Anda di halaman 1dari 20

“TAFSIT AYAT-AYAT NIKAH”

A. Latar Belakang
Menikah merupakan sunah Nabi kita shalallahu 'alaihi wa sallam yang
harus selalu kita lestarikan, oleh karena itu tidak aneh kalau agama kita begitu
menganjurkan serta mendorong untuk menikah bagi para pemudanya jika
telah mampu dan memenuhi syarat-syaratnya. Dan didalam risalah ini
dijelaskan beberapa dalil yang berkaitan tentang hal itu.
Menikah juga bukanlah hal yang dipandang dalam segi status saja.
Karena memang pada dasarnya dalam pernikahan menyimpan beberapa
manfaat dari hukum nikah itu sendiri. Menikah dapat menjauhkan dari fitnah
dan zina. Untuk itu, dalam penulisan kami nanti akan membahas tafsir ayat
tentang anjuran menikah dan larangan melacur.

B. Definisi Nikah
Nikah menurut bahasa adalah, berkumpul, sedangkan nikah menurut
istilah syara’ adalah hukum adat yang menghalalkan persetubuhan Menurut
Undang-undang Nomor I tahun 1974, tentang Nikah disebutkan bahwa nikah
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
Kekal berdasarkan ke-Tuhanan Yang maha esa

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaany-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu pasangan hidup dari jenis kamu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadiakn-Nya diantaramu rasa kasih
dan saying. Sesuangguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Qr-Ruum:21)

1
“Dan kawinkanlah oran-prang yang sendirian di antara kamu dan
mereka yang berpekerti baik, termasuk hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.” (QS An-Nuur:32)

Jumhur ulama sepakat bahwa rukun Nikah itu terdiri atas 33:
a. Adanya calon suami dan istriyang akan melakukan Nikah.
b. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita. Akad nikah akan
dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan
menikahicannya, berdasarkarl sabda Nabi SAW :
“Perempuan mana saja yang menikah tanpa seizin walinya, maka
pernikahannya batal.”
c. Adanya dua orang saksi. Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua
orang saksi yang menyaksikan akad nikah tersebut,
d. Sighat akad nikah, yaitu ijab kabul yang diucapkan oleh atau wakilnya dari
pihak wanita, dan dijawab oleh calonpengantin laki-laki.

C. Ayat Tentang Nikah


1. Ayat
َّ ‫صا ِل ِحينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َو ِإ َمائِ ُك ْم ِإ ْن يَ ُكونُوا فُقَ َرا َء يُ ْغنِ ِه ُم‬
‫َّللاُ ِم ْن‬ َّ ‫َوأ َ ْن ِك ُحوا ْاْلَيَا َمى ِم ْن ُك ْم َوال‬
ْ َ‫َّللاُ ِم ْن ف‬
‫ض ِل ِه‬ َّ ‫ف الَّذِينَ ََل يَ ِجدُونَ نِ َكا ًحا َحتَّى يُ ْغنِيَ ُه ُم‬ ِ ‫) َو ْليَ ْست َ ْع ِف‬32( ‫َّللاُ َوا ِسع‬ ْ َ‫ف‬
َّ ‫ض ِل ِه َو‬
َ ‫ت أ َ ْي َمانُ ُك ْم فَ َكاتِبُو ُه ْم ِإ ْن‬
‫ع ِل ْمت ُ ْم فِي ِه ْم َخي ًْرا َوآَتُو ُه ْم ِم ْن‬ َ ‫َوالَّذِينَ يَ ْبتَغُونَ ْال ِكت‬
ْ ‫َاب ِم َّما َملَ َك‬
‫ض‬ َ ‫ع َر‬ َ ‫صنًا ِلت َ ْبتَغُوا‬ ِ ‫علَى ْال ِبغ‬
ُّ ‫َاء إِ ْن أ َ َر ْدنَ ت َ َح‬ َ ‫َّللاِ الَّذِي آَت َا ُك ْم َو ََل ت ُ ْك ِر ُهوا فَتَيَاتِ ُك ْم‬
َّ ‫َما ِل‬
‫) َولَقَ ْد أ َ ْنزَ ْلنَا ِإلَ ْي ُك ْم‬33( ‫غفُور َر ِحيم‬ َّ ‫ْال َحيَاةِ الدُّ ْنيَا َو َم ْن يُ ْك ِر ُّه َّن فَإ ِ َّن‬
َ ‫َّللاَ ِم ْن بَ ْع ِد ِإ ْك َرا ِه ِه َّن‬
)34( َ‫ظةً ِل ْل ُمتَّقِين‬َ ‫ت َو َمث َ ًًل ِمنَ الَّذِينَ َخ َل ْوا ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم َو َم ْو ِع‬ ٍ ‫ت ُمبَيِنَا‬ ٍ ‫آَيَا‬

2
2. Terjemah
32. Dan kawinkanlah bujangan-bujangan di antara kamu sekalian
dan orang-orang yang sudah pantas (kawin) ndari hamba-hamba
sahayamu laki-laki atau perempuan. Jika mereka itu fakir, maka Allah
akan memberinya kekayaan dari anugrahNya, Sebab Allah maha Luas
(kekayaanya) lagi maha mengetahui.
33. Dan orang-orang (yang ternyata) tidak mampu kawin
hendaklah tetap menjaga (kesucian) dirinya, Hingga Allah memberikan
kekayaan dari anugerahNya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang
menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjiandengan mereka,
dan berikanlah kepada mereka, sebagian dari harta Allah yang telah
Allah berikan kepadamu dan jangan kamu paksa anak-anak gadismu
(hamba) untuk melacur, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian,
karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi dan barang siapa yang
memaksa mereka itu, maka sesungguhnya Allah maha pengampun lagi
maha penyayang (kepada mereka) sesudah mereka di paksa itu.
34. Dan sungguh kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat
yang memberi penerang dan contoh-contoh dari orang-orang terdahulu
sebalum kamu, serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. An-
Nur)
3. Asbabun Nuzul
a. Imam Suyuthi meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Shubaih dari ayahnya,
ia berkata: Aku pernah menjadi hamba sahaya milik Huwaitihib bin
Abdul ‘Uzza, lalu aku minta perjanjian (kemerdekaan), maka ia
menolakku, Lalu turunlah ayat “Dan hamba sahaya yang kamu miliki
yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian
dengan mereka”.
b. Al-Qurthubi berkata, sesudah menuturkan berita kisah ini: Lalu
Huwaithib mengadakan perjanjian dengan hamba sahayanya itu
sebesar 100 dinar dan kemudian di potong 20 dinar, yang akhirnya
dapat dilunasinya. Huwaithib sendiri terbunuh dalam perang Hunain.

3
c. Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya, dari Jabir bin
Abdullah, bahwa ada seorang jariyah (hamba perempuan) namanya
Musaikah bin Umamimah, milik Abdullah bin Ubay, yang dinginkan
oleh pemiliknya supaya melacur, Lalu kedua Jariyah itu melapor
kepada Nabi saw., maka turunlah ayat: “Dan janganlah kamu memaksa
anak-anak gadismu (hamba sahaya) untuk melacur”. Diriwayatkan
juga, bahwa Abdullah bin Ubay bin salul pernah memaksa kedua
jariyahnya untuk melacur, dan dipukulinya karena tidak mau. Salah
seorang jariah iyu berkata: Kalau Zina itu baik, akan kulakukan
sebanyak mungkin, tetapi kalau tidak baik akan kutinggalkanya. Lalu
turunlah ayat di atas.
d. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, ia berkata: Dahulu oarng-orang
pada menyuryh hamba sahayanya untuk melacur sebagai pekerjaan.
‘Abdullah bin Ubay bin Salul kebetuan waktu itu mempunyai jariyah
yang sudah pernah melacur, tetapi kemudian ia enggan melakukanya
bahkan bersumpah untuk tidak melakukanya. Lalu oleh pemiliknya ia
dipaksa, Kemudian ia pergi dan ia melacur dengan upah kain hijau
bercurak, Lalu kain itu diserahkan kepada tuanya, begitulah, lalu Allah
menurunkan ayat di atas. Muqatil berkata: Ayat ini diturunkan tentang
kasus enam jariyah (hamba perempuan) yang semua milik ‘Abdullah
bin Ubay, masing-masing bernama: Mu’adzah, Masikah, Umaimah,
Qatilah, Amrah, dan Arwa, Mereka ini pernah telah diperintahkan
oleh Abdullah untuk melacur guna mendapatkan uang, lalu turunlah
ayat tersebut sehingga semua riwayat yang menuturkan tentang orang
yang memaksa jariyahnya untuk melacur itu (pelakunya) ‘Abdullah
bin Ubay bin Salul gembong munafiqin.
4. Hadis Yang Berkaitan
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Carilah kaya (hidup
berkecukupan) dengan menikah”
Disebutkan pula dalam hadits bahwa Allah akan senantiasa
menolong orang yang ingin menjaga kesucian dirinya lewat menikah. Dari

4
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda tentang tiga golongan yang pasti mendapat
pertolongan Allah. Di antaranya,
“… seorang yang menikah karena ingin menjaga kesuciannya.”
(HR. An Nasai no. 3218, At Tirmidzi no. 1655. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ahmad bin Syu’aib Al Khurasani An
Nasai membawakan hadits tersebut dalam Bab “Pertolongan Allah bagi
orang yang nikah yang ingin menjaga kesucian dirinya”. Jika Allah telah
menjanjikan demikian, itu berarti pasti. Maka mengapa mesti ragu?
Allah memberi rizki tanpa ada kesulitan dan sama sekali tidak
terbebani. Ath Thohawi rahimahullah dalam matan kitab aqidahnya
berkata, “Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.”
Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan
pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya
sedikit pun juga. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan
orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas
bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh
permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada
di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika
dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al
Ghifari). Mengenai hadits ini, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits
ini memotivasi setiap makhluk untuk meminta pada Allah dan meminta
segala kebutuhan pada-Nya.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 48)
Dalam hadits dikatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Allah Ta’ala berfirman padaku, ‘Berinfaklah kamu, niscaya Aku
akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu.’ Dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Pemberian Allah selalu cukup, dan tidak
pernah berkurang walaupun mengalir siang dan malam. Adakah terpikir
olehmu, sudah berapa banyakkah yang diberikan Allah sejak terciptanya

5
langit dan bumi? Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah tidak
pernah berkurang karenanya.” (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no.
993).
5. Penjelasan Tiap Ayat
a. Makna mufrodat
‫اْلَيَا َمى‬:
‫ أ‬Kata al-ayam jamak dari aymun, yang berarti orang-orang
yang tidak mempunyai pasangan hidup, baik laki-laki maupun
perempuan dan baik yang pernah menikah maupun yang belum
menikah.
‫ا ْالستعفاف‬: Kata al-isti’faf merupakan masdar dari ista’afa, kata ini
adalah mayid bi tsalasah ahruf, Kata dasarnya ialah affa, Secara
harfiyah kata ini diterjemahkan kepada al-kiffamma la yahill (menahan
diri dari sesuatu yang tidak halal). Setelah kata affa, ini mendapat
tambahan alif, sin, dan ta’ maka maknanya berubah menjadi thalab al-
ifaf (mencari kesucian) yaitu menahan diri dari sesuatu yang
diharamkan dan meminta-minta kepada orang lain. Dalam ayat ini al-
i’faf diartikan kepada menjaga kesucian diri dari berbuat zina atau hal-
hal yang mendekati zina.
‫ا ْلبِغَاء‬: Kata ini berasal dari bagha, yang secara harfiyah diartikan
kepada berbuat maksiat. Akan tetapi, dalam ayat ini kata al-bigha’
diartikan kepada zina, Karena memang zina itu merupakan salah satu
perbuatan maksiat.
‫اال َماء‬: Bentuk jamak dari amah, yang artinya “budak wanita”
ِ‫واس ٌع‬:
َ Maha Kaya
ِ ‫الصالحين‬:Orang-orang yang pantas untuk menikah dan melakukan
hak-haknya
َِ‫ َال ِيَجدُون‬: Mereka tidak mendapat jalan yang memungkinkan mereka
untuk menikah, yaitu harta.

َ َ ‫ا ْلكت‬: Seperti al-‘ithab dan al-mu’tabah, secara syara’ yang


ِ ِ‫اب‬
dimaksud dengan al-kitab ialah memerdekakan budak setelah dia

6
membayar harta secara berangsur dalam dua masa atau lebih.
Umpamanya, tuan berkata kepada budaknya “Aku memerdekakanmu
dengan syarat kamu membayar satu dirham”. Apabila budak itu
menerima dan membayarnya, maka tuan memerdekakannya dan dia
menjadi lebih berhak atas segala usahanya, bahkan atas dirinya
sendiri.
ِ ‫فَتَيَا‬: Bentuk jamak dari al-fatat secara bahasa dimaksudkan dengan
‫ت‬
al-fata dan al-fatat, ialah budak laki-lakidan budak perempuan.
ِ‫الت َّ َحصّن‬: Memelihara kesucian diri
‫لت َ ْبتَغُوا‬: Karena kalian hendak mencari
ِ‫ضِا ْل َحيَاةِال ُّد ْنيَا‬
َ ‫ع ََر‬: Mata pencarian dan penjualan anak-anak
ِ ‫ ُمبَيّنَة‬: Yang menguraikan berbagai hukum dan adab yang kalian
butuhkan penjelasannya.
ِ‫ َمث َ ًل‬: Kisah menakjubkan dari kisah orang-orang terdahulu, seperti
kisah Yusuf dan Maryam
b. Makna Ijmali
Dalam ayat-ayat terdahulu, Allah telah menyuruh kaum mukminin
dan mukminat untuk menahan pandangan, memelihara kemaluan, dan
lain-lain yang dapat menyeret kepada perzinaan. Selanjutnya, dalam
ayat ini Allah menyuruh menikahkan orang-orang yang sendirian
(tidak beristri/tidak bersuami), karena hal ini adalah jalan untuk
melestarikan jenis manusia, disamping memelihara keturunan yang
dapat menambah kasih sayang kepada anak-anak, memberi pendidikan
yang baik kepada mereka. Kemudian menerangkan hukum orang yang
belum mampu menikah karena tidak memiliki harta.
Sesudah itu,
, dan kepada para tuan untuk mengawinkan budak laki-laki dan
budak wanitanya. Akan tetapi, Jumhur memasukkan Allah mendorong
kepada tuan untuk memerdekakan budaknya dengan jalan mukatabah,
agar mereka menjadi orang-orang yang merdeka terhadap diri dan

7
artanya, sehingga dapat menikah sesuai dengan kehendaknya.
Selanjutnya Allah melarang para tuan memaksa melarang para budak
wanita untuk melakukan pelacuran, jika mereka mnghendaki dirinya
suci, hanya karena menghendaki kesenangan duniawi yang pasti
lenyap.
(‫) َوأ َ ْن ِك ُحوا ْاْلَيَا َمى ِم ْن ُك ْم‬
“Kawinkanlah lelaki merdeka yang tidak beristri dan wanita
merdeka yang tidak bersuami”. Maksudnya ialah ulurkan bantuan
kepada mereka dengan bernagai jalan agar mereka mudah menikah,
seperti membantu dengan harta dan memudahkan jalan yang dengan
itu perkawinan serta kekeluargaan dapat tercapai.
‫صا ِل ِحينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َوإِ َمائِ ُك ْم‬
َّ ‫ِم ْن ُك ْم َوال‬
“Dan para lelaki dan wanita yang mampu menikah dan
menjalankan hak-hak suami istri, seperti berbadan sehat, mempunya
harta dan sebagainya”. Dalam ayat ini terdapat perintah kepada para
wali untuk mengawinkan orang-orang yang berada kewajiban
perwaliannyaperintah ini kedalam hukum istihsan (sebaiknya) bukan
wajib, karena pada masa nabi saw dan seluruh masa sesudahnya,
terdapat banyak laki-laki dan wanita yang tidak kawin, dan tak
seorangpun mengingkari kenyataan itu. Yang jelas, perintah ini adalah
wajib jika dikhawatirkan terjadi fitnah dan kemungkinan akan terjadi
perzinaan apabila mereka tidak kawin. Kemudian Allah menganjurkan
agar kawin dengan laki-laki dan wanita yang fakir, dan hendaklah
tidak adanya harta menjadi penghalang perkawinan.
َّ ‫ِإ ْن يَ ُكونُوا فُقَ َرا َء يُ ْغنِ ِه ُم‬
ْ َ‫َّللاُ ِم ْن ف‬
‫ض ِل ِه‬
Janganlah kalian melihat kefakiran orang yang melamar kepada
kalian atau wanita yang hendak kalian kawini, karena karunia Allah
akan mencukupi kalia, sedangkan harta selalu datang dan pergi.
ْ َ‫ف‬
َّ ‫ض ِل ِه َو‬
‫َّللاُ َوا ِسع‬

8
Sesungguhnya Allah Maha Kaya, karunia-Nya tidak akan pernah
habis dan kekuasaannya tidak terbatas, maka Dia akan melapangkan
pasangan suami-istri ini dan selain mereka. Allah Maha Mengetahui,
Dia akan melapangkan dan mempersempit rizqi kepada siapapun
yang Dia kehendaki sesuai dengan tuntutan kebijaksanaan dan
kemaslahatan.
ْ َ‫َّللاُ ِم ْن ف‬
‫ض ِل ِه‬ ِ ‫َو ْليَ ْست َ ْع ِف‬
َّ ‫ف الَّذِينَ ََل يَ ِجدُونَ نِ َكا ًحا َحتَّى يُ ْغنِيَ ُه ُم‬
Hendaklah orang yang tidak mendapat harta yang dengan itulah
perkawinan terselenggara berusaha mensucikan dan menjaga dirinya,
serta menunggu sampai Allah memberikan kecukupan kepadanya dari
karunia-Nya, sehingga dapat mencapai perkawinan yang
diinginkanya itu.
َ ‫ت أ َ ْي َمانُ ُك ْم فَ َكاتِبُو ُه ْم إِ ْن‬
‫ع ِل ْمت ُ ْم فِي ِه ْم َخي ًْرا‬ َ ‫ض ِل ِه َوالَّذِينَ يَ ْبتَغُونَ ْال ِكت‬
ْ ‫َاب ِم َّما َملَ َك‬ ْ َ‫ف‬
Kemudian Allah menganjurkan seluruh kaum mu’minin untuk
memerdekakan budak:
‫َّللاِ الَّذِي آَت َا ُك ْم‬
َّ ‫َوآَتُو ُه ْم ِم ْن َما ِل‬
Berilah, wahai para tuan, budak-budak mukatab sebagian dari harta
Allahyang diberikan kepada kalian dan kalian tidak mempunyai
kelebihan di dalamnya, karena Allah adalah pemilik kalian
jugaPemilik budak kalian, dan harta kalian adalah milik-Nya. Dan
berikanlah, wahai para pemerintah, kepada budak-budak mukatab itu
bagiannya yang telah ditetapkan oleh Allah bagi mereka di dalam
Baitul-Mal dan di dalam pengeluaran zakat dengan firman-Nya: wa
fir-riqab “dan untuk kepentingan memerdekakan para budak”. Disini
terdapat anjuran kepada seluruh orang yang beriman untuk
memerdekakan budak. Kemudian Allah melarang kaum mukminin
untuk berusaha mengumpulkan harta dengan jalan yang haram :
‫ض ْال َح َيا ِة الدُّ ْن َيا‬ َ ‫صنًا ِلت َ ْبتَغُوا‬
َ ‫ع َر‬ ِ ‫علَى ْال ِبغ‬
ُّ ‫َاء ِإ ْن أ َ َر ْدنَ ت َ َح‬ َ ‫َو ََل ت ُ ْك ِر ُهوا فَت َ َياتِ ُك ْم‬
“Janganlah kalian memaksa budak-budak perempuan kalian
untuk melakukan pelacuran jika mereka hendak mensucikan diri,

9
karena kalian hendak mencari kesenangan dunia, seperti harta,
perhiasan dan pakaian”. Janganlah kalian memaksa budak-budak
wanita untuk melakukan pelacuran, sebagaimana kalian selalu
berbuat demikian, hanya kalian hendak mencari kesenangan yang
akan segera lenyap dan pasti musnah.
Muslim dan Abu Daud mengeluarkan riwayat dari Jabir ra,
bahwa Abdullah bin Ubay bin Salul mempunyai dua orang budak
wanita bernama Musaikah dan Umaimah. Mereka dipaksa untuk
berbuat lacur, lalu mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah saw.
Maka, turunlah ayat ini.
Ibnu Mardawih mengeluarkan riwayat dari Ali bahwa pada
masa jahiliyyah, orang-orang memaksa budak-budak wanita untuk
berzina agar mereka dapat mengambil upahnya, lalu islam melarang
mereka berbuat demikian, dan turun ayat tersebut.
َ ‫َّللاَ ِم ْن َب ْع ِد ِإ ْك َرا ِه ِه َّن‬
‫غفُور َر ِحيم‬ َّ ‫َو َم ْن يُ ْك ِر ُّه َّن فَإ ِ َّن‬
Barang siapa memaksa mereka melakukan pelacuran, maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
terhadap mereka setelah mereka dipaksa, sedangkan dosa ditanggung
oleh orang yang memaksa mereka.
َ‫ظةً ِل ْل ُمت َّ ِقين‬
َ ‫ت َو َمث َ ًًل ِمنَ الَّذِينَ َخلَ ْوا ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم َو َم ْو ِع‬ ٍ ‫َولَقَ ْد أ َ ْنزَ ْلنَا ِإلَ ْي ُك ْم آ َ َيا‬
ٍ ‫ت ُمبَ ِينَا‬
Sungguh Kami telah menurunkan ayat-ayat al-qur’an yang
menerangkan berbagai hukum dan adzab yang kalian butuhkan,
sebagaimana Kami telah menurunkan kisah tentang berita umat
terdahulu, seperti kisah Yusuf dan kisah Maryam, juga beberapa
kisah yang mirip dengan kisah Aisyah, disamping mengandung
pelajaran bagi orang yang bertaqwa kepada Allah dan takut kepada
adzab-Nya.
Ada sebuah asar dari sayyidina Ali, ketia dia menggambarkan
Al-qur’an, “Di dalamnya terdapat hukum yang memutuskan perkara
diantara kalian dan berita tentang umat sebelum serta sesudah kalian.
Kalimat Al-qur’an adalah kalimat yang pasti. Barang siapa yang

10
meninggalkan karena sombong, niscaya Allah akan
memecahkannya. Dan barang siapa yang mencari petunjuk dari
selain al-qur’an, niscaya Allah menyesatkannya.
6. Munasabatul Ayat
Beberapa ayat sebelum ini menerangkan larangan Allah mendekati
perbuatan-perbuatan keji dan mengerjakan dosa-dosa besar diantaranya
larangan zina dengan segala sebab yang membawa kepada perzinaan,
langsung ataupun tidak langsung, misalnya tentang melihat perempuan,
pergaulan bebas, membuka aurot, menampak-nampakan kecantikan,
masuk rumah tanpa izin dan apa saja yang akan membawa kerusakan dan
kehancuran.
Lalu dalam ayat ini Allah menganjurkan perkawinan dengan
memberikan beberapa fasilitas, karena perkawinan itu adalan jalan yang
paling efektif untuk menjaga diri,dan menjauhkan seseorang dari berbuat
zina dan dosa-dosa lainya, juga sebagai jalan satu-satunya untuk
mendapatkan keturunan yang baik dan membina masyarakat yang ideal.
Tafsirnya
a. Firman Allah “Dan orang-orang yang sudah layak kawin dari antara
hamba sahayamu, laki-laki atau perempuan” itu, memberikan isyarat
betapa nilai taqwa dan kesalehan dalam diri manusia, Oleh karena itu
dalam agama islam yang menjadi kemuliaan seseorang itu, bukan
harta, dan pangkatnya, tapi adalah nilai agama dan kesalehanya.
Zamakhsyari berkata: Kalau ada orang yang bertanya: Mengapa
dikhususkan shalihin(orang-orang yang baik/layak) dalam ayat ini?
Maka saya jawab: Supaya keagamaan mereka itu terjamin, sebab
hamba sahaya yang shalihin itu sangat disayangi oleh tuanya, bahkan
dianggap sebagai anak sendiri, Adapun orang-orang yng selalu
membuat membuat kerusuhan, oleh tuanya tentu tidak akan
diperlakukan seperti itu.
b. Firman Allah yang berbunyi “Jika mereka itu miskin maka allah akan
memberinya kekayaan dari anugerahNya”, itu adalah merupakan janji

11
Allah, bahwa orang yang kawin dengan niat untuk menjaga dirinya
dari berbuat lacur, dijamin oleh allah untuk diberi kecukupan.
c. Firman Allah yang berbunyi “Dan orang-orang yang tidak mampu
kawin itu hendaklah menjaga dirinya” itu, adalah merupakan anjuran
dan seruan kepada para pemuda yang belum mampu kawin supaya
tetap menjaga dirinya, sehingga pada gilirannya nanti Allah
memberikan jalan-jalan-Nya. Jadi perkataan ini adalah”majaz”
(kiasan), atau ada kata “asbab” yang dibuang, yang asalnya berbunyi
:”Orang yang tidak mendapatkan jalan untuk kawin”. Atau apa yang
dimaksud dengan kata “kawin” di situ, adalah harta untuk kawin.
d. Firman Allah yang berbunyi “Dan berilah mereka itu dari harta Allah”
itu, menunjukkan, bahwa harta yang berada di tangan orang kaya itu
hakikatnya adalah titipan (wadi’ah) yang harus ditunaikan dengan
baik.
e. Firman Allah “Sedang mereka sendiri menghendaki kesucian” itu
adalah suatu jumlah mu’taridhah (kalimat pemisah antara jumlah
pertama dan kedua), yang gunanya untuk menjelek-jelekkan anjuran
berbuat keji dan memaksa orang untuk mengerjakan kekejian itu.
Padahal secara prinsip, setiap hamba adalah di bawah asuhan tuan,
maka si hamba cenderung berbuat keji, tuannya harus meluruskan.
Adapun menyuruhnya untuk berbuat keji sekalipun si hamba harusnya
enggan dan mencoba untuk menjaga diri, maka upaya seperti itu jauh
melampaui batas. Seorang hamba sahaya yang bersikap demikian itu
lebih baik dari pada tuannya. Dia lebih mulia daripada tuannya.
f. Abu Su’ud berkata : Seorang tuan yang berakhlak rendah, hampir-
hampir tidak menyukai hamba sahayanya yang menjaga
kehormatannya, apalagi sampai menyuruhnya untuk kehormatannya
adalah tidak mungkin.Karena itu, kata “jika” dalam ayat tersebut
bukan syarat atau ikatan. Kata tersebut adalah bayan (keterangan)
untuk menerangkan kerendahan perbuatan manusia untuk berbuat
lacur.

12
g. Firman Allah “Karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi” itu,
memberi syarat tentang kerendahan pekerjaan mereka itu. Sebab milik
manusia yang paling berharga adalah harga diri, lalu barang yang
sangat berharga itu ditukarnya dengan harga yang paling rendah.
h. Firman Allah “Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang sesudah mereka dipaksa” itu menunjukkan bahwa
pihak yang dipaksa, dalam hal ini adalah hamba sahaya, akan
diampuni Allah, sedang pihak yang memaksa dalam hal ini adalah
tuan, akan dilaknat dan dimurkai Allah.
Hasan Bashri ketika membaca ayat ini, spontan mengatakan :
Artinya : “Untuk mereka, demi Allah, untuk mereka demi Allah”
Maksudnya: sesungguhnya Allah pasti akan mengampuni mereka para
hamba sahaya yang dipaksa itu, sedang pihak pendurhaka yang
memaksanya itu tidak akan diampuni.
i. Abu Su’ud berkata : Dikhususkannya maghfiroh (ampunan) dan
rahmah (kasih sayang) kepada mereka yang dipaksa itu di sini, adalah
suatu bukti yang jelas, bahwa secara garis besar yang memaksa itu
tidak akan mendapatkan pengampunan dan kasih sayang. Jadi seolah-
olah Allah mengatakan : Sesungguhnya Allah akan memberikan
ampunan bagi mereka yang dipaksa, bukan kepada yang memaksa.

D. Formulasi/Rumusan Tafsir Ayat


1. Siapa yang dituju dalam kata “kawinkanlah” itu?
Sebagian ulama mengatakan, bahwa khithab yang dituju dalam kata-
kata “kawinkanlah” itu, ialah umum, meliputi seluruh umat islam. Namun
adapula yang mengatakan bahwa khithab ini ditujukan kepada para wali
dan tuan. Sedang yang lain juga berpendapat bahwa khithab ini ditujukan
kepada suami, karena mereka inilah yang diperintahkan untuk kawin.

13
Qurthubi berkata : Khithab disini adalah untuk para wali, di samping
ada juga yang mengatakan untuk para suami. Akan tetapi yang betul
adalah pendapat yang pertama (ditujukan kepada semua umat). Sebab
kalau yang ditulis itu adalah suami, maka akan dikatakan ‫وانكحوا‬tanpa
hamzah, tetapi cukup dengan alif washal.
Untuk itu, kami sependapat dengan pendapat yang pertama
bahwasanya khithab ini ditujukan kepada semua umatIslam, dalam arti
mereka berkewajiban member fasilitas perkawinan dan berusaha
semaksimal mungkin mengawinkan para pemuda sebagaimana tujuan dari
pernikahan adalah untuk mencegah adanya fitnah dan dapat terhindar dari
perbuatan zina.
2. Apakah seorang wali boleh memaksa anak perawannya yang sudah layak
untuk dikawinkan?
Menurut para ulama syafi’iyyah, berdasar zhahir firman Allah “Dan
kawinkanlah…” itu, bahwa seorang wali diperbolehkan memaksa anak
gadisnya untuk kawin, meskipun anak tersebut tidak setuju, karena ayat itu
umum. Seandainya tidak ada dalil yang menyatakan bahwa seorang wali
tidak boleh memaksa janda yang sudah dewasa tanpa dimintai
persetujuannya, maka walinya akan diperbolehkan memaksa janda
tersebut untuk kawin meski tanpa meminta persetujuannya.
Al-Jashshash berkata : Firman Allah “ Dan kawinkanlah orang-orang
yang belum kawin” itu tidak khusus untuk kaum wanita atau pria,
melainkan itu untuk umum yaitu meliputi kaum wanita dan pria. Akan
tetapi lantaran untuk mengawinkan anak laki-laki itu harus mendapat izin
dulu, maka dhamir itu wajib dipergunakan untuk wanita. Dan Rasulullah
memerintahkan orang tua/wali untuk meminta izin kepada anak gadisnya,
dan tanda izinnya adalah diam.
Alasan lain hadits Ibnu Abbas tentang kasus seorang gadis yang
dikawinkan oleh ayahnya tanpa izin, lalu si anak melapor kepada Nabi
saw, lalu beliau menyuruh :
“Laksanakanlah apa yang telah dilakukan orang tuamu itu”

14
3. Pengertian “memaksa” dan apakah pihak yang dipaksa itu dapat bebas dari
had?
Firman Allah mengatakan “Dan jangan kamu paksa anak-anak gadismu
(hamba sahayamu) untuk melacur” itu emberikan isyarat bahwa paksaan
itu dapat menggugurkan taklif (tanggung jawab agama), sehingga yang
bersangkutan tidak akan dihukum, sedang pihak yang memaksalah yang
berdosa. Adapun yang disebut paksaan itu kalau disertai dengan ancaman.
Misal diancam akan dibunuh, dengan begitu maka paksaan berzina adalah
sama dengan paksaan kufur, dimana Allah telah berfirman :
ْ ‫َم ْن َكفَ َر بِا ّللِ ِم ْن بَ ْع ِد اِ ْي َما نِ ِه اَِلَّ َم ْن ا ُ ْك ِرهَ َوقَ ْلبُهُ ُم‬
ْ ‫ط َمئِ ٌّن بِا َِل ْي َم‬
‫ان‬
Artinya : Barang siapa kufur kepada Allah sesudah dia beriman
(maka dia akan disiksa), kecuali orang yang dipaksa sedang hatinya tetap
mantap dalam iman (maka dia tidak akan disiksa). (QS. An-Nahl : 106)
Sebagian mufasir mengatakan bahwa Allah SWT menyebutkan
demikian itu hanya bermaksud supaya wanita itu terpelihara, karena itulah
yang digambarkan dalam paksaan itu. Kalau perempuan itu memang
sedang berzina, maka tidak tergambar adanya paksaan. Sementara yang
lain mengatakan bahwa ucapan paksaan itu hanya sekedar lumrah sebab
pada umumnya paksaan itu hanya karena ada kehendak menjaga diri.
Tetapi yang betul ialah bahwa yang dimaksud “Jangan kamu
paksa” itu adalah untuk menunjukkan jeleknya perbuatan mungkar ini
yang sudah biasa dilakukan oleh orang-orang jahiliyyah, di mana hamba
sahayanya itu dipaksa untuk berzina, padahal hamba itu sendiri bermaksud
hendk menjaga dirinya.
Jumhur berpendapat bahwa paksaan itu dapat menggugurkan had,
baik pria maupun wanita, sebagaimana dicabutnya dosa. Sebagaimana
Rasulullah menegaskan :
‫علَ ْي ِه روه اهل السنة‬ ُ َ‫طأ ُ َوالنِ ْسي‬
َ ‫ان َو َماا ْست ُ ْك ِر ُهوا‬ َ ‫ع ْن ا ُ َّمتِى ا َ ْل َخ‬
َ ‫ُرفِ َع‬
Artinya : Umatku tidak akan disiksa lantaran keliru, lupa dan
dipaksa untuk mengerjakan sesuatu. (HR. Ahlu Sunah)

15
E. Kesimpulan
Pada dasarnya nikah memang merupakan sunnah rosul. Karena nikah
tidak hanya dipandang dari segi dhahirnya saja, melainkan dari nikah inilah
seorang wanita atau laik-laki dapat terhindar dari fitnah, terutama hal-hal yang
dapat mengantar mereka kepada perzinaan. Untuk itu, Allah menganjurkan
hamba-Nya menikah agar terhindar dari perbuatan yang keji itu. Islam juga
memerintahkan untukmempermudah jalannya suatu pernikahandan
memberikan fasilitas untuk kawin supaya hidup ini berjalan dengan wajar
tanpa hambatan apapun.
Dari sini juga dianjurkan bagi tuan atau para wali supaya menikahkan
anak gadisnya. Dan untuk tuan dari para budak supaya memerdekakan budak-
budaknya. Berhubungan dengan hal ini jelas sekali bahwa baik para wali
supaya menikahkan anak gadisnya. Sedangkan untuk tuan dari pada budak
sangat dilarang untuk menyuruh budak wanitanya untuk berbuat zina, atau
melacurkan diri. Karena memang had (hukuman) dalam paksaan untuk
berbuat keji tidak ditanggung orang yang dipaksa (hamba sahaya). Melainkan
orang yang memaksa untuk berbuat kejilah yang menanggung dosa-dosanya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abu Su’ud. Irsyadul ‘Aqlis Salim.4:58.


Ahmad Mustafa Al-maraghi. Terjemah Tafsir Al-Maraghi.Toha Putra:1993
Al-Kasyaf.3:183
Al-Qur’an dan terjemahannya.
Dr. Kadar M. Yusuf M.Ag, Tafsir ayat Ahkam, Jakarta: AMZAH, th 2011
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terjemah tafsir ayat ahkam Ash-Shabuni,
Surabaya:BINA ILMU.1985
Tafsir Abu Su’ud 4:58

17
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat serta

salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Penulis bersyukur atas

kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan petunjuk serta melimpahkan

berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul Tafsir Ayat Ibadah

Nikah. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ibadah.

Penulis menyadari dalam proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari

ketidak kesempurnaan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik

dari para pembacasebagai perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi

pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bengkulu, Januari 2018

Penulis

i
18
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFATR ISI ................................................................................................... ii

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Definisi Nikah ................................................................................................ 1

C. Ayat Tentang Nikah ............................................................................. 2

1. Ayat ............................................................................................... 2

2. Terjemah ........................................................................................ 3

3. Asbabun Nuzul ............................................................................... 3

4. Hadis Yang Berkaitan .................................................................... 4

5. Penjelasan Tiap Ayat...................................................................... 6

6. Munasabatul Ayat .......................................................................... 11

D. Formulasi/Rumusan Tafsir Ayat .......................................................... 14

E. Kesimpulan .......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii

19
MAKALAH
TAFSIR IBADAH
“TAFSIR AYAT IBADAH NIKAH”

Disusun Oleh :
1. SINDA NANDA PRISKA
2. YOPI ANDI

Dosen Pembimbing :
BADRUN TAMAN, M.Si

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BENGKULU
2018

20

Anda mungkin juga menyukai