KELOMPOK 11
TRIANDINI 220110080095
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
JATINANGOR
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai penyakit Skoliosis.
Makalah ini disusun dalam rangka pendokumentasian dari aplikasi pembelajaran mata
kuliah Sistem Muskuloskeletal. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya terutama kepada tutor kelompok 11 dalam penyusunan mata kuliah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Pada akhirnya, penyusun mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
LATAR BELAKANG
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi
patologik.Vertebra servikal,torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat
vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang
menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional. Bentuk skoliosis yang paling
sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen lateral,anterior posterior dan
rotasional.
Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural (postural). Pada
skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa
keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis
akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut
menghilang. Pada skoliosis struktural terapat deformitas yang tidak dapat diperbaiki pada
segmen tulang belakang yang terkena. Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi
vertebra; processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva.
Skoliosis structural dapat dibagi menjadi tiga kategori utama : kongenital, neuromuskular, dan
skoliosisidiopatik.
Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik, Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10 derajat
dilaporkan dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi dilaporkan pada kurva
lebih dari 30 derajat yaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden yang terjadi pada skoliosis idiopatik
infantil bervariasi, namun dilaporkan paling banyak dijumpai di Eropa daripada Amerika Utara,
dan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.
(http://irwanashari.blogspot.com/2008/01/skoliosis-idiopatik.html)
KASUS
An F (12 thn), berat badan 18 kg dipalpasi pada vertebra teraba tulang belakang melengkung,
dada kanan posterior menonjol disertai scapula kanan tmpak lebih tinggi dan menonjol. Saat ini
klien tidak mengeluh apa pun selain ingin cepat dioperasi. Klien mengatakan jenuh dengan
proses menunggu yang lama dan sedih meninggalkan sekolahnya.
STEP I
1. Skapula (Sri Handini) : tulang belakang dimana terdapat otot belikat (all)
STEP II
STEP III
1. Karena didukung oleh pemberiaan beban melebihi kekuatan tulang, keadaan tulang yang
melengkung menjadi factor pendukung (Tiara A)
2. Skoliosis (all)
4. LO
5. LO
6. Pertumbuhan abnormal tulang terjadi seiring dengan posisi tubuh klien (yang menjadi
factor pendukung) terjadi penyakit (Tiara R)
7. LO
8. Membangun trust dengan klien, memberikan distraksi, kaji kebutuhan klien (all)
9. LO
10. LO
11. LO
13. LO
16. LO
17. LO
STEP IV (mind map)
Klasifikasi
Konsep penyakit
(etiologi, manfes,)
patofisiologi
komplikasi
Penatalaksanaan
medis
Health education
ASKEP
STEP V
1. Tidak ada masa awitan karena pada kasus ini banyak didukung factor genetik
2. Adanya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi
lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini
berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu,
tulang belakang yang menderita skoliosis itu bengkok atau seperti huruf S atau pun huruf
C. (Sri Handini)
http://gladiolstrange.blogspot.com/2009/05/skoliosis.html
Metode mana yang akan digunakan adalah pertimbangan dokter ahli bedah dan
spesialis skoliosis. Hasil pertimbangan akan dijelaskan pada pasien, dimana pasien diberi
kesempatan untuk bertanya secara lebih detil. Material yang akan digunakan juga akan
dijelaskan karena undang-undang kesehatan Jerman tidak membedakan pelayanan dalam
operasi. Jadi, hanya material terbaik yang akan digunakan. (Sri Handini, Tiara R)
(http://www.operasidijerman.com/skoliosis.html)
Indikasi operasi :
a. Operasi dilakukan apabila sudut leih dari 400 atau terjadi progresivitas dari sudut
sebelum usia penderita mencapai dewasa. Patokan untuk melakukan operasi ini adalah
dengan melakukan follow up secara teratur.
http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=16025
a. Observasi
Observasi merupakan suatu pemeriksaan yang teratur setiap 6 bulan untuk menilai
progresivitas dari sudut sehingga dapat diputuskan tindakan yang akan dilakukan.
b. Latihan
Dapat dilakukan latihan sikap duduk, berdiri, berjalan, relaksasi otot yang tegang, latihan
pernafasan serta mobilisasi pada jaringan lunak yang memendek.
Pada prinsipnya pemakaian jaket untuk traksi dan penekanan local (Tammy, Melva)
- terapi fisik, pijatan, dan latihan oleh tenaga terlatih, termasuk yoga. Bagaimanapun, hal
ini tidak dapat memperbaiki lekukan tulang belakang, namun dapat membantu
peregangan otot punggung. (Siti Annisa)
http://osteoporosis.klikdokter.com/tanyajawab.php?id=1578
-Tindakan pasca operasi di Jerman, hari pertama setelah operasi bantu pasien
menggerakan kaki dan berdiri oleh ahli gym, pada hari kedua dibantu berjalan dengan
alat-alat gymnastic.
-Di Ukraina, tindakan pasca operasi, yaitu pasien berbaring selama 6 bulan dan dibalut
gips. (Sri Handini)
gambar: http://hanum01.wordpress.com/2008/10/06/apa-sih-skoliosis-itu/vv
Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang
dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb
dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan
memperlihatkan rotasi vertebra, pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah
ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva
diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali. (Susi)
http://gladiolstrange.blogspot.com/2009/05/skoliosis.html
-Sistem saraf : penekanan saraf tulang belakang bila kurva > 40o sehingga mnimbulkan
nyeri. (Tiara A)
8. Diagnosa banding
• Kiposis / Kyphosis
Kiposis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke
depan yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok
• Lordosis
Lordosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke
belakang yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok ke belakang.
• Sublubrikasi
Sublubrikasi adalah kelainan pada tulang belakang pada bagian leher yang menyebabkan kepala
penderita gangguan tersebut berubah arah ke kiri atau ke kanan. (Tiara A)
http://organisasi.org/macam-jenis-gangguan-pada-tulang-dan-sendi-tulang-manusia-pengertian-
arti-definisi-penyakit
http://medicastore.com/penyakit/756/Tabel_Tinggi_Badan_-_Berat_Badan.html
Rumusnya :
7-12 tahun= Usia (tahun) x 7 – 52
http://pediatricinfo.wordpress.com/2009/05/20/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak/
Penatalaksanaan yang utama pada scoliosis infantile adalah non bedah, untuk pasien dengan
resolving type yaitu dilakukan pemeriksaan fisis dan radiologi tiap 3-6 bulan, untuk progressive
type maka penggunaan gips atau brace merupakan pilihan. Pada anak-anak yang masih muda,
pemberian gips secara bertahap dengan anestesi umum sampai cukup besar untuk ortoshis.
Interval antara penggunaan gips ditentukan dengan pertumbuhan rata-rata anak tapi biasanya
penggantian gips dibutuhkan selama 2-3 bulan. Penggunaan penyangga (brace) di pakai sampai
terjadi stabilisasi kurva minimal 2 tahun. Penggunaan brace dapat dengan jenis Milwaukee Brace
(Cervical-Thoracic-Lumbar-Sacral-Orthosis) atau Boston Brace (Thoracic-Lumbar-Sacral-
Orthosis). Jika kurva besar atau bertambah walaupun dengan orthosis, pembedahan stabilisasi
tetap dibutuhkan. Jika pembedahan dibutuhkan, arthrodesis anterior dan posterior dapat
dipertimbangkan, termasuk hanya struktural atau kurva primer. Gabungan antara arthrodesis
anterior dan posterior perlu untuk mencegah “crankshaft phenomenon”. Jika tekhnik
memungkinkan, batang subkutaneus dapat dipertimbangkan.
- *Operasi skoliosis adalah operasi besar dimana risiko tidak berhasil dan komplikasi bisa
diperhitungkan antara 50% sampai 1%. Komplikasi operasi yang dapat timbul adalah
kehilangan darah, paru-paru terluka, tulang-tulang iga patah, lever dan jantung terganggu,
bahkan sampai terjadi kelumpuhan.
*Risiko-risiko ini harus sedapat mungkin diperkecil dengan alat-alat yang canggih dan
pengetahuan struktur ilmiah dari tulang. Dibedakan dengan 10 tahun yang lalu, risiko
operasi skoliosis di Jerman sekarang ini sangatlah minimal (di bawah 1%), dibandingkan
dengan di negara-negara lainnya. (Silvia, Tiara T)
(http://www.operasidijerman.com/skoliosis.html)
Didukung oleh dampak ke system pencernaan sehingga nafsu makan menurun. (Siti Annisa)
Vitamin D berguna untuk pertumbuhan tulang yang mempengaruhi skoliosis. (Sarah, Tiara
R)
MIND MAP
• Badan ruas. Merupakan bagian yang terbesar, bentuknya tebal dan kuat terletak↑
di sebelah depan.
• Lengkung ruas. Bagian yang melingkari dan melindungi lubang ruas tulang↑
belakang, terletak di sebelah belakang dan pada bagian ini terdapat beberapa
tonjolan, yaitu :
- Prosesus spinosus/taju duri, terdapat di tengah-tengah lengkung ruas,
menonjol
ke belakang.
- Prosesus tranversum/taju sayap, terdapat di samping kiri dan kanan
lengkung
ruas.
- Prosesus artukularis/taju penyendi, membentuk persendian dengan ruas
tulang
belakang.
1. Definisi
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang
dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).
Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping kiri
atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat
dengan jelas dari arah belakang. Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah
penderita meningkat menjadi dewasa (Mion, Rosmawati, 2007).
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis
ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya
terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang
belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang
seperti jaringan lunak sekitarnya[1] dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).
Skoliosis ini biasanya membentuk kurva “C” atau kurva “S”.
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi
patologik.Vertebra servikal, torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan
pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas kelainan tulang
belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional.
(http://syukronaffdoc.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-klien-
dengan.htmlvvv)
(httpwww.klikdokter.comillnessdetail180.htm)
2. Etiologi
a. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu
b. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau
kelumpuhan akibat penyakit berikut:
- Cerebral palsy
- Distrofi otot
- Polio
- Osteoporosis juvenil
c. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui. (www.medicastore.com)
d. Faktor genetik
Dilaporkan bahwa faktor genetik mempunyai komponen pada perkembangan
scoliosis, terjadi peningkatan insiden pada keluarga pasien dengan scoliosis
idiopatik dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat penyakit
scoliosis.
e. Faktor hormonal.
Defisiensi melatonin diajukan sebgai penyebab scoliosis. Sekresi melatonin pada
malam hari menyebabkan penurunan progresivitas scoliosis dibandingkan dengan
pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga diduga mempunyai peranan
pada perkembangan skoliosis. Kecepatan progresivitas skoliosis pada umumnya
dilaporkan pada pasien dengan growth hormone.
f. Perkembangan Spinal dan Teori Biomekanik
Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan penyebab
dari perkembangan dan progresivitas skoliosis, dimana dihubungkan dengan waktu
kecepatan pertumbuhan pada remaja.
g. Abnormalitas Jaringan.
Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen tulang
belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus) sebagai penyebab skoliosis.
Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti syndrome Marfan
(gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan displasia
fibrosa pada tulang.
(Alpers, Ann. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 3. Jakarta : EGC dan
Doengoes, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC)
3. Factor resiko
Sampai saat ini berbagai hasil penelitian pun masih simpang siur. Meski demikian,
para ahli sependapat bahwa ada faktor-faktor yang membuat seseorang memiliki risiko
lebih besar terkena skoliosis daripada orang lain.
• Jenis kelamin.
Dari banyak kasus, kaum Hawa lebih banyak terserang skoliosis daripada kaum
Adam. Selain itu, derajat lengkungan pada wanita biasanya lebih parah
dibandingkan pada kaum pria. Alasan mengapa hal ini terjadi masih belum
diketahui dengan pasti\
• Usia.
Penyakit skoliosis ini lebih banyak menyerang remaja perempuan karena
berhubungan dengan faktor genetik. Laki–laki dengan prosentase sekitar 40–60
persen ( Ketut, 2006). Senada dengan hal tersebut, penyakit ini banyak
diketemukan dalam usia remaja dimana saat remaja terjadi percepatan dari
pertumbuhan Biasanya penyakit ini dirasakan pada umur sekitar 10 tahun sampai
umur pertumbuhan tulang berhenti ( Soetjiningsih, 2004).
• Derajat lengkung tulang.
Semakin besar derajatnya, semakin besar kemungkinan bertambah parah dan susah
untuk ditangani
• Lokasi.
Lekukan yang terjadi pada tulang punggung bagian bawah lebih kecil kemungkinan
bertambah parah, dibandingkan dengan lekukan pada tulang punggung bagian atas.
• Gangguan tulang punggung bawaan.
Anak yang lahir dengan skoliosis (skoliosis kongenital) sangat berpeluang untuk
bertambah parah keadaannya.
• kelainan saraf, keturunan, dan penyakit infeksi
(httpwww.klikdokter.comillnessdetail180.htm) dan
http://www.parenting.co.id/article/article_detail.asp?catid=3&id=80)
4. Manifestasi klinis
Gejalanya berupa:
http://www.blogcatalog.com/blog/yang-terlintas di
benakku/040459e8e3dbce4864fb6d12c567e746
5. Klasifikasi
• Nonstruktural : Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk
semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung
a. Skoliosis postural : Disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang buruk
b. Spasme otot dan rasa nyeri, yang dapat berupa :
(i) Nyeri pada spinal nerve roots : skoliosis skiatik
(ii) Nyeri pada tulang punggung : dapat disebabkan oleh inflamasi atau keganasan
(iii) Nyeri pada abdomen : dapat disebabkan oleh apendisitis
c. Perbedaan panjang antara tungkai bawah
(i) Actual shortening
(ii) Apparent shortening :
1. Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang lebih pendek
2. Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang lebih panjang
• Sruktural : Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel dan dengan rotasi dari tulang
punggung
a. Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis
(i) Bayi : dari lahir – 3 tahun
(ii) Anak-anak : 4 – 9 tahun
(iii) Remaja : 10 – 19 tahun (akhir masa pertumbuhan)
(iV) Dewasa : > 19 tahun
b. Osteopatik
(i) Kongenital (didapat sejak lahir)
1. Terlokalisasi :
a. Kegagalan pembentukan tulang punggung (hemivertebrae)
b. Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony bar)
2. General :
a. Osteogenesis imperfecta
b. Arachnodactily
(ii) Didapat
1. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma
2. Rickets dan osteomalasia
3. Emfisema, thoracoplasty
c. Neuropatik
(i) Kongenital
1. Spina bifida
2. Neurofibromatosis
(ii) Didapat
1. Poliomielitis
2. Paraplegia
3. Cerebral palsy
4. Friedreich’s ataxia
5. Syringomielia
(http://www.klikdokter.com/illness/detail/180)
Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang
dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk
sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya. Tipe scoliosis ini
berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk kerusakan-
kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau
penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut congenital. Tipe
scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang lebih
agresif daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis.
Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada
anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa
yang lebih tua. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan
oleh arthritis. Pelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang
normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat
menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.
C. KOMPLIKASI
• System pernafasan
Pada skoliosis berat, di mana lengkungan lebih dari 70 derajat, iga akan menekan
paru-paru, sehingga menimbulkan kesulitan bernafas. bengkoknya tulang belakang
juga bisa mengakibatkan volume paru paru ataupun rongga dada jadi berkurang karena
sebagian bengkoknya tulang mengambil ruang atau tempat paru paru. (Ketut, 2007).
• System kardiovaskuler
Pada lengkungan yang lebih besar dari 100 derajat, kerusakan bukan hanya pada paru,
namun juga pada jantung. Pada keadaan demikian, infeksi paru terutama radang paru
akan mudah terjadi. jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam
keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.
• System musculoskeletal
Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa skoliosis depan menimbulkan risiko
kehilangan densitas tulang (osteopenia). Terutama pada wanita yang menderita
skoliosis sejak remaja dan risiko menderita osteoporosis akan meningkat bersamaan
dengan bertambahnya usia. Selain postur tubuh yang jelek, skoliosis tingkat ringan
dan sedang baru menimbulkan keluhan bila sudah berusia di atas 35 tahun. Keluhan
yang mereka derita biasanya sakit kronis di daerah pinggang yang lebih dini
dibandingkan orang yang normal seusianya. Hal ini akibat proses degenerasi yang
lebih dini. Daerah yang menerima beban yang berlebihan (daerah cekung=concave)
akan lebih cepat mengalami proses degenerasi ini. Pada kenyataannya skoliosis akan
menjadi problem yang perlu mendapat perhatian di masa yang akan datang.
• System pencernaan
sistem pencernaan terganggu karena ruang di perut terdesak tulang, sehingga kerja
peristaltic usus kian menurun
• System neuromuskuler
berdampak tidak baik pada struktur disekitarnya, salah satunya adalah menekan saraf
yang berseliweran di tulang belakang, gejalanya dapat berupa pegal, kesemutan, sulit
bernafas (karena fungsi paru-paru dan jantung terganggu), cepat merasa lelah, susah
untuk fokus, dan lain sebagainya
D. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :
1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
2. Mempertahankan fungsi respirasi
3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
4. Kosmetik
• Pengobatan
Tujuan pengobatan :
1. Pengobatan konservatif
Hampir semua skoliosis dapat ditangani dengan terapi konservatif. Pengobatan
konservatif dipertahankan sampai terjadi pematangan pertumbuhan tulang. Prinsip
pengobatan konservatif terdiri atas distraksi, traksi, penekanan lokal atau semacam
kombinasi. Pengobatan konservatif terdiri atas :
a. Observasi
Observasi merupakan suatu pemeriksaan yang teratur setiap 6 bulan untuk
menilai progresivitas dari sudut sehingga dapat diputuskan tindakan yang akan
dilakukan.
b. Latihan
Dapat dilakukan latihan sikap duduk, berdiri, berjalan, relaksasi otot yang
tegang, latihan pernafasan serta mobilisasi pada jaringan lunak yang memendek.
1. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25o pada tulang
yang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah berhenti pertumbuhannya.
Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun.
Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada waktu-waktu
tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah kunjungan pertama ke dokter.
Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang derajat <20>20.
2. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan nama
brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
· Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-40o
· Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
- Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
1) Nama : Anak F
2) Usia : 12 tahun
3) Alamat :-
4) Jenis Kelamin : Laki-laki
5) Pendidikan : -
6) Agama : -
7) Suku Bangsa : -
8) Tanggal pengkajian : -
9) Diagnosa Medis : skoliosis
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : jenuh pada proses hospitalisasi
dalam menunggu proses operasi
2) Riwayat Kesehatan Sekarang : tulang kanan melengkung, dada
kanan posterior menonjol disertai scapula kanan tampak lebih tinggi dan
menonjol
3) Riwayat Kesehatan Dahulu : -
c. Pemerikasaan Fisik
1) Inspeksi : dada kanan posterior menonjol disertai scapula kanan tampak lebih
tinggi dan menonjol.
2) Palpasi : teraba tulang kanan menlengkung
3) Perkusi :-
4) Auskultasi : -
Pada pemeriksaan fisis, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, antara lain :
- Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor
tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik
selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
• Berdiri tegak, untuk melihat adanya :
- Asimetri bahu, leher, tulang iga, pinggul, scapula
- Plum line (kesegarisan antara leher dan pinggul)
- Body arm distance (jarak antar lengan dengan badan)
• Membungkuk, untuk melihat adanya :
1. Rotasi (perputaran dari tulang punggung)
2. Derajat pembungkukan (kifosis)
3. Mengukur perbedaan panjang tungkai bawah (leg length discrepancy)
• Mencari :
1. Kelenturan sendi
2. Sinus-sinus pada kulit
3. Hairy patches
4. Palpable midline defects
- Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
- Mengkaji sistem persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya
benjolan, adanya kekakuan sendi
- Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-
masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri
otot.
- Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas
lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan
caraberjalan abnormal (mis.
cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah –
penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
- Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang
lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya
edema.Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan
waktu pengisian kapiler.
- Analisis data
Gangguan parenting
Skoliosismenekan system Resiko nyeri
syaraf pada tulang
punggungmembawa
impuls ke otak
a. Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk
menentukan derajat pembengkokan skoliosis
b. Foto AP telungkup
c. Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan
derajat pembengkokan setelah dilakukan bending
d. Foto pelvik AP
H. HEALTH EDUCATION
Latihan sangat dianjurkan untuk mencegah bertambah besarnya lengkungan. Salah satu
contoh latihan tersebut adalah Tung Mei Massage. Tung Mei Massage adalah terapi
jasmani perpaduan antara gerakan pijat spesifik anmo massage dan sejenis teknik
gerakan chiropatic, seperti menekuk, menarik, serta meregangkan tubuh. Terapi ini tetap
memakai panduan medis, seperti hasil roentgen dari penderita skoliosis. Agar Tak
Kembali Bengkok berikut adalah tips yang dapat dilakukan oleh penderita skoliosis :
• Bila bangun dari posisi berbaring, dianjurkan memiringkan tubuh terlebih dulu,
barulah bangkit perlahan.
• Tidak boleh membungkukkan badan.
• Jika membungkukkan badan, posisi tubuh harus jongkok--bila ingin mengambil
sesuatu.
• Tidak boleh mengangkat barang atau beban berat selama menjalani terapi, terutama
bila masih ada rasa sakit.
• Saat kondisi sudah membaik, bukan berarti bisa beraktivitas sembarangan.
• Herniated nucleus pulposus dan skoliosis tidak bisa sembuh total serta ada risiko
terulang lagi bila ada faktor pemicunya, seperti jatuh, mengangkat beban terlalu berat,
atau salah melakukan gerakan tubuh.
Scoliosis. Available from URL: http://www.keepkidshealthy.com/welcome/
conditions/scoliosis.html
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang
dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).
Penyebab umum dari skoliosis meliputi kongenital, neuromuskuler dan idiopatik, Skoliosis di
bagi menjadi dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural. Gejala dari skoliosis berupa
kelengkungan abnormal ke arah samping, bahu dan pinggul tidak sama tinggi, nyeri punggung,
kelelahan pada tulang belakang, dan gangguan pernafasan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada skoliosis ialah kerusakan paru-paru dan jantung dan sakit
tulang belakang. Untuk pemeriksaan penunjang yang biasa di lakukan yaitu Rontgen tulang
belakang, Skoliometer terapi yang dapat di pilih, di kenal sebagai ” The Three O's ” adalah
observasi, orthosis, operasi, prioritas.
Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu gangguan mobilitas fisik, ketidakseimbangan nutrisi,
gangguan tumbuh kembang, gangguan body image, ansietas, gangguan parenting, resiko nyeri,
dan resiko pola nafas tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Mutaqqin, Arif. 2005. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Trauma Sistem Muskuloskeletal.
EGC : Jakarta.
Brenda, Suzanne.Keperawatan Medikal Bedah vol 3.2002.EGC: Jakarta.
Lauerman WC, Regan M. Spine. In : Miller, editor. Review of Orthopaedics. 2nd ed.
Philadelphia : W.B. Saunders, 1996 : 270-91
Miller F, Horne N, Crofton SJ. Tuberculosis in Bone and Joint. In : Clinical Tuberculosis.2nd
ed.: London : Macmillan Education Ltd, 1999 : 62-6.
http://pustakaunpad.ac.id
http://gladiolstrange.blogspot.com/2009/05/skoliosis.html
http://www.operasidijerman.com/skoliosis.htmlhttp://syafaka4wl.multiply.com/jornal/item/102/
Nyeri lumbal
http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=16025
http://osteoporosis.klikdokter.com/tanyajawab.php?id=1578
http://hanum01.wordpress.com/2008/10/06/apa-sih-skoliosis-itu/vv
http://organisasi.org/macam-jenis-gangguan-pada-tulang-dan-sendi-tulang-manusia-pengertian-
arti-definisi-penyakit