Anda di halaman 1dari 92

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan institusi (suatu kesatuan fungsi yang di dalam

UUD disebut sebagai fasilitas kesehatan) yang memberikan pelayanan medis

sekunder atau rujukan, baik yang sifatnya relative sederhana yaitu perawatan

maupun pelayanan medis yang kompleks sering disebut pelayanan tersier

seperti bedah jantung dan bedah otak(1). Rumah sakit sebagai fasilitas

kesehatan merupakan suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan ,baik promotif, preventif,

kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan atau

masyarakat(1).

Rumah sakit sebagai sebuah organisasi pelayanan kesehatan

membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, mempunyai keahlian

di bidang kesehatan secara profesional, sehingga mempermudah rumah sakit

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan SDM rumah sakit ini

masih lemah karena belum didukung oleh informasi sumber daya manusia

kesehatan yang memadai, masih kurang serasinya antara kebutuhan dan

pengadaan berbagai jenis sumber daya manusia kesehatan, kualitas hasil

pendidikan sumber daya manusia kesehatan dan pelatihan kesehatan pada

umumnya masih belum merata, serta kurangnya pemerataan sumber daya

manusia kesehatan yang berkualitas(2).

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa jumlah

perawat di seluruh dunia pada tahun 2011 ada 19,3 juta perawat(3).

1
2

Sedangkan di Indonesia jumlah perawat di rumah sakit terdapat 147.264

orang perawat (45,65 %) dari seluruh jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit.

Secara nasional, rasio perawat adalah 87,65 per 100.000 penduduk. Hal ini

masih jauh dari target 2019 yaitu 180 per 100.000 penduduk(4). Rasio

perawat di Yogyakarta sebanyak 122,74 per 100.000 penduduk, dan di Kulon

Progo rasio perawatnya sebanyak 84,91 per 100.000 penduduk, masih jauh

dari target yang sebesar 158 per 100.000 penduduk(5). Hal ini menunjukkan

bahwa tenaga perawat masih sangat terbatas, dan keterbatasan ini bisa

menyebabkan beban kerja perawat menjadi tinggi.

Penelitian mengenai beban kerja tenaga keperawatan telah dilakukan

di RSU Kota Tangerang Selatan, dimana hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa beban kerja di instalasi rawat inap Kelas II dan Kelas III di RSU Kota

Tangerang Selatan tergolong berat karena beban kerja produktif berada diatas

80% dan dari hasil perhitungan didapatkan adanya kekurangan tenaga

perawat di instalasi rawat inap kelas II dan kelas III sebanyak 9 orang.(6).

Penelitian lainnya juga dilakukan pada Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota

Semarang didapatkan gambaran bahwa beban kerja perawat sebagian besar

adalah tinggi yaitu sebanyak 27 responden (93,1%). Stres kerja perawat

sebagian besar adalah stress sedang sebanyak 24 responden (82,8%).

Terdapat hubungan antara beban kerja dengan stress kerja perawat di RSUD

Kabupaten Semarang, p value 0,000 (α: 0,05)(7).

RSUD Wates memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 456 tempat

tidur dengan jumlah perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap sebanyak 300
3

orang. Menurut Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 bahwa RS Tipe B jumlah

kebutuhan tenaga keperawatan sama dengan jumlah tempat tidur pada

instalasi rawat inap(8). Jika dilihat dari jumlah yang ada di RSUD Wates,

jumlah perawat yang 300 orang belum sama dengan jumlah tempat tidur yang

ada sebanyak 456 tempat tidur di ruang rawat inap, jika dibandingkan dengan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 maka di RSUD Wates

ada kekurangan tenaga perawat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala

Bidang Keperawatan dan Kebidanan RSUD Wates menyatakan bahwa

sebelum tahun 2014 penghitungan kebutuhan tenaga perawat dihitung

menggunakan rumus dari Depkes, tetapi mulai dari tahun 2014 menggunakan

Analisa Beban Kerja (ABK) sesuai dengan Peraturan Ka BKN Nomor 21

Tahun 2011. Jumlah pasien yang masuk pada tahun 2015 adalah 19.362

pasien, pada tahun 2016 meningkat menjadi 19.728 pasien. Adanya

peningkatan jumlah pasien ini memungkinkan beban kerja perawat juga

meningkat.

Berkaitan dengan beban kerja perawat, dari hasil wawancara dengan

kepala ruang salah satu ruang rawat inap kelas III mengungkapkan bahwa

beban kerja di Gardenia cukup berat khususnya shift pagi, karena shift pagi

terdapat banyak kegiatan seperti mengganti sprei, dresing infus, visite dokter,

perawatan luka, membuat askep dan kegiatan lainnya. Hal ini tidak didukung

oleh tenaga keperawatan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan dan

jumlah pasien, sehingga perawat merasakan beban kerja yang berat. Salah

satu perawat mengatakan bahwa shift yang yang paling sibuk adalah shift
4

sore, karena banyak kegiatan seperti memulangkan pasien, menerima pasien

baru, mengambil obat ke apotik, dan memindahkan pasien ke ruang rawat

inap yang lain. Kegiatan yang begitu banyak menyebabkan perawat

kekurangan waktu untuk berisitirahat.

Berdasarkan uraian dan gambaran ruang rawat inap kelas III tersebut,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan jumlah

tenaga perawat dengan beban kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap

Kelas III di RSUD Wates.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Apakah ada hubungan antara jumlah tenaga perawat dengan beban kerja

perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates? ”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara jumlah tenaga perawat dengan beban kerja

perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas

III RSUD Wates.

b. Mengetahui jumlah tenaga perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap

Kelas III RSUD Wates.

c. Mengetahui besar beban kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap

Kelas III RSUD Wates.


5

d. Mengetahui ruang rawat inap kelas III yang memiliki beban kerja

paling tinggi di RSUD Wates.

e. Mengetahui keeratan hubungan antara jumlah tenaga perawat dengan

beban kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas III RSUD

Wates.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di

bidang manajemen keperawatan, khususnya dalam lingkup jumlah tenaga

kesehatan dan beban kerja.

2. Manfaat Praktis

a. RSUD Wates

Menjadi bahan masukan bagi Manajemen RSUD Wates khususnya

bidang SDM untuk membuat perencanaan kebutuhan tenaga di Ruang

Rawat Inap dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan dan kesejateraan perawatnya.

b. Universitas Alma Ata

Sebagai referensi menambah wawasan mahasiswa yang berkaitan

dengan upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan.

c. Profesi Keperawatan

Mendapatkan ilmu pengetahuan tentang hubungan jumlah tenaga

perawat dengan beban kerja perawat pelaksana.


6

d. Peneliti Lain

Sebagai bahan dasar untuk penelitian lanjutan yang terkait dengan

pengelolaan sumber daya manusia keperawatan di Rumah Sakit.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain :

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan


Peneliti Penelitian Penelitian
1 Edi Hubungan Deskriptif Ada Variabel Tempat :
Sukoco beban kuantitatif hubungan penelitian penelitian
(2017) kerja beban kerja :beban sebelumn
perawat perawat kerja ya di IGD
dengan dengan RSUP
kepatuhan kepatuhan Sampling : DR.Sardji
dalam dalam total to,
pengelolaa pengolahan sampling sedangkan
n sampah sampah penelitian
medis di medis di ini di
instalasi Instalasi ruang
gawat Gawat rawat inap
darurat Darurat kelas III
RSUP RSUP RSUD
DR.Sardjit DR.Sardjito Wates.
o Yogyakarta,
Yogyakart dengan nilai Analisa
a(9) X2 =16,12 penelitian
dan ρ = sebelumn
0.000059 < ya dengan
0.05 artinya chi
proporsi Square,
perawat sedangkan
yang tidak penelitian
patuh jauh ini
lebih besar mengguna
pada kan
kelompok Kendal
deAngan Tau
beban kerja
tinggi
7

2 Rini Hubungan Observasi Ada Salah satu


Desain
Sylvana beban onal hubungan variabel :
penelitian
Tamaka kerja beban kerja beban sebelumn
(2015) dengan dengan kerja. ya dengan
pendokum pendokume observasi
entasian ntasian di Sampel : onal,
asuhan Instalasi total sedangkan
keperawat Gawat sampling penelitian
an di Darurat ini dengan
Instalasi Medik deskriptif
Gawat RSUP. Prof. korelatif.
Darurat Dr. R.D Tempat
medik Kandou penelitian
RSUP Manado. sebelumn
Prof. DR Hasil ya di IGD,
R.D penelitian sedangkan
Kandou dengan penelitian
Manado(1 menggunak ini di
0) an uji chi ruang
square pada rawat inap
continuity kelas III.
correction Analisa
dengan data
tingkat penelitian
kemaknaan sebelumn
α = 0,05 ya dengan
atau 95 %. chi
Hasil uji square,
beban kerja sedangkan
dengan penelitian
pendokume ini dengan
ntasian Kendal
asuhan tau
keperawata
n di
dapatkan
nilai p value
= 0,008.
8

3 Haryant Hubungan Deskriptif Beban kerja Salah satu Tempat


i,(2013) antara Korelasi perawat variabel : penelitian
beban sebagian beban sebelumn
kerja besar adalah kerja. ya di IGD,
dengan tinggi yaitu penelitian
stres kerja sebanyak 27 Sampling : ini di
di Instalasi responden Total ruang
Gawat (93,1%). sampling. rawat inap
Darurat Stres kerja kelas III.
RSUD perawat Analisa Alat ukur
Kabupaten sebagian data : penelitian
Semarang. besar adalah Kendal sebelumn
(7) stres sedang tau ya dengan
sebanyak 24 daily lod,
responden sedangkan
(82,8%). penelitian
Terdapat ini dengan
hubungan kueseione
antara r SWAT.
beban kerja
dengan stres
kerja
perawat di
RSUD
Kabupaten
Semarang
, p value
0,000 (α:
0,05)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

a. Sumber Daya Manusia.

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor penting

dalam suatu perusahaan atau organisasi. Oleh karena itu, SDM harus

dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal

dengan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)(11). Manajemen

Sumber Daya Manusia merupakan perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan,

pengembangan, pengadaan, pemberian kompensasi, pengintegrasian,

pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar mencapai

tujuan organisasi dan masyarakat(11).

b. Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia, antara lain :

1) MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan

tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya

tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat(12).

2) MSDM adalah desain sistem manajemen untuk memastikan

bahwa bakal manusia digunakan secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan organisasi (13)

9
10

3) MSDM meliputi pekerjaan (analisis kerja, deskripsi kerja,

rekrutmen dan seleksi, mengelola catatan staf dan database, dan

distribusi staf), retensi dan penggantian (jenjang karir, promosi,

keluhan dan prosedur pemberhentian, kondisi lingkungan tempat

kerja, dan intensif sistem penghargaan), dukungan (mentoring,

supervisi, komunikasi dan konsultasi, dan hubungan majikan –

buruh dan perwakilan bersama), dan pengembangan staf (review

kinerja individu dan pelatihan)(12).

c. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia.

Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia meliputi(12) :

1) Perencanaan

Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif

serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam

membantu mewujudkan tujuan.

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua

karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,

delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan

organisasi.

3) Pengarahan

Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua

karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien
11

dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan

masyarakat.

4) Pengendalian

Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua

karyawan agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan

bekerja sesuai rencana.

5) Pengadaan

Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi,

penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan

sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan

membantu terwujudnya tujuan.

6) Pengembangan

Pengembangan (development) adalah proses peningkatan

keterampilan teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan

melalui pendidikan dan pelatihan..

7) Kompensasi

Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa

langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang

kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada

perusahaan.

8) Pengintegrasian

Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk

mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan


12

karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling

menguntungkan.

9) Pemeliharaan

Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara

atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan,

agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun.

10) Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci

terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud

tujuan yang maksimal.

11) Pemberhentian

Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja

seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan

oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja

berakhir, pensiun, dan sebab-sebab lainnya.

2. Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan.

Sumber Daya Manusia Kesehatan yang selanjutnya disingkat

dengan SDMK adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang

kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun

tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam

melakukan upaya kesehatan. Sedangkan Tenaga Kesehatan adalah setiap

orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang


13

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan(14).

3. Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Perencanaan didefinisikan sebagai metode sistematis yang mencoba

untuk mendapatkan tujuan eksplisit masa depan melalui penggunaan

sumber daya yang efisien dan sesuai, tersedia saat ini dan di masa

mendatang(13). Perencanaan tenaga kesahatan adalah suatu alat dan/atau

tempat promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan

oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat(14).

a. Tujuan dan manfaat perencanaan kebutuhan sumber daya manusia

kesehatan.

Perencanaan kebutuhan SDMK bertujuan untuk menghasilkan

rencana kebutuhan SDMK yang tepat meliputi jenis, jumlah, dan

kualifikasi sesuai kebutuhan organisasi berdasarkan metode

perencanan yang sesuai dalam rangka mencapai tujuan

pembangunan kesehatan. Perencanaan SDMK dapat memberikan

beberapa manfaat baik bagi unit organisasi maupun bagi pegawai.

Manfaat-manfaat tersebut antara lain(14):

1) Manfaat bagi institusi

a) Bahan penataan/penyempurnaan struktur organisasi.

b) Bahan penilaian prestasi kerja jabatan dan prestasi kerja unit.

c) Bahan penyempurnaan sistem dan prosedur kerja.

d) Bahan sarana peningkatan kinerja kelembagaan.


14

e) Bahan penyusunan standar beban kerja jabatan.

f) Penyusunan rencana kebutuhan pegawai secara riil sesuai

dengan beban kerja organisasi.

g) Bahan perencanaan mutasi pegawai dari unit yang berlebihan

ke unit yang kekurangan.

h) Bahan penetapan kebijakan dalam rangka peningkatan

pendayagunaan sumber daya manusia.

2) Manfaat bagi wilayah

a) Bahan perencanaan distribusi.

b) Bahan perencanaan redistribusi (pemerataan).

c) Bahan penyesuaian kapasitas produksi.

d) Bahan pemenuhan kebutuhan SDMK.

e) Bahan pemetaan kekuatan/potensi SDMK antar wilayah.

f) Bahan evaluasi dan penetapan kebijakan pemerataan,

pemanfaatan, dan pengembangan SDMK.

b. Metode penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia

kesehatan.

Metode perencanaan SDMK dikelompokkan sebagai berikut(15) :

1) Metode berdasarkan Institusi, yang digunakan adalah:

a) Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK Kes).

(1) Tujuan : Merencanakan kebutuhan SDMK baik di

tingkat manajerial maupun tingkat pelayanan, sesuai


15

dengan beban kerja sehingga diperoleh informasi

kebutuhan jumlah pegawai.

(2) Lingkup penggunaan : Tingkat institusi, dan dapat

dilakukan rekapitulasi di tingkat jenjang administrasi

pemerintahan selanjutnya. Metode ini juga dapat

digunakan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan swasta

(3) Data minimal yang diperlukan :

(a) SOTK (Susunan Organisasi Tata Kerja)

(b) Institusi/ Fasilitas Pelayanan Kesehatan

(c) Jenis tugas dan Uraian pekerjaan perjabatan hasil

analisis jabatan.

(d) Hasil kerja/cakupanper jabatan

(e) Norma waktu

(f) Jam kerja efektif

(g) Waktu kerja tersedia

(h) Jumlah SDMK per jabatan

b) Standar ketenagaan minimal.

(1) Tujuan : Merencanakan kebutuhan SDMK untuk

Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit dan

Puskesmas) yang akan atau baru berdiri atau yang

berada di daerah terpencil, sangat terpencil, perbatasan,

tertinggal dan tidak diminati.


16

(2) Lingkup penggunaan : Tingkat institusi, dan dapat

dilakukan rekapitulasi di tingkat jenjang administrasi

pemerintahan selanjutnya.

(3) Data minimal yang diperlukan : Jenis dan jumlah

SDMK yang tersedia di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

yang akan dihitung kebutuhan SDMK nya.

2) Metode berdasarkan Wilayah

Metode yang digunakan adalah Metode “Ratio Penduduk” yakni

Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk di suatu

wilayah.

a) Tujuan : Menghitung SDMK untuk memperoleh informasi

proyeksi jumlah ketersediaan, kebutuhan, dan kapasitas

produksi di suatu wilayah pada waktu tertentu.

Menghasilkan peta proyeksi ketersediaan, kebutuhan, dan

kapasitas produksi (potensi) SDMK antar wilayah pada

waktu tertentu.

b) Lingkup penggunaan : Tingkat wilayah terutama di tingkat

nasional dan tingkat provinsi

c) Data minimal yang diperlukan :

(1) Jumlah nilai tertentu (yg menjadi patokan rasio) di awal

tahun proyeksi.

(2) Jumlah ketersediaan SDMK diawal tahun.


17

(3) % laju pertumbuhan nilai tertentu (yg menjadi patokan

rasio).

(4) % pegawai pengangkatan baru dan pindah masuk.

(5) % pegawai yg keluar (pensiun, pindah keluar,

meninggal, tidak mampu bekerja karena sakit/cacat,

dan yg mengundurkan diri atau dipecat).

Metode perencanaan SDMK lainnya adalah sebagai berikut(14) :

1) Authorized Staffing List (Daftar Susunan Pegawai atau DSP ).

DSP ini dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dengan

memperhitungkan beban kerja.

2) Work Load Indicator Staff Need (WISN) atau Indikator Kebutuhan

tenaga berdasarkan beban kerja sehingga alokasi/relokasi akan

lebih mudah dan rasional.

3) Skenario/proyeksi dari WHO. Metode ini bisa dilakukan dengan

membuat proyeksi ke depan mengenai sarana pelayanan kesehatan

(rumah sakit dan puskesmas) atau bisa juga dengan menggunakan

proyeksi program pembangunan kesehatan. Dengan memakai

perencanaan skenario kita akan dapat menunjukkan konsekuensi

yang terjadi apabila kita memilih suatu kebijakan atau tindakan.

Dengan memahami berbagai skenario yang mungkin terjadi di

masa depan, kita akan dapat membuat proyeksi kebutuhan SDM

yang akan datang.

4) Penyusunan kebutuhan tenaga untuk bencana.


18

4. Beban Kerja

a. Pengertian beban kerja

Beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus

diselesaikan oleh tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun

dalam satu sarana pelayanan kesehatan(15). Pengertian lainnya,

beban kerja yaitu jumlah total waktu keperawatan baik secara

langsung atau tidak langsung dalam memberikan pelayanan

keperawatan yang diperlukan oleh pasien dan jumlah perawat yang

diperlukan untuk memberikan pelayanan tersebut. Oleh karena itu,

penting adanya untuk melakukan pengukuran beban kerja dengan

cara analisa beban kerja (16).

Analisis beban kerja salah satu metode untuk menghasilkan

perhitungan kebutuhan sumber daya manusia yang sesuai dengan

kualifikasi yang dipersyaratkan pada masing-masing jabatan. Hasil

Analisis Beban Kerja juga dapat digunakan sebagai tolak ukur bagi

pegawai/unit organisasi dalam melaksanakan kegiatannya, yaitu

berupa norma waktu penyelesaian pekerjaan, tingkat efisiensi kerja,

dan standar beban kerja dan prestasi kerja, menyusun formasi

pegawai,serta penyempurnaan sistem prosedur kerja dan manajemen

lainnya.Selain itu juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk

meningkatkan produktivitas kerja serta langkah-langkah lainnya

dalam rangka meningkatkan pembinaan, penyempurnaan dan


19

pendayagunaan aparatur negara baik dari segi kelembagaan,

ketatalaksanaan maupun kepegawaian (17).

Beban kerja yang tinggi dapat meningkatkan terjadinya

komunikasi yang buruk antar perawat dengan pasien, kegagalan

kolaborasi antara perawat dan dokter, keluarnya perawat dan

ketidakpuasan kerja perawat. Beban kerja perawat pada sebuah unit

dapat diperkirakan dengan mengumpulkan data tentang: jumlah

pasien yang masuk pada unit itu setiap hari/bulan/ tahun, kondisi

atau tingkat ketergantungan pasien di unit tersebut, rata-rata hari

perawatan, jenis tindakan yang dibutuhkan pasien, frekuensi masing-

masing tindakan keperawatan yang dilakukan, rata-rata waktu yang

dibutuhkan untuk memberi tindakan keperawatan(18).

b. Faktor yang mempengaruhi beban kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain (19):

1) Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh

pekerja, seperti;

a) Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata

ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja,

sikap kerja, dan tugas-tugas yang bersifat psikologis, seperti

kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab

pekerjaan.
20

b) Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu

istirahat, shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan,

model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

c) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan

kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja

psikologis

2) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam

tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor

internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran

tubuh, status gizi, dankondisi kesehatan) dan faktor psikis

(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

c. Jenis tindakan keperawatan

Jenis kegiatatan perawat yang dapat menentukan besarnya beban

kerja perawat yaitu(20):

1) Kegiatan keperawatan langsung.

Aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada

hubungannya secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis,

dan spiritual pasien. Kebutuhan ini meliputi: komunikasi,

pemberian obat, pemberian makan dan minum, kebersihan diri,

serah terima pasien dan prosedur tindakan, seperti: mengukur

tanda vital, merawat luka, persiapan operasi, melaksanakan


21

observasi, memasang dan observasi infus, dan memberikan serta

mengontrol pemasangan oksigen.

2) Kegiatan keperawatan tidak langsung.

Kegiatan keperawatan tidak langsung meliputi kegiatan-

kegiatan untuk menyusun rencana perawat,

menyiapkan/memasang alat, melakukan konsultasi dengan

anggota tim, menulis dan membaca catatan

kesehatan/keperawatan, melaporkan kondisi pasien, menyusun

perencanaan, melaksanakan tindak lanjut dan melakukan

koordinasi.

3) Kegiatan non keperawatan.

Kegiatan penyuluhan kesehatan yang diberikan pada

pasien bersifat individual. Hal ini dimaksudkan agar materi

pengajaran/penyuluhan sesuai dengan diagnosa, pengobatan

yang ditetapkan dan keadaan pola hidup pasien. Umumnya,

pasien memerlukan arahan yang meliputi tingkat aktivitas,

pengobatan serta tindak lanjut perawatan dan dukungan

masyarakat.

Tindakan keperawatan yang lain terbagi menjadi 3 (tiga) kategori,

yaitu(16):

1) Kegiatan keperawatan langsung (Direct Care).

Kegiatan keperawatan langsung adalah semua kegiatan

yang difokuskan langsung/dirasakan langsung oleh pasien dan


22

keluarganya, seperti mengukur tanda vital, tindakan

keperawatan, tindakan kolaborasi, termasuk pendidikan

kesehatan.

2) Kegiatan keperawatan tidak langsung (Indirect Care).

Kegiatan keperawatan tidak langsung adalah kegiatan

yang tidak langsung dirasakan pasien atau sebagai pelengkap

tindakan keperawatan langsung, seperti dokumentasi tindakan

keperawatan atau hasil pemeriksaan, diskusi dan pre/post

conference, visite dokter atau tenaga kesehatan lain,

konsultasi/koordinasi dengan bagian lain, bantuan persiapan dan

pengambilan/pengantaran alat dan bahan pemeriksaan, dan

lainnya.

3) Kegiatan Pribadi.

Kegiatan non keperawatan adalah semua kegiatan untuk

keperluan pribadi perawat atau tidak ada hubungannya dengan

pasien, seperti makan, minum, membaca buku, ke toilet, sholat,

menonton tv, mengobrol, dan lainnya.

d. Pengukuran beban kerja

Pengukuran beban kerja juga dapat dilakukan dengan beberapa

metode yaitu (21):

1) Work Sampling

Teknik ini dikembangkan pada dunia industri untuk melihat

beban kerja yang dipamgku oleh personel pada suatu unit,


23

bidang maupun jenis tenaga tertentu. Pada metode work

sampling dapat diamati hal-hal spesifik tentang pekerjaan antara

lain :

a) Aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu

jam kerja.

b) Apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan

tugasnya pada waktu jam kerja.

c) Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan

produktif atau tidak produktif.

d) Pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan

jadwal jam kerja.

Pada teknik work sampling kita akan mendapatkan ribuan

pengamatan kegiatan dari sejumlah personel yang kita amati,

karena besarnya jumlah pengamatan kegiatan penelitian akan

didapatkan sebaran normal sampel pengamatan kegiatan

penelitian.

2) Time and Motion Study

Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan

cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personel yang

sedang kita amati. Melalui teknik ini akan didapatkan beban

kerja personel dan kualitas kerjanya.


24

3) Daily Log

Daily Log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan

bentuk sederhana work sampling yaitu pencatatan dilakukan

sendiri oleh personel yang diamati. Pencatatan meliputi kegiatan

yang dilakukan dan waktu yang diperlukan untuk melakukan

kegiatan tersebut. Penggunaan ini tergantung kerjasama dan

kejujuran dari personel yang diamati.

Pengukuran beban kerja yang lain antara lain (22):

1) Metode Pengukuran Obyektif

a) Pengukuran selang waktu kedipan mata (eye blink rate)

Durasi kedipan mata dapat menunjukkan tingkat beban

kerja yang dialami oleh seseorang. Orang yang mengalami

kerja berat dan lelah biasanya durasi kedipan matanya akan

lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan (tidak

terbebani mental maupun psikisnya), durasi kedipan matanya

relatif cepat.

b) Flicker test.

Alat ini dapat menunjukkan perbedaan performansi

mata manusia, melalui perbedaan nilai flicker dari tiap

individu. Perbedaan nilai flicker ini umumnya sangat

dipengaruhi oleh berat/ringannya pekerjaan, khususnya yang

berhubungan dengan kerja mata.


25

c) Pengukuran kadar asam saliva

Memasang alat khusus untuk mengetahui beban kerja

yang diterima pekerja yang melibatkan mulut, terutama

dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar liur utama yang terletak

diluar rongga mulut.

2) Metode Pengukuran Subjektif

a) National Aeronautics and Space Administration Task Load

Index (NASA-TLX)

Metode NASA-TLX merupakan metode yang

digunakan untuk menganalisis beban kerja mental yang

dihadapi oleh pekerja yang harus melakukan berbagai

aktivitas dalam pekerjaannya. Terdapat 6 indikator dalam

NASA-TLX yaitu:

(1) Mental Demand (MD)

Seberapa besar aktivitas mental dan perseptual yang

dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari.

Apakah pekerjaan tersebut sulit,sederhana atau

kompleks. Longgar atau ketat.

(2) Physical Demand (PD)

Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan (misalny

mendorong, menarik dan mengontrol putaran).


26

(3) Temporal Demand (TD)

Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang

dirasakan selama elemen pekerjaan berlangsung. Apakah

pekerjaan perlahan atau santai atau cepat dan

melelahkan.

(4) Performance (P)

Seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam

pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya.

(5) Frustation Level (FL)

Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu

yang dirasakan.

(6) Effort (EF)

Seberapa keras kerja yang dibutuhkan untuk mencapai

tingkat performansi.

b) Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)

Metode Subjective Workload Assesment Technique

(SWAT) pertama kali dikembangkan oleh Gary Reid dari

Divisi Human Engineering pada Armstrong Laboratory, Ohio

USA digunakan analisis beban kerja yang dihadapi oleh

seseorang yang harus melakukan aktivitas baik yang

merupakan beban kerja fisik maupun mental yang bermacam-

macam dan muncul akibat meningkatnya kebutuhan akan

pengukuran subjektif yang dapat digunakan dalam


27

lingkungan yang sebenarnya (real world environment).

Dalam penerapannya SWAT akan memberikan penskalaan

subjektif yang sederhana dan mudah dilakukan untuk

mengkuantitatifkan beban kerja dari aktivitas yang harus

dilakukan oleh pekerja. SWAT akan menggambarkan sistem

kerja sebagai model multi dimensional dari beban kerja, yang

terdiri atas tiga dimensi atau faktor yaitu (23):

(1) Time Load : adalah yang menunjukkan jumlah waktu

yang tersedia dalam perencanaan, pelaksanaan dan

monitoring tugas. (Beban waktu rendah, beban waktu

sedang, beban waktu tinggi)

(2) Mental Effort Load : adalah menduga atau

memperkirakan seberapa banyak usaha mental dalam

perencanaan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu

tugas. (beban usaha mental rendah, beban usaha mental

sedang, beban usaha mental tinggi)

(3) Psychological Stress Load : adalah mengukur jumlah

resiko, kebingungan, frustasi yang duhubungkan dengan

performansi atau penampilan tugas. (Beban tekanan

psikologis rendah, beban tekanan psikologis sedang,

beban tekanan psikologis tinggi)

Prosedur penerapan metode SWAT terdiri dari 2 tahapan,

yaitu tahap. Penskalaan (scale development) dan tahap


28

penilaian (event scoring). Pada langkah pertama 27

kombinasi tingkatan-tingkatan beban kerja mental diurutkan

dengan dari 27 kartu kombinasi dari urutan beban kerja

terendah sampai dengan beban kerja tertinggi, menurut

persepsi masing-masing pekerja. Dalam pengurutan kartu

tersebut tidak ada suatu aturan mana yang benar atau yang

salah. Dalam hal ini pengurutan kartu yang benar adalah yang

dilakukan menurut intuisi dan preferensi yang dipahami oleh

responden. Dari hasil pengurutan kemudian

ditransformasikan ke dalam sebuah skala interval dari beban

kerja dengan range 0-100. Pada kedua tahap penilaian sebuah

aktivitas atau kejadian akan dinilai dengan menggunakan

rating 1 sampai 3 (rendah, sedang dan tinggi) untuk setiap

tiga dimesi atau factor yang ada. Nilai skala yang berkaitan

dengan kombinasi tersebut yang dapat dari tahap penskalaan

kemudian dipakai sebagai beban kerja untuk aktivitas yang

bersangkutan(24).

5. Tenaga Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi

Keperawatan, baik di dalam maupun di Iuar negeri yang diakui oleh

Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan.

Sedangkan Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada


29

individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit

maupun sehat(25).

a. Peran perawat

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

oranglain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu

sistem. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari

dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat

konstan(26).

Peran perawat profesional meliputi (26):

1) Care Giver/pemberi asuhan

Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang

meliputi intervensi/tindakan keperawatan, observasi, pendidikan

kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan

pendelegasian yang diberikan.

2) Clien advocate

a) Perawat sebagai penghubung antara klien dengan tim

kesehatan laindalam upaya pemenuhan kebutuhan klien.

b) Perawat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan

masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

c) Perawat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien.


30

3) Conselor

Perawat memberikan konseling atau bimbingan kepada klien,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai

prioritas.

4) Educator

Perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui

pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan

tindakan medis yang diterima sehingga klien dan keluarga dapat

menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.

5) Collaborator

Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga

dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan

keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

6) Coordinator

a) Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan.

b) Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas.

c) Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan.

d) Memberikan informai tentang hal-hal yang terkait dengan

pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan.

7) Change Agent

Perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap,

bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga

agar menjadi sehat.


31

8) Consultant

Perawat sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan

kondisi spesifik klien.

b. Uraian Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang Perawat

Uraian tugas, tanggung jawab dan wewen ang perawat di rumah

sakit antara lain (27):

1) Kepala Ruang

a) Uraian tugas :

(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan dan

tujuan metode penugasan.

(2) Membuat rincian tugas PN dan anggota secara jelas.

(3) Membagi pasien kepada tim MPM sesuai dengan

kemampuan dan beban kerja.

(4) Membagi staf keperawatan ke dalam tim MPM sesuai

dengan kemampuan dan beban kerja.

(5) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN dan

AN.

(6) Membuat jadwal dinas (koordinasi dengan PN),

pembersih, dan staf administrasi.

b) Tanggung Jawab

(1) Kebenaran jadwal kerja semua di ruangan.

(2) Kebenaran usulan kebutuhan alat kesehatan, alat dan

bahan habis pakai.


32

(3) Kebenaran usulan perbaikan dan pemeliharaan fasilitas

dan alat.

(4) Kebenaran usulan pengembangan tenaga koordinasi

dengan ketua KFK/SMF.

(5) Kebenaran pengaturan dan arahan tugas.

c) Wewenang

(1) Meminta informasi dan petunjuk atasan.

(2) Mengatur dan membimbing semua tenaga yang ada dan

semua mahasiswa.

(3) Meminta perangkat dan bahan kerja yang dibutuhkan

untuk pelaksanaan asuhan dan pelayanan.

(4) Mengusulkan pengembangan tenaga koordinasi dengan

yang terkait.

(5) Menyelenggarakan asuhan dan pelayanan kesehatan

yang prima.

2) Perawat Primer

a) Uraian Tugas :

(1) Bertugas pada pagi hari, mengikuti meeting morning

dan pre conference setiap awal jaga

(2) Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN yang

tugas jaga malam.


33

(3) Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi tentang

kondisi pasien segera setelah selesai operan tugas jaga

setiap pasien.

(4) Bersama AN melakukan doa bersama sebagai awal dan

akhir tugas, dilakukan setelah selesai operan tugas jaga

malam.

(5) Melakukan pre conference dengan semua AN yang ada

dalam grupnya pada setiap awal dinas pagi.

(6) Membagi tugas/pasien kepada AN sesuai kemampuan

dan beban kerja.

(7) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah/diagnosa

dan perencanaan keperawatan kepada semua pasien

yang menjadi tanggungjawabnya dan ada bukti di

rekam keperawatan.

(8) Memonitor dan membimbing tugas AN

(9) Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan

asuhan pasien.

b) Tanggung Jawab

(1) Kebenaran kajian data, diagnosa, dan rencana

keperawatan.

(2) Kebenaran layanan, evaluasi, dan resume keperawatan.

Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan tindakan

keperawatan.
34

(3) Kebenaran dan ketetapan pendidikan kesehatan pada

pasien.

(4) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan

kolaborasi tim.

c) Wewenang

(1) Mengatur dan membimbing AN, mahasiswa dalam tim

keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya.

(2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan

untuk pelaksanaan asuhan dan pelayanan sesuai dengan

kebutuhan pasien.

(3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan.

(4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan

penanggung jawab ruangan.

(5) Melakukan asuhan dan pelayanan kesehatan yang

komprehensif dan prima.

(6) Mendelegasikan tugas pada AN.

3) Perawat Associate/perawat pelaksana.

a) Uraian Tugas :

(1) Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas

yang dilakukan setelah selesai serah terima operan

tugas jaga.

(2) Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap

awal tugas pagi.


35

(3) Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang

menjadi tanggung jawab dan ada bukti di rekam

keperawatan.

(4) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti

direkam keperawatan.

(5) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien /

keluarga kepada PN.

(6) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan

kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan

ada bukti direkam keperawatan.

(7) Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha

mengatasinya.

(8) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua

pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

b) Tanggung Jawab

(1) Kebenaran orientasi institusi dan tugas praktek.

(2) Kebenaran jadwal praktek.

(3) Kelengkapan dan ketepatan bahan, peraatan kesehatan

dan klien.

(4) Kelancaran kegiatan bimbingan.

(5) Kebenaran dan kesesuaian bimbingan.

(6) Kebenaran dan kelengkapan laporan hasil bimbingan.


36

c) Wewenang

(1) Memeriksa kelengkapan peralatan ruang rawat.

(2) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan

kebutuhan pelaksanaan tugas.

(3) Melakukan pengkajian, menetapkan diagnos, dan

perencanaan keperawatan bagi pasien baru pada saat

PN tidak bertugas siang/malam/hari libur.

(4) Melakukan asuhan keperawatan pasien.

(5) Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke PJ tugas

jaga dan PN.

6. Rumah Sakit

Rumah Sakit di Indonesia sebagai salah bagian sistem pelayanan

kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat

berupa pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik

dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit

gawat darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap (25). Rumah sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat(8).

a. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit.

Fungsi rumah sakit adalah (28):

1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.


37

2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis.

3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan.

4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan

pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu

pengetahuan bidang kesehatan.

b. Jenis Pelayanan Rumah Sakit.

Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit dapat dibedakan

menjadi dua jenis pelayanan, yaitu (8):

1) Rumah Sakit Umum

Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis

penyakit. Rumah Sakit Umum ini terdiri atas :

a) Rumah sakit umum kelas A

b) Rumah sakit umum kelas B

c) Rumah sakit umum kelas C

d) Rumah sakit umum kelas D


38

2) Rumah Sakit Khusus

Memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis

penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,

organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Rumah Sakit Khusus ini terdiri atas :

a) Rumah sakit khusus A

b) Rumah sakit khusus B

c) Rumah sakit khusus C

7. Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit berada di ruangan

antara lain : rawat inap, gawat darurat, critical care, kamar operasi, dan

rawat jalan. Perhitungan kebutuhan SDM keperawatan di masing-masing

ruangan ini mempunyai rumus/formulasi yang berbeda(29).

a. Ruang Rawat Inap

1) Penghitungan tenaga keperawatan di ruang rawat inap

berdasarkan Rumus Depkes adalah sebagai berikut.

a) Berdasarkan klasifikasi pasien.

Cara penghitungan didasarkan atas :

(1) Tingkat ketergantungan pasien berdasar jenis kasus;

(2) Rata-rata pasien perhari

(3) Jam perawatan yang diperlukan/hr/pasien;jam

perawatan yang diperlukan/ruangan/hr;

(4) Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam /hr


39

Rumus :

Jumlah jam perawatan


Jam kerja efektif/shift

Untuk menghitung tenaga tersebut, perlu ditambah

dengan faktor koreksi yang berupa loss day (hari libur,

cuti, hari besar). Penghitungannya menggunakan rumus

sebagai berikut.

Jml hari mgg dlm 1 th+cuti+hari besarxjml perawat tersedia


Jml hari kerja efektif

Perlu diketahui bahwa perawat tidak hanya

mengerjakan tugas-tugas keperawatan, tetapi juga

mengerjakan tugas-tugas non-keperawatan.Dengan

demikian, perlu dihitung pula jumlah perawat guna

mengerjakan tugas-tugas non-keperawatan tadi.Rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tugas-tugas non-keperawatan diperkirakan sebesar

25% dari jam pelayanan keperawatan.

Jml tenaga perawat+loss day x25


=…orang
100
40

b) Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien, dibedakan

menjadi beberapa kategori antara lain :

(1) Asuhan keperawatan minimal (rata-rata jam

perawatan/pasien/hari = 2 jam)

(a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian

dilakukan sendiri

(b) Makan dan minum dilakukan sendiri

(c) Ambulasi dengan pengawasan

(d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap

shift

(e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil

(2) Asuhan keperawatan sedang (rata-rata jam

perawatan/pasien/hari = 3,08 jam)

(a) Kebersihan diri, makan dan minum dibantu

(b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

(c) Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali

(3) Asuhan keperawatan agak berat (rata-rata jam

perawatan/pasien/hari = 4,15 jam)

(a) Sebagian besar aktivitas dibantu

(b) Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali

(c) Terpasang folley chateter, intake output dicatat

(d) Terpasang infus

(e) pengobatan lebih dari sekali


41

(f) persiapan pengobatan memerlukan prosedur

(4) Asuhan keperawatan maksimal (rata-rata jam

perawatan/pasien/hari = 6,16 jam)

(a) Segala aktivitas dibantu perawat

(b) Posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda

vital setiap 2 jam

(c) Makan menggunakan NGT

(d) Gelisah dan disorientasi

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah sebagai

berikut:

Jml jam perawatan diruangan/hari


=jumlah perawat
Jam efektif perawat

Untuk menghitung jumlah SDM keperawatan yang

dibutuhkan, perlu ditambah dengan faktor koreksi dengan

rumus sebagai berikut :

Jml hari mgg dlm 1 th+cuti+hari besar+xjml prwt tersedia


Jml hari kerja efektif

Hasil perhitungan diatas tadi perlu ditambah lagi dengan

kegiatan perawat yang menjalankan tugas-tugas non-

keperawatan diperkirakan 25 % dari jam pelayanan

keperawatan.

Jml tenaga perawat+loss day x 25


=jumlah perawat
100
42

2) Penghitungan kebutuhan SDM keperawatan berdasarkan

Rumus Douglas.

Penghitungan dari Douglas ini mengacu pada klasifikasi pasien

berdasarkan tingkat ketergantungan sebagai berikut :

Tabel.2.1.Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat


ketergantungan.
Jumlah Klasifikasi Pasien
pasien Minimal Parsial Total
Pagi Siang Mlm Pagi Siang Mlm Pagi Siang Mlm
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 0,28 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3. 1,42 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Rumus :

Jml perawat dinas pagi (jml pasien x tingkat ketergantungan) +

jml perawat dinas siang (jml pasien x tingkat ketergantungan) +

jml perawat dinas malam (jml pasien x tingkat ketergantungan)

= jml perawat.

3) Penghitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan rumus

Gillies.

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Rata2 jam perawatan/harix (BOR x jml TT)x365 hari


=jml perawat
(365 hari-jml hari libur)x jam kerja efektif/hari

Keterangan :

BOR : bed occupancy rate

TT : tempat tidur

Jumlah hari libur : loss day ( hari minggu + cuti + hari besar )

dalam satu tahun sekitar 78 hari.


43

Jam kerja efektif : 7 jam per shift

4) Penghitungan kebutuhan perawat berdasarkan rumus PPNI

Menggunakan rumus sebagai berikut :

perawatan
( Rata2 jam x 52 mgg) x 7 hr (TTxBOR)
hr
{ } x 125 %=jml perawat
41 mgg x 40 jam

Keterangan :

TT : tempat tidur

BOR : bed occupancy rate

5) Penghitungan kebutuhan perawat berdasarkan rumus Ilyas

Rumusnya sebagai berikut :

Rata2 jam perawatan/harix(BORxjml TT)x365hari


=jml perawat
255xjam kerja efektif/hari

Keterangan :

255 : hari kerja efektif perawat/th ( 365-(12 hr libur

nasional+12 hr cuti tahunan) x ¾ = 255 hari

Jumlah ¾ adalah indeks yang berasal dari karakteristik jadwal

kerja perawat di rumah sakit pemerintah dan swasta yang

berbentuk yayasan.Indeks ini diperoleh dari setiap empat hari

kerja efektif jaga malam, perawat mendapat libur satu hari.

b. Ruang Gawat Darurat

Dasar penghitungan kebutuhan perawat di ruang gawat darurat

adalah sebagi berikut :


44

1) Rata-rata jumlah pasien per hari

2) Jumlah jam perawatan per hari

3) Jam efektif perawat per hari.

Rata-rata jml pasien/hr x jml perawatan/hr


=jml perawat
Jam efektif perawat/hr

Penghitungan loss day seperti rumus sebelumnya.Jumlah yang

diperoleh di tambah dengan loss day.

Penghitungan kebutuhan perawat di ruang intensif hampir sama

dengan di ruang gawat darurat, namun pembedanya adalah jumlah

jam perawatan di ruang intensif lebih besar.

c. Kamar Operasi

Dasar penghitungan tenaga perawat di kamar operasi sebagai

berikut :

1) Jumlah dan jenis operasi.

2) Jumlah kamar operasi.

3) Pemakaian kamar operasi (diperkirakan 6 jam/hari)pada hari

kerja.

4) Tugas perawat di kamar operasi adalah instrumentator dan

perawat sirkulasi (2 orang/tim)

5) Ketergantungan pasien (operasi ringan = 1 jam/operasi, operasi

sedang = 2 jam/operasi, operasi besar = 5 jam/operasi )

Rumus yang dipergunakan adalah :


45

(jml jam perawatan/hr x jml operasi) x jml perawat dlm tim)


jam kerja efektif /hr

d. Rawat Jalan

Penghitungan kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan adalah

menggunakan rumus sebagai berikut :

Jml pasien per hari x jml jam perawatan per pasien per hr
=jml perawat
7 x 60

Hasil yang diperoleh tersebut ditambah dengan faktor koreksi

sebesar 15% dari hasil penghitungan.


46

B. Kerangka Teori

Jumlah Kebutuhan Beban Kerja


Tenaga Perawat

Penghitungan
Pengukuran beban kerja:
Kebutuhan
Tenaga: 1. National Aeronautics
and Space
1. Rumus Depkes
Administration Task
2. Rumus Douglas
Load Index (NASA-
3. Rumus Gillies
TLX)
4. Rumus PPNI
2. Subjective Workload
5. Rumus Ilyas
Assessment
Technique (SWAT)

Gambar.2.1.Kerangka Teori (22;31)


47

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Jumlah Tenaga Beban Kerja


Perawat Perawat
Pelaksana

Gambar.2.2. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Hubungan

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

“ Ada Hubungan antara Keterbatasan Tenaga Kesehatan dengan Beban Kerja

Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates.”


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif korelatif

yaitu penelitian akan dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-

variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Rancangan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan

dengan pengamatan sesaat atau dalam waktu tertentu dan setiap subjek studi

hanya satu kali pengamatan selama penelitian(30).

B. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian dilakukan di ruang rawat inap kelas III RSUD Wates yaitu di

ruang Bougenvil, Edelweis, dan Gardenia pada bulan April – Juni 2017.

C. Populasi dan Sampel Penelitian.

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh jumlah perawat pelaksana di

Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates sebanyak 41 orang perawat.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perawat

pelaksana di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates sebanyak 41

perawat pelaksana. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah total sampling,

48
49

Dengan kriteria sampel sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi.

1) Perawat yang berstatus pegawai RSUD Wates, baik PNS,

Pegawai Tetap, dan Pegawai Kontrak yang bekerja di Ruang

Rawat Inap Kelas III RSUD Wates.

2) Perawat yang bersedia menjadi responden.

3) Perawat dengan pendidikan minimal D3.

4) Perawat dengan masa kerja minimal satu tahun.

b. Kriteria Ekslusi.

1) Perawat yang bukan pegawai RSUD Wates.

2) Perawat yang menjabat sebagai kepala ruang dan perawat

primer.

3) Perawat yang tidak bersedia menjadi responden.

D. Variabel Penelitian.

1. Variabel Bebas/Penyebab (Independent Variables)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah tenaga perawat.

2. Variabel Terikat.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah beban kerja perawat pelaksana

di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates.


50

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala
Operasional
Jumlah Total Jumlah Rumus Kurang: jumlah Ordinal
tenaga tenaga perawat Depkes tenaga perawat
perawat pelaksana di yang
ruang rawat inap tersedia<jumlah
kelas III RSUD tenaga hasil
Wates setelah perhitungan
dilakukan Depkes
perhitungan Cukup:jumlah
kebutuhan tenaga perawat
perawat. yang
tersedia=jumlah
tenaga hasil
perhitungan
Depkes
Lebih:jumlah
tenaga perawat
yang
tersedia>jumlah
tenaga hasil
perhitungan
Depkes.

Beban Aktivitas yang Lembar Ringan, 1-20 Ordinal


kerja dilakukan oleh kuesioner Sedang, 21-40
perawat pelaksana SWAT Tinggi:41-60
berupa kegiatan (9).
keperawatan
langsung,
kegiatan
keperawatan tidak
langsung, dan
kegiatan pribadi.
51

F. Instrumen Penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh jumlah tenaga

perawat menggunakan rumus Depkes yaitu

Jml jam perawatan diruangan/hari


=jumlah perawat
Jam efektif perawat

Sedangkan instrumen beban kerja yang digunakan menggunakan

kuesioner SWAT(31). Lembar kuesioner beban kerja diadopsi dari penelitian

Aryawati dengan jumlah 12 butir pertanyaan, dan skala yang digunakan

adalah skala likert (31). Perolehan skor dari item-item didasarkan atas

jawaban yang dipilih sesuai jenis pernyatan yaitu favorable dan unfavorable.

Jawaban favorable skor bergerak dari kanan ke kiri (SS-S-KS-TS-STS)

dengan nilai (5-4-3-2-1), sedangkan untuk unfavorable bergerak dari kiri ke

kanan (STS-TS-KS-S-SS) dengan nilai (1-2-3-4-5).

Kategori skor untuk beban kerja ini yaiu :

1. Beban kerja ringan 1-20

2. Beban kerja sedang 21-40

3. Beban kerja tinggi 41-60 (31).

Tabel 3.2.
Kisi-kisi beban kerja perawat
Variabel Aspek yang Pernyataan Pernyataan jumlah
diungkapkan Favorable Unfavorable
Beban kerja a.Beban waktu 1,4 2,3 4
perawat b.Beban mental 5,6,7 3
c.Beban psikologis. 12 8,9,10,11 5
Jumlah 12
52

G. Uji Validitas dan Reabilitas.

1. Uji Validitas.

Uji validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur (32). Uji validitas dapat

menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan

menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dan indeks korelasinya (33).

Rumus Pearson Product Moment :

n(ƩXY)-(ƩX).(ƩY)
r hitung= 2 2
√[n.ƩX2 -(ƩX) ].[n.ƩY2 -(ƩY) ]

Keterangan :

rhitung : koefisien korelasi

ƩXi : jumlah skor item

ƩYi : jumlah skor total (item)

n : jumlah responden

Rumus: Uji t :

r√(n−2
t hitung=
√1−r2

Keterangan :

t : nilai thitung

r : koefisien korelasi hasil rhitung

n : jumlah responden

untuk tabel tα = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2)


53

jika nilai t hitung > t tabel berarti valid, jika nilai t hitung < t tabel

berarti tidak valid.

Hasil uji validitas didapatkan r hitung. Apabila r hitung > r table

product moment maka butir soal tersebut valid dan apabila r hitung < r

table product moment maka butir soal tersebut tidak valid.

Peneliti tidak melakukan uji validitas pada kuesioner beban kerja,

karena peneliti mengadopsi dari penelitian yang dilakukan Aryawati. Hasil

dari uji validitas tersebut adalah 12 butir pertanyaan valid dengan nilai r >

0,514 (31).

2. Uji Reliabilitas.

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila

fakta atau kenyataan hidup tadi diukur diamati berkali-kali dalam waktu

yang berlainan (31). Dalam mengukur reliabilitas dapat digunakan

beberapa rumus, salah satunya dengan Cronbach Alfa(33):

k ƩSt2
r= [ ] [1- ]
k-1 St

Keterangan :

r : Reliabilitas Instrumen

k : Banyaknya butir pernyataan.

ƩSt2 : Jumlah varian butir

St : Varian total.

Hasil uji reliabilitas dikatakan reliabel jika O > 0,6, pernyataan

tersebut dapat dipercaya untuk mencari data penelitian. Sedangkan hasil


54

uji reliabilitas beban kerja yang dilakukan Aryawati diperoleh nilai

cronbach alfa sebesar 0,750 sehingga kuesioner beban kerja perawat

dianggap reliabel(31).

H. Teknik Pengumpulan Data.

1. Data Primer.

Data primer adalah data yang di dapat langsung dari responden (32).

Data primer penelitian ini didapatkan dari kuesioner yang telah diisi oleh

responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja), serta

beban kerja dari responden. Data ini akan diambil sendiri oleh peneliti.

2. Data sekunder

Data Sekunder adalah data yang telah dikumpulkan dari pihak lain

atau data yang sudah ada. Data sekunder dari penelitian ini adalah daftar

jadwal pegawai. Daftar ini berguna untuk melihat jumlah perawat

pelaksana yang ada di ruang rawat inap kelas III RSUD Wates dan

berguna apabila ketika pengambilan data, responden tidak ada sehingga

dapat ditemui di hari lain dengan melihat daftar jadwal. Selain itu, dengan

data kunjungan pasien dan data BOR dari rumah sakit untuk perhitungan

kebutuhan tenaga kerjanya.


55

I. Pengolahan dan Analisis Data.

1. Pengolahan data.

Pengolahan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut(34):

a. Editing

Editing adalah kegiatan pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner. memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Setelah semua kuesioner terkumpul di

cek terlebih dahulu untuk kelengkapannya.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng “kodean” atau “coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Pengkodean untuk hasil perhitungan jumlah tenaga perawat

berdasarkan perhitungan rumus Depkes sebagai berikut :

1) Jumlah tenaga perawat lebih :1

2) Jumlah tenaga perawat cukup : 2

3) Jumlah tenaga perawat kurang : 3

Sedangkan pengkodean untuk hasil beban kerja nya sebagai berikut :

1) Beban kerja Tinggi : 1

2) Beban kerja sedang : 2

3) Beban kerja ringan : 3


56

c. Pemasukan Data. (Entry)

Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database. Proses entry data

ini juga dituntut ketelitian dari orang yang melakukan “entry data”

ini. Apabila tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya

memasukkan data saja.

d. Pembersihan Data.(Cleaning)

Pembersihan data pengamatan dilakukan apabila terjadi

kesalahan dalam menginput data. Cara membersihkan data dapat

dilakukan dengan :

1) Mengetahui missing data.

2) Mengetahui variasi data.

3) Mengetahui konsistensi data.

2. Analisa Data.

a. Analisis Univariate

Penelitian analisis Univariate adalah analisis yang dilakukan

menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (34). Analisis

Univariate dalam penelitian ini menggunakan survey frekuensi untuk

mengetahui karakteristik dari responden.

Rumus :

X
P= ×100%
N
57

Keterangan :

P : Persentase

X : Jumlah jawaban benar

N : Jumlah seluruh item

b. Analisis Bivariate.

Analisis bivariate merupakan analisis yang dilakukan terhadap

dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.(34). Analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kendal tau karena untuk

mengetahui hubungan dengan menguji hipotesis antara dua variabel

yang datanya berbentuk ordinal.

Rumus :

ƩA-ƩB
N(N-1)
τ=
2
Keterangan :

τ : Koefisien korelasi kendal Tau yang besarnya (-1 < τ <1)

ƩA : Jumlah rangking atas

ƩB : Jumlah rangking bawah

N : Jumlah anggota sampel

1) Jika r hitung > t tabel maka Ha diterima yang menyatakan ada

hubungan antara jumlah tenaga perawat dengan beban kerja

perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas III RSUD Wates.


58

2) Jika hitung t hitung < t tabel maka Ho diterima yang

menyatakan tidak ada hubungan antara jumlah tenaga perawat

dengan beban kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap

kelas III RSUD Wates.

J. Etika Penelitian.

Etika penelitian meliputi (33):

1. Informent Consent (Lembar persetujuan)

Informent Consent diberikan sebelum melakukan

penelitian.Informend Consert ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi

responden, dengan tujuan pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati hak mereka.

2. Anominity (Tanpa Nama)

Anominity menjelaskan bentuk penulisan dengan tidak perlu

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, tetapi hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah responden yang harus

dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.


59

K. Jalannya Penelitian.

1. Persiapan.

Penelitian ini dimulai dari tahap persiapan yang mana tahap ini

peneliti mengumpulkan bahan pustaka dan studi pendahuluan dimana

peneliti melakukan survey ke lahan dan wawancara dengan berbagai

sumber, dilanjutkan dengan penyusunan proposal penelitian. kemudian

proposal tersebut diseminarkan untuk mendapatkan ijin untuk melakukan

penelitian lebih lanjut. Setelah mendapat persetujuan untuk melanjutkan

penelitian, peneliti akan ke ethical clearance ke Komisi Etik Alma Ata

untuk melanjutkan penelitian, mengurus surat ijin kepada instansi terkait

tempat pelaksanaan penelitian yaitu RSUD Wates.

2. Pelaksanaan.

Setelah ijin dari Universitas Alma Ata dan RSUD Wates keluar

untuk melakukan penelitian, peneliti akan segera mengumpulkan data

berdasarkan proposal yang telah dibuat, dengan memberikan kuesioner.

Pelaksanaan pemberian kuesioner ini dari tanggal 29 Mei-1 Juni 2017.

Kuesioner diberikan kepada semua perawat pelaksana yang menjadi

subjek penelitian. Sebelum kuesioner diberikan, terlebih dahulu peneliti

memberikan penjelasan singkat mengenai tujuan dari penelitian dan

meminta persetujuan perawat pelaksana untuk menjadi responden. Perawat

pelaksana menandatangani informed consent bila besedia menjadi

responden. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuesioner,

akan tetapi tidak semua responden bisa didampingi peneliti karena


60

kesibukan responden sehingga respoden tidak bisa langsung mengisi

kusionernya. Setelah semua kuesioner terkumpul dilakukan pengecekan

terhadap jawaban kuesioner. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat nya ,

peneliti menghitung menggunakan rumus Depkes. Peneliti mengumpulkan

data rumah sakit terutama BOR, jam kerja efektif perawat dan

karakteristik pasien yang ada di ruang rawat inap kelas III, sebagai dasar

perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan Depkes. Hasil

perhitungan nanti akan dibandingkan dengan jumlah tenaga perawat yang

tersedia di ruang rawat inap kelas III, dan akan dikategorikan ke dalam

kategori cukup, kurang, dan lebih.

3. Pelaporan.

Hasil penelitian disajikan dalam uraian singkat dan tabel hasil

pengamatan. Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan laporan

penelitiannya dan diseminarkan hasil dari penelitian tersebut, dan akhirnya

diharapkan melakukan suatu implementasi dari hasil penelitian tersebut.

L. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

1. Keterbatasan Penelitian.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat yaitu

faktor internal (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi dan kondisi

kesehatan), dan faktor eksternal (tugas-tugas yang bersifat fisik, organisasi

kerja, dan lingkungan kerja), tetapi penelitian ini hanya membahas tentang

jumlah tenaga perawat yang bisa mempengaruhi beban kerja perawat


61

pelaksana. Penelitian ini hanya terbatas meneliti beban kerja perawat

pelaksana saja, belum meneliti semua perawat termasuk kepala ruang dan

perawat primer, karena perawat pelaksana merupakan seseorang yang

memberikan pelayanan langsung kepada pasien sehingga lebih intensif

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dibanding dengan perawat

primer dan kepala ruang.

2. Kelemahan Penelitian.

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumennya, dan

kuesioner ini diberikan kepada responden ketika perawat pelaksana

bersedia untuk menjadi responden. Peneliti mendampingi responden dalam

pengisian kuesioner, akan tetapi tidak semua responden bersedia untuk

langsung mengisi kuesioner karena kesibukan responden, sehingga

kuesioner tidak bisa langsung diisi. Hal ini menyebabkan waktu untuk

pengumpulan datanya menjadi lebih lama dari waktu yang sudah

direncanakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates Kulon Progo

berlokasi di jalan Tentara Pelajar Km. 1, No 5, Dusun Beji, Kecamantan

Wates, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Yogyakarta. RSUD Wates

merupakan Rumah Sakit tipe B, yang berstatus Negeri dengan jumlah

perawat 283, bidan 47, penunjang 104, dokter gigi 1, dokter umum 11,

dokter spesialis 24, adminitrasi 201, pejabat struktural 20 (Data Sekunder

dari Bagian Pegawaian, 2017).

Penelitian ini dilakukan di 3 bangsal ruang rawat inap kelas III

RSUD Wates Kulon Progo,yaitu bangsal Bougenvil, Edelwais dan

Gardenia. Bangsal Bougenvil merupakan ruang rawat inap kelas III

khusus untuk penyakit dalam, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 18

TT, yang terdiri dari 16 tempat tidur rawat biasa, dan 2 tempat tidur

untuk pasien isolasi. Bangsal Edelweis merupakan ruang rawat inap kelas

III yang berisi berbagai macam jenis penyakit antara lain : penyakit

dalam, syaraf, bedah, kulit,dan penyakit jiwa. Bangsal ini terdiri dari 25

TT, dengan 24 TT untuk perawatan biasa dan 1 TT untuk pasien isolasi.

Bangsal Gardenia merupakan ruang rawat inap kelas III khusus penyakit

dalam yang terdiri dari 26 TT, 24 TT untuk perawatan biasa dan 2

lainnya untuk pasien isolasi.

62
Jumlah perawat yang bertugas di ruang rawat inap kelas III

berjumlah 52 orang perawat, yang terdiri dari 3 kepala ruang, 8 orang

perawat primer, dan 41 orang perawat pelaksana. Perawat yang bekerja

di ruang rawat inap kelas III sebagian besar berpendidikan D3 sebanyak

44 orang perawat, yang berpendidikan D4 ada 4 orang, dan 4 orang

lainnya berpendidikan s1. Jam kerja di ruang rawat inap kelas III terbagi

menjadi 3 shift, yaitu pagi, siang, dan malam. Jadwal dinas pagi terdiri

dari 6-7 perawat, dinas siang 3-4 perawat, dan untuk dinas malam 2-3

orang perawat.

Dari hasil wawancara dengan perawat ruang rawat inap kelas III,

mengatakan bahwa beban kerja di ruang rawat inap kelas III cukup tinggi

karena jumlah perawat yang berjaga tidak sebanding dengan jumlah

pasien yang terhitung banyak. Apalagi untuk yang dinas sore, kegiatan

yang dilakukan lebih banyak dibanding dengan yang dinas pagi dan dinas

malam antara lain mengambil obat ke farmasi, memulangkan pasien,

menerima pasien baru, memindahkan pasien ke ruangan lain bila status

pasien adalah titipan pasien kelas I, mengantar pasien foto rontgen ke

radiologi, mengukur vital sign, menyiapkan air mandi pasien, dan

pemberian obat ke pasien. Perawat merasakan lebih cepat lelah ketika

dinas sore dibanding dinas pagi dan malam hari.


2. Karakteristik Responden.

Hasil penelitian yang dilakukan di tiga bangsal ruang rawat inap kelas III

RSUD Wates, didapatkan hasil karakteristik responden sebagai berikut:

a. Bangsal Bougenvil

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik


Responden Bangsal Bougenvil
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Responden
Jenis kelamin
Laki-laki 2 18,2
Perempuan 9 81,8
Total 11 100
Umur
21-30 8 72,7
31-40 3 27,3
Total 11 100
Pendidikan Terakhir
D3 11 100
S1 0
Total 11 100
Lama Bekerja
1-5 7 63,6
6-10 2 18,2
11-15 2 18,2
Total 11 100

Sumber : Data Primer Bangsal Bougenvil (2017)

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di

bangsal bougenvil berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 responden

(81,8%), dengan umur terbanyak adalah rentang 21-30 tahun sebanyak 8

responden (72,7%), dan semua responden berpendidikan D3 sebanyak 11

responden (100%), serta sebagian besar responden bekerja selama 1-5

tahun sebanyak 7 responden (63,6%).


b. Bangsal Edelweis

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan


Karakteristik Responden Bangsal Edelweis
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Responden
Jenis kelamin
Laki-laki 3 20,0
Perempuan 12 80,0
Total 15 100
Umur
21-30 11 73,3
31-40 4 26,7
Total 15 100
Pendidikan Terakhir
D3 14 93,3
S1 1 6,7
Total 15 100
Lama Bekerja
1-5 11 73,3
6-10 3 20,0
11-15 1 6,7
Total 15 100

Sumber : Data Primer Bangsal Edelweis (2017)

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di

bangsal edelweis berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden

(80%), dengan umur terbanyak adalah rentang 21-30 tahun sebanyak 11

responden (73,3%), dan sebagian besar responden berpendidikan D3

sebanyak 14 responden (93,3%), serta sebagian besar responden bekerja

selama 1-5 tahun sebanyak 11 responden (73,3%).


c. Bangsal Gardenia

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan


Karakteristik Responden Bangsal Gardenia
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Responden
Jenis kelamin
Laki-laki 3 20,0
Perempuan 12 80,0
Total 15 100
Umur
21-30 12 80,0
31-40 2 13,3
51-60 1 6,7
Total 15 100
Pendidikan Terakhir
D3 14 93,3
S1 1 6,7
Total 15 100
Lama Bekerja
1-5 10 66,7
6-10 2 13,3
11-15 1 6,7
21-25 1 6,7
30-25 1 6,7
Total 15 100

Sumber : Data Primer Bangsal Gardenia (2017)

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di

bangsal gaardenia berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden

(80%), dengan umur terbanyak adalah rentang 21-30 tahun sebanyak 12

responden (80,0%), dan sebagian besar responden berpendidikan D3

sebanyak 14 responden (93,3%), serta sebagian besar responden bekerja

selama 1-5 tahun sebanyak 10 responden (66,7%).


d. Ruang Rawat Inap Kelas III

Tabel 4.4 Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Berdasarkan


Karakteristik Responden Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Responden
Jenis kelamin
Laki-laki 8 19,5
Perempuan 33 80,5
Total 41 100
Umur
21-30 31 75,6
31-40 9 22,0
51-60 1 2,4
Total 41 100
Pendidikan Terakhir
D3 39 95,1
S1 2 4,9
Total 41 100
Lama Bekerja
1-5 28 68,3
6-10 7 17,1
11-15 4 9,8
21-25 1 2,4
26-30 1 2,4
Total 41 100

Sumber : Data Primer Ruang Rawat Inap Kelas III (2017)

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa karakteristik responden

di ruang rawat inap kelas III RSUD Wates sebagai berikut : dari 41

responden mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 33 responden

(80,5%), dan umur terbanyak responden adalah rentan 21-30 tahun

sebanyak 31 orang (75,6%) dari total responden. Karakteristik

pendidikan terakhir responden mayoritas berpendidikan D3 sebanyak 39

responden (95,1%) yang mayoritas lama bekerja nya selama kurun waktu

antara 0-5 tahun sebanyak 28 responden(68,3%)


3. Analisa Univariat

a. Jumlah Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III.

1) Jumlah tenaga perawat ruang bougenvile.

Ruang Bougenvile merupakan salah satu ruang rawat inap kelas

III Ruang bougenvil ini terdiri dari 18 tempat. Jumlah tenaga

yang diperlukan menurut perhitungan Depkes adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.5 Perhitungan jumlah jam perawatan bangsal


bougenvil berdasarkan jenis ketergantungan pasien

Jenis Rata-rata Rata-rata jam Jumlah


No Ketergantungan pasien/hari perawatan/pasien/hari Perawatan
(jam)
1. Minimal Care 3 2 6
2. Sedang 4 3,08 12,32
3. Agak Berat 9 4,15 37,35
4. Maksimal 2 6,16 12,32
Jumlah 18 67,99
Sumber : Data Primer Bangsal Bougenvile (2017)

Jumlah jam perawatan 67,99


Jumlah tenaga perawat : = = 9,7
Jam kerja efektif 7

= 10 perawat

Jumlah hari minggu dalam 1 th+cuti+hari besar


Loss day = x Jumlah tenaga
Jumlah hari kerja efektif

52+12+14
=( ) x 10 = 2,7 = 3 perawat
286

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas

non keperawatan, seperti membuat perencanaan pasien pulang,


kebersihan ruangan,dan lain lain diperkirakan 25% dari jam

pelayanan keperawatan.

Tugas-tugas non keperawatan : (jumlah tenaga perawat + loss

day) x 25% = (10 +3) x 25% = 3,25 = 3 perawat.

Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarkan rumus

Depkes adalah : 10 + 3 + 3 = 16 perawat.

Berdasarkan data sekunder didapatkan bahwa perawat

pelaksana di ruang bougenvile berjumlah 11 orang perawat

dengan 2 PN dan 1 Kepala Ruang, sehingga total perawat di

ruang bougenvile berjumlah 14 orang perawat.

Jumlah perawat yang tersedia di ruang bougenvil sebanyak 14

orang perawat ini dikatakan masih kurang bila dibandingkan

dengan hasil perhitungan kebutuhan jumlah tenaga perawat

berdasarkan rumus Depkes yang sebesar 16 orang perawat.

2) Jumlah Tenaga Perawat Ruang Edelwais

Ruang edelwais adalah salah satu ruang rawat inap kelas III

dengan jumlah tempat tidur sebanyak 25 tempat tidur.

Ruangan ini terdiri dari pasien dengan berbagai jenis penyakit,

antara lain : penyakit dalam, penyakit saraf, penyakit bedah,

penyakit kulit kelamin, dan penyakit jiwa. Jumlah tenaga

perawat yang dibutuhkan berdasarkan rumus Depkes sebagai

berikut :
Tabel 4.6 Perhitungan jumlah jam perawatan bangsal edelweis
berdasarkan jenis ketergantungan pasien

No Jenis Rata-rata Rata-rata jam Jumlah


Ketergantungan pasien/hari perawatan/pasien/hari Perawatan(jam)
1. Minimal Care 6 2 12
2. Sedang 7 3,08 21,56
3. Agak Berat 10 4,15 41,5
4. Maksimal 2 6,16 12,32
Jumlah 25 87,22
Sumber : Data Primer Bangsal Edelweis (2017)

Jumlah jam perawatan 87,22


Jumlah tenaga perawat : = = 12,5
Jam kerja efektif 7

= 13 perawat

Jumlah hari minggu dalam 1 th+cuti+hari besar


Loss day = x Jumlah tenaga
Jumlah hari kerja efektif

52+12+14
=( ) x 13 = 3,5 = 4 perawat
286

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas

non keperawatan, seperti membuat perencanaan pasien pulang,

kebersihan ruangan,dan lain lain diperkirakan 25% dari jam

pelayanan keperawatan.

Tugas-tugas non keperawatan : (jumlah tenaga perawat + loss

day) x 25% = (13 +4) x 25% = 4,25 = 4 perawat.

Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarkan rumus

Depkes adalah : 13 + 4 + 4 = 21 perawat.

Berdasarkan data sekunder didapatkan bahwa perawat

pelaksana di ruang edelweis berjumlah 15 orang perawat


dengan 3 PN dan 1 Kepala Ruang, sehingga total perawat di

ruang edelweis berjumlah 19 orang perawat.

Jumlah perawat yang tersedia di ruang edelweis sebanyak 19

orang perawat ini dikatakan masih kurang bila dibandingkan

dengan hasil perhitungan kebutuhan jumlah tenaga perawat

berdasarkan rumus Depkes yang sebesar 21 orang perawat

3) Jumlah Tenaga Perawat Ruang Gardenia.

Ruang gardenia merupakan salah satu ruang rawat inap kelas

III yang terdiri dari 26 tempat tidur. Ruangan ini adalah ruang

penyakit dalam dimana mayoritas pasiennya menderita

penyakit dalam seperti febris, CKD, anemia, dan lain

sebagainya.

Jumlah tenaga yang dibutuhkan di ruang gardenia berdasarkan

rumus Depkes adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Perhitungan jumlah jam perawatan bangsal gardenia


berdasarkan jenis ketergantungan pasien

No Jenis Rata-rata Rata-rata jam Jumlah


Ketergantungan pasien/hari perawatan/pasien/hari Perawatan
1. Minimal Care 9 2 18
2. Sedang 7 3,08 21,56
3. Agak Berat 9 4,15 37,35
4. Maksimal 1 6,16 6,16
Jumlah 26 83,07
Sumber : Data Primer Bangsal Gardenia (2017)

Jumlah jam perawatan 83,07


Jumlah tenaga perawat : = = 11,8
Jam kerja efektif 7

= 12 perawat
Jumlah hari minggu dalam 1 th+cuti+hari besar
Loss day = x Jumlah tenaga
Jumlah hari kerja efektif

52+12+14
=( ) x 12 = 3,2 = 3 perawat
286

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas

non keperawatan, seperti membuat perencanaan pasien pulang,

kebersihan ruangan,dan lain lain diperkirakan 25% dari jam

pelayanan keperawatan.

Tugas-tugas non keperawatan : (jumlah tenaga perawat + loss

day) x 25% = (12 +3) x 25% = 3,75 = 4 perawat.

Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarkan rumus

Depkes adalah : 12 + 3 + 4 = 19 perawat.

Berdasarkan data sekunder didapatkan bahwa perawat

pelaksana di ruang edelweis berjumlah 15 orang perawat

dengan 3 PN dan 1 Kepala Ruang, sehingga total perawat di

ruang edelweis berjumlah 19 orang perawat.

Jumlah perawat yang tersedia di ruang gardenia sebanyak 19

orang perawat ini dikatakan cukup bila dibandingkan dengan

hasil perhitungan kebutuhan jumlah tenaga perawat

berdasarkan rumus Depkes yaitu 19 perawat.

Secara garis besar jumlah tenaga perawat di ruang rawat inap

kelas III RSUD Wates adalah sebagai berikut :


Tabel 4.8 Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat Menurut
Depkes di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates
Jumlah
Jumlah Tenaga Jumlah
Bangsal Tenaga yang sesuai Selisih
Tersedia rumus Tenaga
Depkes
Bougenvil 15 16 1
Edelwais 19 21 2
Gardenia 19 19 0
Jumlah 53 56 3
Sumber : Data Primer Ruang Rawat Inap Kelas III (2017)

Tabel 4.9 Jumlah Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap


Kelas III RSUD Wates
Jumlah Tenaga Frekuensi Persentase (%)
Perawat
Kurang 26 63,4
Cukup 15 36,6
Lebih 0 0
Jumlah 41 100
Sumber : Data Primer Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates

(2017)

Keterangan :

26 : Jumlah perawat yang bekerja di bangsal yang

kekurangan tenaga perawat berdasarkan perhitungan

Depkes.

15 : Jumlah perawat yang bekerja di bangsal yang tenaga

perawatnya cukup berdasarkan perhitungan Depkes.


b. Beban Kerja

Beban kerja pada masing-masing bangsal ruang rawat inap kelas III

sebagai berikut :

1) Beban Kerja bangsal Bougenvile.

Tabel 4.10 Beban Kerja Perawat Pelaksana di Bangsal


Bougenvil RSUD Wates
Beban Kerja Frekuensi (f) Persentase (%)
Perawat
Pelaksana
Ringan 0 0
Sedang 1 9,1
Tinggi 10 90,9
Jumlah 11 100
Sumber : Data Primer Bangsal Bougenvil (2017)

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, 10 orang dari 11 responden

menyatakan bahwa beban kerja perawat pelaksana di bangsal

bougenvile termasuk beban kerja yang tinggi yaitu sebesar

90,9%. Satu orang responden menyatakan bahwa beban kerja

perawat pelaksana di bangsal bougenvile adalah sedang yaitu

sebesar 9,1%.

2) Beban Kerja Bangsal Edelweis.

Tabel 4.11 Beban Kerja Perawat Pelaksana di


Bangsal Edelweis RSUD Wates
Beban Kerja Frekuensi (f) Persentase (%)
Perawat Pelaksana
Ringan 0 0
Sedang 0 0
Tinggi 15 100
Jumlah 15 100
Sumber : Data Primer Bangsal Edelweis (2017)

Berdasarkan tabel 4.11 diatas, dari 15 responden perawat

pelaksana di bangsal edelweis, 100% responden menyatakan


bahwa beban kerja perawat pelaksana di bangsal edelweis

adalah tinggi.

3) Beban kerja bangsal Gardenia.

Tabel 4.12 Beban Kerja Perawat Pelaksana di Bangsal


Gardenia RSUD Wates
Beban Kerja Frekuensi (f) Persentase (%)
Perawat Pelaksana
Ringan 0 0
Sedang 8 53,5
Tinggi 7 46,7
Jumlah 15 100
Sumber : Data Primer Bangsal Gardenia (2017)

Berdasarkan tabel 4.12 diatas, dari 15 responden, perawat

pelaksana di bangsal gardenia menyatakan bahwa beban kerja

perawat pelaksananya adalah sedang sebanyak 8 responden

(53,3%), sebagian lagi menyatakan bahwa beban kerja di

bangsal gardenia adalah termasuk beban kerja yang tinggi yaitu

sebanyak 7 orang perawat (46,7%).

Secara keseluruhan beban kerja perawat pelaksana di tiga bangsal

ruang rawat inap kelas III adalah sebagai berikut :

Tabel 4.13 Rekapitulasi Beban Kerja Perawat Pelaksana di


Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates
Beban Kerja Frekuensi (f) Persentase (%)
Perawat Pelaksana
Ringan 0 0
Sedang 9 22
Tinggi 32 78
Jumlah 41 100
Sumber : Data Primer Ruang Rawat Inap Kelas III 2017

Berdasarkan tabel 4.13 tersebut dari 41 responden perawat

pelaksana di ruang rawat inap kelas III, 32 orang (78%)


menyatakan bahwa beban kerja mereka adalah tinggi, sedangkan

9 orang (22%) lainnya menyatakan bahwa beban kerjanya sedang.

Perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas III memiliki beban

kerja yang berbeda beda.

4. Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas yaitu jumlah tenaga perawat dengan variabel terikat yaitu beban

kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas III.

Tabel 4.14 Tabulasi Silang dan Uji Kendall’s Tau antara Jumlah
Tenaga Perawat dengan Beban Kerja Perawat

Jumlah Beban Kerja Perawat Pelaksana


Tenaga Sedang Tinggi Total r ρ
Perawat value
n % n % n %
Kurang 1 2,4 25 61 26 63,4
-,576 0,000
Cukup 8 19,5 7 17,07 15 36,6
Total 9 21,93 32 78,07 41 100
Sumber : Data Primer Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates 2017

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa responden yang

bekerja di bangsal dengan jumlah perawat yang kurang, 1 orang

responden (2,4) menyatakan beban kerjanya sedang, dan 25 responden

(61%) menyatakan beban kerjanya tinggi. Total perawat yang bekerja

di bangsal dengan jumlah tenaga perawatnya kurang sebanyak 26

responden (63,4%). Sedangkan, responden yang bekerja di bangsal

dengan tenaga perawat yang cukup menyatakan beban kerja nya

sedang sebanyak 8 responden (19,5%), dan 7 responden lainnya (

17,07%) menyatakan beban kerjanya tinggi. Untuk mengetahui


hubungan antara jumlah tenaga perawat dengan beban kerja perawat

pelaksana dilakukan uji Korelasi Kendall’s Tau dan didapatkan ρ

value sebesar 0,000 (ρ<0,005) dengan nilai r =-0,576. Berdasarkan

nilai ρ tersebut dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak,

dengan demikian terdapat hubungan antara jumlah tenaga perawat

dengan beban kerja perawat pelaksana.

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden

Berdasarkan tabel 4.4 tentang karakteristik responden

menunjukkan dari 41 responden di ruang rawat inap kelas III RSUD

Wates memiliki karakteristik yang berbeda-beda yaitu dari 41 responden

sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 33 responden

(80,5%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Edi Sukoco yang berjudul hubungan beban kerja perawat denga

kepatuhan dalam pengelolaan sampah medis di Instalasi Gawat Darurat

RSUP DR. Sardjito tahun 2017, dengan hasil bahwa sebagian besar

responden di Rumah Sakit Umum Pusat dr.Sardjito Yogyakarta berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 51 responden (68%) dari total 75

responden (9). Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan perawat masih

banyak diminati oleh perempuan dibandingkan laki-laki, karena

perempuan lebih diidentikkan dengan peran merawat dan mengasuh

sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah perawat


perempuan dan perawat laki-laki. Karakteristik responden ini sejalan

dengan teori bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor internal

yang mempen garuhi beban kerja (19).

Berdasarkan tabel 4.4 karakteristik umur responden di ruang

rawat inap kelas III RSUD Wates sebagian besar umur perawat berada

pada usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 31 responden (75,6%). Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Edi Sukoco yang

berjudul hubungan beban kerja perawat dengan kepatuhan dalam

pengelolaan sampah medis di Instalasi Gawat Darurat RSUP DR.

Sardjito tahun 2017 dengan hasil sebagian besar responden di Rumah

Sakit Umum Pusat dr. Sardjito Yogyakarta berada pada usia 20-35 tahun

sebanyak 54 responden (72%) (9). Hal ini sesuai dengan teori dimana

salah satu faktor internal yang mempengaruhi beban kerja adalah usia.

Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan diharapkan dengan

bertambahnya usia semakin matang seseorang semakin meningkat

kemampuan seseorang dalam berfikir rasional dan kinerja akan

meningkat.

Berdasarkan tabel 4.4 karakteristik pendidikan menunjukkan

sebagian besar responden berpendidikan D3 sebanyak 39 responden

(95,1%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Edi Sukoco yang berjudul hubungan beban kerja perawat dengan

kepatuhan dalam pengelolaan sampah medis di Instalasi Gawat Darurat

RSUP DR. Sardjito tahun 2017 dengan hasil bahwa sebagian besar
perawat di RSUP DR.Sardjito berpendidikan D3 sebanyak 42 responden

(72%)(9). Hal ini menunjukkan bahwa baik di RSUP maupun di RSUD

sebagian besar perawatnya masih berpendidikan D3. Pendidikan

merupakan pengalaman yang berfungsi mengembangkan kemampuan

dan kualitas seseorang, dimana semakin tinggipendidikan seseorang

maka semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan

ketrampilannya.

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa untuk karakteristik

lama bekerja di Ruang rawat inap kelas III RSUD Wates sebagian besar

responden baru bekerja selama 1-5 tahun sebanyak 28 responden

(68,3%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang

bekerja di ruang rawat inap kelas III adalah pegawai baru yang masa

kerjanya sebagian besar pada 1-5 tahun. Hasil ini sejalan dengan

penelitian Hindun yang berjudul hubungan antara beban kerja perawat

dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik di bangsal penyakit dalam

dan bedah RSUD Dr. Tjitrowardoyo Purworejo dengan hasil bahwa

sebagian besar perawat di RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo sebagian

besar bekerja selama 1-5 tahun yaitu sebanyak 21 responden

(32,3%)(35). Hal ini menunjukkan bahwa di RSUD sebagian besar

pegawainya masih tergolong pegawai baru yang masa kerjanya antara 1-

5 tahun. Hal ini sesuai dengan teori bahwa salah satu faktor eksternal

yang mempengaruhi beban kerja adalah lama bekerja(19). Lama bekerja


akan berdampak pada kecakapan dan ketrampilan dalam pekerjaan,

sehingga pengalaman ikut menentukan kinerja seseorang.

2. Jumlah tenaga perawat.

Ketersediaan SDM rumah sakit merupakan salah satu indikator

keberhasilan rumah sakit yang efektif dan efisien, dimana kebutuhan

SDM ini diperoleh dengan cara menghitung jumlah tenaga yang

dibutuhkan di rumah sakit tersebut. Dari berbagai cara penghitugan

jumlah tenaga perawat, penelitian ini menggunakan rumus Depkes dalam

menghitung kebutuhan jumlah tenaga perawat di ruang rawat inap kelas

III. Penghitungan rumus Depkes ini dihitung berdasarkan tingkat

ketergantungan pasien, dan untuk mengetahui jumlah tenaga perawat

melibatkan jumlah jam perawatan di ruangan/hari dan jam efektif

perawat. Selain itu, perlu juga ditambahkan dengan faktor koreksi dan

tugas-tugas non keperawatan(21).

Jumlah jam perawatan di ruangan per hari adalah jumlah

keseluruhan jam perawatan pasien yang dirawat selama 24 jam

berdasarkan tingkat ketergantungan pasien (21). Semakin tinggi jumlah

jam perawatan di ruangan, semakin meningkat pula kebutuhan jumlah

tenaga perawatnya.

Berdasarkan tabel 4.8, hasil analisis penghitungan rumus Depkes

adalah 56 tenaga perawat, dimana bangsal yang kekurangan tenaga

paling banyak adalah bangsal edelweis sebanyak 2 orang tenaga perawat,


untuk bangsal bougenvil membutuhkan tambahan tenaga perawat 2 orang

lagi, dan untuk bangsal gardenia jumlah tenaganya sudah tercukupi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Syarifuddin Sade dengan judul kebutuhan jumlah tenaga perawat

berdasarkan beban kerja pada instalasi rawat inap RSUD Mamuju Utara

Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012 yang menunjukkan bahwa

berdasarkan formula PPNI ruang rawat inap RSUD Mamuju Utara masih

memerlukan penambahan tenaga perawat sebanyak 13 tenaga perawat

(34,21%)(36). Hal ini menunjukkan bahwa baik RSUD Wates mauapun

RSUD Mamuju Utara memerlukan penambahan tenaga perawat.

Meskipun perhitungan yang digunakan berbeda tetapi hasil yang

didapatkan adalah sama, yaitu kedua RSUD tersebut mengalami

kekurangan tenaga perawat.

3. Beban Kerja Perawat Pelaksana

Berdasarkan tabel 4.13, didapatkan hasil bahwa beban kerja

sebagian besar responden termasuk beban kerja tinggi sebanyak 32

responden (78%), dan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Haryanti yang berjudul hubungan antara beban kerja dengan

stres kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten

Semarang tahun, yang menyebutkan bahwa sebagian besar responden

menyatakan beban kerjanya tinggi sebanyak 27 responden (93,1%) (7).


Hal ini menunjukkan dimana pun tempat perawat bekerja, sebagian besar

perawat merasakan beban kerjanya tinggi.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori bahwa beban kerja

adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga

kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan

kesehatan (15).

4. Hubungan Jumlah Tenaga Perawat dengan Beban Kerja Perawat

Pelaksana di Ruang Rawat Inap Kelas III.

Berdasarkan tabel 4.14, hasil penelitian yang dilakukan di ruang

rawat inap kelas III RSUD Wates menunjukkan bahwa responden yang

bekerja di bangsal dengan jumlah tenaga perawatnya kurang, yaitu 26

responden (63,4%) sebagian besar beban kerjanya adalah tinggi sebanyak

32 responden (78%). Sedangkan untuk bangsal yang tercukupi jumlah

tenaga perawatnya sebanyak 15 responden (36,6%) menyatakan bahwa

beban kerjanya adalah sedang sebanyak 9 responden (22%). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa semakin kurang jumlah perawat yang

tersedia di ruang rawat inap kelas III, maka semakin tinggi pula beban

kerja perawat pelaksananya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga perawat

berhubungan secara statistik dengan beban kerja perawat pelaksana

dengan hasil uji statistik Kendal Tau diperoleh nilai ρ value 0,000

(ρ<0,05) dimana Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan


bahwa ada hubungan antara jumlah tenaga perawat dengan beban kerja

perawat pelaksana. Hasil dari analisis menunjukkan keeratan yang

sedang yaitu -,576 dengan arah korelasi negatif yang berarti bahwa

apabila jumlah tenaga perawatnya kurang maka beban kerja perawat

pelaksananya semakin tinggi. Beban kerja yang tinggi ini dapat

meningkatkan terjadinya komunikasi yang buruk antar perawat dengan

pasien, kegagalan kolaborasi antara perawat dan dokter, keluarnya

perawat dan ketidakpuasan kerja perawat (18).

Penghitungan jumlah tenaga perawat pada penelitian ini

menggunakan rumus Depkes yang melibatkan jumlah jam perawatan

diruangan per hari, jam efektif perawat dan tingkat ketergantungan

pasien. Hal ini sesuai dengan cara memperoleh beban kerja yaitu dengan

mengumpulkan data tentang : jumlah pasien yang masuk,tingkat

ketergantungan pasien, rata-rata jam perawatan, dan rata-rata waktu yang

dibutuhkan untuk memberi tindakan keperawatan (18).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Malika yang berjudul analisis beban kerja sebagai dasar penentuan

jumlah kebutuhan tenaga perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Kota

Tangerang Selatan tahun 2013 yang menyatakan bahwa jumlah tenaga

perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang

Selatan,berdasarkan hasil perhitungan rumus Ilyas masih kurang 9 orang

perawat dari jumlah tenaga yang tersedia. Kekurangan tenaga perawat ini
mengakibatkan beban kerja perawat menjadi berat yaitu 80,36% di ruang

ranap kelas II dan 84,72 % di ruang ranap kelas III.

Dari ketiga bangsal ruang rawat inap kelas III di RSUD Wates,

beban kerja paling tinggi terdapat pada bangsal Edelweis sebesar 100%,

dengan jumlah tenaga perawat yang masih kurang 2 orang perawat dari

tenaga perawat yang tersedia di bangsal edelweis.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah

diuraikan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas III

RSUD Wates yaitu :

a. Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan.

b. Berdasarkan umur responden sebagian besar berumur antara 21-30

tahun.

c. Berdasarkan pendidikan terakhir sebagian besar responden

berpendidikan D3.

d. Berdasarkan lama kerja sebagian besar responden bekerja selama 1-5

tahun.

2. Jumlah tenaga perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD Wates

sebagian besar masih kurang tenaga perawatnya.

3. Beban kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas III sebagian

besar memiliki beban kerja yang tinggi.

4. Bangsal di ruang rawat inap kelas III RSUD Wates yang memiliki beban

kerja paling tinggi adalah bangsal edelweis sebesar 100%, dengan jumlah

tenaga perawat kurang dari 2 perawat dari jumlah yang ideal menurut

Depkes.
5. Ada hubungan antara jumlah tenaga perawat dengan beban kerja perawat

pelaksana.

6. Ada keeratan hubungan jumlah tenaga perawat dengan beban kerja

perawat pelaksana.

B. Saran

1. RSUD Wates.

Untuk menambahkan tenaga perawat sesuai kebutuhan, sehingga

beban kerja perawat menjadi tidak tinggi dan perawat mampu

memberikan asuhan keperawatan yang maksimal kepada pasien.

2. Perawat

Untuk tetap bisa memberikan pelayanan yang maksimal kepada

pasien meskipun beban kerjanya tinggi dengan cara memberikan asuhan

keperawatan yang maksimal kepada klien dan melengkapi status pasien.

3. Universitas Alma Ata Yogyakarta

Sebagai kepustakaan untuk sarana memperkaya ilmu pengetahuan

tentang jumlah tenaga perawat dengan beban kerja perawat pelaksana.

4. Peneliti Lain

Peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan dan mengembangkan

kembali hasil penelitian dengan menggunakan penelitian dan

pendekatatan penelitian yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan R.I.Naskah Akademik Rancangan Undang-


Undang Rumah Sakit 2016. Tersedia dalam: www.depkes.go.id/article/
view/16082400003/RUU.tentang.Tenaga kesehatan-dan. RS. html.
[Diakses pada 6 April 2017].

2. Kemenkes RI. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Rawat


Inap.2012.Terdapat dalam : http://aspak.yankes.kemkes.go.id/beranda/wp-
content/uploads/downloads/2014/01/7.-Pedoman-Teknis-Instalasi-Rawat-
Inap.pdf.[Diakses pada 6 April 2017].

3. World Health Organization. Global Nursing Number. 2013. Tersedia


dalam:https://www.learningnurse.org/index.php/library/nurse.number.[Dia
kses pada 18 April 2017].

4. Kementerian Kesehatan R.I.Profil Kesehatan Indonesia 2015.


Jakarta:Kementerian Kesehatan R.I;2016.

5. Pusdatin.Ringkasan Eksekutif Data dan Informasi Kesehatan Provinsi D.I


Yogyakarta.2015. Tersedia dalam:http://www.pusdatin.kemkes.go.id/
resources/download/pusdatin/kunjungan-kerja/14-DI-Yogyakarta
2016.pdf.[Diakses pada 18 April 2017].

6. Malika, Rahma.Analisis Beban Kerja Sebagai Dasar Penentuan Jumlah


Kebutuhan Tenaga Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang
Selatan Pada Tahun 2013.[Skripsi].Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatulloh;2013
7. Haryanti, dkk. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat
di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang. Jurnal
Manajemen Keperawatan. 2013;1(1): 48-56.

8. Kementerian Kesehatan R.I.Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit. Terdapat dalam http://www.manajemenrumahsakit.net/wp-
content/uploads/2014/12/Permenkes-56-Tahun-2014.pdf.[Diakses pada 20
April 2017].

9. Sukoco,Edi. Hubungan beban kerja perawat dengan kepatuhan dalam


pengelolaan sampah medis di instalasi gawat darurat RSUP DR.Sardjito
Yogyakarta.[Skripsi].Yogyakarta: Universitas Alma Ata Yogyakarta;2017

10. Tamaka, R.S. Hubungan Beban Kerja Dengan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat Medik RSup Prof.DR.R.D
Kandau Manado. Ejournal Keperawatan (e-Kp).2015;3(2): 1-7.

11. Hariandja, Marihot TE.Manajemen Sumber Daya Manusia, Pengadaan,


Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas
Pegawai Cetakan Keempat.Jakarta: PT. Grasindo; 2007. Tersedia dalam:
https://books.google.co.id/books?id=d_HHWRqvNecC&printsec=frontcov
er&dq=sumber+daya+manusia+adalah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjkp
Puzt53TAhXKuY8KHdL4DsIQ6AEIGTAA#v=onepage&q=sumber%20d
aya%20manusia%20adalah&f=false.[Diaksespada 10 April 2017].

12. Hasibuan, Malayu S.P.Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi.


Jakarta: Bumi Aksara;2016

13. Kurniati, Anna dan Efendi, Ferry.Kajian SDM Kesehatan Di Indonesia.


Jakarta: Salemba Medika;2011
14. Kemenkes R.I.Peraturan Menteri Kesehatan R.I.Nomor 33 Tahun 2015
Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Terdapat dalam:http://peraturan.go.id/permen/
kemenkes-nomor-33-tahun2015.html. [Diakses pada 7April 2017]

15. Kepmenkes R.I.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


81/MENKES/SK/I/2004 Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan
SDMK di Tk Provinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit.Terdapat
dalam:http://dinkes.inhukab.go.id/wpcontent/uploads/2015/04/Kepmenkes
-No-81-Th-2004-ttg-pedoman-penyusunan-perencanaan-SDM-
Kesehatan.pdf.[Diakses pada 16 April 2017]

16. Kurniadi, Anwar.Manajemen Keperawatan dan Perspektifnya;Teori,


Konsep dan Aplikasi. Jakarta: FKUI;2013

17. Kemenkes R.I. Permenkes R.I Nomor 53 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Analisis Beban Kerja di Lingkungan Kementerian
Kesehatan. Terdapat dalam: http://btkljogja.or.id/downloads/file/
permenkes_53_tahun_20121.pdf.[Diakses pada 16 April 2017]

18. Rubbiana, Nurul Ismi.Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga

Perawat Pelaksana dengan Metode Workload Indicator Staff Need (WISN)

di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota BekasiTahun 2015.[Skripsi].

Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh;2015.

19. Tarwaka.Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan

Produktivitas. Universitas Islam Surakarta: UNIBA Press;2004

20. Rohmah, Nikmatur dan Walid, Saiful.Proses Keperawatan Teori dan

Aplikasi.Yogyakarta:Arruz Media;2012
21. Nursalam.Manajemen Keperawatan Aplikasidan Praktik Keperawatn

Profesional Edisi 3.Jakarta:Salemba Medika;2011

22. Widyanti, A.,Johnson,A.&Ward,D.d.Pengukuran Beban Kerja Mental

Dalam Searching Task dengan Metode Rating Scale Mental

Effort(RSME).JTI UNDIP.2010;1(5)

23. Simanjuntak, R.A, Situmorang, D.A.Analisis Pengaruh Shift Kerja

Terhadap Beban Kerja Mental dengan Metode Subjectve Workload

Assesment Technique (SWAT).Jurnal Teknologi.2010;3(1);53-60

24. Wignyosoebroto, Sritomo.Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknik

Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja Edisi 1.Surabaya:

Gunawidya;2008

25. Kemenkopmk.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014

Tentang Keperawatan. Terdapat dalam: https://www.kemenkopmk.go.id/

content/uu-nomor-38-tahun-2014.[Diakses pada 20 April 2017].

26. Kusnanto.PengantarProfesidanPraktikKeperawatanProfesional.Jakarta:
EGC;2004.

27. Sumarsi, dkk.Pedoman Pelaksanaan Model Praktek Keperawatan


Profesional (MPKP) Dengan MPM (Metode Primer Modifikasi).
Yogyakarta: Tim Askep RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo;2008.
28. Kemenkes R.I.Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit.Terdapatdalam:http://www.depkes.go.id/resources/download/peratur
an/UU%20No.%2044%20Th%202009%20ttg%20Rumah%20Sakit.PDF.[
Diaksespada 20April 2017].

29. Asmuji. Manajemen Keperawatan :Konsepdan Aplikasi.Yogyakarta:Ar-


Ruzz Media; 2014.

30. Machfoedz, Ircham. Metodologi Penelitian (kuantitatif & kuantitatif )


Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran Disertai Contoh
KTI, SKRIPSI, TESIS Edisi Revisi. Yogyakarta: Fitramaya;2016

31. Aryawati, R.D.Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Kelengkapan


Pengisian Dokumentasi Asuhan Keperawatan di RSUD Panembahan
Senopati Bantul.2016

32. Nursalam.Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


Edisi 3.Jakarta:Salemba Medika;2013

33. Hidayat, A.A. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.Jakarta:


Salemba Medika;2010

34. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta;2010

35. Somadayo, Hindun. Hubungan Antara Beban Kerja Perawat Dengan


Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Bangsal Penyakit Dalam dan
Bedah RSUD DR.Tjitrowardoyo Purworejo.[Skripsi]. Yogyakarta:
Universitas Alma Ata Yogyakarta;2017

36. Sade, Syarifudin,dkk. Kebutuhan Jumlah Tenaga PerawatBerdasarkan


Beban Kerja Pada Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara Provinsi
Sulawesi Barat.[Skripsi]. Makasar : Universitas Hasanudin Makasar;2012

Anda mungkin juga menyukai