Lean berhubungan dengan kecepatan, efisiensi, dan eliminasi waste, dengan tujuan
mempercepat proses dengan mereduksi segala macam waste. Waste yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang meliputi waktu, biaya, pekerjaan, bahan, alat
yang tidak memberikan nilai tambah kepada produk atau jasa kepada para
pelanggan.
Semua jenis waste ini sering terjadi tanpa disadari, karena telah dianggap sebagai
sesuatu yang wajar dan umum, padahal sesungguhnya sangat merugikan,
khususnya sering menyebabkan pertambahan biaya operasional (cost) yang
seharusnya bisa dihindari. Karena itu, penerapan lean dapat membantu organisasi
memotong biaya yang tidak perlu, sekaligus meningkatkan revenue.
6.1. S1 – SORT
S1 merupakan praktek perawatan semua peralatan, bahan, dllnya, di bengkel.
Perawatan item-item esensial yang dirawat. Praktek S1 akan mengurangi resiko
terjadinya kekacauan (ket: semrawut) dan bahaya akibat adanya/banyaknya item-
item tidak esensial yang berada di bengkel.
Item-item tidak esensial di tandai dengan label merah (red tag) dan disimpan di area
khusus label merah untuk beberapa waktu, biasanya 5 hari. Jika tidak ada yang
menginginkan/ membutuhkan, maka item-item tersebut disingkirkan dari bengkel
dengan cara dijual, didonasikan, didaur ulang atau ke tempat sampah.
Apakah ini?
Kapan terakhir digunakan?
Apakah kritis dan khas untuk bengkel dan unit kerja?
Jika disimpan, berapakah minimal jumlah/volume yang diperlukan untuk
jadual praktek?
Item-item berlabel merah yang tidak diminta oleh suatu kelompok kerja dalam
beberapa hari, akan dipindahkan ke area label merah tingkat lembaga.
6.2. S2 – SHINE
Langkah S2 mencakup tiga aktifitas-aktifitas primer: pembersihan dan perawatan
tempat kerja beserta item-item esensialnya dan penggunaan peralatan-peralatan
kebersihan.
Bekerja atau praktek pada lingkungan yang bersih memungkinkan peserta diklat,
pengajar diklat, dan staf/teknisi untuk bisa mengamati malfungsi pada mesin seperti
kebocoran, getaran, kerusakan, dan tidak presisi. Proses S2 tidak boleh hanya
menjadi tanggungjawab bagian kerumahtanggaan. Setiap individu dari setiap bagian
unit kerja berpartisipasi dan bekerjasama, memantapkan jadual regular pembersihan
rutin, dan pembersihan yang lebih mendalam/intens.
Mesin yang dijaga kebersihannya akan berfungsi secara lebih efisien, meminimalisir
terjadinya perbaikan yang tak terjadual, dan mengurangi biaya perbaikan. Beberapa
organisasi menemukan bahwa keselamatan dan produktifitas meningkat sejalan
dengan perawatan dan housekeeping telah menjadi norma/budaya organisasi.
Pipa, kabel, saluran gas, silinder gas dan sistem kelistrikan diberi
nama dan dilabel dengan jelas untuk mempermudah pelacakan jalur.
Peralatan untuk operator harus terdapat di dekat titik penggunaan,
terorganisir dan dilabel.
Alat ukur dan indikator harus ditandai sehingga kondisi abnormal dapat
dideteksi dengan segera.
Kualitas: Fokus pada penyajian, secara grafis atau fisik, standar kualitas.
Fase Implementasi
6.4. S4 – STANDARDIZE
Selama fase implementasi ini, tim mengidentifikasi cara-cara untuk memantapkan
praktik-praktik di bengkel yang telah dikembangkan, sebagai standar. Tujuan
standarisasi adalah untuk menciptakan praktek-praktek terbaik dan untuk diterapkan
oleh setiap pekerja secara seragam.
Untuk menstandarkan, peran dan tanggungjawab harus terurai jelas dan secara
konsisten diterapkan. Hal tersebut dapat terealisasi melalui panduan visual seperti
kode warna, diagram alir, ceklis, dan pelabelan untuk membantu pemahaman
sehingga seragam.
6.5. S5 – SUSTAIN
Tujuan dari S5 adalah untuk menjaga momentum yang dihasilkan selama awal
kegiatan atau proyek S1 sd S4.
7. KESIMPULAN
Lembaga diklat harus mampu untuk mengidentifikasi kebutuhan dari guru dan tenga
kependidikan, dan apa yang dipentingkan oleh guru dan tenaga kependidikan,
khususnya dalam hal ini adalah praktek di bengkel. Pendekatan ini merupakan
filosofi dasar untuk mengoptimalkan performansi program diklat. Melalui continous
improvement maka dapat terlihat gap antara penerapan sistem secara optimal (5S)
dengan sistem sebelumnya. Konsep Lean Thinking diterapkan, melalui:
1. Specify Value
Menentukan apa yang dapat atau tidak dapat memberikan nilai (value) dari suatu
program praktek di bengkel, dipandang dari sudut pandang guru dan tenaga
kependidikan (bukan dari sudut pandang lembaga diklat). Lembaga diklat harus
fokus pada customer needs.
3. Flow
Melakukan aktivitas yang dapat menciptakan suatu nilai tanpa adanya gangguan,
proses rework, aliran balik (backflow), aktivitas menunggu (waiting), dan juga
sisa kegiatan praktek di bengkel.
4. Pulled
5. Perfection
Namun, sekuat apapun sistem yang dibangun suatu lembaga diklat, jika tidak
didukung oleh sumber daya manusia sebagai pelaksana dan inisiatif dalam
organisasi, maka lembaga diklat akan menjadi rumah yang kosong, dan tanpa
aktivitas. Kalau sudah begini, maka akan memberikan efek negatif terhadap fungsi
marketing dan public relation lembaga diklat itu sendiri.