Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aulia Putri Kusumawati

NIM. : 2222476173

1. Apakah arti masyarakat madani?

Jawab: Masyarakat madani (Civil Society) adalah sebuah konsep dalam bentuk
masyarakat yang sering di perbincangkan hingga saat ini. Makna dan arti dari civil
society sendiri bermacam-macam dan bervariasi. Civil society dalam bahasa
Indonesia mengandung banyak istilah dimana istilah yang satu dengan lainnya
hampir sama. Istilah-istilah tersebut dicetuskan oleh orang-orang yang berbeda
seperti Masyarakat Sipil (Mansour Fakih), Masyarakat Kewargaan (Franz
Magnis Suseno dan M. Ryaas Rasyid), Masyarakat Madani (Anwar Ibrahim,
Nurcholis Madjid, dan M. Dawam Rahardjo).

2. Bagaimana konsep masyarakat madani menurut prespektif islam?

Jawab: Konsep masyarakat madani menurut prespektif islam sudah diatur dalam
Al-Qur’an yang dibagi menjadi 3 jenis yaitu masyarakat terbaik (khairah ummah),
masyarakat seimbang (ummatan wasathan) dan masyarakat moderat (ummah
muqtashidah).

3. Bagaimana karakteristik masyarakat madani menurut prespektif islam?

Jawab: Rasullulah mengajarkan tiga karakteristik keislaman yang menjadi akar


pembangunan masyarakat madani, diantaranya :

1. Islam humanis, berarti bahwa ajaran islam yang diberikan oleh Rasullulah
adalah kompatibel dengan fitrah manusia.

2. Islam moderat, adalah keseimbangan ajaran islam yang diterapkan dalam


berbagai kehidupan manusia baik secara vertikal maupun horizontal.
‫‪Kemoderatan ini yang membuat ajaran islam berbeda dengan ajaran‬‬
‫‪lainnya.‬‬

‫‪3. Islam toleran, kata toleran di dalam ajaran islam berkaitan dengan‬‬
‫‪penganut agama islam sendiri dan penganut agama lain. Apabila dikaitkan‬‬
‫‪dengan kaum muslimin, maka toleran berarti kelonggaran, kemudahan dan‬‬
‫‪fleksibilitas islam.‬‬

‫!‪4. Sebutkan dalil(Al-Qur'an) yang menjelaskan tentang masyarakat madani‬‬

‫‪Jawab: Dalil (Al-Qur’an) yang menjelaskan tentang masyarakat madani, yaitu:‬‬

‫‪1. Q.S Ali Imran 3:110‬‬

‫ون ِب ا هَّلل ِ ۗ َو لَ ْو‬ ‫ون بِ الْ م ع ر ِ‬


‫وف َو َت ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ُت ْؤ ِم ُن َ‬ ‫اس تَ ْأ ُم ُر َ َ ْ ُ‬ ‫ت لِ لنَّ ِ‬‫ُأخ ِر َج ْ‬
‫ُك ْن تُ م خ ي ر َّ ٍ‬
‫ُأم ة ْ‬ ‫ْ ََْ‬
‫ون َو َأ ْك َث ُر ُه مُ ْال َف اسِ قُ ون‬‫ان َخ ْي رً ا لَ ُه ْم ۚ ِم ْن ُه مُ ْال ُم ْؤ ِم ُن َ‬ ‫آم َن َأ هْ ل ُ ْال ِك َت ِ‬
‫اب لَ َك َ‬ ‫َ‬
‫‪2. Q.S Al-Baqarah 2:143‬‬

‫ون ال َّر ُس ول ُ َع لَ ْي ُك ْم َش ِه ً‬
‫يد ا‬ ‫َّاس َو َي ُك َ‬
‫اء َع لَ ى الن ِ‬ ‫ش َه دَ َ‬ ‫ون وا ُ‬ ‫اك ْم ُأ مَّ ًة َو َس ًط ا ل َِت ُك ُ‬‫ِك َج َع ْل َن ُ‬ ‫َو َك ٰ َذ ل َ‬
‫ب َع لَ ٰى‬ ‫ت َع لَ ْي َه ا ِإ اَّل ل َِن عْ لَ مَ َم نْ َي ت َِّب ُع ال َّر ُس ولَ ِم مَّ نْ َي ْن َق لِ ُ‬‫ۗ َو َم ا َج َع ْل َن ا ْال قِ ْب لَ َة ال َِّت ي ُك ْن َ‬
‫يم َان ُك ْم ۚ ِإ نَّ‬
‫يع ِإ َ‬ ‫ض َ‬ ‫ان هَّللا ُ ل ُِي ِ‬
‫ين َه دَ ى هَّللا ُ ۗ َو َم ا َك َ‬ ‫ير ةً ِإ اَّل َع لَ ى الَّ ِذ َ‬ ‫ت لَ َك ِب َ‬‫َع ِق َب ْي هِ ۚ َو ِإ نْ َك َان ْ‬
‫ف َر ِح يمٌ‬ ‫َّاس لَ َر ُء و ٌ‬ ‫هَّللا َ ِب الن ِ‬

‫‪3. Q.S Al-Maidah 5:66‬‬

‫ام وا الت َّْو َر اةَ َو ا ِإْل ْن ِج يلَ َو َم ا ُأ ْن ِز لَ ِإ لَ ْي ِه ْم ِم نْ َر ِّب ِه ْم َأَل َك لُ وا ِم نْ َف ْو قِ ِه ْم َو ِم نْ‬


‫َّه ْم َأ َق ُ‬
‫َو لَ ْو َأ ن ُ‬
‫اء َم ا َي عْ َم لُ َ‬
‫ون‬ ‫ير ِم ْن ُه ْم َس َ‬‫ص َد ة ٌ ۖ َو َك ِث ٌ‬‫ت َأ رْ ُج ل ِِه ْم ۚ ِم ْن ُه ْم ُأ مَّ ةٌ ُم ْق َت ِ‬‫َت ْح ِ‬
5. Jelaskan pengertian nikah secara etimologi dan terminologi.

Jawab: Secara etimologi, pernikahan berarti persetubuhan. Ada pula


yang mengartikannya perjanjian (al-Aqdu). Dan juga pernikahan
adalah percampuran, penyelarasan, atau ikatan. Jika dikatakan, bahwa
sesuatu dinikahkan dengan sesuatu yang lain maka bearti keduanya
saling diikatkan. Secara terminologi, nikah berarti akad antara pihak
laki-laki dan wali perempuan yang karenanya hubungan badan menjadi
halal.

6. Sebutkan rukun nikah dan dalilnya serta jelaskan satu persatu.

Jawab: Dikutip dari Imam Zakaria al-Anshari dalam Fathul Wahab bi Syarhi Minhaj
al-Thalab (Beirut: Dar al-Fikr), juz II, hal. 41, rukun nikah tersebut ialah:

‫يغ ٌة‬ ِ ‫ " َأرْ َكا ُن ُه " َخمْ َس ٌة " َز ْو ٌج َو َز ْو َج ٌة َو َولِيٌّ َو َشاه‬.‫اح َو َغي ِْر َها‬
َ ِ‫ِدَان َوص‬ ِ ‫ فِي َأرْ َك‬:‫َفصْ ٌل‬
ِ ‫ان ال ِّن َك‬
Pasal tentang rukun-rukun nikah dan lainnya. Rukun-rukun nikah ada lima, yakni
mempelai pria, mempelai wanita, wali, dua saksi, dan shighat.

Rukun nikah ada 5 yaitu,

1. Mempelai Pria

Mempelai pria yang dimaksud di sini adalah calon suami yang memenuhi
persyaratan sebagaimana disebutkan pula oleh Imam Zakaria al-Anshari
dalam Fathul Wahab bi Syarhi Minhaj al-Thalab (Beirut: Dar al-Fikr), juz II,
hal. 42:

‫و شرط في الزوج حل واختيار وتعيين وعلم بحل المرأة له‬

“Syarat calon suami ialah halal menikahi calon istri (yakni Islam dan bukan
mahram), tidak terpaksa, ditertentukan, dan tahu akan halalnya calon istri
baginya.”
2. Mempelai Wanita

Mempelai wanita yang dimaksud ialah calon istri yang halal dinikahi oleh
mempelai pria. Seorang laki-laki dilarang memperistri perempuan yang
masuk kategori haram dinikahi. Keharaman itu bisa jadi karena pertalian
darah, hubungan persusuan, atau hubungan kemertuaan.

3. Wali

Wali disini ialah orang tua mempelai wanita baik ayah, kakek maupun
pamannya dari pihak ayah (‘amm), dan pihak-pihak lainnya. Secara
berurutan, yang berhak menjadi wali adalah ayah, lalu kakek dari pihak
ayah, saudara lelaki kandung (kakak ataupun adik), saudara lelaki seayah,
paman (saudara lelaki ayah), anak lelaki paman dari jalur ayah.

4. Dua Saksi

Dua saksi ini harus memenuhi syarat adil dan terpercaya. Imam Abu Suja
dalam Matan al-Ghayah wa Taqrib (Surabaya: Al-Hidayah, 2000), hal. 31
mengatakan, wali dan dua saksi membutuhkan enam persyaratan, yakni
Islam, baligh, berakal, merdeka, lelaki, dan adil.

5. Shighat

Shighat di sini meliputi ijab dan qabul yang diucapkan antara wali atau
perwakilannya dengan mempelai pria.

Anda mungkin juga menyukai