Anda di halaman 1dari 33

 4 pilar akuntansi di indonesia

1. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)


SAK digunakan untuk entitas yang memiliki akuntanbilitas publik, yaitu entitas terdaftar atau dalam
proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (entitas yang menggunakan dana masyarakat,
seperti asuransi, perbankan dan dana pensiun)

2. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)


SAK ETAP digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dalam
menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum.
Beberapa penyederhanaan yang terdapat dalam SAK ETAP adalah:

Tidak ada Laporan Laba / Rugi Komprehensif. Pengaruh laba komprehensif disajikan dalam laporan
perubahan ekuitas atau komponen ekuitas dalam neraca

Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud dan propersi investasi setelah tanggal perolehan hanya
menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai revaluasi atau nilai wajar

Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan. Beban pajak diakui sebesar jumlah pajak
menurut ketentuan pajak.

Entitas yang menggunakan SAK ETAP dalam laporan auditnya menyebutkan laporan keuangan entitas
telah sesuai dengan SAK ETAP. Standar ini efektif dapat digunakan untuk laporan keuangan mulai tahun
2009. Entitas yang telah memenuhi kriteria untuk menggunakan SAK ETAP pada tahun 2011 harus
memilih menggunakan SAK ETAP atau PSAK. Jika pada tahun 2011 tetap memakai PSAK maka di atahun
berikutnya harus konsisten menggunakan PSAK dan tidak boleh berubah memakai SAK ETAP.

3. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH (SAK SYARIAH)

Standar ini digunakan untuk entitas yang memiliki transaksi syariah atau berbasis syariah. Standar ini
terdiri atas keraengka konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, standar penyajian laporan
keuangan dan standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan
istishna.
Bank syariah menggunakan dua standar dalam menyusun laporan keuangan. Sebagai entitas yang
memiliki akuntabilitas publik signifikan, bank syariah menggunakan PSAK, sedangkan untuk transaksi
syariahnya menggunakan PSAK Syariah.

4. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)

Standar ini digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan, baik pusat ataupun
daerah. SAP berbasis akrual ditetapkan dalam PP No. 71 Tahun 2010. Instansi masih diperkenankan
menggunakan PP No. 24 Tahun 2005, SAP berbasis kas menuju akrual sampai tahun 2014.

SAP berbasis kas menuju akrual menggunakan basis kas untuk penyusunan laporan realisasi
anggaran dan menggunakan basis akrual untuk penyusunan neraca.

Pada SAP berbasis akrual, laporan realisasi anggaran tetap menggunakan basis kas karena akan
dibandingkan dengan anggaran yang disusun dengan menggunakan basis kas, sedangkan laporan
operasional yang melaporkan kinerja entitas disusun dengan menggunakan basis akrual.

Rekonsiliasi bank

 Apa saja yang termasuk harga perolehan mesin, gedung bangunan tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam REKENING TANAH.

Bila tanah itu tidak digunakan dalam usaha maka dicatat dalam rekening Investasi Jangka Panjang.

Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti :

 Harga beli
 Komisi pembelian
 Bea Balik nama
 Biaya penelitian tanah
 Iuran-iuran (pajak-pajak) selama belum dipakai
 Biaya merobohkan bangunan lama
 Biaya perataan tanah, pembersihan dan pembagian
 Pajak-pajak yang jadi beban pembeli pada waktu pembelian tanah.

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki keadaan tanah tapi mempunyai umur yang terbatas tidak dikapitalisasi
dalam rekening TANAH tapi dicatat sendiri dalam rekening JALAN-Jalan dan JEMBATAN.

Biaya-biaya itu misalnya biaya untuk membuat jalan, trotoar dan saluran air.

Jika tanah dimiliki untuk tujuan investasi maka semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan tanah tersebut selama
masa pemilikan dikapitalisasi menambah harga perolehan tanah.
Bagaimana dengan tanah yang dikelola oleh institusi perusahaan seperti PT (Perseroan Terbatas)?

Tanah yang dimiliki oleh perusahaan bukan merupakan hak milik tapi merupakan ‘Hak Atas Tanah’ yang umurnya beberapa
tahun saja.

Oleh karena itu hak atas tanah ini disusutkan selama umurnya dan hak atas tanah ini dicantumkan dalam kelompok aktiva
tetap tidak berwujud.

#2. Bangunan

Bangunan yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah dan gedung.

Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan bangunan adalah:

 Harga beli
 Biaya perbaikan sebelum bangunan tersebut digunakan
 Komisi pembelian
 Bea balik nama
 Pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian

Bila bangunan tersebut dibangun sendiri maka harga perolehan bangunan terdiri dari :

 Biaya-biaya pembuatan gedung


 Biaya perencanaan gambar dan pelengkapnya
 Biaya pengurusan ijin mendirikan bangunan (IMB)
 Pajak-pajak selama masa pembangunan bangunan
 Bunga selama masa pembangunan bangunan
 Asuransi selama masa pembangunan

Sedangkan alat-alat perlengkapan bangunan seperti tangga berjalan, lift dan peralatan lainnya dicatat tersendiri dalam
rekening ALAT-ALAT BANGUNAN.

Alat-alat bangunan tersebut akan hitung nilai penyusutannya selama umur alat-alat tersebut.

#3. Mesin dan Alat-alat

Elemen-elemen yang dimasukkan dalam harga perolehan mesin dan alat-alat adalah :

 Harga beli
 Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
 Biaya angkut
 Asuransi selama dalam perjalanan
 Biaya pemasangan
 Biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin.

Bila mesin dan alat-alat tersebut dibuat sendiri maka harga perolehannya terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan terdiri
dari semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin dan alat-alat.

Sedangkan mesin dan alat-alat yang disewa dari pihak lain, biaya sewanya tidak dikapitalisasi tapi dibebankan sebagai
biaya pada periode terjadinya.

#4. Alat-alat Kerja

Alat-alat kerja yang dimiliki bisa berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan seperti drei, catut, pukul besi dan lainnya.
Secara umum nilai alat-alat kerja tersebut nilainya relatif kecil, maka harga perolehan alat-alat kerja ini tidak dihitung nilai
penyusutannya tapi diperlakukan seperti berikut ini :

 Pada saat pembelian dikapitalisasi selanjutnya setiap akhir periode dihitung fisiknya. Selisihnya dicatat sebagai
biaya untuk periode itu dan rekening ALAT-ALAT KERJA dikredit.
 Dikapitalisasi sebagai aktiva dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai persediaan normal selanjutnya setiap
kali pembelian baru dibebankan sebagai biaya.

#5. Pattern dan Dies (Cetakan-cetakan)

Cetakan-cetakan yang dipakai untuk produksi dalam beberapa periode dicatat dalam rekening AKTIVA TETAP dan dihitung
nilai penyusutannya selama umur manfaatnya.

Tapi bila cetakan-cetakan tersebut dipakai hanya untuk memproduksi pesanan khusus maka harga perolehannya
dibebankan sebagai biaya produksi pesanan tersebut.

#6. Perabot dan Alat-alat Kantor

Elemen-elemen yang dimasukkan dalam perabot antara lain meja, kursi, lemari. Sedangkan yang dimasukkan dalam alat-
alat kantor antara lain mesin hitung dan komputer.

Pembelian atau pembuatan alat-alat ini harus dipisah-pisahkan untuk fungsi-fungsi produksi, penjualan dan administrasi
sehingga penyusutannya dapat dibebankan pada masing-masing fungsi tersebut.

Yang termasuk dalam harga perolehan perabot dan alat-alat kantor adalah:

 Harga beli
 Biaya angkut
 Pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli.

#7. Kendaraan

Sebagaimana perlakuan perabot dan alat-alat kantor, maka kendaraan yang dimiliki juga harus dipisah-pisahkan untuk
masing-masing fungsi yang berbeda.

Yang dimasukkan dalam harga perolehan kendaraan adalah :

 Harga faktur
 Bea balik nama
 Biaya angkut

Sedangkan pajak-pajak yang dibayar setiap periode seperti Pajak Kendaraan Bermotor, asuransi dan lainnya dibebankan
sebagai biaya pada periode yang bersangkutan.

Harga perolehan kendaraan ini dihitung nilai penyusutannya selama masa ekonomis-nya.

#8. Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan (Returnable Container)

Barang-barang yang termasuk dalam returnable container adalah barang-barang yang digunakan sebagai tempat dari
produk yang dijual seperti botol, drum, tangki, embalase (istilah dalam produk minuman beralkohol seperti bir) dan tabung
gas elpiji.

Perlakuan akuntansi untuk barang-barang seperti embalase sudah pernah dibahas di Sistem Pembelian

Barang-barang tersebut adalah aktiva perusahaan dan akan dihitung nilai penyusutannya selama masa kegunaannya.
Bila tempat barang tersebut bisa dikembalikan maka harga jual tidak termasuk harga tempat barang tersebut.

Berikut ini contoh pencatatan tempat barang :

Misalnya pabrik minuman “SEGAR” menjual minuman sebanyak 1000 botol dengan harga jual per botol Rp. 1000.
Tanggungan botol sebesar Rp. 500 per botol.

Jurnal untuk mencatat penjualan tersebut adalah sebagai berikut :

Bila penjualan dengan tunai maka uang tanggungan yang diterima dikreditkan ke rekening Uang Tanggungan Botol.

Pengembalian botol-botol tersbut ke perusahaan dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Cadangan Tempat Barang Rp. 500.000


Piutang (Kas) Rp. 500.000

Bila tempat barang tidak dikembalikan maka uang tanggungan botol ini menjadi milik perusahaan.

Bila pembeli belum membayar uang tanggungan botol maka pembeli harus melunasinya.

Uang tanggungan botol yang dibebankan pada pembeli mungkin sebesar harga perolehan botol tersebut atau bisa lebih
besar.

Misalnya harga perolehan botol sebesar Rp. 500 per botol. Bila pembeli tidak mengembalikan botol maka jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut :

Kas Rp. 500.000


Piutang Rp. 500.000

Jurnal tersebut dibuat bila pembeli belum membayar uang tanggungan botol saat membeli minuman.

Bila uang tanggungan botol sudah dibayar maka jurnal tersebut di atas tidak perlu dibuat. Tempat barang (botol) yang tidak
dikembalikan dihapuskan dari rekening Tempat Barang dengan jurnal sebagai berikut :

Cadangan Tempat Barang Rp. 500.000


(Uang Tanggungan Botol )
Tempat Barang Rp. 500.000
Contoh berikutnya:

Misalnya harga perolehan tempat barang sebesar Rp. 400 per botol.

Sedangkan uang tanggungan yang dibebankan pada pembeli sebesar Rp. 500, maka jika ada pembeli yang tidak
mengembalikan botol, perusahaan akan mendapat keuntungan Rp 100 per botol.

Jurnal untuk mencatat tempat barang yang tidak dikembalikan sebagai berikut :

Kas Rp. 500.000


Piutang Rp. 500.000

Bila uang tanggungan botol sudah dibayar pada waktu penjualan maka jurnal di atas di ada.

Penghapusan botol yang tidak dikembalikan dibuat dengan jurnal sebagai berikut:

Cadangan Tempat barang Rp. 500.000


(Uang tanggungan Botol)
Tempat Barang Rp. 400.000
Laba Tempat Barang Rp. 100.000

Pada tanggal neraca, saldo rekening cadangan Tempat barang dilaporkan mengurangi piutang, seperti cadangan kerugian
piutang.

Sedangkan rekening Uang Tanggungan Botol merupakan uatang jangka pendek.

Revaluasi aset tetap( buat soal dan jawabannya)

Unsur OCI (milih kecuali revaluasi Buat soal dan jawabannya)

Buat laporan laba rugi komprehensif dan jelaskan

Penyusutan garis lurus dan saldo menurun ganda buat soal dan jawaban sendiri

Yang termasuk jurnal penutup penyesuaian dan pembalik apa saja

 Jurnal imbalan kerja


Beban imbalan kerja XXX
OCI XXX
Kewajiban imbalan kerja XXX

 Klasifikasi imbalan kerja

Imbalan kerja jk panjang lainnya?


:: Imbalan kerja yang diharapkan akan diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir
periode pelaporan tahunan saat pekerja memberikan jasa terkait.

Imbalan kerja jk pendek?

:: Imbalan kerja yang jatuh tempo ≤12 bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan
jasa.

Imbalan pasca kerja?

:: imbalan kerja yang terutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya.

Program imbalan pascakerja?

:: pengaturan formal/informal dimana entitas memberikan imbalan pascakerja bagi satu atau lebih
pekerja.

Program iuran pasti?

:: entitas membayar kpd pengelola dana, tidak ada kewajiban entitas untuk membayar iuran lebih lanjut
jika pengelola dana tidak cukup membayar jasa

Jurnal pembelian dan penjualan obligasi ( siklus akun –penyusutan)

Penyisihan piutang tak tertagih

Penyisihan dan Penghapusan Piutang - Dalam bisnis, menjual barang dan jasa secara kredit adalah hal yang biasa, dengan penjualan kredit
tersebut berarti sebagai penjual akan mencatatkan Piutang. Tetapi ada kalanya piutang-piutang tersebut tidak dapat tertagih, bisa karena banyak
alasan. Untuk itu manajemen biasanya akan membuat langkah antisipasi, salah satunya dengan membentuk Cadangan Kerugian
Piutang atau Penyisihan Piutang Tak Tertagih atau Cadangan Piutang Tak Tertagih (banyak istilah untuk menyebutnya).

Ada dua metode dalam melakukan pengakuan Piutang tak tertagih, yaitu Metode Penghapusan (write-off) dan Metode Penyisihan (Pencadangan)
- Bad debt allowance.

Metode Penghapusan Piutang (Write-off)

Metode ini langsung menghapus piutang yang dinilai tidak dapat tertagih lagi, yaitu dengan langsung membebankan piutang yang dihapus dan
mengkreditkan Piutang tersebut.

Contoh:
Manajemen Perusahaan menghapus Piutang Usahanya sebesar 1.000.000 karena sudah benar-benar tidak dapat tertagih lagi. Maka jurnalnya
adalah:
[D]
Beban penghapusan piutang
1.000.000

[K]
Piutang
1.000.000

Untuk melakukan ini Perusahaan harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh undang-undang Pajak Penghasilan (UU No.36 tahun 2008)

Metode penghapusan langsung piutang tak tertagih dalam Pajak Penghasilan diatur dalam Pasal 6 Ayat (1) huruf h Undang-undang Pajak
Penghasilan. Dalam ketentuan tersebut dinyatakan bahwa besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk di antaranya adalah
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

 Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;


 Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
 Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
utang tertentu;
 Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k UU PPh.

Sebagai ketentuan pelaksanaan dari Pasal 6 Ayat (1) huruf h ini adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.03/2009 Tentang Piutang Yang
Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 57/PMK.03/2010.

Metode Cadangan Piutang (Bad debt allowance)

Metode ini dilakukan dengan cara membentuk cadangan atas piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih. Berbeda dengan metode penghapusan
piutang langsung, metode ini tidak langsung "membuang" piutang yang diperkirakan tidak tertagih tersebut. Dengan metode ini maka di laporan
keuangan akan muncul saldo Cadangan Kerugian Piutang, biasanya disajikan dengan angka minus di bawah Piutang Usaha, atau bisa juga
disajikan secara net-off dengan Piutang Usaha.

Contoh:
Manajemen mencadangkan Piutang Usaha sebesar 1.000.000 atas Piutang Usaha yang kemungkinan besar tidak dapat tertagih lagi.

[D]
Beban cadangan piutang tak tertagih
1.000.000

[K]
Cadangan piutang tak tertagih
1.000.000

Dalam menentukan besaran pencadangan piutang, manajemen memiliki beberapa cara antara lain:

 Persentase penjualan, dari pengalaman yang dimiliki perusahaan biasanya mereka memiliki persentase atas piutang usaha yang tidak
tertagih.
 Analisa Umur, cara ini dilakukan dengan menganalisa umur dari masing-masing Piutang. Manajemen biasanya membuat batasan untuk
umur piutang. Misal: Perusahaan akan mencadangkan Piutang yang berumur lebih dari 2 tahun.

Penghapusan Piutang yang di cadangkan, Misal dari yang dicadangkan sebesar 1.000.000, ada piutang sebesar 400.000 yang benar-benar tidak
tertagih dan harus dihapus, jurnal yang dibuat:

[D]
Cadangan piutang tak tertagih
400.000

[K]
Piutang
400.000

Piutang Yang Dihapus Dibayar (Tertagih)

Bagaimana jika Piutang yang sudah terhapus ternyata dibayarkan oleh customer? Maka Piutang harus dimunculkan lagi terlebih dahulu baru
kemudian dibuat jurnal pembayaran Piutangnya.

Contoh:
Dari 400.000 Piutang yang telah dihapuskan oleh Perusahaan ternyata dilunasi 200.000, jurnal yang muncul adalah sebagai berikut:
[D]
Piutang
200.000

[K]
Cadangan piutang tak tertagih
200.000

[D]
Kas / Bank
200.000

[K]
Piutang
200.000

Penyusutan

Persediaan fifo lifo average

Saham, metode pencatatannya dan jurnalnya

Metode Pencatatan Penanaman Modal Dalam Saham

Jumlah saham yang dimiliki perusahaan akan menentukan metode pencatatan yang harus digunakan.

Persentase pemilikan saham akan menentukan terhadap metode yang digunakan untuk melakukan pencatatan penanaman
modal dalam saham.

Yang dimaksud dengan persentase pemilikan saham adalah persentase JUMLAH LEMBAR SAHAM yang dimiliki oleh
seorang investor dibandingkan dengan jumlah lembar saham yang beredar.

Pengelompokan persentase pemilikan saham adalah sebagai berikut :

 Persentase pemilikan saham kurang dari 20% dari jumlah saham yang beredar.
 Persentase pemilikan saham di kisaran 20% sampai dengan 50% dari jumlah saham yang beredar.
 Persentase pemilikan saham lebih dari 50% dari jumlah saham yang beredar.

Pengelompokan tersebut adalah sebagai pedoman dalam memilih metode pencatatan yang sesuai. Namun dalam situasi
tertentu pengelompokan tersebut bisa berubah.

Misalnya, sebuah perusahaan memiliki saham perusahaan lain kurang dari 20%, tapi perusahaan pertama dapat
mempengaruhi perusahaan yang sahamnya dimiliki.

Pada situasi seperti itu maka perusahaan yang memiliki saham kurang dari 20% itu bisa menggunakan metode pencatatan
investasi dalam saham yang persentase pemilikan sahamnya ada di kisaran 20% sampai dengan 50%.

Perusahaan yang memiliki saham perusahaan lain lebih dari 50% dari jumlah saham yang beredar disebut sebagai
perusahaan induk (parent company).

Perusahaan yang sahamnya dimiliki disebut anak perusahaan (subsidiary company).

Laporan keuangan kedua perusahaan ini ( induk dan anak) disusun menjadi satu dalam laporan keuangan yang
dikonsolidasikan.
Bagaimana dengan perlakuan dan pencatatan investasi dalam saham?

Berdasarkan pada pengelompokan persentase seperti di atas, ada 3 metode pencatatan penanaman modal dalam saham,
yaitu :

Metode #1. Harga Pokok (Cost Method)

Investasi saham dalam perusahaan lain yang jumlahnya kurang dari 20% dari jumlah saham yang beredar dan tidak dapat
mempengaruhi perusahaan yang sahamnya dimiliki dicatat dengan metode harga pokok.

Metode ini memperlakukan penanaman modal dalam saham akan dicantumkan dalam neraca sebesar harga pokoknya.

Perubahan-perubahan harga pasar tidak dicatat dan laba atau rugi akan diakui pada saat saham-saham tersebut dijual.

Bila penanaman modal dalam saham tersebut dilakukan pada saham-saham yang memenuhi persyaratan untuk disebut
sebagai marketable securities maka perusahaan dapat menggunakan metode harga pokok atau harga pasar yang lebih
rendah.

Perlakuannya seperti pada investasi jangka pendek.

Perhitungan harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah diterapkan pada jumlah keseluruhan saham-saham tersebut.

Perbedaan dengan investasi jangka pendek adalah pada perlakuan terhadap rekening Rugi Penurunan Nilai Surat
Berharga.

Dalam investasi jangka pendek rekening Rugi Penurunan Nilai Surat Berharga ini diperhitungkan dalam Laporan LABA
RUGi.

Sedangkan dalam investasi jangka panjang rekening ini dikelompokkan dalam kelompok modal.

Baca juga : Cara Menghitung Harga Perolehan Harta Perusahaan

Metode #2. Pemilikan (Equity Method)

Metode pemilikan (equity method) digunakan oleh investor yang memiliki saham perusahaan lain dengan jumlah persentase
saham sebesar 20% sampai dengan 50% dari saham yang beredar.

Metode ini juga digunakan oleh investor yang memiliki jumlah saham sebesar 20% dari saham yang beredar, namun bisa
mempengaruhi perusahaan yang sahamnya dimiliki.

Metode pemilikan (equity method) adalah suatu metode untuk mencatat penanaman modal dalam saham dengan
melakukan pencatatan investasi dalam saham sebesar harga pokoknya.

Setiap akhir periode akuntansi, harga pokok ini diubah sesuai dengan bagian laba atau rugi yang diperoleh perusahaan
yang sahamnya dimiliki.

Dividen yang diterima dari saham-saham ini dicatat mengurangi saldo rekening penanaman modal dalam saham.

Bagian laba atau rugi oleh investor dicatat sebagai laba atau rugi untuk tahun buku yang bersangkutan.

#3. Equity Method dan dibuat laporan keuangan yang dikonsolidasikan untuk kedua perusahaan
Metode ini digunakan oleh investor yang memiliki saham perusahaan lain yang jumlahnya lebih dari 50% dari saham
beredar.

Melalui metode ini Laporan Keuangan perusahaan induk (parent company) harus dikonsolidasikan dengan laporan
keuangan anak perusahaan (subsidiary company).

Ingin mengetahui cara mengukur kinerja keuangan perusahaan keuangan?


Baca artikel menarik ini : Inilah Cara Menilai Kinerja Keuangan Sebuah Bank.

Contoh Kasus Pencatatan Investasi Metode Cost vs Metode Ekuitas

Contoh Kasus Metode Cost

PT XYZ memiliki investasi penyertaan saham di PT ABC. Total yang dibayar untuk mendapatkan saham PT ABC adalah sebesar 100.000. 000. Nilai

tersebut adalah 15% kepemilikan terhadap PT ABC.

PT ABC mencatatkan laba sebesar 50.000.000. PT ABC membagikan dividen 20.000.000 untuk para pemegang saham.

Jurnal Metode Cost

Saat perolehan investasi:

[D]
Investasi pada PT ABC
100.000.000

[K]
Kas/Bank
100.000.000

Saat PT ABC mencatatkan laba:

-- tidak dijurnal--

Saat PT ABC membagikan dividen:


[D]
Kas/Bank
3.000.000

[K]
Pendapatan Dividen
3.000.000

(15% x 20.000.000 = 3.000.000)

Contoh Kasus Metode Ekuitas

PT XYZ memiliki investasi penyertaan saham di PT ABC. Total yang dibayar untuk mendapatkan saham PT ABC adalah sebesar 100.000. 000. Nilai

tersebut adalah 25% kepemilikan terhadap PT ABC.

PT ABC mencatatkan laba sebesar 50.000.000. PT ABC membagikan dividen 20.000.000 untuk para pemegang saham.

Jurnal Metode Ekuitas

Saat perolehan investasi:

[D]
Investasi pada PT ABC
100.000.000

[K]
Kas/Bank
100.000.000

Saat PT ABC mencatatkan laba:

[D]
Investasi pada PT ABC
12.500.000
[K]
Pendapatan Investasi
12.500.000

(25% x 50.000.000 = 12.500.000)

Saat PT ABC membagikan dividen:

[D]
Kas/Bank
5.000.000

[K]
Investasi pada PT ABC
5.000.000

(25% x 20.000.000 = 5.000.000)

 Ekuitas terdiri dari apa saja


1. Pengertian Ekuitas
PSAK No. 21 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) menyatakan bahwa ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus
dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan
peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.

Akuntansi untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT dan Akuntansi ekuitas untuk
badan usaha berbentuk PT. Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang
bersangkutan, misalnya koperasi.

Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT meliputi modal saham yang meliputi saham preferen, saham biasa, dan akun
tambahan modal disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari
tambahan modal disetor. Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambahan modal, seperti : agio
saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat
pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada
saat perolehaannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya. Akun tambahan modal disetor tidak
boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa.

1. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT


Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk badan
usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan, misalnya koperasi.

Ekuitas perusahaan perseorangan adalah kepemilikan usaha pemilik yang pada umumnya disajikan dalam satu jumlah tertentu,
dimana tidak diperlukan penyajian subklasifikasi ekuitas karena pemilik tidak membatasi mengenai berapa banyak yang harus
diinvestasikan atau ditarik dari bisnis. Dalam hal likuidasi atau insolvensi, kreditor dapat mengambil aktiva pribadi si pemilik, dan
laba yang timbul dihitung secara berkala dan ditambahkan pada akun modal pada setiap akhir periode. Transaksi modal (penarikan
dan investasi tambahan) dicatat langsung dalam akun modal, dan semua perubahan diikhtisarkan dalam laporan perusahaan yang
terpisah.

2. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT


Modal saham berbentuk PT meliputi saham preferen, saham biasa dan akun tambahan modal disetor. Pos modal lainnya seperti
modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor.

Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang berkepentingan
tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek
investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya, serta merupakan tanggung jawab yuridis pemilik. Untuk memenuhi tujuan tersebut,
informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas,
pembatasan pembagian dividen dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.

Komponen Ekutitas Pemegang Saham


Ekuitas pemilik tercermin dalam neraca terdiri dari :

1. Modal Saham
2. Tambahan modal saham
3. Saldo laba
Modal Saham
Modal Saham merupakan bagian dari ekuitas suatu PT yang dikontribusikan pemilik. Jenis saham dapat meliputi saham biasa dan
saham preferen.

Saham Biasa (Common Stock)

 Dgn nilai nominal


 Tanpa nilai nominal, ttp tercatat pada saat dikeluarkan
 Tanpa nilai nominal dan tdk tercatat pada saat dikeluarkan
Saham Prioritas/Preferen (Preferred Stock):

Jenis: l Callable : Saham dapat ditebus kembali atas opsi perusahaan penerbit

l Convertible : Pemodal dapat menukarkan porto folio investasinyayang saham prioritas ke


bentuk saham biasa

l Redeemable : Harus dilunasi atau dibayar kembali pada tanggal tertentu sesuai dg kontraknya

Penjualan saham pada umumnya berdasarkan harga pasar. Selisih antara nilai nominal dan haga pasar merupakan agio ataupun
disagio atas saham. Contoh :

PT Darma menempatkan 1000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp. 10.000 denganharga Rp. 15.000 per lembar

Pencatatan:

Kas 15.000.000

Modal saham 10.000.000

Agio saham 5.000.000

Tambahan Modal Saham


Akun Tambahan Modal Saham terdiri dari berbagai macam unsur penambah modal, seperti; agio saham, tambahan modal dari
perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan
modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya,
tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya. Akun Tambahan Modal Saham tidak boleh didebit atau
dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa .

Saham preferen memiliki kemungkinan untuk dikonversi menjadi saham biasa. Apabila terjadi pertukaran, maka selisih nilai buku
saham preferen (nominal dan agio), dengan nominal saham biasa dapat merupakan agio saham biasa (apabila lebih besar) atau
dibebankan kepada saldo laba (apabila lebih rendah), tetapi apabila sebelumnya pernah dilakukan transaksi pembelian treasury
stock yang sudah dijual kembali dan memperoleh agio atas saham perbendaharaan tersebut makan dapat dibebankan terlebih
dahulu pada agio saham perbendaharaanan apabila tidak cukup baru dibebankan ke saldo laba.

Pencatatan Penambahan Modal Disetor PT


Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan:

(a) Jumlah uang yang diterima.

(b) Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata.

Untuk jenis saham yang diatur dalam bentuk Rupiah dalam akta pendirian, setoran saham

tunai dalam bentuk mata uang asing dinilai dengan kurs berlaku tanggal setoran.Untuk jenis saham yang diatur dalam mata uang
asing dalam akta pendiriannya, setoran tunai baik Rupiah atau mata uang asing lain harus dikonversi ke mata uang asing dalam
akta pendirian sesuai kurs resmi yang berlaku pada tanggal setoran, kecuali akta pendirian atau keputusan Pemerintah
menentukan kurs tetap. Selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan dengan transaksi modal, harus dibukukan sebagai
bagian dari modal dalam akun Selisih Kurs atas Modal Disetor dan bukan merupakan unsur laba rugi.
(c) Besarnya tagihan yang timbul atau hutang yang dikonversi menjadi modal.

(d) Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham, yaitu harga pasar tanggal transaksi untuk PT yang
sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai wajar yang disepakati Rapat Umum Pemegang Saham untuk saham yang tidak ada
harga pasarnya.

(e) Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima.

(f) Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas

yang diserahkan, yaitu nilai appraisal tanggal transaksi yang disetujui Dewan Komisaris

untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai kesepakatan Dewan Komisaris dan penyetor bentuk barang.

Pencatatan Pengurangan Modal Disetor PT


Pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:

1. jumlah uang yang dibayarkan; atau


2. besarnya hutang yang timbul; atau
3. nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan.
Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Bila jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut
lebih besar dari pada nilai nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan pada akun Agio Saham. Bila ketentuan hukum yang ada
memungkinkan penarikan kembali saham yang telah dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan dengan mendebit akun
Modal Saham dan mengkredit Modal Saham Yang Diperoleh Kembali sebesar jumlah yang dibukukan pada saat perolehan kembali
saham yang bersangkutan . Saham yang dikeluarkan sehubungan dengan penyertaan modal dalam bentuk penyerahan aktiva
bukan kas atau pemberian jasa umumnya dinilai sebesar nilai wajar aktiva/jasa tersebut atau nilai wajar saham yang bersangkutan,
tergantung mana yang lebih jelas.

Saldo Laba
Pos saldo biasanya disajikan terpisah dari pos modal saham. Biasanya saldo laba disediakan untuk dibagikan sebagai deviden.
Namaun apabila dianggap perlu maka saldo laba dapat dicadangkan untuk keperluan lain, seperti untuk ekspansi perusahaan
sehingga tidak seluruh saldo laba didistribusikan. Saldo laba adalah laba yang dikumpulkan setelah dipotong PPh sehingga
menurut akuntansi komersial laba ini tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan pada
perhitungan laba rugi tahun berjalan. Permbayaran yang bersumber dari saldo laba tidak diperkenankan sebagai biaya untuk tahun
buku berikutnya. Contoh : pembayaran bonus, gratifikasi, jasa produksi dan tantiem kepada pegawai serta pengurus yang diambil
dari saldo laba tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya. Perlakuan ini sama dengan ketentuan fiskal yang menyatakan bahwa
pernyataan tersebut bukan merupakan biaya.

Distribusi dividen menyebabkan berkurangnya jumlah saldo laba

Pengecualian :

1. dividen saham dalam bentuk pemecahan saham


2. Dividen likuidasi
3. Pembagian lainnya yang bukan merupakan dividen dalam pengertian akuntansi komersial,tetapi diperlakukan seperti itu dalam
perpajakan
Pengertian deviden dalam perpajakan:

1. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran


2. Penerimaan atau perolehan dari pembelian kembali sebagian atau seluruh saham yang disetor
3. Pembayaran kembali sebagian atau seluruh penyetoran modal, sepanjang terdapat laba daritahun-tahun lampau, kecuali dalam
pengecilan modal statuter
4. Pembayaran kepada atau penerbitan tanda-tanda laba
5. Laba yang dibagikan kepada pemegang obligasi yang berpartisipasi dalam laba
6. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi persero yang dibebankan sebagai biayaperusahaan
deviden secara resmi terhutang saat dilakukan pengumuan pembagian deviden

Contoh:

Tanggal 20 Desember 2000 PT Darma mengumumkan akan membagi deviden sejumlah Rp.10.000.000. Pada tanggal 5 Januari
2001 dividen dibayar tunai
Pencatatan:

20 Desember

Saldo laba 10.000.000

Hutang deviden 8.500.000

Hutang PPh pasal 23 1.500.000

5 Januari

Hutang dividen 8.500.000

Hutang PPh pasal 1.500.000

Kas 10.000.000

Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukan perubahan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama periode pelaporan. Laporan ini harus menyajikan :

 Laba (Rugi) bersih periode pelaporan;


 Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian yang diakui secara langsung dalam ekuitas;
 Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi atas kesalahan mendasar;
 Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik, antara lain berupa penyetoran modal saham dan pembagian dividen;
 Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya;
Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal ditempatkan dan disetor penuh, tambahan modal disetor dan pos-
pos ekuitas lainnya pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

Saat melakukan audit apa saja akun yang diperiksa saat melakukan audit penjualan

d. Audit Siklus Penjualan dan Penagihan


Tujuan dalam audit siklus penjualan dan penagihan adalah untuk mengevaluasi apakah saldo-saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus
tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan SAK.
5 golongan transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan kas :
1. Penjualan
2. Penerimaan kas
3. Retur penjualan dan potongan
4. Penghapusan piutang yang tak tertagih
5. Memperkirakan piutang tak tertagih
Kecuali penjualan tunai, setiap transaksi dan jumlah akhirnya akan masuk ke salah satu dari rekening piutang atau cadangan piutang
yang tak tertagih (diasumsikan pengendalian internal pada golongan penjualan kredit dan tunai sama).
Fungsi-fungsi bisnis dalam siklus penjualan dan penagihan serta dokumen dan catatan yang terkait
Siklus penjualan dan penagihan melibatkan keputusan-keputusan dan proses-proses yang diperlukan untuk memindahkan kepemilikan
barang dan jasa kepada pelanggan setelah barang dan jasa tersebut tersedia untuk dijual.
Terdapat 8 fungsi bisnis siklus penjualan dan penagihan Proses pertama dari empat proses merupakan pencatatan penjualan, sedangkan
golongan transaksi lainnya hanya merupakan bagian dari satu fungsi bisnis.
1. Memproses Pesanan Pelanggan
à Titik awal dari keseluruhan siklus
à Penawaran untuk membeli barang dengan ketentuan tertentu. Adanya penerimaan pesanan pelanggan sering mengakibatkan terjadinya
pesanan penjualan.
Pesanan pelanggan
Permintaan barang dari pelanggan. Pesanan yang diterima lewat telepon, surat, formulir yang dikirim pelanggan atau jaringan
lainnya antara penyalur dan pelanggan.
Pesanan penjual
Sebuah dokumen yang berisi uraian tentang barang, kuantitas dan informasi yang berhubungan dengan barang yang dipesan oleh
pelanggan.
Persetujuan kredit
Sebelum barang dikirim, orang yang mengotorisasi rekening penjualan terlebih dahulu harus menyetujui kredit untuk pelanggan.
Adanya persetujuan kredit pada pesanan.
2. Pengiriman Barang
=> Titik awal dari siklus dimana aset perusahaan dikelola.
=>Perusahaan mengetahui adanya penjualan ketika barang dikirim.
Dokumen pengiriman : Berisi tentang deskipsi barang yang dijual, kuantitas pengiriman, dan data lain yang relevan (lembar asli dikirim
kepada pelanggan, dan salinannya disimpan).
3. Tagihan kepada Pelanggan dan Pembukuan Penjualan
=>Pelanggan diberitahukan tentang jumlah yang harus dibayar untuk barang yang dibelinya, harus dibuat dengan benar dan tepat waktu.
Faktur Penjualan : Menentukan jumlah barang yang dijual dan jatuh tempo pembayaran untuk pelanggan (lembar asli dikirim kepada
pelangggan, salinannya disimpan).
File Transaksi Penjualan : Berisi semua transaksi penjualan yang diproses melalui sistem akuntansi untuk 1 periode. Informasi pada file
transaksi penjualan digunakan untuk berbagai catatan, daftar, atau laporan, tergantung perusahaan.
Jurnal Penjualan atau Daftarnya : Dibuat dalam berbagai periode, tetapi lebih sering untuk 1 bulan. Kecuali daftar/jurnal yang meliputi
total masing-masing nomor rekening dibuat untuk suatu periode waktu tertentu. Daftar/jurnal juga meliputi retur penjualan dan potongan,
atau daftar/jurnal yang terpisah dari transaksi tsb.
Piutang di Neraca Percobaan : Daftar jumlah piutang masing-masing pelanggan dan waktunya. Neraca percobaan memperlihatkan umur
piutang dan komponen saldo piutang dari setiap pelanggan sampai pada tanggal laporannya.
Rekening Bulanan : Dokumen yang dikirim melalui pos/elektronik kepada pelanggan yang menyatakan saldo rekening awal piutang,
jumlah dan tanggal setiap penjualan, pembayaran tunai yang diterima, memo kredit yang dikeluarkan, dan saldo akhir.
4. Pemprosesan dan Pencatatan Penerimaan Kas
=>Memproses dan mencatat penerimaan (meliputi menerima, menyimpan, dan mencatat penerimaan tunai). Penerimaan tunai meliputi
uang tunai dan cek.
Berita Pengiriman Uang : Digunakan untuk menunjukkan nama pelanggan, nomor faktur penjualan, dan jumlah faktur ketika
pembayaran diterima. Digunakan untuk mengotorisasi setoran tunai dan untuk meningkatkan pengawasan terhadap penjagaan aset.
Daftar Penerimaan Tunai Sementara : Daftar yang dipersiapkan ketika uang tunai diterima oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab
untuk mencatat penjualan, rekening piutang atau uang tunai dan seseorang yang tidak mempunyai akses ke dalam catatan akuntansi.
File Transaksi Penerimaan Tunai : Berisi semua transaksi penerimaan tunai yang diproses dengan sistem akuntansi dalam 1 periode
(hari, minggu, atau bulan). Dan berisi informasi yang sama dengan yang ada pada data transaksi penjualan.
Daftar atau Jurnal Penerimaan Tunai : Laporan yang dibuat dari data transaksi penerimaan tunai yang berisi semua transaksi dalam
berbagai periode.
5. Memproses dan Membukukan Penerimaan Tunai
Memo Kredit: Dokumen yang berisi pengurangan jumlah pembayaran dari pelanggan,karena barangnya dikembalikan atau ditukar.
Jurnal Retur Penjualan dan Potongan: Jurnal yang digunakan untuk mencatat retur penjualan dan potongan. Jurnal ini mempunyai fungsi
yang sama dengan jurnal penjualan.
6. Menghapus Piutang Tak Tertagih
Formulir Otorisasi Rekening Yang Tak Tertagih: Dokumen yang digunakan secara internal yang berisi kewenangan untuk
menghapusbukukan piutang yang tak tertagih.
7. Menetapkan Piutang yang Tak Tertagih
 Adanya cadangan untuk menentukan piutang yang tak dapat ditagih untuk periode penjualan yang sekarang merupakan upaya
perusahaan jika tidak dapat lagi menagihnya dimasa yang akan datang.
 Sebagian besar perusahaan, cadangan hutang yang tidak dapat ditagih merupakan penyesuaian manajemen terhadap cadangan
piutang yang tak tertagih pada akhir periode.
8. Efek E-Commerce terhadap Siklus Penjualan dan Penagihan
 Aktivitas manajemen penjualan dan penagihan pada perusahaan yang menggunakan pasar elektronik maupun yang masih
tradisional adalah sama.
 Manajemen akan tetap bertanggung jawab dengan menggunakan kebijakan akuntansi dan pengawasan internal ketika beraktivitas
dengan menggunakan e-commerce.
 Pada beberapa perusahaan sistem penjualan online diintegrasikan dengan sistem penjualan tradisional, sedang pada perusahaan lain
membuat sistem pembukuan akuntansi dan pengawasan internal secara terpisah untuk penjualan online.
 Auditor harus mampu memahami kunci desain dan operasional pengawasan internal yang ada pada e-commerce sebagai tambahan
pemahaman terhadap pengawasan internal dalam siklus penjualan dan penagihan.
METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI
PENJUALAN
 Memahami Kontrol Internal Penjualan
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dari pengendalian internal dalam memahami penilaian resiko pengendalian. Ada 4
langkah penting untuk penilaian tersebut.
1. Auditor memerlukan kerangka acuan untuk menilai resiko pengendalian (kerangka untuk semua kelompok transaksi yaitu 6
transaksi yang berkaitan dengan audit).
2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal dan kelemahan penting dalam penjualan
3. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahan, auditor menghubungkan keduanya dengan tujuan audit
4. Terakhir, auditor menilai risiko pengendalian pada masing – masing tujuan dengan mengevaluasi pengendalian dan kelemahan dari
setiap tujuan. Langkah ini penting karena mempengaruhi keputusan auditor tentang tes pengendalian dan tes substantif
 Menguji Kunci dari Aktivitas Pengawasan
 Kemampuan Membagi Tugas. Kemampuan membagi tugas berguna untuk mencegah berbagai kesalahan, baik disengaja
maunpun tidak disengaja.
 Otorisasi yang Tepat. Auditor harus memperhatikan otorisasi dari tiga titik kunci : kredit harus benar – benar disepakati
sebelum penjualan berlangsung; barang – barang harus dikirimkan bila telah diotorisasi dengan tepat; dan harga, termasuk
didalamnya, biaya pengiriman, dan diskon harus diotorisasi.
 Kelengkapan Catatan dan Dokumen. Dengan sistem ini, hampir tidak ditemui kesalahan untuk menagih pelanggan jika
semua faktur dilaporkan secara periodik
 Dokumen Bernomor Urut (Prenumbered). Bertujuan untuk mencegah kesalahan penagihan atau pencatatan penjualan dan
pembuatan salinan penagihan serta pencatatannya.
 Laporan Bulanan. Agar efektivitasnya maksimum, semua perbedaan saldo di dalam rekening harus diserahkan pada petugas
yang tidak bertanggungjawab terhadap penanganan uang atau pencatatan penjualan atau rekening piutang.
 Prosedur Verifikasi Internal. Penggunaan program komputer atau orang khusus untuk memeriksa pemrosesan dan
pencatatan transaksi yang berhubungan dengan sasaran audit.
Tes pengawasan yang sesuai untuk setiap pembagian tugas biasanya hanya terbatas pada diskusi dan pengamatan auditor dengan
personil. Di dalam memutuskan tes substantif atas transaksi, beberapa prosedur biasanya digunakan untuk setiap audit dengan
mengabaikan yang lainnya, sementara yang lainnya tergantung pada terpenuhinya pengawasan dan hasil dari tes pengawasan.
Pencatatan Terhadap Penjualan Yang Terjadi.. Untuk sasaran ini, auditor akan memperhatikan tiga jenis kemungkinan kesalahan :
penjualan yang masuk ke dalam jurnal tetapi tidak dilakukan pengiriman, penjualan yang dicatat lebih dari sekali, dan pengiriman yang
dilakukan untuk pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan
Pencatatan Penjualan Dimana Pengirimannya Tidak Dilakukan. Auditor dapat menelusuri dari data yang dimasukkan ke dalam
jurnal penjualan untuk meyakinkan bahwa salinan yang menyangkut pengiriman dan dokumen pendukung lain yang ada.
Penjualan Yang Dicatat Lebih Dari Sekali. Penjualan yang dicatat dua kali dapat diketahui dengan memeriksa ulang daftar urut nomor
dari catatan transaksi penjualan yang nomornya dicatat dua kali.
Pengiriman Untuk Konsumen Palsu. Penipuan jenis ini biasanya terjadi ketika orang yang mencatat penjualan juga diberi hak untuk
melakukan pengiriman. Pendekatan efektif lainnya untuk mendeteksi tiga jenis kesalahan tersebut adalah dengan menelusuri kredit pada
berkas induk rekening piutang ke sumbernya.
Keberadaan Pencatatan Transaksi Penjualan Pada sebagian besar audit, tidak ada tes substantif transaksi kelengkapan data untuk
memeriksa penggelembungan pendapatan dan aset yang lebih diperhatikan dalam audit transaksi penjualan dibanding pengecilannya.
Arah Tes Penting bagi auditor untuk memahami perbedaan antara menelusuri sumber dokumen sampai ke jurnal dan menelusuri balik
jurnal kembali ke dokumen sumber.
Arah Tes untuk Penjualan

Penjualan dicatat dengan akurat. Pencatatan dengan akurat transaksi penjualan yang menyangkut jumlah pengiriman barang yang
dipesan, pembuatan tagihan dengan akurat untuk jumlah barang yang dikirim, dan mencatat dengan akurat jumlah tagihan di dalam
pembukuannya. Tes substantif dalam tiap audit akan memastikan apakah setiap aspek telah dibuat dengan akurat.
Pencatatan Penjualan Yang Sesuai Dengan Klasifikasinya. Pada umumnya tes penjualan untuk kesesuaian klasifikasi merupakan
bagian dari tes akurasi. Auditor menguji dokumen pendukung untuk menentukan klasifikasi yang tepat dari satu transaksi dan
membandingkannya dengan rekening yang didebet.
Penjualan Dicatat dengan Tanggal Yang Benar Penjualan yang harus ditagih dan yang dicatat segera setelah pengiriman dilakukan
akan mencegah hilangnya transaksi dengan tidak sengaja dari catatan dan untuk memastikan bahwa penjualan dicatat pada periode yang
sesuai
Transaksi Penjualan Harus Dimasukkan di Dalam Berkas Induk dan Direkap Dengan Benar. Mencantumkan dengan tepat semua
transaksi penjualan ke dalam berkas induk piutang sangatlah penting karena keakuratan dalam pencatatannya akan mempengaruhi
kemampuan klien untuk menagih piutang yang belum dilunasi.
Transaksi Yang Berkaitan Dengan Sasaran Audit (Kolom 1). Walaupun beberapa pengawasan internal memenuhi lebih dari satu
tujuan, namun perlu dipertimbangkan sisi masing-masing sasaran secara terpisah untuk memudahkan penilaian risiko pengawasan yang
lebih baik.
RETUR PENJUALAN DAN PENUKARAN BARANG
Untuk retur penjualan dan pengurangan harga, penekanan umum biasanya pada tes keberadaan pencatatan transaksi untuk membuka
beralihnya uang tunai yang ditarik dari rekening piutang yang disembunyikan melalui retur penjualan dan pengurangan harga yang fiktif.
Walaupun penekanan untuk audit pada retur penjualan dan pengurangan harga sering dilakukan dengan tes keberadaan pencatatan
transaksi.
Retur penjualan dan pengurangan harga yang tidak dicatat bisa bersifat material dan dapat digunakan oleh manajemen perusahaan untuk
menekan pendapatan bersih.
METODOLOGI UNTUK MENDESAIN TES PENGENDALIAN DAN TES SUBSTANTIF TRANSAKSI PENERIMAAN
UANG TUNAI
Tes pengendalian tergantung identifikasi auditor terhadap pengendalian dan tingkat pengurangan risiko pengendalian yang mereka
percayai.
Bagian penting yang menjadi tanggungjawab auditor dalam melakukan audit penerimaan uang tunai adalah mengidentifikasi kelemahan
pengendalian internal (penipuan).
Jenis penyalahgunaan uang yang paling sulit dideteksi adalah terjadi sebelum uang dicatat dalam jurnal penerimaan uang tunai atau
dalam daftar lainnya, terutama jika tanda terima dan penerimaan uang tunai dicatat serempak.
Yang dilakukan adalah melacak berita pengiriman yang diberi nomor, daftar penerimaan tunai sementara, catatan jurnal penerimaan
uang tunai dan ke bagian catatan rekening piutang sebagai tes substantif pencatatan penerimaan uang tunai.
PENGUJIAN AUDIT UNTUK MENGHAPUS PIUTANG TAK TERTAGIH
Verifikasi untuk hal ini hanya memerlukan waktu singkat.Yaitu auditor memeriksa persetujuan oleh orang yang tepat, kemudian untuk
sampel yang dihapus, biasanya auditor juga memeriksa korespondensi dalam file klien yang
menyatakan ketidaktertagihannya.Pada beberapa kasus juga perlu memeriksa laporan kredit. Jika ayat jurnal umum sudah benar, akan
ditelusuri ke file induk piutang untuk menguji apakah penghapusan telah dicatat dengan benar.
Pengendalian yang lain adalah:
1. Penyusunan neraca saldo umur piutang usaha periodik untuk review dan tindak lanjut oleh personil manajemen yang tepat
2. Kebijakan menghapus piutang tak tertagih apabila sudah tidak mungkin lagi untuk ditagih.
Pengaruh yang paling signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan
penagihan adakah terhadap konfirmasi piutang usaha. Jenis konfirmasi, ukuran sampel dan penetapan waktu pengujian juga terpengaruh
atas pengujian ini
2. Audit Piutang, Siklus Penagihan, dan Siklus Penggajian
a. Audit Piutang
Klasifikasi Piutang Menurut Sak :
1. Piutang Usaha : piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit
2. Piutang Lain-lain : piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan
Contoh perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang :
 Piutang usaha
 Wesel tagih
 Piutang pegawai
 Piutang bunga
 Uang muka
 Refundable deposit (uang jaminan)
 Piutang lain-lain
 Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
Penyajian Piutang Di Laporan Keuangan
 Disajikan sebesar jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.
 Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan piutang tak tertagih.
 Piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan piutang)
karena sifatnya yang berbeda.
Tujuan Pemeriksaan Piutang (Audit Receivable Objectives) :
 Apakah terdapat pengendalian intern yang yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas
 Memeriksa keabsahan (validity) dan authenticity dari piutang
 Memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan Allowance for bad debts
 Mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul dari pendiskontoan wesel tagih
 Memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
Prosedur Pemeriksaan
 Teliti perhitungan jumlahnya
 Telusuri total piutang ke buku besarnya
 Kirimkan Konfirmasi positif kepada debitur
 Siapkan analisis hasil konfirmasi ke kartu piutang
 Cocokkan penerimaan pelunasan piutang debit yang tidak memberikan tanggapan konfirmasi
 Review transaksi penjualan seminggu sebelum tanggal review transaksi penjualan seminggu sebelum tanggal neraca.
 Periksa kembali klasifikasi piutang terutama yang bersaldo kredit
 Evaluasi Kelayakan penyisihan piutang tak tertagih

Audit kas

 Audit aset tetap

JENIS TRANSAKSI

Jenis transaksi aset tetap yang mungkin terjadi antara lain :

Perolehan aset tetap secara tunai atau dengan alat nonomoneter lainnya

Penghapusan aset tetap melalui penjualan, pertukaran, pemberhentian, pemakaian atau pembuangan

Penyusutan aset tetap selama umur ekonomisnya

Penyewaan aset tetap

TUJUAN AUDIT ASET TETAP

Memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas aset tetap.

Memeriksa apakah aset tetap yang tercantum di neraca betul-betul ada, masih digunakan dan milik
perusahaan.

Memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun berjalan betul-betul merupakan suatu Capital
Expenditure, diotorisasi oleh pejabat yang berwenang, didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan
dicatat dengan benar.
Memeriksa apakah disposal dari aset tetap sudah dicatat dengan benar dan telah diotorisasi oleh
pejabat yang berwenang.

Disposal aset tetap dapat terjadi dalam bentuk penjualan yang akan menimbulkan laba/rugi penjualan
aset tetap, tukar tambah atau penghapusan aset tetap yang dapat menimbulkan kerugian, jika aset
tetap tersebut masih mempunyai nilai buku.

Memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam periode yang di audit dilakukan sesuai dengan
ketentuan SAK, dan apakah perhitungannya sudah benar.

Memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan.

Memeriksa apakah penyajian aset tetap dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.

PROSEDUR AUDIT ASET TETAP

1. Pelajari dan evaluasi internal control aset tetap. Beberapa ciri internal control yang efektif untuk aset
tetap:

Setiap penambahan dan penarikan aset tetap harus diotorisasi oleh pejabat yang berwenang

Setiap penambahan aset tetap harus disesuaikan dengan anggaran.

Adanya kebijakan yang jelas dan tertulis tentang capitalization dandepreciation policy.

Perusahaan mempunyai sub buku besar aset tetap yang mencantumkan data-data aset tetap,
diantaranya: tanggal pembelian aset tetap, nama supplier, harga perolehan, metode penyusutan,
jumlah penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku aset tetap

Dilakukannya inventarisasi/pemeriksaan yang rutin terhadap aset tetap, untuk mengetahui keberadaan
dan kondisi dari aset tetap tersebut.

Bukti-bukti kepemilikan aset tetap disimpan ditempat yang aman.

Aset tetap diasuransikan oleh perusahaan dengan jumlah/nilai pertanggungan (insurance coverage)
yang wajar.

2. Minta kepada klien Top schedule dan Supporting schedule aset tetap, sehingga dapat dilihat berapa
saldo awalnya, berapa penambahan/pengurangannya dan berapa saldo akhir dari aset tetap tersebut.

3. Periksa footing dan cross footing serta cocokkan totalnya dengan general ledger atau sub ledger,
saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Apakah setiap penambahan dan pengurangan dari aset tetap dilengkapi dengan supporting
document, termasuk otorisasinya.

Contoh Pencatatan terhadap pengurangan aset tetap :

Mesin pabrik dengan cost Rp 200.000.000,- dan jumlah akumulasi penyusutan terakhir Rp 175.000.000,-
dijual dengan harga Rp 35.000.000,-

Pencatatan seharusnya adalah:

[D] Kas Rp 35.000.000

[D] Akumulasi Peny. Mesin Rp 175.000.000

[K] Mesin Rp 200.000.000

[K] Laba Penjualan Aset Tetap Rp 10.000.000

5. Lakukan pemeriksaan fisik terhadap aset tetap tersebut untuk melihat kondisinya apakah masih layak
dan penilaiannya wajar.

6. Periksa bukti kepemilikan aset tetap.

Contoh :

- Tanah - Sertifikat tanah

- Gedung - Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Surat Izin Penempatan Bangunan (SIPB)

- Kendaraan bermotor - BPKB dan STNK

7. Periksa apakah capitalization policy sudah benar dan depreciation policydijalankan secara konsisten
dengan tahun sebelumnya.

8. Analisis tentang perkiraan Repair and Maintenance, sehingga dapat diketahui apakah ada
pengeluaran yang seharusnya masuk capital expenditure, dicatat sebagai revenue expenditure.

9. Periksa apakah aset tetap sudah diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang cukup.

10. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, konfirmasi bank, untuk mengetahui apakah ada aset tetap
yang dijadikan sebagai jaminan.

11. Periksa apakah ada komitmen-komitmen yang dibuat perusahaan untuk membeli/menjual aset
tetap.

12. Jika ada contsruction in process, periksa ketepatan nilai pertambahan yang ditransfer ke aset tetap.
13. Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement-nya dan apakah
pencatatannya sudah sesuai dengan SAK.

14. Periksa apakah penyajiannya sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, misal:
ketentuan penyajian baik di neraca, laba-rugi maupun catatan atas laporan keuangan.

Pengertian audit

Siklus audit

Kasus

Tanda2 pemeriksaan audit

. Kertas Kerja Pemeriksaan


Dokumen yang berisi seluruh informasi yang diperoleh, analisis yang dibuat, dan
kesimpulan yang didapat selama melaksanakan audit. Kertas kerja pemeriksaan terdiri
dari semua dokumen yang dibuat sendiri dan juga yang diperoleh dari hasil kerja
auditor sebagai dasar informasi yang dipakai untuk membuat suatu kesimpulan dan
opini.

3. Isi dan bentuk kertas kerja pemeriksaan


a. Isi dan bentuk kertas kerja tidak dapat ditentukan secara pasti dan standar karena
sangat bergantung pada jenis pemeriksaan yang dilakukan serta tujuan dibuatnya
kertas kerja. Meski demikian, kertas kerja pemeriksaan harus mencangkup aspek:

 Perencanaan
 Pengujian dan evaluasi atas kecukupan dan keefektifan dari sistem internal control
yang ada
 Audit prosedur yang telah dijalankan, informasi yang telah didapat, dan kesimpulan
yang diambil
 Review
 Reporting
 Follow up
b. Kertas kerja harus lengkap, termasuk bukti pendukung untuk mendapatkan suatu
kesimpulan.
c. Selain hal-hal di atas, kertas kerja juga menyampaikan:

 Dokumen perencanaan dan audit program


 Control questionnaire, flowchart, checklist, dan narrative
 Catatan dan memo hasil interview
 Data organisasi, misalnya struktur organisasi dan job description
 Fotokopi dari kontrak-kontrak dan perjanjian penting
 Informasi tentang kebijakan operasional dan financing
 Hasil dan evaluasi atas kontrol yang ada
 Surat konfirmasi
 Analisis atas transaksi, proses, dan saldo akun
 Hasil dari prosedur analytical review
 Audit report dan komentar manajemen
 PICA dari Auditee
d. Media kertas kerja dapat berbentuk: kertas, disket, foto maupun media lainnya.

e. Jika auditor menggunakan informasi keuangan dalam laporannya, maka kertas kerja
harus mendokumentasikan dokumen akuntansi yang dipakai atau rekonsiliasi atas data
tersebut.

f. Kertas kerja dapat dikategorikan sebagai permanent file dan current file.

4. Persiapan pembuatan kertas kerja


 Kertas kerja “audit” harus rapi, jelas, ringkas dan komentar yang disampaikan harus
bersifat umum tetapi yang dapat diterima. Hindari pernyataan atas praduga yang
tanpa dasar; semua komentar harus didukung dengan data dan fakta.
 Memanfaatkan laporan, daftar dan schedule yang dibuat oleh petugas dari
perusahaan (yang sedang diaudit) sangat membantu ketimbang menyalin kembali
dan menyesuaikannya dengan bentuk kertas kerja (standar audit working, paper),
dengan catatan bahwa kertas kerja tersebut sudah di-review, diberi tanda oleh staf
yang mengerjakan, serta tanggal (sama seperti kertas kerja yang umum) dibuat oleh
staf audit, dan ini merupakan bagian dari kertas kerja auditor.
 Kertas kerja harus dibuat dan disesuaikan dengan standar formulir yang tersedia.
Penyajian yang lebih jelas dan keterangan yang rinci harus dibuat sebagai dokumen
pendukung yang disajikan secara terpisah, dan merupakan satu kesatuan dengan
kertas kerja induk (harus ada “cross reference”).
 Sebagian kertas kerja hanya akan memuat daftar pertanyaan atau catatan-catatan
atas diskusi yang telah dilakukan sebelumnya, hal yang sangat penting adalah
menyediakan tempat yang cukup dalam kertas kerja untuk membuat catatan-catatan
penting agar sesuatu yang dievaluasi/diperiksa diketahui dengan jelas.
 Semua schedule/ daftar-daftar dan kertas kerja harus dapat dikaitkan satu sama lain
sehingga memudahkan untuk mengidentifikasi, dan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi.
5. Filling
Semua kertas kerja audit harus di-file berurutan sesuai dengan indeks yang diberikan.
Setiap file kertas kerja harus dapat diidentifikasikan, dan pada halaman pertama tertera:

 Index File-file reference


 Nama Perusahaan
 Subjek yang diaudit
 Tempat
 Tanggal kunjungan hingga selesai
 Tanggal laporan
 Nomor file (jika ada lebih dari satu file)
6. Pengawasan dan pengamanan
 Kertas kerja yang berisi informasi rahasia perlu dijaga, diamankan, dan disimpan
pada tempat yang tidak mudah diambil atau dibaca oleh staf lain, atau orang yang
tidak mempunyai kepentingan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Internal Audit.
Setiap staf Internal Audit wajib menjaga dan mengamankan kertas kerja secara terus
menerus.
 Jika file kerja (audit working paper file) hilang, hal ini harus segera dilaporkan kepada
Coprporate Controller.
 Setiap tugas yang telah selesai, semua audit file, harus dikembalikan pada tempat
yang telah disiapkan.
7. Review Procedure
Semua kertas kerja harus di-review:

 Diparaf/diberi tanda pada setiap kertas kerja oleh staf yang diberi tanggung jawab
penugasan (staf/Person in Charge).
 Secara berkala di-review oleh Corporate Controller.
 Kesimpulan yang diperoleh atas hasil audit harus diungkapkan, sedangkan file kertas
kerja umumnya berisikan bukti-bukti yang menyatakan bahwa pekerjaan audit telah
selesai dan telah di-review oleh staf yang bertanggung jawab, serta semua masalah
telah diungkapkan.
8. Standar kode audit (audit tick mark)
 Kode/tanda telah diperiksa (audit ticks) merupakan standar yang lazim dipakai oleh
auditor dalam melaksanakan tugas dengan maksud untuk menghemat waktu. Semua
kode yang digunakan harus diberi penjelasan di dalam kertas kerja dan harus ada
hubungan dengan “Audit Program”, serta sebagai pembuktian atas pekerjaan yang
telah dilakukan (audit procedure).
 Standar kode audit sebagai berikut:

Catatan:

Kode audit harus ditempatkan pada angka di mana telah dilakukan pemeriksaan sesuai
dengan audit prosedur/program, atau, jika tidak dilakukan prosedur pemeriksaan,
sebaiknya pemberian tanda tersebut diabaikan.

Pada saat memberikan kode pada buku besar (ledger cards=general ledger), jurnal
entry, dan dokumen lainnya disarankan menggunakan pulpen merahdan memberi
tanda kecil yang terlihat jelas.
Penggunaan kode audit pada kertas kerja harus disertai dengan penjelasan tentang
dokumen apa yang diperiksa dan dokumen apa yang tidak tersedia. Sementara itu,
transaksi yang terjadi sebagai dasar pemeriksaan harus dibuatkan kertas kerja. Jika
didapatkan suatu pencatatan atas transaksi yang tidak umum/wajar, dokumen tersebut
sebaiknya di-fotokopi dan ditelusuri hingga ke dokumen asli atas transaksi tersebut
untuk diyakinkan kebenarannya, dan dokumen itu harus di-file sebagai salah satu
kertas kerja.
9. Audit file yang permanen (permanent file)
a. Permanent file terdiri dari berbagai macam schedule dan ada hubungannya dengan
setiap pelaksanaan audit, yang pada umumnya dapat digabungkan menjadi satu
dengan permanent file. Schedule atau daftar yang diperoleh harus berupa sumber
informasi yang berhubungan dengan aktivitas, kelangsungan bisnis perusahaan,
sistem, prosedur, dan ketentuan/kebijaksanaan lain yang sangat penting untuk
kepentingan audit.

b. Isi permanent file harus selalu di-review dan di-update pada setiap pekerjaan audit
yang dilakukan dan harus mengacu pada situasi terkini.

c. Dalam meng-update permanent file, beberapa dokumen (system and procedure,


peraturan perusahaan, peraturan pemerintah dan pajak, dan lain-lain) kemungkinan
sudah tidak relevan lagi dengan kondisi terkini dan masa yang akan datang. Jika ada
beberapa dokumen yang didapat sebagai bagian dari kertas kerja untuk pelaksanaan
audit saat ini masih dapat dikaitkan dengan permanent file, dokumen ini harus di-file
secara terpisah di dalam permanent audit file yang baru.

d. Isi dari permanent audit file pada umumnya adalah sebagai berikut:

 Struktur organisasi perusahaan


 Daftar kantor-kantor cabang dan lokasinya
 Daftar sewa beli serta sewa dan biaya yang dibayarkan
 Daftar polis asuransi
 Daftar personil perusahaan (level manajemen)
 Daftar tanda tangan dari personel yang diberi wewenang serta batasan wewenang
 Contoh tanda tangan
 Daftar nama bank
 Daftar petty cash yang diberikan kepada departemen/cabang
 Daftar evaluasi pengendalian intern (internal control evaluation questionnaire)
 Buku petunjuk operasional, finance, and accounting
 Chart of account
 Flowchart/arus dokumen semua departemen
 Daftar dokumen penjualan (perjanjian), kontrak, dan standar perjanjain-perjanjian
yang ada dalam perusahaan (peraturan kepegawaian)
 Rencana audit yang akan datang
10. Manfaat meng-update permanent file antara lain:
 Permanent file menyajikan hubungan antara audit yang sekarang dan audit yang
lalu. File ini memungkinkan auditor sekarang untuk mendapat gambaran tentang
bagaimana proses audit yang lalu dilaksanakan. Hal ini akan menentukan cara
pelaksanaan audit sekarang.
 Permanent file mencangkup rencana audit yang dibuat pada awal audit dan revisi-
revisinya serta pertimbangan dalam merevisi. Hal ini akan memudahkan pembuatan
perencanaan audit sekarang dan/kemudian hari.
 Permanent file adalah aset yang berharga bagi auditor untuk menghemat waktu,
terutama untuk auditor yang kurang mengenal aktivitas perusahaan yang diaudit.
11. Current working paper (current file)
Current file dibuat setiap melaksanakan audit. Kertas kerja ini harus dibuat dengan jelas
dan secara eksplisit memberikan informasi berikut:

 Hasil review dari internal control dan pengembangan dari sebuah rencana audit atau
update dari planning.
 Korespondensi dari Auditee untuk memulai suatu audit, konfirmasi, memvalidasi
temuan, dan mengonfirmasi semua tindakan perbaikan yang diambil.
 Melakukan suatu tes untuk mencapai tujuan audit yang telah diidentifikasi.
 Kesimpulan yang diambil oleh auditor dari hasil kerja.
 Audit report dan distribusinya.
12. Menjernihkan temuan pemeriksaan
Temuan pemeriksaan harus didiskusikan dengan karyawan yang bersangkutan dan
juga atasan langsung pada perusahaan yang sedang diaudit. Di dalam diskusi tersebut,
perhatian atas masalah yang ditemukan harus merupakan bagian dari sasaran yang
ingin dicapai oleh atasan tersebut dan bukan menyalahkan karyawan karena yang
bersangkutan melakukan kekeliruan. Jika ditemukan solusi untuk memperbaiki catatan
atau operasi perusahaan, maka harus segera dilaksanakan, bila semua pihak telah
setuju, dengan membuat catatan terpisah dari perubahan tersebut dan melaporkannya
bersamaan dengan laporan audit. Tambahan saran perbaikan akan melindungi kedua
belah pihak: internal auditor dan pihak yang diperiksa (Auditee).

13. Laporan perkembangan (progress report)


Untuk pemeriksaan yang membutuhkan awaktu cukup panjang, laporan perkembangan
pemeriksaan harus dibuat sehingga President Director/President Commissary bisa
mengetahui perkembangan proses audit yang berlangsung (exceptions noted,
recommendation).

Disarikan dari buku: Pedoman Audit Internal, Penulis: Alfred F. Kaunang, Hal: 50-59.

Standar audit

10 STANDAR AUDIT MENURUT GAAS


Kita sering mendengar istilah GAAP di akuntansi di mana GAAP adalah singkatan dari Generally Accepted Accounting Principle. Di dalam auditing, ada
sebuah istilah yang disebut GAAS yang merupakan singkatan dari Generally Accepted Auditing Standard.
GAAS adalah aturan-aturan dan pedoman umum yang digunakan akuntan publik yang terdaftar atau bersertifikat dalam mempersiapkan dan melaksanakan
pemeriksaan laporan keuangan klien.
Di dalam GAAS terdapat 10 standar audit yang menjadi pedoman auditor dalam melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan yang dikelompokkan dalam
3 standar. yaitu standar umum (general standards), standar pekerjaan lapangan (standards of field work) dan standar pelaporan (standards of reporting).
Standar Umum (General Standards)
1. Competence, audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
2. Independence, dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Due Professional Care, dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalisnya dalam cermat
dan seksama.
Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work)
4. Adequate Planning and Proper Supervision, pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan , asisten harus disupervisi dengan
semestinya.
5. Understanding the Entity, Environment, and Internal Control, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh
untk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.
6. Sufficient Competent Audit Evidence, bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan
konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Standar Pelaporan (Standards of Reporting)
7. Financial Statements Presented in Accordance with GAAP, laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
8. Consistency in the Application of GAAP, laporan audit harus menunjukkkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode
sebelumnya.
9. Adequacy of Informative Disclosures, pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam
laporan audit.
10. Expression of Opinion, laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai laporan keuangan secara menyeluruh atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diterima.

Audit kas dan piutang

Audit pembelian

Butki-bukti audit
Tujuan KKP

2. Kegunaan kertas kerja pemeriksaan adalah sebagai berikut:


 Bahan bukti dalam memebrikan pendapat dan saran perbaikan (audit report).
 Membantu dalam merencanakan, menjalankan, dan mereview proses audit.
 Memungkinkan atasan untuk langsung menilai bahwa pekerjaan yang didelegasikan
telah dilaksanakan dengan baik.
 Membantu auditor untuk menilai hasil kerja yang telah dilakukan sesuai dengan
rencana, dan mencangkup semua aspek finansial serta operasional yang dapat
dijadikan pedoman untuk memebrikan pendapat dan saran perbaikan.
 Sebagai dasar bahwa prosedur audit telah diikuti, pengujian telah dilakukan, sebab-
sebab masalah diketahui, dan akibat dari masalah diungkapkan untuk mendukung
pendapat (opini) dan saran (perbaikan yang diberikan).
 Memungkinkan staf auditor lain untuk dapat menyesuaikan dengan tugas yang
diberikan dari periode ke periode sesuai dengan rencana penggatian staf audit.
 Sebagai alat bantu untuk mengembangkan profesionalisme bagi Internal Audit
Division.
 Menunjukkan kepada pihak lain bahwa suatu pekerjaan audit telah dilaksanakan
sesuai dengan standar keahlian yang dimiliki oleh staf audit hingga laporan evaluasi
akhir yang sesuai dengan “audit proses”.

Perbedaan substantif test dan tes terperinci atas saldo

Pengujian substantive
Pengujian substantif adalah prosedur-prosedur audit yang didesain untuk menguji
kesalahan dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran dari saldo-saldo dalam
laporan keuangan. Salah saji (monetary misstatement) seperti itu adalah indikasi yang jelas dari
salah saji dari akunakun.Terdapat 3 (tiga) macam pengujian substantif yaitu :
(1) pengujian substantif atas transaksi,
(2) prosedur analitis,
(3) pengujian terinci atas saldo.

Pengujian substantif atas transaksi


Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah semua
tujuan audit berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives) telah terpenuhi
untuk setiap kelastransaksi. Sebagai contoh auditor melakukan pengujian substantif atas
transaksi untuk menguji apakah transaksi yang dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada
semua telah dicatat.

Auditor juga melakukan pengujian ini untuk menentukan apakah transaksi belanja telah
dicatat dengan benar, transaksi belanja telah dicatat pada periode laporan yang tepat, belanja
telah diklasifikasikan dengan benar dalam neraca, dan apakah belanja telah diikhtisarkan dan
diposting dengan benar ke buku besar. Jika auditor merasa yakin bahwa transaksi-transaksi telah
dicatat dan diposting dengan benar, auditor dapat meyakini bahwa jumlah dalam buku besar juga
benar.
Prosedur analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlahjumlah yang dicatat
dengan jumlah yang diharapkan yang disusun oleh auditor. Biasanya juga prosedur analitis
mencakup perhitungan rasio-rasio oleh auditor untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu
dan data lain yang berhubungan. Dua tujuan utama prosedur analitis yang dilakukan pada tahap
pelaksanaan audit atas saldo akun adalah
(1) mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan dan
(2) mengurangi pengujian terinci atas saldo.
(3) memahami bidang usaha klien
(4) menetapkan kelangsungan hidup suatu satuan usaha

Ada perbedaan mendasar dalam prosedur analitis yang dilakukan dalam tahap perencanaan
dan prosedur analitis yang dilakukan dalam tahap pengujian. Pada tahap perencanaan, auditor
mungkin menghitung rasio dengan menggunakan data interim. Sedangkan pada tahap pengujian
saldo akhir, auditor akan menghitung kembali rasio itu dengan menggunakan data setahun
penuh. Jika auditor percaya bahwa prosedur analitis yang dilakukan mengindikasikan
kemungkinan terjadinya salah saji, maka prosedur analitis tambahan dapat dilakukan atau auditor
memutuskan untuk memodifikasi pengujian terinci atas saldo. Sedangkan jika auditor
mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan prosedur analitis dan menyimpulkan bahwa
saldo akhir akun tertentu auditan layak, maka pengujian rincian saldo tertentu mungkin
diabaikan atau mengurangi ukuran sampel yang dibutuhkan.

Pengujian terinci atas saldo


Pengujian terinci atas saldo memusatkan perhatian atas saldo-saldo akhir buku besar untuk
laporan realisasi pendapatan dan belanja serta neraca. Contoh dari pengujian terinci atas saldo
termasuk konfirmasi untuk saldo piutang, pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan
kontrak utang dengan pihak lain. Pengujian terinci atas saldo ini adalah penting karena
bukti biasanya diperoleh dari sumber yang independen sehingga dapat diandalkan.
Hampir sama halnya dengan pengujian atas transaksi, pengujian rincian saldo harus dilakukan dengan memenuhi semua tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo bagi masing-masing akun yang signifikan. Pengujian atas saldo akun juga sangat penting karena bukti-bukti
biasanya diperoleh dari sumber independen dengan tingkat keyakinan yang lebih tinggi.

Luas dari pengujian terinci atas saldo bergantung dari hasil pengujian pengendalian intern,
pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis untuk akun tersebut. Pengujian terinci
atas saldo memiliki tujuan untuk menetapkan kebenaran jumlah uang (monetary correctness)
dari akun-akun yang berhubungan sehingga dapat dikatakan sebagai pengujian substantif.
Pengujian rincian saldo juga dapat membantu dalam menetapkan kebenaran moneter akun-akun
yang berhubungan sehingga dianggap sebagai pengujian substantif. Sebagai contoh, konfirmasi
untuk pengujian atas salah saji adalah pengujian substantif dan penghitungan Kas juga adalah
pengujian substantif.

Apa yang dimaksud konfirmasi positif dan negatif

Bentuk Permintaan Konfirmasi


Terdapat dua bentuk permintaan konfirmasi: (a) bentuk positif dan (b) bentuk negatif. Beberapa konfirmasi bentuk positif
meminta responden untuk menunjukkan apakah ia setuju dengan informasi yang dicantumkan dalam permintaan
konfirmasi. Bentuk konfirmasi positif lain tidak menyebutkan jumlah (atau informasi lain) pada permintaan konfirmasi, tetapi
meminta responden untuk mengisi saldo atau informasi lain pada ruang kosong yang disediakan dalam formulir permintaan
konfirmasi.

Bentuk konfirmasi positif menyediakan bukti hanya jika jawaban diterima oleh auditor dari penerima permintaan konfirmasi.
Permintaan konfirmasi yang tidak dijawab tidak memberikan bukti audit mengenai asersi laporan keuangan yang dituju oleh
prosedur konfirmasi.

Bentuk konfirmasi negatif meminta penerima konfirmasi untuk memberikan jawaban hanya jika ia tidak setuju dengan
informasi yang disebutkan dalam permintaan konfirmasi. Meskipun konfirmasi negatif yang dikembalikan dapat memberikan
bukti mengenai asersi laporan keuangan, konfirmasi negatif yang tidak kembali jarang memberikan bukti signifikan tentang
asersi laporan keuangan selain aspek tertentu asersi keberadaan.

Bila auditor menggunakan permintaan konfirmasi selain bentuk konfirmasi negatif, ia umumnya harus mengirimkan
permintaan konfirmasi kedua atau seringkali ketiga kepada pihak yang belum memberikan jawaban konfirmasi.

Auditor harus mengarahkan permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga yang diyakini oleh auditor memiliki pengetahuan
mengenai informasi yang dikonfirmasi.

Perbedaan opnin advers dan disclaimer

Standar audit maksudnya apa

Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari

standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya.
Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 1 telah menetapkan dan mengesahkan sepuluh standar auditing yang dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1. Standar Umum, berfungsi untuk mengatur syarat-syarat diri auditor. Standar umum terdiri dari:
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor
3. Dalam pelaksanaan audit dan pelaporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama
2. Standar Pekerjaan lapangan, berfungsi untuk mengatur mutu pelaksanaan auditing. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari:
1. pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan sistem harus disupervisi dengan semestinya
2. pemahaman memadai atas Struktur Pengendalian Intern (SPI) harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan
sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan
3. bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit
3. Standar Pelaporan, berfungsi sebagai panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan hasil audit melalui laporan audit kepada
pemakai informasi keuangan. Standar pelaporan terdiri dari:
1. laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum (PABU) di Indonesia
2. laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
menyusun laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya
3. pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor
4. laporan auditor, harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya
harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung jawab
yang dipikul oleh auditor

Audit siklus akuntansi

Anda mungkin juga menyukai