KONTEMPORER :
AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA
KELOMPOK 5
KELAS 7-2 REGULER
D-IV AKUNTANSI POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
1. Danan Perri Sandria (5)
2. Hendro Unggul Sudibyo (11)
3. Novi Andriyanto (17)
4. Nuzul Dwi Iswanti (23)
5. Tiara Indah Permatasari (29)
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 71 tahun 2010 pasal 4,
Pemerintah Indonesia menggunakan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual.
Terdapat dua elemen penting dalam penerapan akuntansi berbasis akrual yaitu, elemen
beban dan belanja. Pelaporan beban merupakan hal yang berbeda dari basis sebelumnya.
Basis kas menuju akrual tidak mengakommodir pelaporan beban dalam Laporan
Operasional, sedangkan sistem berbasis akrual membedakan perlakukan akuntansi beban
dengan belanja. Beban diakui ketika timbulnya kewajiban sedangkan belanja diakui
berdasarkan keluar/tidaknya uang kas Negara. Selain itu, terdapat perbedaan dalam sisi
pelaporan. Beban dilaporkan dalam Laporan Operasional (LO), sedang Belanja dilaporkan
dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Sampai saat ini, masih terdapat permasalahan dalam implementasi sistem akuntansi
berbasis akrual. Entitas pelaporan mengalami kendala dalam penyusunan klasifikasi belanja
yang digunakan dalam anggaran berbeda dengan klasifikasi belanja yang digunakan dalam
pelaporan keuangan. Permasalahan yang tidak kalah penting adalah penerapan prinsip
pengakuan, pengukuran dan pengungkapan belanja/beban yang sesuai dengan basis akrual.
Oleh karena itu diperlukan pemahaman mendalam terhadap penerapan sistem akuntansi
beban/belanja berbasis akrual.
Halaman 1
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
BAB I
PEMBAHASAN
A. Konsep Belanja/Beban
Pembahasan mengenai belanja/beban tidak terlepas dari pembahasan mengenai istilah
yang digunakan terhadap suatu transaksi yang menyebabkan terjadinya arus kas/sumber
daya keluar yaitu expense/expenditure/disbursement. Ketiga istilah tersebut memiliki arti
yang bisa dibilang identik yaitu pengeluaran, tetapi istilah tersebut memiliki definisi yang
berbeda pada tiap basis akuntansi seperti penjelasan berikut.
1. Basis Kas
Pada pelaporan keuangan yang menggunakan basis kas, arus kas keluar pada suatu
periode disebut dengan disbursement. Arus kas keluar tersebut mencakup aktivitas
seperti pembelian aset dan/atau pembayaran utang.
2. Basis Kas Modifikasi
Pada basis ini, arus kas keluar pada suatu periode juga disebut disbursement.
Karakteristik basis kas modifikasi adalah sebagai berikut.
a. Arus kas pada awal periode pelaporan, yang telah dipertanggungjawabkan pada
periode sebelumnya dikurangkan dari arus kas pada pada periode saat ini.
b. Pembukuan masih dibuka pada akhir periode dengan ditambah suatu jangka waktu
tertentu setelah tahun buku.
c. Penerimaan dan pengeluaran yang terjadi selama periode perpanjangan tersebut,
diakui sebagai pendapatan dan pengeluaran dari tahun fiskal sebelumnya.
3. Basis Akrual Modifikasi
Pada basis akrual modifikasi, pengeluaran disebut dengan expenditure. Expenditure
adalah biaya yang terjadi selama periode terkait dengan perolehan barang dan jasa,
terlepas dari pembayaran telah dibuat atau belum.
Halaman 2
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
B. Definisi Belanja/Beban
1. Definisi Belanja/Beban Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Berbasis Akrual No. 01
tentang Penyajian Laporan Keuangan paragraf 8, belanja adalah semua pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih (SAL) dalam
periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah, sedangkan beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Istilah beban digunakan
untuk pembuatan Laporan Operasional (LO) yang menggunakan basis akrual untuk
pencatatan akuntansinya, sedangkan belanja digunakan untuk tujuan pembuatan
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang menggunakan basis kas untuk pencatatan
akuntansinya.
Halaman 3
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
C. Klasifikasi Belanja/Beban
Menurut Salvatore Schiavo dan Daniel Tommasi, klasifikasi belanja/beban sangat penting
dalam hal sebagai berikut.
Dari berbagai klasifikasi tersebut di atas, dalam rangka manajemen anggaran, klasifikasi
jenis belanja sangat penting untuk digunakan dalam pengendalian anggaran (budgetary
control) dan monitoring.
Halaman 4
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga. Jenis belanja tersebut
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu belanja operasi, belanja modal, dan belanja lain-
lain/tak terduga.
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi belanja
modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tetap tak berwujud
(PSAP Berbasis Akrual No.02 paragraf 37).
Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya
tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana
sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah (PSAP Berbasis Akrual No.02
paragraf 38).
Berikut dijelaskan lebih lanjut terkait klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja).
a. Belanja pegawai adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kompensasi dalam
bentuk uang atau barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah, pensiunan,
anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan pejabat
negara, baik yang bertugas di dalam negeri maupun di luar negeri, sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan.
b. Belanja barang adalah pengeluaran untuk pembelian barang dan/atau jasa yang habis
pakai serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan kepada masyarakat
di luar kriteria bantuan sosial serta belanja perjalanan.
Halaman 5
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Halaman 6
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama
pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (PSAP Berbasis
Akrual No.02 paragraf 42). Klasifikasi belanja menurut fungsi adalah sebagai berikut.
a. Pelayanan umum,
b. Pertahanan,
c. Ketertiban dan keamanan,
d. Ekonomi,
e. Perlindungan lingkungan hidup,
f. Perumahan dan pemukiman,
g. Kesehatan,
h. Pariwisata dan budaya,
i. Agama,
j. Pendidikan, dan
k. Perlindungan sosial.
Halaman 7
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Bentuk kedua dari klasifikasi beban adalah berdasarkan fungsi dari beban dan
mengklasifikasikan beban sesuai dengan program atau tujuan entitas pelapor. Beban
berdasarkan fungsi:
a. General public services,
b. Defense,
c. Public order and safety,
d. Education,
e. Health,
f. Social protection,
g. Housing and community amenities,
h. Recreational, cultural, and religion,
i. Economic affairs,
j. Environmental protection,
k. Other expenses, and
l. Finance costs.
Halaman 8
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Selain standar di atas, ada pula standard lain yang mungkin mengatur tentang
pembebanan terkait perolehan pendapatan atau asset. Jenis beban tersebut diantaranya
adalah:
a. Transfer Pemerintah (Government Transfers)
Transfer Pemerintah ialah transfer uang dari pemerintah ke individu, organisasi atau
pemerintah lainnya, dimana pemerintah yang mentransfer tidak:
Menerima barang atau jasa secara langsung sebagai gantinya, seperti dalam
transaksi jual/beli;
Mengharap dibayar kembali di masa datang, seperti dalam utang; atau
Mengharap pengembalian keuangan, seperti dalam investasi.
b. Hibah
Hibah sebagai transfer yang dibuat atas kebijaksanaan pemerintah. Pemerintah yang
membuat transfer memiliki keleluasaan dalam menentukan apakah akan melakukan
transfer atau tidak, kondisi-kondisi yang harus dipenuhi, berapa banyak yang akan
ditransfer dan kepada siapa.
Halaman 9
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Halaman 10
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Halaman 11
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Halaman 12
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
pendapatan dan beban kecuali dinyatakan demikian dalam standar lainnya. Oleh
karena itu pengakuan beban pada sektor pemerintah terkadang tidak memenuhi
prinsip pertautan antara beban dan pendapatan (revenue matching cost). Berikut ini
beberapa contoh pengakuan beban yang diatur dalam IPSAS.
a) Pengakuan langsung (Recognize Immediately)
Pada prinsip ini beban langsung diakui pada suatu periode saat terjadinya beban
meliputi seluruh beban yang dikeluarkan. Contoh beban yang diakui dengan
metode pengakuan ini adalah Biaya Pinjaman (Borrowing Cost) yang lebih lanjut
diatur dalam IPSAS 5 dan beban atas perlengkapan.
b) Pertautan antara pendapatan dan beban
Pengakuan ini mendasarkan pada kenyataan bahwa dalam memperoleh
pendapatan pasti ada biaya yang dikeluarkan. Metode ini juga dikenal dengan
istilah hubungan sebab akibat. Biaya-biaya yang dikeluarkan secara umum dapat
diasosiakan pada suatu pendapatan. Pada kasus ini biaya-biaya dikeluarkan dapat
menghasilkan pendapatan. Dalam akuntansi pemerintah, jenis pengakuan ini
sebenarnya tidak diperbolehkan namun tetap dimungkinkan. Ini terkait kegiatan
pemerintah dalam memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Dimana atas penyerahan tersebut masyarakat membayar sejumlah uang. Namun
pengakuan ini tetap dilakukan modifikasi seusai tujuan kegiatan pemerintah
tersebut. Contoh penggunaan metode pengakuan beban ini adalah biaya yang
dikaitkan dengan produksi persediaan yang diatur dalam IPSAS 12. Biaya-biaya
yang dikeluarkan terkait produksi barang atau jasa seluruhnya dikapitalisasikan ke
nilai persediaan. Biaya tersebut antara lain biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Ketika persediaan dijual, dipertukarkan atau didistribusikan, nilai
tercatat (carrying amount) diakui sebagai beban pada periode di mana
pendapatan terkait diakui. Jika tidak ada pendapatan yang terkait, beban diakui
pada saat barang atau jasa terkait telah diberikan. Selanjutnya penurunan nilai
realisasi bersih (net realizable value) diakui sebagai beban pada periode kerugian
atau penurunan terjadi. Pembalikan yang timbul dari kenaikan nilai realisasi bersih
Halaman 13
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
diakui sebagai pengurang beban persediaan pada periode di mana mereka terjadi.
Penggunaan metode ini agaknya hanya terbatas pada transaksi penyerahan barang
atau jasa kepada masyarakat.
c) Alokasi Rasional dan sistematis
Metode pengakuan ini ditujukan untuk mengalokasikan sejumlah beban yang
sebenaranya terjadi terkait dengan perolehan pendapatan namun tidak memenuhi
kriteria sebab akibat. Pada perusahaan swasta, pengakuan beban jenis ini
dilakukan pada alokasi beban penyusutan atas peralatan atau gedung.
Halaman 14
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Perlu diingat: Pengembalian belanja atas belanja tahun anggaran berjalan diakui
sebagai pengurang belanja tahun anggaran berjalan. Sedangkan, pengembalian
belanja atas belanja pada tahun anggaran sebelumnya diakui sebagai pendapatan
lain-lain (LRA).
Pengukuran dalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap
pos dalam laporan keuangan. Prinsip-prinsip pengukuran beban/belanja berdasarkan SAP
adalah:
Halaman 15
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
e. Beban Bunga
Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama dengan yang
digunakan dalam transaksi, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut
dicatat dengan menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah berdasarkan
kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi
Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan dalam
transaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan rupiah, maka transaksi
dalam mata uang asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs
transaksi, yaitu sebesar rupiah yang digunakan untuk memperoleh valuta
asing tersebut.
Pengukuran atas beban tidak dapat dipisahkan dari metode dan saat pengakuannya.
Pengukuran beban juga tidak terlepas dari pengukuran biaya karena beban dapat
dikatakan sebagai biaya yang telah terjadi, sehingga pengukurannya pun
berdasarkan hasil dari pengukuran biaya namun untuk bagian yang telah digunakan.
Terkait perbedaan kurs, beban (termasuk perbandingannya dalam Statement of
Financial Performance) dijabarkan dengan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi.
Namun demikian, IPSAS tidak menysaratkan penggunaan kurs bank sentral dalam
rangka konversi tersebut.
Halaman 16
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
A. Penyajian Belanja
1. Penyajian Belanja pada Laporan Realisasi Anggaran
Berdasarkan PSAP Nomor 02, belanja yang disajikan pada LRA pada lembar muka
laporan keuangan diklasifikasi menurut jenis belanja, yang dikelompokkan menurut Belanja
Operasi, Belanja Modal, dan Belanja Lain lain/Tak Terduga. Sedangkan klasifikasi menurut
fungsi, menurut organisasi, dan klasifikasi lainnya yang dibutuhkan sesuai kepentingan
manajerial disajikan sebagai lampiran dan diungkapkan dalam CaLK.
Halaman 17
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Penyajian belanja pada kelompok Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi dan Aktivitas
Investasi Aset Non Keuangan pada Laporan Arus Kas adalah berdasarkan PSAP Nomor 03
tentang Laporan Arus Kas. Berdasarkan Paragraf 14 PSAP Nomor 03, Laporan Arus Kas
menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan
transaksi non anggaran. Pengeluaran kas untuk aktivitas operasi berhubungan dengan
Belanja Operasi, sedangkan pengeluaran kas untuk investasi aset non keuangan
berhubungan dengan Belanja Modal. Format Laporan Arus Kas dapat lihat pada Lampiran
PSAP Nomor 3.
Halaman 18
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
B. Penyajian Beban
Menurut PP 71 Tahun 2010 diatur bahwa beban disajikan dalam laporan operasional.
PSAP 12 tentang Laporan Operasional menyebutkan bahwa beban diklasifikasikan menurut
klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan
jenis beban. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu beban pegawai, beban
barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban
penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban lain-lain. Klasifikasi ekonomi
untuk pemerintah daerah terdiri dari beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban
subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi,
beban transfer, dan beban tak terduga.
Namun disebut juga di PSAP 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan, dalam laporan
operasional yang dianalisis menurut klasifikasi fungsi, beban-beban dikelompokkan
menurut program atau yang dimaksudkannya. Penyajian laporan ini memberikan informasi
yang lebih relevan bagi pemakai dibandingkan dengan laporan menurut klasifikasi ekonomi,
walau dalam hal ini pengalokasian beban ke fungsi-fungsi adakalanya bersifat arbitrer dan
atas dasar pertimbangan tertentu.
Untuk memilih metode klasifikasi ekonomi atau klasifikasi fungsi tergantung pada faktor
historis dan peraturan perundang-undangan, serta hakikat organisasi. Kedua metode ini
dapat memberikan indikasi beban yang mungkin, baik langsung maupun tidak langsung,
berbeda dengan output entitas pelaporan bersangkutan. Karena penerapan masing-masing
metode pada entitas yang berbeda mempunyai kelebihan tersendiri, maka standar ini
Halaman 19
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
memperbolehkan entitas pelaporan memilih salah satu metode yang dipandang dapat
menyajikan unsur operasi secara layak.
Halaman 20
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Peraturan terkait penyajian beban antara PSAP dan IPSAS secara fundamental sama. Sesuai
dengan IPSAS 1 – Presentation of Financial Statements, beban disajikan pada Statement of
Financial Performance dan diklasifikasikan dengan menggunakan 2 cara analisis, yaitu:
Beban dikelompokkan di dalam Statement of Financial Performance sesuai dengan sifat dari
beban tersebut (contoh: beban depresiasi, beban iklan, beban transportasi, dll). Contoh
formatnya sebagai berikut:
Namun sama seperti yang diatur dalam PSAP, entitas yang mengklasifikasikan beban
berdasarkan fungsi, harus menyajikan juga tambahan informasi terkait pengklasifikasian
beban menurut sifat beban. (PSAP: klasifikasi ekonomi).
Halaman 21
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
A.1 Beban dan Belanja Operasional (selain Persediaan dan Aset Tetap)
Halaman 22
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Halaman 23
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Halaman 24
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Halaman 25
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Halaman 26
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Halaman 27
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Halaman 28
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
BAB III
SIMPULAN
Halaman 29
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
Halaman 30
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA
DAFTAR PUSTAKA
Halaman 31