NIM. : 2222476173
Jawab: Masyarakat madani (Civil Society) adalah sebuah konsep dalam bentuk
masyarakat yang sering di perbincangkan hingga saat ini. Makna dan arti dari civil
society sendiri bermacam-macam dan bervariasi. Civil society dalam bahasa
Indonesia mengandung banyak istilah dimana istilah yang satu dengan lainnya
hampir sama. Istilah-istilah tersebut dicetuskan oleh orang-orang yang berbeda
seperti Masyarakat Sipil (Mansour Fakih), Masyarakat Kewargaan (Franz
Magnis Suseno dan M. Ryaas Rasyid), Masyarakat Madani (Anwar Ibrahim,
Nurcholis Madjid, dan M. Dawam Rahardjo).
Jawab: Konsep masyarakat madani menurut prespektif islam sudah diatur dalam
Al-Qur’an yang dibagi menjadi 3 jenis yaitu masyarakat terbaik (khairah ummah),
masyarakat seimbang (ummatan wasathan) dan masyarakat moderat (ummah
muqtashidah).
1. Islam humanis, berarti bahwa ajaran islam yang diberikan oleh Rasullulah
adalah kompatibel dengan fitrah manusia.
3. Islam toleran, kata toleran di dalam ajaran islam berkaitan dengan
penganut agama islam sendiri dan penganut agama lain. Apabila dikaitkan
dengan kaum muslimin, maka toleran berarti kelonggaran, kemudahan dan
fleksibilitas islam.
ون ال َّر ُس ول ُ َع لَ ْي ُك ْم َش ِه ً
يد ا َّاس َو َي ُك َ
اء َع لَ ى الن ِ ش َه دَ َ ون وا ُ اك ْم ُأ مَّ ًة َو َس ًط ا ل َِت ُك ُِك َج َع ْل َن ُ َو َك ٰ َذ ل َ
ب َع لَ ٰى ت َع لَ ْي َه ا ِإ اَّل ل َِن عْ لَ مَ َم نْ َي ت َِّب ُع ال َّر ُس ولَ ِم مَّ نْ َي ْن َق لِ ُۗ َو َم ا َج َع ْل َن ا ْال قِ ْب لَ َة ال َِّت ي ُك ْن َ
يم َان ُك ْم ۚ ِإ نَّ
يع ِإ َ ض َ ان هَّللا ُ ل ُِي ِ
ين َه دَ ى هَّللا ُ ۗ َو َم ا َك َ ير ةً ِإ اَّل َع لَ ى الَّ ِذ َ ت لَ َك ِب ََع ِق َب ْي هِ ۚ َو ِإ نْ َك َان ْ
ف َر ِح يمٌ َّاس لَ َر ُء و ٌ هَّللا َ ِب الن ِ
Jawab: Dikutip dari Imam Zakaria al-Anshari dalam Fathul Wahab bi Syarhi Minhaj
al-Thalab (Beirut: Dar al-Fikr), juz II, hal. 41, rukun nikah tersebut ialah:
يغ ٌة ِ " َأرْ َكا ُن ُه " َخمْ َس ٌة " َز ْو ٌج َو َز ْو َج ٌة َو َولِيٌّ َو َشاه.اح َو َغي ِْر َها
َ ِِدَان َوص ِ فِي َأرْ َك:َفصْ ٌل
ِ ان ال ِّن َك
Pasal tentang rukun-rukun nikah dan lainnya. Rukun-rukun nikah ada lima, yakni
mempelai pria, mempelai wanita, wali, dua saksi, dan shighat.
1. Mempelai Pria
Mempelai pria yang dimaksud di sini adalah calon suami yang memenuhi
persyaratan sebagaimana disebutkan pula oleh Imam Zakaria al-Anshari
dalam Fathul Wahab bi Syarhi Minhaj al-Thalab (Beirut: Dar al-Fikr), juz II,
hal. 42:
“Syarat calon suami ialah halal menikahi calon istri (yakni Islam dan bukan
mahram), tidak terpaksa, ditertentukan, dan tahu akan halalnya calon istri
baginya.”
2. Mempelai Wanita
Mempelai wanita yang dimaksud ialah calon istri yang halal dinikahi oleh
mempelai pria. Seorang laki-laki dilarang memperistri perempuan yang
masuk kategori haram dinikahi. Keharaman itu bisa jadi karena pertalian
darah, hubungan persusuan, atau hubungan kemertuaan.
3. Wali
Wali disini ialah orang tua mempelai wanita baik ayah, kakek maupun
pamannya dari pihak ayah (‘amm), dan pihak-pihak lainnya. Secara
berurutan, yang berhak menjadi wali adalah ayah, lalu kakek dari pihak
ayah, saudara lelaki kandung (kakak ataupun adik), saudara lelaki seayah,
paman (saudara lelaki ayah), anak lelaki paman dari jalur ayah.
4. Dua Saksi
Dua saksi ini harus memenuhi syarat adil dan terpercaya. Imam Abu Suja
dalam Matan al-Ghayah wa Taqrib (Surabaya: Al-Hidayah, 2000), hal. 31
mengatakan, wali dan dua saksi membutuhkan enam persyaratan, yakni
Islam, baligh, berakal, merdeka, lelaki, dan adil.
5. Shighat
Shighat di sini meliputi ijab dan qabul yang diucapkan antara wali atau
perwakilannya dengan mempelai pria.