Anda di halaman 1dari 28

DEFINISI DAN PENGAKUAN BEBAN DAN BELANJA

Agus Tubels (02)

Akbar Ganiardhi (03)

Rayendra Hari S (26)

Thomas Irwan K (33)

Yuliana Darmanto (36)

Kelas VII B D-IV STAR

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

2014
KATA PENGANTAR

Akuntansi adalah sistem pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran,

dan pelaporan akun-akun. Akuntansi Pemerintahan adalah sistem akuntansi

yang diterapkan di Lingkungan Pemerintah. Akuntansi Pemerintahan pada

umumnya berbeda dengan akuntansi komersial karena perbedaan basis

akuntansi, perbedaan core business, perbedaan Badan Akun Standar (BAS),

dan perbedaan Laporan yang dihasilkan.

Pada Tahun Anggaran 2015, entitas pelaporan dan entitas akuntansi

pemerintahan diwajibkan untuk menerapkan basis akuntansi akrual.

Perubahan ini ditujukan untuk menghasilkan Laporan Keuangan yang lebih

transparan dan menggambarkan realita yang sebenarnya. Dengan adanya

Perubahan ini maka Laporan Keuangan Pemerintah akan semakin

menyerupai basis akuntansi yang diterapkan di sektor komersial. Oleh karena

itu, diperlukan penyesuaian pemahaman akuntansi oleh SDM yang terlibat

dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah maupun oleh pengguna

Laporan Keuangan.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................ i

Kata Pengantar............................................................................................................ ii

Daftar Isi..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Ruang Lingkup....................................................................................... 2

C. Tujuan dan Manfaat............................................................................... 2

BAB II ISI 3

A. Landasan Teori…..……......................................................................... 3

B. Pembahasan………………………….................................................... 4

1. Pengakuan Expense dan Expenditure………………........................ 4

2. Tipe beban/belanja Pemerintah.………………………………......... 12

3. Klasifikasi Belanja……………………………................................. 16

BAB III PENUTUP 19

A. Simpulan................................................................................................ 19

Lampiran 22

DAFTAR REFERENSI 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara,

pemerintah diwajibkan menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh atas

pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja negara. Namun karena

berbagai keterbatasan pemerintah baru diwajibkan melaksanakan Akuntansi

berbasis akrual pada Tahun Anggaran 2015.

Adapun dua elemen yang terdapat dalam akuntansi berbasis akrual adalah beban

dan belanja. Pelaporan beban dalam Laporan Operasional merupakan hal yang

baru karena pada basis sebelumnya yaitu akuntansi berbasis kas menuju akrual

tidak terdapat pelaporan beban dalam laporan Operasional. Dengan adanya beban

dan belanja maka pengakuan terhadap dua akun ini juga dibedakan dimana beban

diakui berdasarkan timbulnya kewajiban sedangkan belanja diakui berdasarkan

keluar/tidaknya uang dari kas Negara. Dampak perbedaan pengakuan juga

berakibat pada perbedaan pelaporan dimana beban dilaporkan dalam Laporan

Operasional sedangkan belanja dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran

1
2

(LRA). Oleh karena itu diperlukan beberapa penyesuaian pemahaman terhadap

basis akuntansi akrual agar dapat memuluskan proses transisi basis akuntansi.

B. Ruang Lingkup

Makalah ini mencakup:

1. Landasan Teori: Definisi beban dan belanja pada sektor publik

2. Pengakuan Beban dan Belanja

3. Tipe Beban dan Belanja

4. Klasifikasi Beban dan Belanja

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca mampu menjelaskan

definisi dan pengakuan beban dan belanja.


BAB II

ISI

A. Landasan Teori

IFRS dijadikan pedoman dalam penyusunan IPSAS, dan IPSAS dijadikan

pedoman penyusunan SAP. Jadi secara umum prinsip SAP dan IFRS akan serupa.

Untuk sektor publik, maka SAP sudah pasti lebih mendetail dari IFRS. Menurut

IFRS, Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam

bentuk arus keluar atau deplesi atas aset atau penambahan kewajiban yang

mengakibatkan penurunan ekuitas, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada

peserta ekuitas. IFRS juga mengadopsi pengecualian beban yang berasal dari

“distributions to owners” (Conceptual Framework).

IPSAS 1 mendefinisikan beban sebagai penurunan manfaat ekonomi atau layanan

yang potensial yang terjadi selama periode pelaporan dalam bentuk arus keluar

atau konsumsi aset atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan turunnya nilai

bersih aset atau ekuitas, selain yang berhubungan dengan kepemilikan pemilik

(distribution of owners).

Menurut PP No.71 Tahun 2010, yang dimaksud dengan belanja adalah semua

pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo

3
4

Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan

diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Sedangkan yang dimaksud

dengan beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode

pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau

konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.

Dalam Peraturan Pemerintah No 71 tahun 2010, Laporan Realisasi Anggaran

(LRA) menyebutkan dengan belanja, sedangkan Laporan Operasional (LO)

menyebut dengan beban. LRA disusun dan disajikan dengan menggunakan

anggaran berbasis kas, sedangkan LO disajikan dengan prinsip akrual yang

disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual.

Definisi ini berbeda dengan pengertian beban pada akuntansi sektor swasta. Beban

pada akuntansi sektor swasta terjadi karena konsumsi aset atau terjadinya beban

yang disebabkan oleh produksi atau pengantaran barang atau penyerahan jasa.

Dengan kata lain, beban pada akuntansi sektor swasta berhubungan langsung

dengan perolehan pendapatan. Ini juga bersesuaian dengan prinsip revenue

matching cost. Prinsip ini tidak diketemukan dalam akuntansi beban di sektor

publik terutama sektor pemerintah. Salah satu penyebabnya karena sulitnya

menelusuri beban-beban yang berkaitan dengan perolehan pendapatan pemerintah

dan tujuan kegiatan operasional pemerintah untuk melayani masyarakat.

B. Pembahasan

1. Pengakuan Expense dan Expenditure.

a. Definisi dan perbedaan pengakuan akuntansi basis kas menuju akrual dengan

basis akrual.
5

Menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Berbasis Kas Menuju Akrual, pengakuan dalam akuntansi adalah:

“Proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau


peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang
melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas
pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan
jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh
kejadian atau peristiwa terkait.”

Sedangkan menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan Berbasis Akrual, pengakuan dalam akuntansi adalah:

“Proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau


peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang
melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan LRA, belanja,
pembiayaan, pendapatan LO dan beban, sebagaimana akan termuat pada
laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan
diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan
yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait.”

Dari dua definisi mengenai pengakuan dalam akuntansi di atas, dapat disimpulkan

bahwa pengakuan merupakan proses penetapan atas pencatatan terhadap suatu

kejadian atau peristiwa yang memiliki nilai ekonomi dan dapat diklasifikasikan ke

dalam salah satu unsur laporan keuangan. Kriteria minimum yang perlu dipenuhi

oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui yaitu:

1) terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan

kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke

dalam entitas pelaporan yang bersangkutan;

2) kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur

atau dapat diestimasi dengan andal.


6

Prinsip pengakuan akuntansi terhadap expenditure dan expense pada akuntansi

pemerintahan berbasis akrual berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 berbeda

dengan pengakuan expenditure dan expense pada akuntansi pemerintahan berbasis

kas menuju akrual berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2005. Hal tersebut dapat

dilihat dari perbedaan atas unsur laporan keuangan yang dapat dipenuhi dalam

pengakuan menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 dan PP Nomor 24 Tahun 2005

yang telah dijabarkan di atas. Pada PP Nomor 24 Tahun 2005 hanya terdapat

unsur belanja yang merupakan unsur pada Laporan Realisasi Anggaran sedangkan

pada PP Nomor 71 Tahun 2010 terdapat unsur belanja yang merupakan unsur

pada Laporan Realisasi Anggaran dan unsur beban yang merupakan unsur pada

Laporan Operasional.

b. Pengakuan belanja berdasarkan SAP.

Menurut PSAP, baik PP Nomor 24 Tahun 2005 maupun PP Nomor 71 Tahun

2010, belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum

Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam

periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya

kembali oleh pemerintah. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belanja

diakui bila sudah ada pengeluaran kas pada periode tahun anggaran bersangkutan

dari Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah. Selain itu, belanja

merupakan semua bentuk pengeluaran kas dari BUN/BUD yang tidak akan

diperoleh pembayarannya kembali. Titik dimana belanja diakui adalah pada saat

kas dikeluarkan dari rekening BUN/BUD, bukan pada saat beban terjadi. Dengan

demikian basis yang dipakai dalam pengakuan belanja adalah basis kas.
7

Basis Kas pada belanja tidak mengenal perbedaan antara Expense dan

Expenditure. Semua pengeluaran kas dari BUN/BUD merupakan belanja yang

menjadi pengurang SAL pada periode bersangkutan. Prinsip layak temu biaya-

pendapatan (matching-cost against revenue principle) dalam akuntansi

pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi

komersial.

Contoh penekanan basis kas pada pengakuan Belanja:

1) Pembelian suatu aset tetap diakui dan dilaporkan sebagai belanja pada periode

akuntansi saat kas dikeluarkan walaupun masa manfaat aset tersebut melebihi

satu periode. Pada akuntansi berbasis kas menuju akrual, penyusutan

merupakan jurnal korolari yang tidak mempengaruhi LRA.

2) Pembayaran bunga utang diakui pada saat kas dikeluarkan walaupun

pembayaran tersebut merupakan beban bunga periode sebelumnya.

c. Pengakuan beban berdasarkan SAP.

Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 Beban adalah: “… penurunan manfaat

ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas,

yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.”

Sedangkan pengakuan Beban menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 sebagai berikut:

“Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.”
“Basis akrual untuk LO berarti bahwa pendapatan … dan beban diakui pada
saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah
terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan ….”
8

Dari definisi atas beban tersebut dapat disimpulkan bahwa beban merupakan

penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa yang diakui pada periode terjadinya

beban. Basis yang digunakan dalam pengakuan beban adalah basis akrual, dimana

titik pengakuan adalah pada saat terjadinya suatu peristiwa atau kejadian yang

menimbulkan kewajiban, konsumsi atas aset, penurunan manfaat ekonomi atau

potensi jasa serta mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih entitas

pelaporan walaupun belum ada pengeluaran kas dari Rekening Kas Umum

Negara/Daerah.

Pengakuan beban dilakukan apabila terdapat kemungkinan manfaat ekonomi yang

berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari entitas

pelaporan yang bersangkutan dan mempunyai nilai yang dapat diukur atau

diestimasi secara andal. Dalam menentukan apakah suatu peristiwa telah

memenuhi kriteria pengakuan beban perlu juga dipertimbangkan aspek

materialitas.

Berdasarkan SAP, beban diakui pada saat:

1) Timbulnya kewajiban,

Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain

ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum negara/daerah.

Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum dibayar

pemerintah.

2) Terjadinya konsumsi aset,


9

Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas

kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau

konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah.

3) Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat

penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset

bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau

potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi.

Dalam hal Badan Layanan Umum, beban diakui dengan mengacu pada peraturan

perundangan yang mengatur mengenai Badan Layanan Umum.

Khusus untuk aset bersejarah terdapat pengecualian dalam pengakuan beban

sehubungan dengan aset bersejarah tersebut. Biaya untuk perolehan, konstruksi,

peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan dalam laporan operasional sebagai

beban tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Beban tersebut termasuk seluruh

beban yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi

dan lokasi yang ada pada periode berjalan. Sehingga, tidak ada penyusutan untuk

pengeluaran aset bersejarah ini.

Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa

atau kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun ada kalanya

pengakuan didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila pengukuran

berdasarkan biaya dan estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka

pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada Catatan atas Laporan

Keuangan.
10

Basis akrual dalam pengakuan beban pada laporan operasional berdasarkan PP

Nomor 71 Tahun 2010 membedakan antara expense dengan expenditure sebagai

berikut:

1) Pendekatan Beban (expense). Setiap pembelian barang dan jasa diakui sebagai

beban jika manfaat ekonomis dari barang/jasa tersebut akan habis

digunakan/dikonsumsi sesegera mungkin.

2) Pendekatan aset (expenditure). Pembelian barang/jasa diakui sebagai

persediaan atau aset jika manfaat ekonomis akan digunakan dalam satu

periode anggaran atau lebih atau untuk sifatnya berjaga-jaga.

d. Pengakuan Beban Berdasarkan IPSAS.

Berdasarkan IPSAS, beban adalah “Expenses are decreases in economic benefits

or service potential during the reporting period in the form of outflows or

consumption of assets or incurrences of liabilities that result in decreases in net

assets/equity, other than those relating to distributions to owners.”

Secara umum prinsip pengakuan akuntansi menurut IPSAS dapat diakui dengan

tiga pendekatan yaitu:

1) Pengakuan langsung (Recognize Immediately)

Pada prinsip ini beban langsung diakui pada suatu periode saat terjadinya

beban meliputi seluruh beban yang dikeluarkan. Biaya yang diakui dengan

metode pengakuan ini adalah Biaya Pinjaman (Borrowing Cost) yang lebih

lanjut diatur dalam IPSAS 5 dan beban atas perlengkapan.


11

2) Pertautan antara pendapatan dan beban

Pengakuan ini mendasarkan pada kenyataan bahwa dalam memperoleh

pendapatan pasti ada biaya yang dikeluarkan. Metode ini juga dikenal dengan

istilah hubungan sebab akibat. Biaya-biaya yang dikeluarkan secara umum

dapat diasosiakan pada suatu pendapatan. Pada kasus ini biaya-biaya

dikeluarkan dapat menghasilkan pendapatan. Dalam akuntansi pemerintah,

jenis pengakuan ini sebenarnya tidak diperbolehkan namun tetap

dimungkinkan. Ini terkait kegiatan pemerintah dalam memproduksi barang

atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Dimana atas penyerahan tersebut

masyarakat membayar sejumlah uang. Namun pengakuan ini tetap dilakukan

modifikasi seusai tujuan kegiatan pemerintah tersebut. Contoh penggunaan

metode pengakuan beban ini adalah biaya yang dikaitkan dengan produksi

persediaan yang diatur dalam IPSAS 12. Biaya-biaya yang dikeluarkan terkait

produksi barang atau jasa seluruhnya dikapitalisasikan ke nilai persediaan.

Biaya tersebut antara lain biaya langsung dan biaya tidak langsung. Ketika

persediaan dijual, dipertukarkan atau didistribusikan, nilai tercatat (carrying

amount) diakui sebagai beban pada periode di mana pendapatan terkait diakui.

Jika tidak ada pendapatan yang terkait, beban diakui pada saat barang atau jasa

terkait telah diberikan. Selanjutnya penurunan nilai realisasi bersih (net

realizable value) diakui sebagai beban pada periode kerugian atau penurunan

terjadi. Pembalikan yang timbul dari kenaikan nilai realisasi bersih diakui

sebagai pengurang beban persediaan pada periode di mana mereka terjadi.


12

Penggunaan metode ini agaknya hanya terbatas pada transaksi penyerahan

barang atau jasa kepada masyarakat.

3) Alokasi Rasional dan sistematis

Metode pengakuan ini ditujukan untuk mengalokasikan sejumlah beban yang

sebenaranya terjadi terkait dengan perolehan pendapatan namun tidak

memenuhi kriteria sebab akibat. Pada perusahaan swasta, pengakuan beban

jenis ini dilakukan pada alokasi beban penyusutan atas peralatan atau gedung.

Dalam akuntansi sektor publik / pemerintahan, standard yang digunakan

adalah IPSAS 17 yang menerangkan bahwa beban penyusutan dibebankan

secara sistematis selama masa manfaat aset. Adanya tambahan kata sistematis

mengharuskan bahwa penyusutan dilakukan dengan suatu metode tertentu

yang sistematis untuk mengalokasikan beban. Tujuan pembebanan ini tidak

berkaitan dengan perolehan pendapatan sebagaimana yang terjadi pada sektor

swasta tetapi ditujukan untuk mengetahui dan mencerminkan manfaat

ekonomis atau layanan potensial aset di masa depan. Lebih lanjut mengenai

metode dan teknis pembebanan ini diatur dalam IPSAS 17.

2. Tipe Beban/ Belanja Pemerintah.

IPSAS mengatur standard akuntansi akun beban pada beberapa standard

berdasarkan transaksi yang menyebabkan terjadinya atau munculnya beban

tersebut. Tipe pembebanan tersebut diantaranya adalah:

a. Transfer pemerintah (Government Transfers).

Transfer Pemerintah ialah transfer uang dari pemerintah ke individu, organisasi

atau pemerintah lainnya, dimana pemerintah yang mentransfer tidak:


13

1) Menerima barang atau jasa secara langsung sebagai gantinya, seperti dalam

transaksi jual/beli;

2) Mengharap dibayar kembali di masa datang, seperti dalam utang; atau

3) Mengharap pengembalian keuangan, seperti dalam investasi.”

Dalam IAS 20, Accounting for Government Grants and Disclosure of

Government Assistance dibedakan secara jelas antara Bantuan Pemerintah dan

Hibah Pemerintah:

“Bantuan Pemerintah adalah tindakan oleh pemerintah yang dirancang untuk


memberikan manfaat ekonomi spesifik kepada satu entitas atau beberapa
entitas yang memenuhi syarat atas kriteria tertentu.”

Tidak mencakup manfaat yang diberikan secara tidak langsung melalui tindakan

yang mempengaruhi kondisi perdagangan umum, seperti penyediaan atau

pembangunan insfrastruktur di daerah yang sedang berkembang atau

pemberlakuan batasan perdagangan terhadap pesaing.

“Hibah Pemerintah adalah tindakan oleh pemerintah dalam bentuk


pemindahan sumber daya kepada entitas sebagai imbalan atas kepatuhan
entitas dimasa lalu atau masa depan sesuai dengan kondisi tertentu yang
berkaitan dengan kegiatan operasi entitas tersebut.”

Tidak termasuk jenis bantuan pemerintah yang tidak memiliki nilai yang

memadai bagi entitas dan transaksi dengan pemerintah yang tidak dapat

dibedakan dari transaksi perdagangan normal.

b. Hibah.

Menurut PP No.71 Tahun 2010, Hibah adalah beban pemerintah dalam bentuk

uang/barang atau jasa kepada pemerintah lainnya, perusahaan negara/daerah,

masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, bersifat tidak wajib dan tidak


14

mengikat. Hibah dapat didefinisikan sebagai transfer yang dibuat pada

kebijaksanaan pemerintah.

Pemerintah yang membuat transfer memiliki kewenangan dalam memutuskan

apakah atau tidak untuk melakukan transfer, kondisi harus dipenuhi, jika berapa

banyak yang akan ditransfer dan kepada siapa.

c. Beban berkaitan dengan penggunaan aset tetap.

1) Depresiasi

Beberapa pandangan menyatakan penyusutan tidak relevan untuk asset sektor

publik seperti asset infrastruktur, asset warisan dan komunitas/masyarakat,

karena manfaat ekonominya terwujud untuk jangka waktu yang sangat lama.

Layanan atau manfaat ekonomi juga tidak dapat berhubungan langsung

kepada pendapatan tertentu. SAC 4, Definition and Recognition of the

Elements of Financial Statements, mengidentifikasikan sebagai penentu ada

atau tidaknya layanan potensial atau manfaat ekonomi di masa depan yang

terwujud dalam aktiva tersebut akan dikonsumsi atau akan kadaluwarsa. Fakta

bahwa tingkat konsumsi atau kadaluwarsa manfaat layanan potensial atau

manfaat ekonomi masa depan akan berlangsung selama jangka waktu yang

lama tidak

menghalangi item tersebut untuk menimbulkan beban. Selain itu, pendapat

bahwa konsumsi atau kadaluwarsa tidak mudah diidentifikasi dengan

pengakuan sumber daya tertentu atau dengan penyediaan jasa tertentu, atau

tidak dapat dikaitkan dengan peristiwa atas periode pelaporan tertentu, tidak

berarti bahwa tidak ada beban yang seharusnya diakui.


15

2) Renewal Accounting (Akuntansi Pembaharuan)

Dalam prakteknya, pengeluaran yang dilakukan setiap periode untuk

memperbaharui aset tidak mungkin disamakan dengan biaya penuh dari

konsumsi potensial aset layanan untuk berbagai alasan. Pada dasarnya,

akuntansi pembaruan adalah suatu bentuk akuntansi kas. Hanya apabila

pengeluaran dibuat dalam satu periode akuntansi pada pemeliharaan suatu

sistem aset bertepatan dengan biaya konsumsi potensial layanan aset akan

dibebankan secara periodik dan saham aset tidak akan salah saji.

3) Pemeliharaan yang Ditangguhkan

"Pemeliharaan yang Ditangguhkan" adalah pemeliharaan yang tidak dilakukan

ketika seharusnya terjadi atau saat dijadwalkan dan yang, oleh karena itu,

menunda atau ditunda untuk masa yang akan datang." Pemeliharaan yang

ditangguhkan adalah suatu konsep yang melibatkan pengungkapan suatu

kewajiban untuk biaya pemeliharaan masa depan dan dengan demikian, bisa

dibilang, menyajikan gambaran yang lebih realistis dari posisi keuangan suatu

entitas.

d. Belanja.

Belanja terdiri atas tiga macam, yaitu :

1) Belanja rutin, yaitu pembelanjaan yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu

dan bersifat rutin. Pembelanjaan yang termasuk di dalamnya, di antaranya

belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan,belanja

perjalanan dinas, belanja subsidi, belanja bantuan sosial, dan belanja

operasional lainnya.
16

2) Belanja modal, terdiri atas belanja aset tetap dan belanja asset lainnya.

3) Belanja tidak terduga, yaitu pengeluaran yang tidak diperkirakan sebelumnya.

3. Klasifikasi Belanja.

Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 02

tentang Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Paragraf 34, belanja diklasifikasikan

menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Sesuai dengan

paragraf 17 PSAP Nomor 02, klasifikasi belanja menurut jenis belanja disajikan

oleh entitas pelaporan dalam Laporan Realisasi Anggaran, klasifikasi belanja

menurut organisasi disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran atau di Catatan

atas Laporan Keuangan, dan klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan.

a. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja (klasifikasi ekonomi).

Sesuai dengan paragraf 35 PSAP Nomor 02, klasifikasi ekonomi adalah

pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan

suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja

pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan

belanja lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja

pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan

belanja tak terduga.


17

Tabel 1 Klasifikasi Belanja Menurut Jenis Belanja

Sumber: diolah dari LKPP Tahun 2013 (Audited)

b. Klasifikasi belanja menurut organisasi.

Sesuai dengan paragraf 41 PSAP Nomor 02, klasifikasi menurut organisasi yaitu

klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran. Klasifikasi belanja

menurut organisasi di lingkungan pemerintah pusat antara lain belanja per

kementerian negara/lembaga beserta unit organisasi di bawahnya. Klasifikasi

belanja menurut organisasi di pemerintah daerah antara lain belanja Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Sekretariat Daerah pemerintah

provinsi/kabupaten/kota, dinas pemerintah tingkat provinsi/kabupaten/kota, dan

lembaga teknis daerah provinsi/kabupaten/kota. Adapun Klasifikasi Belanja

menurut jenis organisasi diuraikan dalam Lampiran 1.

c. Klasifikasi belanja menurut fungsi.

Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang

dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Sesuai


18

dengan paragraf 41 PSAP Nomor 02, klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi

yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Belanja Pemerintah Pusat menurut

Fungsi terbagi dalam 11 (sebelas) fungsi, yaitu fungsi pelayanan umum, fungsi

pertahanan, fungsi ketertiban dan keamanan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan

hidup, fungsi perumahan dan fasilitas umum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata

dan budaya, fungsi agama, fungsi pendidikan, dan fungsi perlindungan sosial.

Tabel 3 Klasifikasi Belanja Menurut Fungsi

Sumber: diolah dari LKPP Tahun 2013 (Audited)


BAB III

PENUTUP

Simpulan

1. Definisi beban dan belanja di sektor publik:

a. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam

bentuk arus keluar atau deplesi atas aset atau penambahan kewajiban yang

mengakibatkan penurunan ekuitas, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada

peserta ekuitas.

b. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang

mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan

yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

2. Pengakuan beban dan belanja

a. Definisi dan perbedaan pengakuan akuntansi basis kas menuju akrual dengan

basis akrual

Dapat disimpulkan bahwa pengakuan merupakan proses penetapan atas

pencatatan terhadap suatu kejadian atau peristiwa yang memiliki nilai ekonomi

dan dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu unsur laporan keuangan. Kriteria

19
20

minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui

yaitu:

1) terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan

kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke

dalam entitas pelaporan yang bersangkutan;

2) kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur

atau dapat diestimasi dengan andal.

b. Pengakuan belanja berdasarkan SAP

Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara

Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun

anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh

pemerintah. Belanja diakui bila sudah ada pengeluaran kas pada periode tahun

anggaran bersangkutan dari Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah.

c. Pengakuan beban berdasarkan SAP

Beban merupakan penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa yang diakui pada

periode terjadinya beban. Basis yang digunakan dalam pengakuan beban adalah

basis akrual, dimana titik pengakuan adalah pada saat terjadinya suatu peristiwa

atau kejadian yang menimbulkan kewajiban, konsumsi atas aset, penurunan

manfaat ekonomi atau potensi jasa serta mengakibatkan penurunan nilai kekayaan

bersih entitas pelaporan walaupun belum ada pengeluaran kas dari Rekening Kas

Umum Negara/Daerah.

d. Pengakuan Beban Berdasarkan IPSAS


21

Berdasarkan IPSAS, beban adalah “Expenses are decreases in economic benefits

or service potential during the reporting period in the form of outflows or

consumption of assets or incurrences of liabilities that result in decreases in net

assets/equity, other than those relating to distributions to owners.”

3. Tipe Beban/ Belanja Pemerintah

a. Transfer pemerintah (Government Transfers)

b. Hibah

c. Beban berkaitan dengan penggunaan aset tetap

1) Depresiasi

2) Renewal Accounting (Akuntansi Pembaharuan)

3) Pemeliharaan yang Ditangguhkan

d. Belanja

1) Belanja rutin

2) Belanja modal

3) Belanja tidak terduga

4. Klasifikasi Belanja

a. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja (klasifikasi ekonomi)

b. Klasifikasi belanja menurut organisasi

c. Klasifikasi belanja menurut fungsi


22

LAMPIRAN

Tabel Klasifikasi Belanja Menurut Jenis Organisasi

Kode Bagian
Nomenklatur Kementerian Negara/Lembaga
Anggaran
BA 001 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
BA 002 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
BA 004 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
BA 005 Mahkamah Agung Republik Indonesia
BA 006 Kejaksaan Republik Indonesia
BA 007 Kementerian Sekretariat Negara
BA 010 Kementerian Dalam Negeri
BA 011 Kementerian Luar Negeri
BA 012 Kementerian Pertahanan
BA 013 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
BA 015 Kementerian Keuangan
BA 018 Kementerian Pertanian
BA 019 Kementerian Perindustrian
BA 020 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
BA 022 Kementerian Perhubungan
BA 023 Kementerian Pendidikan Nasional
BA 024 Kementerian Kesehatan
BA 025 Kementerian Agama
BA 026 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
BA 027 Kementerian Sosial
BA 029 Kementerian Kehutanan
BA 032 Kementerian Kelautan dan Perikanan
BA 033 Kementerian Pekerjaan Umum
BA 034 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
BA 035 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
BA 036 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
BA 040 Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
BA 041 Kementerian Badan Usaha Milik Negara
BA 042 Kementerian Riset dan Teknologi
BA 043 Kementerian Lingkungan Hidup
BA 044 Kementerian Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah
BA 047 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
BA 048 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
23

Kode Bagian
Nomenklatur Kementerian Negara/Lembaga
Anggaran
BA 050 Badan Intelijen Negara
BA 051 Lembaga Sandi Negara
BA 052 Dewan Ketahanan Nasional
BA 054 Badan Pusat Statistik
BA 055 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
BA 056 Badan Pertanahan Nasional
BA 057 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
BA 059 Kementerian Komunikasi dan Informatika
BA 060 Kepolisian Negara Republik Indonesia
BA 063 Badan Pengawasan Obat dan Makanan
BA 064 Lembaga Ketahanan Nasional
BA 065 Badan Koordinasi Penanaman Modal
BA 066 Badan Narkotika Nasional
BA 067 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
BA 068 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BA 074 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
BA 075 Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
BA 076 Komisi Pemilihan Umum
BA 077 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
BA 078 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
BA 079 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
BA 080 Badan Tenaga Nuklir Nasional
BA 081 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
BA 082 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
BA 083 Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
BA 084 Badan Standardisasi Nasional
BA 085 Badan Pengawas Tenaga Nuklir
BA 086 Lembaga Administrasi Negara
BA 087 Arsip Nasional Republik Indonesia
BA 088 Badan Kepegawaian Negara
BA 089 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
BA 090 Kementerian Perdagangan
BA 091 Kementerian Perumahan Rakyat
BA 092 Kementerian Pemuda dan Olahraga
BA 093 Komisi Pemberantasan Korupsi
BA 095 Dewan Perwakilan Daerah
BA 100 Komisi Yudisial Republik Indonesia
24

Kode Bagian
Nomenklatur Kementerian Negara/Lembaga
Anggaran
BA 103 Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BA 104 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
BA 105 Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo
BA 106 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
BA 107 Badan SAR Nasional
BA 108 Komisi Pengawasan Persaingan Usaha
BA 109 Badan Pengembangan Wilayah Suramadu
BA 110 Ombudsman Republik Indonesia
BA 111 Badan Nasional Pengelola Perbatasan
BA 112 Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
BA 113 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
BA 114 Sekretariat Kabinet
BA115 adan Pengawas Pemilihan Umum
BA 116 Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia
BA 117 Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia
BA 118 Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
BA 999 Bendahara Umum Negara, yang terdiri dari:
BA 999.01 Pengelolaan Utang
BA 999.02 Hibah
BA 999.03 Investasi Pemerintah
BA 999.04 Penerusan Pinjaman
BA 999.05 Transfer ke Daerah
BA 999.07 Belanja Subsidi
BA 999.08 Belanja Lain-lain
BA 999.99 Transaksi Khusus
BA 999.-- Badan Lainnya

Sumber: diolah dari LKPP Tahun 2013 (Audited)


25

DAFTAR REFERENSI

Bayu, Widyarman dkk, Akuntansi beban sektor public basis akrual, STAN,
https://www.academia.edu/7304286/Akuntansi_Beban_Kelompok_IV

IFAC. 2012. Handbook of International Public Sector Accounting Standart


Pronouncement. New York. USA

Kementerian Keuangan. 2014. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2013 (Audited).


ibnads.xl.co.id/adsrequest?j=9&t=2&a=http://www.kemenkeu.go.id/Publikasi/lap
oran-keuangan-pemerintah-pusat-2013-audited

Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Sekretariat Negara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai