TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rosanales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa hybrida.
Tim Direktorat Bina Produksi Hortikultura (1998) mencatat bahwa ada sembilan
kelompok utama varietas mawar, yaitu:
1. Hybrid tea : Jenis bunga potong yang bertangkai panjang dengan bunga
tunggal di ujungnya sehingga tampak megah dan cantik.
2. Floribunda : Jenis bunga potong dan tanaman taman yang bunganya cukup
besar dengan warna bervariasi dan tangkai tegak panjang.
3. Grandiflora : Bunganya berukuran raksasa dengan diameter dapat mencapai
7,5-12,5 cm.
4. Climbing rose : Diameter bunga berkisar antara 5-15 cm dan tumbuh
merunduk karena beratnya cabang serta tersusun dalam tandan yang jarang.
Kelompok mawar ini pertumbuhannya sangat lamban dibandingkan kelompok
lain dan rata-rata baru dapat berbunga setelah umurnya lebih dari dua tahun.
5. Polyantha : Jenis mawar taman dengan warna bunga yang sangat beraneka
ragam, bunganya kecil dengan garis tengah sekitar 5 cm dan di dekat pucuk
cabangnya terdapat banyak ranting yang masing-masing memiliki sekuntum
bunga.
6. Hybrid perpetual : Jenis mawar yang diameter bunganya sangat lebar (15 cm)
dan juga merupakan kelompok mawar yang sudah sulit dalam literatur.
Tidak hanya sebagai hiasan, bunga mawar juga ternyata bisa dimakan untuk
dijadikan obat. Aroma dan rendaman air bunga mawar mampu meredakan stres,
mengatasi nyeri saat haid, dan membantu menjaga kesehatan kulit. Karena air
mawar mengandung astringent yang bersifat menghilangkan racun (Khaerani,
2014). Bunga Mawar juga memiliki efek farmakologis diantaranya melancarkan
sirkulasi darah, menormalkan anti radang, menghilangkan bengkak dan menetralisir
racun. Bunga dan akar dalam kondisi segar dapat dimanfaatkan untuk mengobati
beberapa penyakit seperti batuk darah dan campak (Hariana, 2005). Dalam buku
Tanaman Obat Untuk Mengobati Jantung Koroner dan Menyembuhkan Stroke
bunga Mawar juga memiliki khasiat menghilangkan bau mulut dan mengobati
stroke.
Senyawa flavonoida diturunkan dari unit C6-C3 (fenil propana) yang bersumber
dari asam sikimat (via fenilalanin) dan unit C6 yang diturunkan dari jalur
poliketida. Fragmen poliketida ini disusun dari tiga molekul malonil-KoA yang
bergabung dengan unit C6-C3 (sebagai KoA tioester) untuk membentuk unit awal
triketida. Oleh karena itu, flavonoid yang berasal dari biosintesis gabungan terdiri
atas unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur poliketida.
6 3
4
5
O
1. Flavonoid O-glikosida.
Flavonoid biasanya terdapat sebagai flavonoid O-glikosida, pada senyawa
tersebut satu gugus hidroksi flavonoid (atau lebih) terikat pada satu gula
(atau lebih) dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam. Pengaruh
glikosilasi meyebabkan flavonoid menjadi kurang reaktif dan lebih mudah
larut dalam air (cairan). Glukosa merupakan gula yang paling umum
terlibat, walaupun galaktosa, ramnosa, xilosa, dan arabinosa sering juga
terdapat. Salah satu kelompok senyawa flavonoida-o-glikosida
ditunjukkan pada gambar 2.2 di bawah ini:
OH
ROH2C
O
HO O O
HO OH
OH O
2. Flavonoid C-glikosida.
Gula dapat juga terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini gula
tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-
karbon. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Sekarang gula yang
terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam
inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat ternyata jauh lebih sedikit
ketimbang jenis gula pada O-glikosida. Jenis aglikon flavonoid yang
terlibat pun sangat terbatas. Salah satu kelompok senyawa flavonoida C-
glikosida ditunjukkan pada gambar 2.3 Jadi, walau pun isoflavon,
HO
HO
CH2 OH
HO O OH
HO O
OH O
3. Flavonoid Sulfat
Gabungan flavonoid lain yang mudah larut dalam air yang mungkin
ditemukan hanya flavonoid sulfat. Senyawa ini mengandung satu ion
sulfat atau lebih, yang terikat pada hidroksil fenol atau gula.
4. Biflavonoid
OH
HO O OH
HO O
OH O
OH O
Gambar 2.4Amentoflavon
1. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol karena pada flavon tak terdapat
penyulihan 3-hidroksi. Hal ini mempengaruhi serapan UV-nya, gerakan
kromatografinya, serta reaksi warnanya, dan karena itu flavon dapat
dibedakan dari flavonol. Flavon terdapat juga sebagai glikosida tetapi lebih
sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol. Jenis yang paling umum
ialah 7-glukosida, contohnya luteolin 7-glukosida. Struktur senyawa
Flavon dapat dilihat pada gambar 2.5 di bawah ini:
B
O
A C
2. Flavonol
Flavonol sangat tersebar luas di dalam tumbuhan, baik sebagai kopigmen
antosianin dalam daun bunga maupun dalam daun tumbuhan tinggi. Dalam
tumbuhan terdapat banyak sekali glikosida flavonol. Sampai saat ini yang
paling umum adalah kuersetin 3-rutinosida yang dikenal sebagai rutin.
O B
A C
OH
O
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan senyawa yang tidak begitu mencolok, tetapi senyawa
ini penting sebagai fitoaleksin (senyawa pelindung) dalam tumbuhan untuk
pertahanan terhadap penyakit. Adapun struktur senyawa Isoflavon
ditunjukkan pada gambar 2.7. Isoflavon menunjukkan aktivitas sebagai
estrogenik, insektisida, dan antifungi
O
A C
B
O
4. Flavanon
Flavanon adalah senyawa tanwarna yang tak dapat dideteksi pada
pemeriksaan kromatografi kecuali bila menggunakan penyemprot
kromogen. Uji warna yang penting dalam larutan alkohol ialah reduksi
dengan serbuk Mg dan HCl pekat. Struktur senyawa Flavanon dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
B
O
A C
O
Gambar 2.8 Flavanon (Robinson, 1995).
B
O
A C
OH
O
Gambar 2.9 Flavanonol (Harborne, 1987).
6. Antosianin
Antosianin adalah pigmen daun bunga merah sampai biru yang biasa,
banyaknya sampai 30% bobot kering dalam beberapa bunga. Antosianin
terdapat juga dalam bagian lain tumbuhan tinggi kecuali fungus. Struktur
senyawa Antosianin dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
+ B
O
A C
OH
Gambar 2.10 Antosianin (Harborne, 1987).
7. Katekin
Katekin dan proantosianidin adalah dua golongan senyawa yang
mempunyai banyak kesamaan. Semuanya senyawa tanpa warna, terdapat
pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama dalam tumbuhan berkayu
OH
OH
B
HO O
C
A
OH
OH
OH
OH
B
HO O
A C
OH
HO OH
9. Kalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat tua dengan
sinar UV bila dikromatografi kertas. Aglikon khalkon dapat dibedakan
dari glikosidanya karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat
bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air, adapun struktur
senyawa Kalkon dapat dilihat pada gambar 2.13 di bawah ini :
B
A
O
Gambar 2.13 Kalkon (Harborne, 1987).
10. Auron
Seperti kalkon, senyawa ini tampak pada kromatogram kertas berupa
bercak kuning. Dengan sinar UV akan tampak berbeda, warna auron
berubah menjadi merah jingga bila diuapi ammonia. Struktur senyawa
Auron dapat dilihat pada gambar 2.14 di bawah ini:
O
A CHB
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi bila
didiamkan dalam larutan basa dan disamping itu terdapat banyak oksigen maka
akan banyak yang terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak
tersulih atau suatu gula, flavonoida merupakan senyawa polar maka umumnya
flavonoida larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH),
butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF),
air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada flavonoida cenderung
menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air(Markham, 1988).
HOOC Sinamil
alkohol LiIGNIN
OH OH
H
HO OH HO O
OH
OH O
O HO OH
(-)-Flavanon
Khalkon
OH O
Dihidrokhalkon
OH
HO O
O
CH OH
OH O
O
Auron Flavon
HO O HO O
OH OH O
OH O
OH
Isoflavon Pterokarpan
OH
H
HO O
HO O
O
OH
H
OH O
OH O
(+) -Dihidroflavonol OH
(OH) Rotenoid
OH
OH
H
HO O OH OH
HO O HO O
OH
OH OH
(+) -Katekin OH
(OH) OH OH O
OH Antosianidin Flavonol
H
HO O
OH
OH
(-)-Epikatin
Gambar 2.15 Biosintesa hubungan antara jenis monomer flavonoida dari alur
asetat-malonat dan alur sikimat (Markham, 1988).
Ekstraksi
Skrining
Skrining silang
Elusidasi Struktur
2.3.1 Ekstraksi
2.3.2 Partisi
Metode pemisahan yang mungkin paling sederhana adalah partisi, yang banyak
digunakan sebagai tahap awal pemurnian ekstrak. Partisi menggunakan dua
pelarut tak bercampur yang ditambahkan kedalam ekstrak tersebut, hal ini dapat
dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan dua pelarut yang tak
bercampur yang kepolarannya meningkat. Partisi biasanya dilakukan melalui dua
tahap:
2.3.3 Hidrolisis
Prosedur yang digunakan untuk hidrolisis asam dari flavonoid glikosida adalah,
sebanyak 2 mg sampel flavonoid glikosida dicampur dengan asam klorida 6%
sebanyak 5 ml dengan jumlah metanol yang sangat sedikit pada sampel untuk
membuat proses hidrolisis menjadi sempurna. Larutan dipanaskan selama 45
menit lalu didinginkan, kemudian ekstrak sepenuhnya dilarutkan dengan eter.
Penguapan dari larutan akan mengendapkan ramnosa dan glukosa. Lapisan eter,
setelah dikeringkan dengan menggunakan natrium sulfat akan didapatkan aglikon
flavonoid setelah diuapkan (Mabry et al, 1970).
2.3.4 Kromatografi
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael
Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman
dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi
kalsium karbonat (CaCO3). Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan
yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase).
Teknik kromatografi telah berkembang dan telah digunakan untuk memisahkan
dan mengkuantifikasi berbagai macam komponen yang kompleks, baik komponen
organik maupun komponen anorganik.
Proses Sorpsi
Sorpsi merupakan proses pemindahan solut dari fase gerak ke fase diam,
sementara itu proses sebaliknya (pemindahan solut dari fase diam ke fase gerak)
disebut dengan desorpsi. Kedua proses ini (sorpsi dan desorpsi) terjadi secara
terus menerus selama pemisahan kromatografi karenanya sistem kromatografi
berada dalam keadaan kesetimbangan dinamis. Solut akan terdistribusi diantara
dua fase yang bersesuaian dengan perbandingan distribusinya (D) untuk menjaga
keadaan kesetimbangan ini. Ada 4 jenis mekanisme sorpsi dasar dan umumnya 2
atau lebih mekanisme ini terlibat dalam satu jenis kromatografi. Keempat jenis
tersebut adalah adsorpsi, partisi, pertukaran ion, dan eksklusi ukuran.
Silika gel merupakan jenis adsorben (fase diam) yang penggunaannya paling luas.
Permukaan silika gel terdiri atas gugus Si-O-Si dan gugus silanol (Si-OH). Gugus
silanol bersifat sedikit asam dan polar karenanya gugus ini mampu membentuk
ikatan hidrogen dengan solut-solut yang agak polar sampai sangat polar.
Adanya air dari atmosfer yang diserap oleh permukaan silika gel mampu
mendeaktifkan permukaan silika gel karena air akan menutup sisi aktif silika gel.
Hal seperti ini dapat diatasi dengan memanaskan pada suhu 1050C, meskipun
demikian reprodusibilitasnya sulit dicapai kecuali jika suhu dan kelembapan
benar-benar dijaga secara hati-hati. Semakin polar solut maka akan semakin
tertahan kuat ke dalam adsorben silika gel ini. Berikut merupakan kepolaran dari
beberapa adsorben menurut Gandjar dkk (2007) yang disajikan pada tabel 2.1
berikut:
3 Silika gel
4 Selulosa
Teknik kromatografi lapis tipis (KLT) sangat bermanfaat untuk analisis obat dan
bahan lain dalam laboratorium karena hanya memerlukan peralatan sederhana,
waktu cukup singkat (15-60 menit), dan jumlah zat yang diperiksa cukup kecil
(kira-kira 0,01 g senyawa murni atau 0,1 g simplisia) (Harmita, 2009).
KLT pada penelitian flavonoid ialah sebagai cara analisis cepat yang
memerlukan bahan yang sangat sedikit. Menurut pengalaman pengarang, KLT
terutama berguna untuk tujuan berikut :
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi
(gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang
dilengkapi keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran
pelarut. Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam, tetapi biasanya panjangnya
sekurang-kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin saja sampai 100
kalinya. Ukuran kolom dan banyaknya penjerap yang dipakai ditentukan oleh
bobot campuran sampel yang akan dipisahkan.
Sebagian besar pemakaian kromatografi lapis tipis preparatif hanya dalam jumlah
miligram. Kromatografi lapis tipis preparatif bersama-sama dengan kromatografi
kolom terbuka, dijumpai sebagian besar dalam isolasi bahan alam. Penjerap yang
paling umum digunakan adalah silika gel dan dipakai untuk pemisahan campuran
senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil. Ukuran partikel dan porinya
kurang lebih sama dengan ukuran tingkat KLT.
2.4.Teknik Spektroskopi
1. Energi rotasi (energi putaran). Energi ini disebabkan oleh perputaran molekul
pada pusat gaya berat molekul tersebut.
4. Energi Translasi. Energi translansi adalah energi kinetik atom atau molekul
yang dimiliki untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain
(Harmita.2009)
Serapan molekul di dalam daerah ultraviolet dan terlihat dari spektrum bergantung
pada struktur ultraelektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi,
menghasilkan percepatan dari elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital
yangberenergi lebih tinggi di dalam keadaan tereksitasi (Silverstein,1986).
Ciri spektrum khas jenis flavonoid utama dengan pola oksigenasi yang setara
disajikan pada tabel 2.2 dibawah ini :
230-270
6. 340-390 Khalkon
(kekuatan rendah)
230-270
7. 380-430 Auron
(kekuatan rendah)
Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi
getaran (vibrasi) yang berlainan. Inti-inti atom yang terikat oleh ikatan kovalen
mengalami getaran (vibrasi) atau osilasi (oscillation) dengan cara serupa dengan
dua bola yang terikat oleh suatu pegas.
Oleh karena itu suatu ikatan tertentu dapat menyerap energi lebih dari satu
panjang gelombang. Contohnya, ikatan O-H menyerap energi pada frekuensi 3330
cm-1, energi pada panjang gelombang ini menyebabkan kenaikan vibrasi regang
ikatan O-H itu.
Suatu ikatan O-H itu juga menyerap pada kira-kira 1250 cm-1, energi pada
panjang gelombang ini menyebabkan kenaikan vibrasi lentur. Tipe vibrasi yang
berlain-lainan ini disebut cara vibrasi fundamental (Supratman, 2010).
pergeseran dalam
δ=
frekuensi spektrometer dalam M
Unsur dasar dari spektrometer nmr adalah ilustrasi skematis. Sampel
dilarutkan dalam pelarut yang tidak memiliki proton (biasanya CCl 4) dan dalam
jumlah yang kecil dari TMS yang ditambahkan sebagai pusat referensi internal.
Semua proton dalam molekul yang identik dalam lingkungan kimia akan
memiliki pergerseran kimia yang sama. Dengan demikian, semua proton dari
TMS atau semua proton dalam benzena, siklopentana, atau aseton memiliki nilai
resonansi yang berdekatan pada nilai δ. Masing-masing komponen akan memiliki
penyerapan yang tunggal dalam spektrum nmr. Proton ini dikatakan sama secara
kimia. Pada kenyataannya, spektrum tidak dapat hanya dibedakan dari berapa
banyak tipe proton yang berbeda pada molekul tersebut, tetapi dapat
memperlihatkan berapa banyak jenis perbedaan yang ada dalam molekul tersebut.
Dalam spektrum nmr, daerah dibawah masing-masing peak adalah proporsional
dengan jumlah dari hidrogen yang ada pada peak tersebut (Pavia, 2009).