dapat mencapai berat lebih dari 5 kg[2]. Dapat terjadi perubahan sekunder pada
menjadi kecil[2].
tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas
yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan[4].
wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan
adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada
kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada
uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada
hialin[4].
menars, dan jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun. Pada
karena kadar hormon ovarium yang dicurigai sebagai penyebab mioma masih
mioma.Kejadian mioma uteri paling banyak ditemui pada umur 35-45 tahun,
kurang lebih sebesar 25%, dan sebesar 20-40% ditemukan pada wanita yang
berusia lebih dari 35 tahun. Mioma asimptomatik ditemui pada 40-50% wanita
3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus
24
ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya
10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Di Indonesia mioma uteri
Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang
kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Selain itu, mioma uteri
juga lebih sering dijumpai pada wanita obese. Perubahan sekunder pada mioma
uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena
Penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas. Mioma uteri
berasal dari sel ototpolos miometrium, menurut teori onkogenik maka patogenesa
mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor
dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal.
Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang
matur[6].
endometrium. Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori
maupun pada tempat lain dalam abdomen. Puukka dan kawan-kawan menyatakan
mioma padawanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Tanda dan gejala
dari mioma uteri hanya terjadi pada 35 - 50% pasien. Gejala yang dikeluhkan
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural,
• Perdarahan abnormal.
sering terjadi dan paling penting (Fortner, Gibbs). Gejala ini terjadi pada 30%
pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan mengalami
siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Gangguan perdarahan yang
metroragia[6].
akibat disregulasi struktur vaskuler didalam uterus. Beberapa faktor yang menjadi
adenokarsinoma endometrium.
• Rasa nyeri.
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas. Nyeri dapat disebabkan oleh karena
degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai
besar dapat mengisi rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang dapat
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
panggul[6].
• Disfungsi reproduksi.
dan gangguan transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba
bilateral. Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang
rongga uterus. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma
massa tumor. Apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma
dilakukan miomektomi[6,7].
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan
pada perut bagian bawah. Hampir kebanyakan mioma uteri dapat didiagnosa
melalui pemeriksaan bimanual rutin maupun dari palpasi abdomen bila ukuran
mioma yang besar. Diagnosa semakin jelas bila pada pemeriksaan bimanual
diraba permukaan uterus yang berbenjol akibat penonjolan massa maupun adanya
uterus, yang umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping,
uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan dengan uterus sonde.
Mioma submukosum kadang-kala dapat teraba dengan jari yang masuk ke dalam
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan bila terdapat tumor abdomen
di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma
dan konsistensi. Selain itu, pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) juga
memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan
suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu masih kecil
dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri
memerlukan pengamatan setiap 6-12 bulan, dan setiap 3-6 bulan untuk kasus yang
dinilai lebih progresif. Pertumbuhan mioma uteridapat terhenti atau menjadi lisut
diharapkan dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera[9].
mioma uteri. Hal ini didasarkan atas pemikiran mioma uterus terdiri atas sel-sel
otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor
ovarium. Dari suatu penelitian multisenter didapati data pada pemberian GnRHa
selama 6 bulan, pada pasien dengan mioma uteri didapati adanya pengurangan
volume mioma sebesar 44%. Efek maksimal pemberian GnRHa baru terlihat
setelah 3 bulan. Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan volume mioma
secara bermakna[9].
dihentikan, mioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen
yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami
oral dan preparat progesteron akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang
• Terapi pembedahan.
4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba.
tersebut akan masih memerlu¬kan histerektomi. Dewasa ini ada beberapa pilihan
tindakan terpilih[2,11]. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari
dengan 3 cara yaitu dengan pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal, dan pada
karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan
histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapati
dikerjakan jika terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini
dimana resiko perdarahan yang lebih minimal, masa penyembuhan yang lebih
cepat dan angka morbiditas yang lebih rendah dibanding prosedur histerektomi
abdominal[10].
hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua
uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
33
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause[11].
gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan
karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang
miomektomi[3,11].
hal tersebut, adanya kehamilan pada mioma uteri memerlukan pengamatan yang
2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas
perdarahan[11].
PEMBAHASAN
berupa benjolan serta nyeri pada perut bagian bawah yang sudah dialami sejak ±1
tahun Pasien didiagnosis dengan mioma uteri dan pasien direncanakan menjalani
laparotomi.
Pada laporan kasus ini terdapat seorang pasien wanita berusia 45 tahun
dengan diagnosis mioma uteri. Sampai saat ini penyebab sebenarnya dari mioma
uteri masih belum jelas. Faktor predisposisi pada pasien ini adalah usia pasien, 45
terjadinya mioma karena kadar hormon ovarium yang dicurigai sebagai penyebab
mioma masih tinggi. Kejadian mioma uteri paling banyak ditemui pada umur 35-
45 tahun, kurang lebih sebesar 25%[3]. Pasien yang multipara bukanlah faktor
resiko munculnya mioma uteri pada pasien, karena mioma uteri ini lebih sering
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada[2]. Pada pemeriksaan fisik
juga sulit untuk menentukan posisi mioma karena letak mioma yang sulit
mendukung ke arah mioma uteri. Pada USG dapat dikonfirmasi dengan lebih tepat
35
36
pasien yang sudah mendekati usia menopause dan untuk mencegah kenungkinan
KESIMPULAN
keluhan berupa benjolan serta nyeri pada perut bagian bawah yang sudah dialami
sejak ±1 tahun Pasien didiagnosis dengan mioma uteri dan pasien direncanakan
fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini mengarah pada diagnosis
mioma uteri.
pembesaran uterus akibat mioma intramural yang difus, usia pasien yang
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland WAN. Kamus kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC; 2002.
2. Norwitz ER, Arulkumaran S, Symonds IM, Fowlie A. Oxford American
handbook of obstetrics and gynecology, 1st ed. New York: Oxford University
Press; 2007.
3. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current diagnosis
&treatment:obstetrics &gynecology, 10thed. New York: McGraw-Hill; 2007.
4. Hamilton-Fairley D. Lecture notes: obstetrics and gynaecology, 2nd ed.
Massachusetts: Blackwell Publishing; 2004.
5. Monga A. Gynaecology by ten teachers, 18thed. New York: Edward Arnold:
2006.
6. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD,
Cunningham FG. Williams gynecology. New York: McGraw-Hill; 2008.
7. Berek JS. Berek & Novak’s gynecology, 14th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007.
8. Hadibroto BR. Mioma uteri. Majalah Kedokteran Nusantara. 2005 Sept; 38(3):
254-9.
9. Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE, Wallach EE. Johns Hopkins manual of
gynecology and obstetrics, 3rd ed. Maryland: Lippincott Williams & Wilkins;
2007.
10.Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I. Danforth’s obstetrics and
gynecology, 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
11.Wiknjosastro H. Ilmu kandungan, ed 2. Jakarta: YBPSP; 2007.
12.Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Woman’s Health Care. Seventh edit.
38