Anda di halaman 1dari 32

AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KONTEMPORER :
AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

KELOMPOK 5
KELAS 7-2 REGULER
D-IV AKUNTANSI POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
1. Danan Perri Sandria (5)
2. Hendro Unggul Sudibyo (11)
3. Novi Andriyanto (17)
4. Nuzul Dwi Iswanti (23)
5. Tiara Indah Permatasari (29)
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Sesuai amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 71 tahun 2010 pasal 4,
Pemerintah Indonesia menggunakan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual.
Terdapat dua elemen penting dalam penerapan akuntansi berbasis akrual yaitu, elemen
beban dan belanja. Pelaporan beban merupakan hal yang berbeda dari basis sebelumnya.
Basis kas menuju akrual tidak mengakommodir pelaporan beban dalam Laporan
Operasional, sedangkan sistem berbasis akrual membedakan perlakukan akuntansi beban
dengan belanja. Beban diakui ketika timbulnya kewajiban sedangkan belanja diakui
berdasarkan keluar/tidaknya uang kas Negara. Selain itu, terdapat perbedaan dalam sisi
pelaporan. Beban dilaporkan dalam Laporan Operasional (LO), sedang Belanja dilaporkan
dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).

Sampai saat ini, masih terdapat permasalahan dalam implementasi sistem akuntansi
berbasis akrual. Entitas pelaporan mengalami kendala dalam penyusunan klasifikasi belanja
yang digunakan dalam anggaran berbeda dengan klasifikasi belanja yang digunakan dalam
pelaporan keuangan. Permasalahan yang tidak kalah penting adalah penerapan prinsip
pengakuan, pengukuran dan pengungkapan belanja/beban yang sesuai dengan basis akrual.
Oleh karena itu diperlukan pemahaman mendalam terhadap penerapan sistem akuntansi
beban/belanja berbasis akrual.

II. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:


1. Mengetahui definisi dan klasifikasi beban/belanja
2. Mengetahui pengakuan beban/belanja
3. Mengetahui pengukuran beban/belanja
4. Mengetahui pelaporan dan pengungkapan beban/belanja

Halaman 1
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

BAB I
PEMBAHASAN

I. DEFINISI DAN KLASIFIKASI BEBAN/BELANJA

A. Konsep Belanja/Beban
Pembahasan mengenai belanja/beban tidak terlepas dari pembahasan mengenai istilah
yang digunakan terhadap suatu transaksi yang menyebabkan terjadinya arus kas/sumber
daya keluar yaitu expense/expenditure/disbursement. Ketiga istilah tersebut memiliki arti
yang bisa dibilang identik yaitu pengeluaran, tetapi istilah tersebut memiliki definisi yang
berbeda pada tiap basis akuntansi seperti penjelasan berikut.

1. Basis Kas
Pada pelaporan keuangan yang menggunakan basis kas, arus kas keluar pada suatu
periode disebut dengan disbursement. Arus kas keluar tersebut mencakup aktivitas
seperti pembelian aset dan/atau pembayaran utang.
2. Basis Kas Modifikasi
Pada basis ini, arus kas keluar pada suatu periode juga disebut disbursement.
Karakteristik basis kas modifikasi adalah sebagai berikut.
a. Arus kas pada awal periode pelaporan, yang telah dipertanggungjawabkan pada
periode sebelumnya dikurangkan dari arus kas pada pada periode saat ini.
b. Pembukuan masih dibuka pada akhir periode dengan ditambah suatu jangka waktu
tertentu setelah tahun buku.
c. Penerimaan dan pengeluaran yang terjadi selama periode perpanjangan tersebut,
diakui sebagai pendapatan dan pengeluaran dari tahun fiskal sebelumnya.
3. Basis Akrual Modifikasi
Pada basis akrual modifikasi, pengeluaran disebut dengan expenditure. Expenditure
adalah biaya yang terjadi selama periode terkait dengan perolehan barang dan jasa,
terlepas dari pembayaran telah dibuat atau belum.

Halaman 2
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

4. Basis Akrual Penuh


Fokus basis akrual penuh terkait arus kas keluar adalah pada pengukuran dan pelaporan
biaya barang dan jasa yang dikonsumsi selama periode pelaporan. Pada basis ini, istilah
expense digunakan terkait arus kas/sumber daya keluar pada suatu periode.

B. Definisi Belanja/Beban
1. Definisi Belanja/Beban Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Berbasis Akrual No. 01
tentang Penyajian Laporan Keuangan paragraf 8, belanja adalah semua pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih (SAL) dalam
periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah, sedangkan beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Istilah beban digunakan
untuk pembuatan Laporan Operasional (LO) yang menggunakan basis akrual untuk
pencatatan akuntansinya, sedangkan belanja digunakan untuk tujuan pembuatan
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang menggunakan basis kas untuk pencatatan
akuntansinya.

2. Definisi Belanja/Beban Berdasarkan IPSAS


Berdasarkan IPSAS 1, beban didefinisikan sebagai penurunan manfaat ekonomi atau
layanan yang potensial yang terjadi selama periode pelaporan dalam bentuk arus keluar
atau konsumsi aset atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan turunnya nilai bersih
aset atau ekuitas, selain yang berhubungan dengan kepemilikan pemilik. Prinsip
akuntansi beban pemerintah tidak menggunakan prinsip revenue matching cost seperti
akuntansi beban pada sektor swasta. Hal tersebut dikarenakan tujuan kegiatan
operasional pemerintah adalah untuk melayani masyarakat dan sulit menelusuri beban-
beban yang berkaitan dengan perolehan pendapatan pemerintah.

Halaman 3
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

C. Klasifikasi Belanja/Beban
Menurut Salvatore Schiavo dan Daniel Tommasi, klasifikasi belanja/beban sangat penting
dalam hal sebagai berikut.

a. Memformulasikan kebijakan dan mengidentifikasi alokasi sumber daya sektor-sektor;


b. Mengidentifikasi tingkatan kegiatan pemerintah melalui penilaian kinerja pemerintah;
dan
c. Membangun akuntabilitas atas ketaatan pelaksanaan dengan otorisasi yang diberikan
oleh legislatif.

Klasifikasi belanja dimaksudkan untuk memberikan kerangka dasar untuk pengambilan


keputusan dan akuntabilitas. Menurut Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, belanja diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, dan ekonomi.
Pengklasifikasian belanja tersebut dimaksudkan untuk kepentingan penganggaran dan
pelaporan. Klasifikasi yang dapat memenuhi fungsi anggaran dan pelaporan adalah sebagai
berikut.
a. Klasifikasi menurut fungsi, digunakan untuk analisis historis dan formulasi kebijakan;
b. Klasifikasi menurut organisasi, untuk keperluan akuntabilitas; dan
c. Klasifikasi menurut ekonomi, untuk tujuan statistik dan objek (jenis belanja), ketaatan
(compliance), pengendalian (control), dan analisis ekonomi.

Dari berbagai klasifikasi tersebut di atas, dalam rangka manajemen anggaran, klasifikasi
jenis belanja sangat penting untuk digunakan dalam pengendalian anggaran (budgetary
control) dan monitoring.

1. Klasifikasi Belanja/Beban Berdasarkan SAP


Berdasarkan PSAP Berbasis Akrual No. 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Berbasis Kas paragraf 34, belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis
belanja), organisasi, dan fungsi. Di paragraf 35 disebutkan bahwa kalsifikasi ekonomi adalah
pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu
aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang,
belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi

Halaman 4
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga. Jenis belanja tersebut
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu belanja operasi, belanja modal, dan belanja lain-
lain/tak terduga.

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah


pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain belanja
pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial (PSAP Berbasis Akrual
No.02 paragraf 36).

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi belanja
modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tetap tak berwujud
(PSAP Berbasis Akrual No.02 paragraf 37).

Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya
tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana
sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah (PSAP Berbasis Akrual No.02
paragraf 38).

Berikut dijelaskan lebih lanjut terkait klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja).

a. Belanja pegawai adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kompensasi dalam
bentuk uang atau barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah, pensiunan,
anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan pejabat
negara, baik yang bertugas di dalam negeri maupun di luar negeri, sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan.
b. Belanja barang adalah pengeluaran untuk pembelian barang dan/atau jasa yang habis
pakai serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan kepada masyarakat
di luar kriteria bantuan sosial serta belanja perjalanan.

Halaman 5
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

c. Belanja modal adalah pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset dan/atau


menambah nilai aset tetap/aset lainnya yang memeberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap/aset lainnya yang
ditetapkan pemerintah.
d. Pembayaran bunga utang adalah belanja pemerintah yang digunakan untuk
pembayaran atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding), baik
yang berasal dari dalam maupun luar negeri, rupiah ataupun valas, yang dihitung
berdasarkan posisi pinjaman.
e. Belanja subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga
yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa, yang
memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga harga jualnya dapat terjangkau oleh
masyarakat.
f. Belanja hibah adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang, barang, atau jasa
kepada pemerintah negara lain, lembaga/organisasi internasional, dan pemerintah
daerah khususnya pinjama dan/atau hibah luar negeri yang diterushibahkan ke daerah
yang tidak perlu dibayar kembali, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, tidak secara
terus-menerus, dan dilakukan dengan naskah perjanjian antar pemberi hibah dan
penerima hibah.
g. Bantuan sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat
melalui Kementerian/Lembaga (pemerintah) dan/atau pemerintah daerah guna
melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.
h. Belanja lain-lain adalah semua pengeluaran atau belanja pemerintahyang dialokasikan
untuk membiayai keperluan lembaga yang belum mempunyai kode bagian anggaran,
keperluan yang bersifat ad hoc, mengantisipasi kebutuhan mendesak, dan dana
cadangan risiko fiskal.

Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna


anggaran. Klasisfikasi belanja menurut organisasi di lingkungan pemerintah pusat antara lain
belanja per kementerian negara/lembaga beserta unit organisasi di bawahnya. Klasifikasi
belanja menurut organisasi di pemerintah daerah antara lain belanja Sekretariat Dewan

Halaman 6
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Sekretariat Daerah pemerintah provinsi/kabupaten/kota,


dinas pemerintah tingkat provinsi/kabupaten/kota, lembaga teknis daerah
provinsi/kabupaten/kota (PSAP Berbasis Akrual No.02 paragraf 41).

Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama
pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (PSAP Berbasis
Akrual No.02 paragraf 42). Klasifikasi belanja menurut fungsi adalah sebagai berikut.

a. Pelayanan umum,
b. Pertahanan,
c. Ketertiban dan keamanan,
d. Ekonomi,
e. Perlindungan lingkungan hidup,
f. Perumahan dan pemukiman,
g. Kesehatan,
h. Pariwisata dan budaya,
i. Agama,
j. Pendidikan, dan
k. Perlindungan sosial.

2. Klasifikasi Belanja/Beban Berdasarkan IPSAS


Beberapa standard IPSAS yang mengatur pembebanan adalah :
a. IPSAS 1 – Presentation of Financial Statement
b. IPSAS 5 – Borrowing Cost
c. IPSAS 7 – Investment in Associates
d. IPSAS 11 – Construction Contract
e. IPSAS 12 – Inventories
f. IPSAS 13 – Leases
g. IPSAS 17 – Property, Plant, Equipment

Halaman 7
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

IPSAS sendiri dalam Statement of Financial Performance mengklasifikasikan beban


berdasarkan dua kategori yaitu beban berdasarkan sifatnya dan fungsinya. Beban yang
digolongkan berdasarkan sifatnya yaitu:
a. Wages, salaries, and employee benefits,
b. Grants and other transfer payments,
c. Supplies and consumables used,
d. Depreciation and amortization expense,
e. Impairment of property, plant, and equipment,
f. Other expenses, and
g. Finance costs.

Bentuk kedua dari klasifikasi beban adalah berdasarkan fungsi dari beban dan
mengklasifikasikan beban sesuai dengan program atau tujuan entitas pelapor. Beban
berdasarkan fungsi:
a. General public services,
b. Defense,
c. Public order and safety,
d. Education,
e. Health,
f. Social protection,
g. Housing and community amenities,
h. Recreational, cultural, and religion,
i. Economic affairs,
j. Environmental protection,
k. Other expenses, and
l. Finance costs.

Halaman 8
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

Selain standar di atas, ada pula standard lain yang mungkin mengatur tentang
pembebanan terkait perolehan pendapatan atau asset. Jenis beban tersebut diantaranya
adalah:
a. Transfer Pemerintah (Government Transfers)
Transfer Pemerintah ialah transfer uang dari pemerintah ke individu, organisasi atau
pemerintah lainnya, dimana pemerintah yang mentransfer tidak:
 Menerima barang atau jasa secara langsung sebagai gantinya, seperti dalam
transaksi jual/beli;
 Mengharap dibayar kembali di masa datang, seperti dalam utang; atau
 Mengharap pengembalian keuangan, seperti dalam investasi.

b. Hibah
Hibah sebagai transfer yang dibuat atas kebijaksanaan pemerintah. Pemerintah yang
membuat transfer memiliki keleluasaan dalam menentukan apakah akan melakukan
transfer atau tidak, kondisi-kondisi yang harus dipenuhi, berapa banyak yang akan
ditransfer dan kepada siapa.

c. Beban Berkaitan dengan Penggunaan Aset Tetap


 Depresiasi
SAC 4, Definition and Recognition of the Elements of Financial Statements,
mengidentifikasikan sebagai penentu ada atau tidaknya layanan potensial atau
manfaat ekonomi di masa depan yang terwujud dalam aktiva tersebut akan
dikonsumsi atau akan kadaluwarsa. Pendapat bahwa konsumsi atau kadaluwarsa
tidak mudah diidentifikasi dengan pengakuan sumber daya tertentu atau dengan
penyediaan jasa tertentu, atau tidak dapat dikaitkan dengan peristiwa atas periode
pelaporan tertentu, tidak berarti bahwa tidak ada beban yang seharusnya diakui.
 Renewal Accounting (Akuntansi Pembaharuan)
Yang mendasari akuntansi pembaruan adalah pernyataan bahwa pengeluaran yang
dibuat pada suatu sistem untuk memeliharanya dalam operasi adalah representasi
yang memadai dari biaya potensial layanan aset yang dikonsumsi.

Halaman 9
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

 Pemeliharaan yang Ditangguhkan


Pemeliharaan yang Ditangguhkan adalah pemeliharaan yang tidak dilakukan ketika
seharusnya terjadi atau saat dijadwalkan dan yang, oleh karena itu, menunda atau
ditunda untuk masa yang akan datang. Pemeliharaan yang ditangguhkan adalah suatu
konsep yang melibatkan pengungkapan suatu kewajiban untuk biaya pemeliharaan
masa depan dan dengan demikian, bisa dibilang, menyajikan gambaran yang lebih
realistis dari posisi keuangan suatu entitas.

IFAC mengklasifikasikan beban dengan pembagian sebagai berikut:

a. Berdasarkan fungsi atau program


Klasifikasi beban dengan berdasarkan fungsi atau program dapat menyediakan informasi
yang sangat bermanfaat dalam pencapaian suatu tujuan utama dari pengeluaran atas
beban tersebut. Hal tersebut sangat membantu legislative dalam mengambil suatu
keputusan dan melakukan reviu terkait pencapaian dari tujuan tersebut.

b. Klasifikasi berdasarkan output


Klasifikasi beban berdasarkan output sangat penting untuk menilai efisiensi. Pelaporan
yang berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output dapat
memberikan dasar yang memadai dalam menilai kinerja dari organisasi dengan cara
membandingkan output yang dihasilkan dengan harapan, perubahan efisiensi antar
periode dan mungkin menilai/membandingkan dengan entitas non pemerintah.
Pelaporan tersebut digunakan untuk menilai akuntabilitas dari suatu entitas
pemerintahan.

c. Klasifikasi berdasarkan organisasi


Beban juga dapat dibagi menjadi beberapa bagian terpisah untuk tiap-tiap kementerian,
departemen atau lembaga. Masing-masing dari entitas tersebut kemudian bertanggung
jawab atas beban yang telah dilakukan.

Halaman 10
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

d. Klasifikasi tiap aktivitas


Klasifikasi berdasarkan aktivitas merupakan suatu hal yang sangat signifikan dalam
menyediakan fasilitas untuk melakukan evaluasi terhadap nilai ekonomis dan efisiensi
dari suatu kegiatan operasional entitas dengan memberikan data untuk menilai beban
per unit yang harus dikeluarkan dalam suatu aktivitas tertentu suatu entitas.

e. Klasifikasi berdasarkan input


Catatan atas laporan keuangan dari Pemerintah Selandia Baru menampilkan biaya menurut
jenis input dan mengungkapkan analisis tambahan subsidi dan pembayaran transfer, dan
biaya operasional seperti subsidi dan transfer, beban operasi, personnel expense, state
highways, dan lain-lain.

II. PENGAKUAN BEBAN/BELANJA

Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria


pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi. Kriteria minimum yang
perlu dipenuhi dalam pengakuan Beban dan Belanja, yaitu:
a. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau
peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari entitas pelaporan yang bersangkutan;
b. Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau
dapat diestimasi dengan andal, dan;
c. Pemenuhan kriteria pengakuan harus mempertimbangkan aspek materialitas.
A. Pengakuan Beban Menurut SAP
Menurut PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional Paragraf 32 – 37 mengenai
Akuntansi Beban, Beban diakui pada saat:
a) Terjadinya Penurunan Manfaat Ekonomi atau Potensi Jasa sehubungan dengan
Penggunaan Aset Bersangkutan atau Berlalunya Waktu. Contohnya: Beban
Penyisihan Piutang Tak Tertagih (Beban Murni Akrual), Beban Penyusutan, dan
Beban Amortisasi pada Akhir Periode Pelaporan

Halaman 11
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

b) Terjadinya Konsumsi Aset


Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi asset, yaitu saat terjadinya:
1) Pengeluaran kas kepada pihak lain tanpa didahului timbulnya kewajiban
2) Konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah
Contohnya: Beban Gaji Pegawai dan Beban Perjalanan Dinas pada saat
Dibayarkannya Kas, serta Beban Persediaan pada Akhir Periode Pelaporan
c) Timbulnya Kewajiban
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain
kepada Pemerintah (tanpa diikuti keluarnya kas dari Kas Umum Negara) atas
penerimaan manfaat ekonomi yang belum dibayarkan atau akibat perjanjian
dengan pihak lain atau karena ketentuan peraturan perundang-undangan.
Contohnya adalah Belanja yang Masih Harus Dibayarkan saat diterimanya Tagihan
Pihak Ketiga

B. Metode Pengakuan Beban


Terdapat dua pendekatan pengakuan dalam mencatat beban, yaitu:
a) Pendekatan Beban
Dimana setiap pembelian barang dan jasa akan diakui/dicatat sebagai beban jika
pembelian barang dan jasa itu dimaksud untuk digunakan atau konsumsi segera
mungkin.
b) Pendekatan Aset
Dimana setiap pembelian barang dan jasa akan diakui/dicatat sebagai persediaan
jika pembelian barang dan jasa itu dimaksud untuk digunakan dalam satu periode
anggaran atau untuk sifatnya berjaga jaga.

C. Pengakuan Beban Menurut IPSAS


Secara umum prinsip pengakuan akuntansi dapat diakui dengan tiga pendekatan yaitu
pendekatan pertautan antara beban dan pendapatan, pengakuan segera/langsung,
dan alokasi rasional. IPSAS pada dasarnya tidak memperbolehkan offset antara akun

Halaman 12
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

pendapatan dan beban kecuali dinyatakan demikian dalam standar lainnya. Oleh
karena itu pengakuan beban pada sektor pemerintah terkadang tidak memenuhi
prinsip pertautan antara beban dan pendapatan (revenue matching cost). Berikut ini
beberapa contoh pengakuan beban yang diatur dalam IPSAS.
a) Pengakuan langsung (Recognize Immediately)

Pada prinsip ini beban langsung diakui pada suatu periode saat terjadinya beban
meliputi seluruh beban yang dikeluarkan. Contoh beban yang diakui dengan
metode pengakuan ini adalah Biaya Pinjaman (Borrowing Cost) yang lebih lanjut
diatur dalam IPSAS 5 dan beban atas perlengkapan.
b) Pertautan antara pendapatan dan beban
Pengakuan ini mendasarkan pada kenyataan bahwa dalam memperoleh
pendapatan pasti ada biaya yang dikeluarkan. Metode ini juga dikenal dengan
istilah hubungan sebab akibat. Biaya-biaya yang dikeluarkan secara umum dapat
diasosiakan pada suatu pendapatan. Pada kasus ini biaya-biaya dikeluarkan dapat
menghasilkan pendapatan. Dalam akuntansi pemerintah, jenis pengakuan ini
sebenarnya tidak diperbolehkan namun tetap dimungkinkan. Ini terkait kegiatan
pemerintah dalam memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Dimana atas penyerahan tersebut masyarakat membayar sejumlah uang. Namun
pengakuan ini tetap dilakukan modifikasi seusai tujuan kegiatan pemerintah
tersebut. Contoh penggunaan metode pengakuan beban ini adalah biaya yang
dikaitkan dengan produksi persediaan yang diatur dalam IPSAS 12. Biaya-biaya
yang dikeluarkan terkait produksi barang atau jasa seluruhnya dikapitalisasikan ke
nilai persediaan. Biaya tersebut antara lain biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Ketika persediaan dijual, dipertukarkan atau didistribusikan, nilai
tercatat (carrying amount) diakui sebagai beban pada periode di mana
pendapatan terkait diakui. Jika tidak ada pendapatan yang terkait, beban diakui
pada saat barang atau jasa terkait telah diberikan. Selanjutnya penurunan nilai
realisasi bersih (net realizable value) diakui sebagai beban pada periode kerugian
atau penurunan terjadi. Pembalikan yang timbul dari kenaikan nilai realisasi bersih

Halaman 13
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

diakui sebagai pengurang beban persediaan pada periode di mana mereka terjadi.
Penggunaan metode ini agaknya hanya terbatas pada transaksi penyerahan barang
atau jasa kepada masyarakat.
c) Alokasi Rasional dan sistematis
Metode pengakuan ini ditujukan untuk mengalokasikan sejumlah beban yang
sebenaranya terjadi terkait dengan perolehan pendapatan namun tidak memenuhi
kriteria sebab akibat. Pada perusahaan swasta, pengakuan beban jenis ini
dilakukan pada alokasi beban penyusutan atas peralatan atau gedung.

Dalam akuntansi sektor publik / pemerintahan, standar yang digunakan adalah


IPSAS 17 yang menerangkan bahwa beban penyusutan dibebankan secara
sistematis selama masa manfaat aset. Adanya tambahan kata sistematis
mengharuskan bahwa penyusutan dilakukan dengan suatu metode tertentu yang
sistematis untuk mengalokasikan beban. Tujuan pembebanan ini tidak berkaitan
dengan perolehan pendapatan sebagaimana yang terjadi pada sektor swasta tetapi
ditujukan untuk mengetahui dan mencerminkan manfaat ekonomis atau layanan
potensial aset dimasa depan. Lebih lanjut mengenai metode dan teknis
pembebanan ini diatur dalam IPSAS 17.

D. Pengakuan Belanja Menurut SAP


Menurut Menurut PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Paragraf 31 –
34 mengenai Akuntansi Belanja, Belanja (Basis Kas) diakui pada saat:
a) terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas
pelaporan;
b) pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan (khusus pengeluaran melalui Bendahara
Pengeluaran)
c) dalam hal Badan Layanan Umum, Belanja diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai Badan Layanan Umum.

Halaman 14
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

Perlu diingat: Pengembalian belanja atas belanja tahun anggaran berjalan diakui
sebagai pengurang belanja tahun anggaran berjalan. Sedangkan, pengembalian
belanja atas belanja pada tahun anggaran sebelumnya diakui sebagai pendapatan
lain-lain (LRA).

III. PENGUKURAN BEBAN/BELANJA

A. Pengukuran berdasarkan SAP

Pengukuran dalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap
pos dalam laporan keuangan. Prinsip-prinsip pengukuran beban/belanja berdasarkan SAP
adalah:

a. Pengukuran pos beban/belanja menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang


menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah.
b. Transaksi beban dalam bentuk barang/jasa (misal hibah, jasa konsultasi, dkk) harus
dilaporkan dalam Laporan Operasional dengan menggunakan nilai wajar
barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi. Transaksi ini juga diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
c. Beban Persediaan
Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan. Penghitungan beban
persediaan dilakukan dalam rangka penyajian Laporan Operasional.
d. Beban Penyusutan
 Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang
book value aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan
operasional.
 Metode penyusutan yang dapat digunakan adalah:
1) Metode garis lurus (straight line method);
2) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method);
3) Metode unit produksi (unit of production method)

Halaman 15
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

e. Beban Bunga
 Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama dengan yang
digunakan dalam transaksi, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut
dicatat dengan menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah berdasarkan
kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi
 Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan dalam
transaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan rupiah, maka transaksi
dalam mata uang asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs
transaksi, yaitu sebesar rupiah yang digunakan untuk memperoleh valuta
asing tersebut.

B. Pengukuran berdasarkan IPSAS


IPSAS tidak mengatur secara khusus konsep pengukuran beban dalam standarnya.
Namun berdasarkan konsep pengukuran atas akun lain dapat disimpulkan bahwa
beban diukur dan dicatat sebesar yang terjadi selama periode pelaporan. Beban
harus dapat diukur secara andal.

Pengukuran atas beban tidak dapat dipisahkan dari metode dan saat pengakuannya.
Pengukuran beban juga tidak terlepas dari pengukuran biaya karena beban dapat
dikatakan sebagai biaya yang telah terjadi, sehingga pengukurannya pun
berdasarkan hasil dari pengukuran biaya namun untuk bagian yang telah digunakan.
Terkait perbedaan kurs, beban (termasuk perbandingannya dalam Statement of
Financial Performance) dijabarkan dengan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi.
Namun demikian, IPSAS tidak menysaratkan penggunaan kurs bank sentral dalam
rangka konversi tersebut.

Halaman 16
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

IV. PENYAJIAN BEBAN/BELANJA

A. Penyajian Belanja
1. Penyajian Belanja pada Laporan Realisasi Anggaran

Berdasarkan PSAP Nomor 02, belanja yang disajikan pada LRA pada lembar muka
laporan keuangan diklasifikasi menurut jenis belanja, yang dikelompokkan menurut Belanja
Operasi, Belanja Modal, dan Belanja Lain lain/Tak Terduga. Sedangkan klasifikasi menurut
fungsi, menurut organisasi, dan klasifikasi lainnya yang dibutuhkan sesuai kepentingan
manajerial disajikan sebagai lampiran dan diungkapkan dalam CaLK.

Contoh penyajian belanja pada LRA:

Halaman 17
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

2. Penyajian Belanja pada Laporan Arus Kas

Penyajian belanja pada kelompok Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi dan Aktivitas
Investasi Aset Non Keuangan pada Laporan Arus Kas adalah berdasarkan PSAP Nomor 03
tentang Laporan Arus Kas. Berdasarkan Paragraf 14 PSAP Nomor 03, Laporan Arus Kas
menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan
transaksi non anggaran. Pengeluaran kas untuk aktivitas operasi berhubungan dengan
Belanja Operasi, sedangkan pengeluaran kas untuk investasi aset non keuangan
berhubungan dengan Belanja Modal. Format Laporan Arus Kas dapat lihat pada Lampiran
PSAP Nomor 3.

Halaman 18
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

B. Penyajian Beban
Menurut PP 71 Tahun 2010 diatur bahwa beban disajikan dalam laporan operasional.
PSAP 12 tentang Laporan Operasional menyebutkan bahwa beban diklasifikasikan menurut
klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan
jenis beban. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu beban pegawai, beban
barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban
penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban lain-lain. Klasifikasi ekonomi
untuk pemerintah daerah terdiri dari beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban
subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi,
beban transfer, dan beban tak terduga.

Namun disebut juga di PSAP 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan, dalam laporan
operasional yang dianalisis menurut klasifikasi fungsi, beban-beban dikelompokkan
menurut program atau yang dimaksudkannya. Penyajian laporan ini memberikan informasi
yang lebih relevan bagi pemakai dibandingkan dengan laporan menurut klasifikasi ekonomi,
walau dalam hal ini pengalokasian beban ke fungsi-fungsi adakalanya bersifat arbitrer dan
atas dasar pertimbangan tertentu.

Yang perlu diperhatikan adalah, entitas pelaporan yang mengelompokkan beban


menurut klasifikasi fungsi harus mengungkapkan pula tambahan informasi beban menurut
klasifikasi ekonomi, a.l. meliputi beban penyusutan/amortisasi, beban gaji dan tunjangan
pegawai, dan beban bunga pinjaman.

Untuk memilih metode klasifikasi ekonomi atau klasifikasi fungsi tergantung pada faktor
historis dan peraturan perundang-undangan, serta hakikat organisasi. Kedua metode ini
dapat memberikan indikasi beban yang mungkin, baik langsung maupun tidak langsung,
berbeda dengan output entitas pelaporan bersangkutan. Karena penerapan masing-masing
metode pada entitas yang berbeda mempunyai kelebihan tersendiri, maka standar ini

Halaman 19
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

memperbolehkan entitas pelaporan memilih salah satu metode yang dipandang dapat
menyajikan unsur operasi secara layak.

Berikut contoh penyajian Laporan Operasional Pemerintah Pusat yang diklasifikasikan


menurut klasifikasi ekonomi:

Halaman 20
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

Perbandingan dengan IPSAS:

Peraturan terkait penyajian beban antara PSAP dan IPSAS secara fundamental sama. Sesuai
dengan IPSAS 1 – Presentation of Financial Statements, beban disajikan pada Statement of
Financial Performance dan diklasifikasikan dengan menggunakan 2 cara analisis, yaitu:

1. Nature of expense method (metode sifat dari beban)

Beban dikelompokkan di dalam Statement of Financial Performance sesuai dengan sifat dari
beban tersebut (contoh: beban depresiasi, beban iklan, beban transportasi, dll). Contoh
formatnya sebagai berikut:

2. Function of expense method (metode fungsi dari beban)


Beban dikelompokkan sesuai dengan program yang melekat dengan beban atau tujuan
dari beban tersebut. Pengalokasian dengan metode fungsi dapat memberikan informasi
yang lebih relevan bagi pemakai. Contoh formatnya sebagai berikut:

Namun sama seperti yang diatur dalam PSAP, entitas yang mengklasifikasikan beban
berdasarkan fungsi, harus menyajikan juga tambahan informasi terkait pengklasifikasian
beban menurut sifat beban. (PSAP: klasifikasi ekonomi).

Halaman 21
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

V. JURNAL STANDAR AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

A. Jurnal Standar Realisasi Beban dan Belanja

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2013 tentang Jurnal


Standar Akuntansi pada Pemerintah Pusat, Jurnal Standar Realisasi Beban dan Belanja mulai
dilakukan pada saat terjadinya (1) Berita Acara Serah Terima (BAST) perolehan Persediaan
atau Aset Tetap, (2) Resume Tagihan, (3) Belanja, dan (4) Pemakaian Persediaan.

A.1 Beban dan Belanja Operasional (selain Persediaan dan Aset Tetap)

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


5xxxx Beban Y
31311 Ditagihkan ke Entitas Lain

*Pembayaran Belanja Operasional tanpa Didahului Resume Tagihan

Debet/Kredit Uraian – LO Kuasa BUN


31311 Ditagihkan ke Entitas Lain
11111 Kas

*Pembayaran Belanja Operasional tanpa Didahului Resume Tagihan

Debet/Kredit Uraian – LRA Satker


5xxxx Belanja Y
31311 Ditagihkan ke Entitas Lain

*Pembayaran Belanja Operasional tanpa Didahului Resume Tagihan

Debet/Kredit Uraian – LRA Kuasa BUN


31311 Ditagihkan ke Entitas Lain
11111 Kas

*Pembayaran Belanja Operasional tanpa Didahului Resume Tagihan

Halaman 22
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


5xxxx Beban Y
21211 Belanja yang Masih Harus Dibayar

*Pengakuan Beban dan Kewajiban atas Belanja yang Belum Dibayar

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


21211 Belanja yang Masih Harus Dibayar
31311 Ditagihkan ke Entitas Lain

*Pembayaran Kewajiban Belanja yang Belum Dibayar

Debet/Kredit Uraian – LO Kuasa BUN


31311 Ditagihkan ke Entitas Lain
11111 Kas

*Pembayaran Kewajiban Belanja yang Belum Dibayar

Debet/Kredit Uraian – LRA Satker


5xxxx Belanja Y
31311 Ditagihkan ke Entitas Lain

*Pembayaran Kewajiban Belanja yang Belum Dibayar

Debet/Kredit Uraian – LRA Kuasa BUN


31311 Ditagihkan ke Entitas Lain
11111 Kas

*Pembayaran Kewajiban Belanja yang Belum Dibayar

Halaman 23
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

A.2 Beban Persediaan dan Belanja Barang Persediaan

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


1179 Persediaan Belum Diregister
2181 Utang yang Belum Diterima Tagihannya

*Persediaan Telah Diserahterimakan, tetapi Tagihan Belum Diberikan

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


1171 Persediaan
1179 Persediaan Belum Diregister

*Persediaan Telah Diverifikasi oleh Bagian Perlengkapan

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


21811 Utang yang Belum Diterima Tagihannya
31311 Ditagihkan ke Entitas Lain

*Pembayaran atas Kewajiban Belanja Persediaan

Debet/Kredit Uraian – LO Kuasa BUN


31311 Ditagihkan ke Entitas Lain
11111 Kas

*Pembayaran atas Kewajiban Belanja Persediaan

Debet/Kredit Uraian – LRA Satker


52111 Belanja Barang
31311 Ditagihkan ke Entitas Lain

*Pembayaran atas Kewajiban Belanja Persediaan

Halaman 24
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

Debet/Kredit Uraian – LRA Kuasa BUN


31311 Ditagihkan ke Entitas Lain
11111 Kas

*Pembayaran atas Kewajiban Belanja Persediaan

A.3 Beban Penyusutan Aset Tetap dan Belanja Modal

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


13221 Aset Tetap Belum Diregister
21811 Utang yang Belum Diterima Tagihannya

*Aset Tetap Telah Diserahterimakan, tetapi Tagihan Belum Diberikan

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


13211 Aset Tetap
13221 Aset Tetap Belum Diregister

*Aset Tetap Telah Diverifikasi

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


21811 Utang yang Belum Diterima Tagihannya
31311 Ditagihkan ke Entitas Lain

*Pembayaran Tagihan atas Perolehan Aset Tetap

Debet/Kredit Uraian – LO Kuasa BUN


31311 Ditagihkan ke Entitas Lain
11111 Kas

*Pembayaran Tagihan atas Perolehan Aset Tetap

Halaman 25
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

Debet/Kredit Uraian – LRA Satker


53211 Belanja Modal - Aset Tetap
31311 Ditagihkan ke Entitas Lain

*Pembayaran Tagihan atas Perolehan Aset Tetap

Debet/Kredit Uraian – LRA Kuasa BUN


31311 Ditagihkan ke Entitas Lain
11111 Kas

*Pembayaran Tagihan atas Perolehan Aset Tetap

A.4 Jurnal Pengembalian Belanja Tahun Anggaran Berjalan

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


31311 Ditagihkan ke Entitas Lain
5xxxx Beban Y

*Pengembalian Kelebihan Belanja di Tahun Berjalan

Debet/Kredit Uraian – LO Kuasa BUN


11111 Kas
31311 Ditagihkan ke Entitas Lain

*Pengembalian Kelebihan Belanja di Tahun Berjalan

Debet/Kredit Uraian – LRA Satker


1156 Piutang dari KUN
5xxx Belanja Y

*Pengembalian Kelebihan Belanja di Tahun Berjalan

Halaman 26
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

Debet/Kredit Uraian – LRA Kuasa BUN


11111 Kas
5xxxx Belanja Y

*Pengembalian Kelebihan Belanja di Tahun Berjalan

A.5 Jurnal Pengembalian Belanja Tahun Anggaran Sebelumnya

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


31312 Diterima dari Entitas Lain
42391 Pendapatan Lain-lain

*Pengembalian Kelebihan Belanja dari Tahun Sebelumnya

Debet/Kredit Uraian – LO Kuasa BUN


11111 Kas
31312 Diterima dari Entitas Lain

*Pengembalian Kelebihan Belanja dari Tahun Sebelumnya

Debet/Kredit Uraian – LRA Satker


2197 Utang kepada KUN
4239 Pendapatan Lain-lain

*Pengembalian Kelebihan Belanja dari Tahun Sebelumnya

Debet/Kredit Uraian – LRA Kuasa BUN


1111 Kas
4239 Pendapatan Lain-lain

*Pengembalian Kelebihan Belanja dari Tahun Sebelumnya

Halaman 27
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

A.6 Jurnal Penyesuaian Beban

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


594 Beban Piutang Tak Tertagih
116 Penyisihan Piutang Tak Tertagih

*Periode Jurnal Penyesuaian: Semesteran

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


593 Beban Persediaan
117 Persediaan

*Periode Jurnal Penyesuaian: Semesteran

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


591 Beban Penyusutan Aset Tetap
137 Akumulasi Penyusutan

*Periode Jurnal Penyesuaian: Semesteran

Debet/Kredit Uraian – LO Satker


5xxxx Beban Y
21211 Belanja Y yang Masih Harus Dibayar

*Periode Jurnal Penyesuaian: Tahunan

Halaman 28
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

BAB III
SIMPULAN

1. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) mendefinisikan Belanja sebagai semua


pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo
Anggaran Lebih (SAL) dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah, yang diklasifikasikan menurut
klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Sementara itu, beban
didefinisikan sebagai penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
2. Beban diakui dengan menggunakan prinsip akrual, yaitu ketika terpenuhinya salah
satu atau lebih dari tiga hal: terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan atau berlalunya waktu,
terjadinya konsumsi aset, dan/atau timbulnya kewajiban. Sedangkan belanja diakui
dengan menggunakan prinsip kas, yaitu ketika terjadinya pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan, pertanggungjawaban
atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan (khusus pengeluaran melalui Bendahara Pengeluaran, atau dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai Badan Layanan
Umum.
3. Pengukuran atas beban/belanja adalah proses penetapan nilai uang untuk
mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan dengan
memperhatikan prinsip yang diatur pada SAP, di antaranya: dilakukan pengukuran
sesuai nilai pada saat transaksi dengan menggunakan mata uang rupiah kecuali
untuk beban bunga, dilaporkan dalam Laporan Operasional dengan menggunakan
nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi (dalam hal transaksi
barang/jasa), dicatat sebesar pemakaian persediaan, dan memperhitungkan nilai
penyusutan untuk mengurangi Book Value Aset.

Halaman 29
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

4. Belanja disajikan dan dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran sebagaimana


diatur dalam PSAP 02, dan Laporan Arus Kas sebagaimana diatur dalam PSAP 03.
Sedangkan beban disajikan dan dilaporkan dalam Laporan Operasional sebagaimana
diatur dalam PSAP

Halaman 30
AKUNTANSI BEBAN/BELANJA

DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan. Sekretariat Negara.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
224/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
225/PMK.05/2016 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Pada Pemerintah Pusat.
International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB). 1996. Study 10 -
Definition and Recognition of Expenses/Expenditures. International Federation of
Accountants (IFAC).

Halaman 31

Anda mungkin juga menyukai