Nomor : 438/PC/RSK/XII/2017
Lampiran :
Perihal : Penawaran Kerjasama Pelayanan
Kerohanian
Kepada Yth.
Kepala Kantor Kementerian
Agama Kota Mataram
Di –
Mataram
Dengan hormat,
Kami dari Rumah Sakit Katolik Santo Antonius Ampenan, dengan surat ini
mengajukan Penawaran Kerjasama Pelayanan Kerohanian dengan Kantor Kementerian
Agama Kota Mataram. Bersama ini kami kirimkan Draft Perjanjian Kerjasama Pelayanan
Kerohanian untuk pasien rawat inap di Rumah Sakit Katolik Santo Antonius Ampenan.
Demikian Surat Penawaran Kerjasama ini kami sampaikan, atas perhatian dan
kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Direktur Rumah Sakit Katolik Santo
Antonius Ampenan
NOMOR : 439a/HM/RSK/XII/2017
NOMOR : 2275/KK.19.09/I.C/XII/2017
Pada hari ini, Senin tanggal 04 Bulan Desember Tahun 2017 yang bertanda tangan di
bawah ini :
I. dr. Antonius Darmono, Direktur Rumah Sakit Katolik Santo Antonius Ampenan yang
berkedudukan dan berkantor di Jl. Koperasi No. 61 Ampenan Utara 83111, dalam
hal ini bertindak untuk dan atas nama Rumah Sakit Katolik Santo Antonius
Ampenan, yang selanjutnya di sebut “ PIHAK PERTAMA”.
Bahwa PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut “PARA
PIHAK” dan sendiri-sendiri disebut “PIHAK”.
PASAL I
DEFINISI
Istilah-istilah yang disebutkan dalam pasal ini untuk selanjutnya dalam perjanjian akan
diartikan sebagaimana telah didefinisikan dalam pasal ini :
1. “ROHANIAWAN” adalah individu yang memiliki kompetensi dan di beri izin oleh
pihak Rumah Sakit Katolik Santo Antonius Ampenan untuk memberikan pelayanan
kerohanian kepada pasien Rumah Sakit Katolik Santo Antonius Ampenan.
2. “PASIEN” adalah individu yang terdaftar sebagai pengguna pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit Katolik Santo Antonius Ampenan.
3. “KELUARGA PASIEN” adalah keluarga yang ditunjuk pasien untuk menjadi
pendamping pasien selama dirawat di Rumah Sakit katolik Santo Antonius Ampenan.
4. ‘PELAYANAN KEROHANIAN” adalah bimbingan rohani yang dilaksanakan terhadap
pasien Rumah Sakit Katolik Santo Antonius Ampenan sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya atas persetujuan dari pasien atau keluarga yang
dilakukan oleh PIHAK KEDUA.
5. “KONSULTASI DAN MOTIVASI” adalah salah satu bentuk pelayanan kerohanian
yang dilaksanakan atas permintaan pasien berupa konsultasi dan pemberian motivasi
terhadap pasien agar pasien senantiasa ingat pada Tuhan Yang Maha Esa dan
bersikap tabah dalam menghadapi penyakitnya secara langsung ataupun melalui
media tergantung kebutuhan pasien dan kemampuan kerohaniawan.
6. “BIMBINGAN ROHANI PASIEN KRITIS” adalah salah satu bentuk pelayanan
kerohanian yang dilaksanakan atas permintaan pasien atau keluarga terhadap pasien
dalam kondisi kritis atau stadium terminal.
7. “PERMINTAAN PELAYANAN KEROHANIAN” adalah surat pernyataan bahwa
pasien atau keluarga pasien menginginkan pelayanan kerohanian yang disediakan
oleh PIHAK KEDUA.
PASAL 2
RUANG LINGKUP PERJANJIAN
PIHAK KEDUA dengan ini menyetujui untuk memberikan pelayanan kerohanian kepada
pasien gawat darurat (Rawat Inap) di Rumah Sakit Katolik Santo Antonius Ampenan yang
membutuhkan dengan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jawab.
PASAL 3
JANGKA WAKTU PERJANJIAN
Tanpa mengesampingkan hak PARA PIHAK untuk mengakhiri perjanjian ini, perjanjian ini
berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan diperpanjang secara otomatis jika tidak ada
keberatan dari PARA PIHAK.
PASAL 4
BATASAN DAN PROSEDUR PELAYANAN ROHANI
PASAL 5
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
PASAL 6
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
1. PIHAK KEDUA berhak menolak pelayanan kerohanian yang tidak sesuai menurut
PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA wajib mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit Katolik Santo
Antonius Ampenan.
3. PIHAK KEDUA wajib menghormati dan menjaga privasi setiap pasien yang dirawat di
Rumah Sakit Katolik Santo Antonius Ampenan.
4. PIHAK KEDUA wajib memberikan pelayanan kerohanian sesuai dengan batasan dan
prosedur yang ditetapkan pada Pasal 4.
5. PIHAK KEDUA wajib mengisi formulir yang telah disediakan oleh PIHAK PERTAMA
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan pada Pasal 4.
6. PIHAK KEDUA berhak menerima imbalan jasa sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu
rupiah) sekali kunjungan.
PASAL 7
PENGAKHIRAN ATAU PEMBATALAN
1. PARA PIHAK dapat mengakhiri perjanjian kerjasama sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Setelah penyampaian pemberitahuan tertulis sedikitnya 30 (tiga puluh) hari
sebelumnya kepada Pihak lainnya, atau
b. Jika salah satu pihak melakukan pelanggaran atas salah satu ketentuan dalam
perjanjian ini dan tidak dapat memperbaiki pelanggaran yang dilakukannya tersebut
selama 30 (tiga puluh) hari sejak penerimaan pemberitahuan dari pihak lain
mengenai pelanggaran yang dilakukannya.
2. Pengakhiran perjanjian ini sama sekali tidak mempengaruhi kewajiban-kewajiban
PARA PIHAK sehingga saat terjadinya hal tersebut atau yang timbul sebelum tanggal
pengakhiran perjanjian tersebut.
3. Perjanjian ini berakhir atas dasar kesepakatan PARA PIHAK , PARA PIHAK dalam
perjanjian ini setuju untuk mengenyampingkan ketentuan sebagaimana tertulis pada
Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang memerlukan keputusan
Pengadilan dalam pengakhiran kewajiban-kewajiban dari PARA PIHAK dalam
perjanjian ini.
PASAL 8
SANKSI
Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai Pasal 2 perjanjian ini
karena kelalaian PIHAK KEDUA, maka PIHAK KEDUA akan memberikan pelayanan
kerohanian serupa dalam waktu yang akan ditentukan kemudian oleh PARA PIHAK.
PASAL 9
KEADAAN MEMAKSA
1. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa adalah suatu keadaan terjadinya di luar
kemampuan, kesalahan atau kekuasaan PARA PIHAK dan yang menyebabkan PIHAK
yang mengalaminya tidak dapat melaksanakan atau terpaksa menunda pelaksanaan
kewajibannya dalam kesepakatan ini. Keadaan memaksa tersebut meliputi bencana
alam, wabah penyakit, perang (yang dinyatakan maupun tidak dinyatakan),
pemberontakan, huru hara dan kebijakan pemerintah yang berpengaruh secara
langsung maupun tidak langsung terhadap pelaksanaan kesepakatan ini.
2. Dalam hal ini terjadinya keadaan memaksa, maka PIHAK yang terhalang untuk
melaksanakan kewajibannya tidak dapat dituntut oleh PIHAK lainnya. PIHAK yang
terkena keadaan memaksa wajib memberitahukan adanya peristiwa keadaan memaksa
tersebut kepada PIHAK yang lain secara tertulis paling lambat 14 (empat belas) hari
kalender sejak saat terjadinya peristiwa keadaan memaksa yang dikuatkan oleh surat
keterangan dari Pejabat yang berwenang yang menerangkan adanya peristiwa keadaan
memaksa tersebut.
3. Apabila keadaan memaksa tersebut berlangsung terus menerus hingga melebihi atau
diduga oleh PIHAK yang mengalami keadaan memaksa akan melebihi waktu 30 (tiga
puluh) hari kalender, maka PARA PIHAK sepakat untuk meninjau kembali k
esepakatan ini.
4. Semua kerugian biaya yang di derita oleh salah satu PIHAK sebagai akibat terjadinya
peristiwa keadaan memaksa bukan merupakan tanggung jawab PIHAK yang lain.
PASAL 10
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
PASAL 11
ADDENDUM
Apabila dalam pelaksanaan kesepakatan bersama ini PARA PIHAK merasa perlu
melakukan perubahan, maka perubahan tersebut hanya dapat dilakukan atau kesepakatan
PARA PIHAK yang dituangkan dalam Addendum perjanjian ini yang merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari perjanjian ini.
Demikian perjanjian kerjasama ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK dalam 2
(dua) rangkap bermaterai cukup, dipegang oleh setiap PIHAK yang masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama.