Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

 Mutu pelayanan keperawatan tidak terlepas dari klasifikasi pasien rawat inap. Dalam 

klasifikasi ini, pasien lebih berharga sesuai dengan haknya dan sadar situasinya, dan bera

pa beban kerja perawat di setiap ruang perawatan? Untuk menentukan persyaratan kuantit

as dan kualitas perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap, perlu diketahui kondisi dan 

beban kerja bangsal rawat inap. Ini tidak akan mengoptimalkan layanan untuk beban kerj

a yang tidak sesuai. ( Ilyas 2002 dalam Runtu, all. 2016)

Semua tempat kerja harus menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Bagi A

merican Society for Safety Engineering (ASSE), kesehatan dan keselamatan kerja (K3) ya

ng terkait dengan area kerja dan suasana merupakan area kegiatan untuk mencegah jenis

kecelakaan ( Widayana serta Wiratmaja, 2014).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia di beberapa negara, KTD untuk pasien rawat

inap berkisar antara 3 hingga 16%. Efek samping yang dilaporkan di Selandia Baru meny

umbang sekitar 12,9% dari rawat inap, 10,8% di Inggris, dan sekitar 7,5% di Kanada

(Baker,2004;Renoningsih,et. Semua 2018). Joint Commission International 3 (JCI) juga 

melaporkan bahwa KTD sekitar 10% dan di Inggris dan Australia sekitar 16%. Dari tahun

2014 hingga Juli 2017, 28 insiden terkait keselamatan pasien dilaporkan di Indonesia, 16

diantaranya sebagian besar merupakan kejadian traumatis (KNC) dan kejadian tak terdug

a (KTD). Tempat kedua adalah 10 kasus. Terjadi pada 16 pasien rawat inap dengan total

28 kecelakaan patient safety. Pada akhir tahun 2016, pasien mengalami tanda bahaya ber

warna merah (yang dapat menyebabkan cedera serius atau berat, gangguan fungsi motorik

atau sensorik karena sifatnya yang serius), atau gangguan jiwa atau gangguan jiwa yang
tidak dapat diperbaiki. Telah terjadi kecelakaan. Tidak terkait dengan penyakit atau

kematian yang tidak terkait) ( Haryanto, et all 2017)

Menurut penelitian Retnaningsihand Fatmawati (2016) di ruang rawat inap RSUD

Tugrejo Jawa Tengah, beban kerja perawat di ruang rawat inap kasar dipengaruhi oleh

jumlah pasien. 91 responden (48,7%) adalah perawat. Jumlah pasien, kondisi pasien, siste

m kerja perawat. Fenomena terkait beban kerja yang terus-menerus di beberapa negara

adalah bahwa sebagian besar perawat tidak mengikuti standar praktik keperawatan dan

tidak memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan program praktik keperawatan. Lengkap

untuk pelanggan. Fenomena ini masih terjadi di Indonesia dan pada akhirnya akan memp

engaruhi kualitas kinerja perawat (Africia,2017). Menurut survei yang dilakukan oleh PP

NI, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat negara di atas sering stres dan pusing sa

at bekerja, banyak pekerjaan, menyita waktu, tidak punya waktu istirahat, dan berpenghas

ilan. ada beberapa. Tanpa pengawasan ketat yang tepat. , Tapi sangat mahal. Kehidupan

kerjalah yang mempengaruhi stress perawat (PPNI, 2008, Desima,2013). Survei pendahul

uan di Rumah Sakit John Bandarisyl pada tanggal 5 Maret 2018 menunjukkan 49 perawat

, rata rata 390 pasien perbulan, dan beberapa perawat merasa bahwa mereka memiliki ban

yak pekerjaan karena pengalaman mereka. Jumlah pasien dan perawat di ruangan tersebut

tidak seimbang. Masalah beban kerja perawat banyak ditemukan pada aktivitas perawat y

ang memerlukan kerjasama dengan profesi lain, seperti meracik resep, mengambil obat, d

an mengantar pasien ke bagian radiologi dan radiologi serta staf medis. Kurniadi, 2013).

Lima ruang perawatan dewasa berdasarkan observasi dan wawancara oleh Kifly Franco

Barahama, Mario Katuuk dan Wenda M. Oroh bersama Kepala Perawat RSU GMIM

Pancaran Kasih Manado dan beberapa perawat, Luke, Yehezkiel, Sarah dan Rebeka pada

Februari 2018 satu) naik. 58 perawat, 1065 pasien dalam 3 bulan terakhir dari November

2017 hingga Januari 2018, kapasitas 121 tempat tidur. Sistem asuhan keperawatan


menggunakan sistem tim dengan ketua tim perawat senior dan enam anggota tim di setiap 

tim, masing-masing perawat melayani 3-4 pasien. Saya sering mendengar keluhan dari

beberapa perawat.

Jumlah perawat tidak seimbang mengingat beban kerja yang cukup tinggi yaitu jam

kerja dan lembur yang tidak teratur, shift siang (34 perawat), dan shift malam (2 3 perawa

t) Oleh karena itu, setiap perawat bertanggung jawab untuk 10 sampai 11 pasien, yang me

ningkatkan beban kerja perawat.

Dikontekstualisasikan untuk profesional kesehatan yang bekerja selama pandemic CO

VID-19, mungkin ada tanda tanda terlalu banyak bekerja dengan tuntutan yang tidak sela

ras dengan kenyataan yang ada. 0,4 menurut data Bank Dunia yang dilansir Jayani (2020

) di katadata.co.id. Itu berarti hanya 4 dokter yang bisa merawat 10.000 penduduk. Meski

pun tidak jauh berbeda dengan dokter, rasio perawat adalah 2,1 per 1000 penduduk, dan

hanya 2 perawat yang merawat 1000 penduduk. Beban kerja yang tinggi menyebabkan k

elelahan fisik karena perawat harus bekerja lebih banyak dari biasanya. Anda juga harus

waspada dan memakai APD hingga 10 jam. (BBC Indonesia – deti News, 2020).

Salah satu faktor yang dapat menurunkan keselamatan pasien adalah ketidakpuasan de

ngan beban kerja staf yang tinggi. Beban kerja perawat memiliki factor-faktor yang perlu 

diperhatikan untuk mencapai keserasian dan produktivitas yang tinggi. Jika beban kerja

perawat melebihi kapasitas perawat, maka akan berdampak negative terhadap kemampua

n perawat dalam merawat pasien. Kinerja asuhan keperawatan sesuai standar keperawata

n menjamin mutu pelayanan keperawatan kepada pasien. (Manuho, 2015).

Survei pertama dilakukan pada 14 Juni 2021 di salah satu dari tiga ruangan: klabat,ma

tuari,dan tumatenden.Ada total 30 perawat dan rata-rata 75 pasien per bulan. Wawancara

dengan tiga perawat menemukan bahwa sebagian besar perawat di setiap bangsal memili

ki beban kerja yang berbeda. Perawat yang sibuk sering mengatakan bahwa mereka mera
sa lelah atau terlalu banyak bekerja. Salah satunya adalah jumlah pasien yang harus beke

rja 12 jam sehari, yang tidak sebanding dengan jumlah perawat/shift. Melalui observasi, 

perawat seringkali tidak berada di ruang perawatan karena sibuk melayani pasien, dan

ketika kembali ke ruang perawatan, mereka perlu membuat selembar kertas kosong. Juga

mereka sering bekerja di luar pekerjaan keperawatan. Sebagai hasil dari tes, transfer sam

pel darah, ambil resep, dan bawa pasien ke ruang rontgen. Ini meningkatkan beban kerja

mereka. Perawat juga sering kehilangan fokus karena beban kerja yang meningkat, teruta

ma ketika mereka bertindak, terutama saat cuaca panas dan mendukung, serta kebutuhan 

keluarga yang besar untuk memberikan pelayanan yang optimal. Semua ini, oleh karena i

tu, mempengaruhi pelaksanaan keselamatan pasien, termasuk dalam perawatan kompreh

ensif, dan meningkatkan risiko konduksi. RSUD, Maria Walanda Maramis Minahsa Utara, 2021).

B. Rumusan penelitian

Berdasarkan data yang telah ditemukan pada latar belakang diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Beban Kerja Fisik dan

Mental Perawat Dengan Penerapan Pasien Safety Pada Masa Pandemi Covid-19 di

RSUD. Walanda Maramis Minasaha Utara”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Beban Kerja Fisik Dan Mental Perawat Dengan

Penerapan Pasien Safety Pada Masa Pandemi Covid-19 di RSUD. Walanda Maramis

Minahasa Utara’’

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengidentifikasi Beban Kerja Fisik Dengan Penerapan Pasien Safety Pada

Masa Pandemi Covid-19 di RSUD. Walanda Maramis Minahasa Utara.


b. Untuk Mengidentifikasi Beban Kerja Mental Dengan Penerapan Pasien Safety Pada

Masa Pandemi Covid-19 di RSUD. Walanda Maramis Minahasa Utara.

c. Untuk Mengidentifikasi Penerapan Pasien Safety Pada Masa Pandemi Covid-19 di

RSUD. Walanda Maramis Minahasa Utara.

d. Untuk Menganalisis Hubungan Beban Kerja Fisik Dan Mental Perawat Dengan

Penerapan Pasien Safety Pada Masa Pandemi Covid-19 di RSUD. Walanda

Maramis Minahasa Utara.

D. Manfat penelitian

1. Bagi Instalasi Pendidikan

Usulan penelitian ini di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan evidence

based research keperawatan khusunya di bidang keperawatan dan dapat menambah

informasi untuk memperkaya bahan pustaka tentang beban kerja fisik dan mental

perawat dengan penerapan pasien safety.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan usulan penelitian ini dapat menjadi sumber masukan tentang kebijakan

dan penanganan masalah beban kerja akibat beban kerja fisik dan mental perawat

dengan penerapan pasien safety di rumah sakit guna meningkatskan kesehatan dan

keselamatan pasien yang setinggi – tingginya. Sehingga, baik pasien maupun perawat

juga mendapatkan jaminan kesehatan dan keselamatan dalam bekerja di rumah sakit

tersebut.

3. Bagi Peneliti

Usulan penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan penelitian

lebih lanjut kepada peneliti-peneliti yang berminat untuk mengembangkan penelitian

dalam lingkungan pembahasan yang sama.


4. Bagi Responden

Usulan penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat bagi

responden serta menambah ilmu pengetahuan terkait penerapan pasien safety pada

masa pandemi covid-19.

5. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan di perpustakaan Stikes

Muhammadiyah Manado Khusunya Mahasiswa Keperawatan, sehingga dapat

menjadi sumber inspirasi bagi pihak yang membutuhkan untuk melakukan penelitian

khusunya terkait masalah beban kerja fisik dan mental pada perawat dirumah sakit

serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Beban Kerja

1. Definisi Beban Kerja

Beban kerja keperawatan adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan

oleh seorang perawat selama bekerja dalam pelayanan keperawatan (Africia, 2017).

Beban kerja perawat adalah suatu keadaan dimana seorang perawat dihadapkan pada s

uatu beban kerja yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Pekerjaan yang

terlalu banyak dapat menurunkan produktivitas perawat. Hal ini mengurangi kualitas 

pelayanan keperawatan. Beban kerja yang berat dialami oleh perawat tergantung pada 

kenyataan bahwa mereka menghadapi kendala waktu dalam melaksanakan tugasnya d

an jumlah pekerjaan yang harus dilakukan (pengobatan langsung atau tidak langsung), 

secara tidak langsung dari pada keperawatan). Masalah beban kerja perawat memiliki 

implikasi luas dan harus menjadi perhatian fasilitas medis, terutama perawat(Saputra,20

16).Beban kerja dapat dikuantifikasi jika dihitung berdasarkan jumlah atau banyaknya 

tindakan keperawatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beban

kerja kualitatif ketika pekerjaan keperawatan adalah tanggung jawab yang harus dilak

ukan dengan cara yang paling profesional atau professional

Bila beban kerja terlalu tinggi menurut Carayon dan Gurses (2005) dalam Kurniadi

(2013  Hal ini menyebabkan komunikasi yang buruk antara perawat dan pasien, ketidak

mampuan untuk bekerja dengan perawat dan dokter, tingkat pergantian atau rotasi per

awat yang tinggi, dan ketidakpuasan kerja di antara perawat. Untuk memahami beban 

kerja, manajemen keperawatan perlu menentukan jumlah pasien per hari/bulan/tahun, 
derajat ketergantungan, jumlah rata-rata hari perawatan, jenis perilaku keperawatan, fr

ekuensi setiap perilaku dan waktu rata-rata. Diperlukan untuk setiap perilaku yang

anda butuhkan memahami tindakan. (Gillies, 1996 dalam Kurniadi, 2013).

2. Jenis Beban Kerja

Menurut Bowling & Kirkendall (2012) menjelaskan secara spesifik jenis dari beban kerja

antara lain

a. Beban kerja kuantitatif, meliputi:

1) Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam kerja.

2) Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus dikerjakan.

3) Kontak langsung perawat dengan pasien secara terus-menerus selama jam kerja.

4) Resiko perawat dan pasien.

b. Beban kerja kualitatif, meliputi

1) Pengetahuan dan keterampilan perawat tidak dapat menutupi kesulitan bekerja 
di rumah sakit
2) Rasa tanggung jawab yang tinggi dalam merawat pasien sakit kritis.
3) Harapan manajemen rumah sakit terhadap kualitas pelayanan.
4) Keluarga pasien menuntut keselamatan pasien.
5) Setiap kali Anda membuat keputusan yang tepat.
6) Bekerja untuk mendistribusikan obat secara intensif.
7) Mengelola pasien dengan disfungsi ereksi, koma dan karakteristik penyakit  
yang tidak dapat disembuhkan.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Menurut Nurmianto dalam Utami (2012), faktor yang mempengaruhi beban kerja,

adalah:

a. Baban yang diperkenankan

b. Jarak angkut dan intensitas pembebanan

c. Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat


d. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja

e. Kondisi lingkungan kerja

f. Keterampilan bekerja

g. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja

h. Peralatan kerja beserta keamanannya

4. Definisi Beban Kerja Fisik

Beban kerja fisik adalah pekerjaan yang membutuhkan energy fisik otot manu

sia sebagai sumber energinya. Untuk beban kerja fisik, konsumsi energy relatif tinggi 

dibandingkan beban kerja mental. Kerja fisik atau pengerahan tenaga fisik adalah pek

erjaan yang membutuhkan tenaga fisik otot manusia sebagai sumber tenaga atau keku

atan. Beban kerja fisik sering disebut sebagai "tugas manual" dan kinerjanya sepenuh

nya tergantung pada orang tersebut, apakah bertindak sebagai sumber daya (energi) at

au sebagai pengontrol tugas (kontrol). Konsumsi energi adalah factor dan parameter k

unci dalam beratnya beban kerja fisik. Bukan karena aktivitas fisik secara langsung, it

u karena aktivitas otak kita. (Sugiono et all 2018).

Tugas fisik perawat antara lain mengangkat pasien, memandikan pasien, mem

bantu pasien ke kamar mandi, mendorong peralatan medis, merapikan tempat tidur pa

sien, dan mendorong brankart pasien. (Risqiansyah, 2017).

5. Definisi Beban Kerja Mental

Kerja mental adalah kondisi yang berkaitan dengan proses berpikir otak untuk 

menyelesaikan tugas yang perlu diselesaikan pada waktu tertentu (Saleh2018). Jumlah

pekerjaan mental yang harus dilakukan perawat, termasuk shift atau bergantian, untuk

mempersiapkan mental dan emosional pasien dan keluarganya, terutama yang menjal
ani operasi. Mengobati pasien membutuhkan bekerja dengan keterampilan khusus dan

berkomunikasi dengan mereka (Kasmarani, 2012).

Pekerjaan mental yang dirancang dengan buruk dapat menimbulkan efek negat

if, seperti kelelahan, kebosanan, penurunan perhatian, dan penurunan kesadaran saat 

melakukan pekerjaan. Efek samping lainnya termasuk melupakan aktivitas penting, ti

dak aktif tepat waktu, atau sulit berkonsentrasi dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, 

atau menyesuaikan diri dengan perubahan dinamika sistem tubuh anda. Ada kecender

ungan untuk mengalami kesulitan atau tidak memperhatikan apa yang terjadi di sekita

rnya. Pada akhirnya, semua ini memiliki efek memperlambat kinerja, yang mungkin h

anya menambah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dan menyebabka

n kesalahan sistem yang fatal (Hock & Joseph, 2019). )

6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja Fisik Dan Mental

a. Secara umum faktor – faktor internal yang mempengaruhi beban kerja perawat

antara lain :

1) Jumlah pasien yang dirawat tiap hari, tiap bulan, tiap tahun.

2) Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien.

3) Rata – rata hari perawatan tiap pasien.

4) Pengukuran tindakan keperawatan langsung dan tidak langsung.

5) Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan.

6) Rata – rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung.

b. Adapun faktor – faktor eksternal pada skema 8 yang bisa mempengaruhi beban

kerja perawat antara lain :

1) Masalahnya adalah masalah masyarakat seperti parsial atau populasi, dan kondisi 

kurag bersih, dari perilaku pasien.


2) disaster, yaitu bencana alam, banjir, gempa, tsunami, serta kasus penyakit

sehingga memaksa rumah sakit harus menyediakan tenaga medis cadangan  

3) Hukum atau Kebijakan,yang dapat mempengaruhi kinerja perawat dalam

pelaksanaan tugas di dalam rumah sakit . 

4)  Kebijakan politik atau lawan politik yang bisa mempengaruhi kualitas pelayanan

rumah sakit baik untuk tenaga medis atau penerima layanan kesehatan

5) Pengaruh cuaca yaitu akibat perubahan cuaca bisa mempengaruhi jenis penyakit

sehingga mempengaruhi jumlah tenaga keperawatan.

6) Ekonomi yaitu situasi ekonomi yang ada saat ini seperti adanya krisis ekonomi

mengakibatkan pendapatan menurun sehingga pendapatan rumah sakit menurun.

Hal ini berimbas pada rasionalisasi jumlah tenaga keperawatan.

7) Pendidikan konsumen yaitu tingkat pendidikan masyarakt sudah semakin tinggi

sehingga tenaga perawat hatus profesional atau dengan kata lain semakin banyak

tenaga perawat yang dibutuhkan satu tingkat lebih tinggi dari pendidikan

masyarakat dibanding tingkatan leiih rendah dari masyarakat.

Kemajuan ilmu dan teknologi yaitu kemajuan ilmu dan teknologi termasuk bahasa

harus diikuti oleh semua perawat, karena kalau tidak bisa mengikuti maka

otomatis tidak akan bisa masuk bursa tenaga kerja. Hal ini semua institusi

pelayanan akan memilih perawat yang memliki kompetensi internasional

7. Penilaian Beban kerja Fisik

Penilaian beban kerja fisik secara objektif dapat dilakukan dengan

dua cara: penilaian langsung dan penilaian tidak langsung.

Metode evaluasi langsung terdiri dari pengukuran energi (pengeluaran

energi) yang dikeluarkan oleh penyerapan radikal bebas. Semakin tinggi beban ker
ja, semakin besar konsumsi energi. Keuntungan dari metode oksigen

adalah hasilnya lebih presisi, tetapi kekurangannya adalah

Anda mungkin juga menyukai