Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Andi prastowo (2012:17) mengartikan bahan ajar sebagai “segala bahan (baik
informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, sosok utuh dari kompetensi yang
akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran”.

Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan siswa.
Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan bahan ajar, seperti yang
disebutkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008: 8-9) sebagai berikut.

Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang


dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum.

Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan
karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut meliputi lingkungan sosial, budaya,
geografis maupun tahapan perkembangan siswa.

Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah atau
kesulitan dalam belajar.

Dengan demikian, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu memperhatikan


karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu menuntut adanya partisipasi
dan aktivasi siswa lebih banyak dalam pembelajaran. Pengembangan lembar kegiatan siswa
menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang akan bermanfaat bagi siswa menguasai
kompetensi tertentu, karena lembar kegiatan siswa dapat membantu siswa menambah
informasi tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Kualitas suatu program pendidikan dan latihan dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya kualitas bahan ajar, widyaiswara, sarana prasarana, lingkungan dan lain
sebagainya. Kegiatan pengembangan bahan ajar adalah kegiatan akademik yang dapat
dilakukan sendiri oleh widyaiswara. Bahan ajar ini sebagai pendukung dalam proses
pendidikan dan latihan yang dilaksanakan. Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan
suatu proses yang sistematik agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada
beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu

1
diperhatikan dalam proses pengembangan bahan ajar, yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa,
ilustrasi, perwajahan dan pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan
dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam pengembangan bahan ajar.

Pengembangan bahan ajar yang sistematis dimulai dari proses perancangan dan
pengembangannya dapat berupa aktivitas mengembangkan sendiri, atau menggunakan bahan
ajar yang sudah ada, sampai pada uji coba bahan ajar. Pengetahuan terhadap faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kualitas hasil perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar
dan prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik juga diperlukan.

Bahan ajar mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran, yaitu acuan yang
digunakan oleh penatar atau petatar. Bagi petatar bahan ajar menjadi acuan yang diserap isinya
sehingga dapat menjadi pengetahuan dan bagi penatar bahan ajar ini menjadi acuan dalam
menyampaikan keilmuannya.

2
BAB II

TUJUAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan. Melalui bahan
ajar guru atau dosen akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan mahasiswa
akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Bahan ajar disusun
dengan tujuan menyediakan bahan ajar yang sesuai kebutuhan pembelajar, yakni bahan ajar
yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa/ mahasiswa,
membantu pembelajar dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks
yang terkadang sulit diperoleh, memudahkan guru atau dosen dalam melaksanakan
pembelajaran.

Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru atau dosen
mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa atau mahasiswa, kedua, tidak lagi tergantung kepada
buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga, bahan ajar menjadi labih kaya karena
dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, keempat, menambah khasanah
pengetahuan dan pengalaman guru atau dosen dalam menulis bahan ajar, kelima, bahan ajar
akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru/dosen dengan
siswa/mahasiswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada guru atau dosennya.

Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka pembelajar akan mendapatkan
manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. pembelajar akan lebih banyak
mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan
terhadap kehadiran guru atau dosen.

 Menurut Abdul Majid, Bahan Ajar disusun dengan tujuan, sebagai berikut:
 Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu
 Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar
 Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
 Agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik.

3
BAB III

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Mahyuni (2012:38) berpendapat ada tiga prinsip yang diperlukan dalam pengembangan
bahan ajar. Ketiga prinsip itu adalah relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Relevansi artinya
keterkaitan atau hubungan yang erat. Kekonsistensi maksudnya keajagan tetap. Kecukupan
maksudnya secara kuantitatif materi tersebut memadai untuk dipelajari.

1. Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat, maksudnya adalah materi
pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan adalah menghafalkan fakta,
materi yang disajikan adalah fakta. Kalau kompetensi dasarnya meminta kemampuan
melakukan sesuatu, materi pelajarannya adalah prosedur atau cara melakukan sesuatu.
2. Prinsip konsistensi adalah ketatabahasaan dalam pengembangan bahan ajar. Misalnya
kompetensi dasar meminta kemampuan siswa untuk mengusai tiga konsep, materi yang
disajikan juga tiga macam. Umpamanya kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh
siswa adalah menentukan fungsi dan relasi, materinya sekurang-kurangnya pengertian
fungsi dan relasi, cara menentukan fungsi dan relasi , dan cara menggambarkan fungsi.
Artinya apa yang diminta itulah yang diberikan.
3. Prinsip kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cukup memadai untuk
mencapai kompetensi dasar. Materi tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Jika
materi terlalu sedikit, kemungkinan siswa tidak akan dapat mencapai kompetensi dasar
dengan memanfaatkan materi itu. Kalau materi terlalu banyak akan banyak pula
menyita waktu untuk mempelajarinya. Kemudian dilanjutkan Nieveen (Gravemeijer,
2013:165) A high quality material referred to three critetia quality namely,
validity,practicality and effectiveness. dengan kata lain bahan ajar yang baik harus
memenuhi tiga kriteria, ketiga kriteria tersebut ialah valid, praktis dan efektif.

Valid memiliki arti bahasa “seperti dan semestinya, berlaku atau sahih”. Menurut
Nieveen (Gravemeijer, 2013: 165) Validity refers to the extent that the design of the
intervention include "state of the art knowledge" (content validity) and the various components
of the intervention are consistently linked to each other (construct validity). Maksudnya adalah
aspek validitas dari material dilihat dari apakah berbagai komponen dari material itu terkait
secara konsisten antara satu dengan yang lainnya, sehingga sebuah bahan ajar dikatakan valid

4
jika bahan ajar dirancang berdasarkan rasional teoritik yang kuat dan berbagai komponen
dalam bahan ajar tersebut konsisten secara internal. Dalam penelitian ini, kevalidan bahan ajar
didasarkan menurut penilaian para ahli/validator

Praktis dalam arti bahasa bermakna “mudah digunakan dalam praktek”. Sedangkan
definisi praktis menurut Nieven (Gravemeijer, 2013:165), Practicality refers to the extent that
users (teachers and pupils) and other experts consider the intervention as appealing and usable
in normal conditions (aspek kepraktisan dari material dilihat dari apakah guru dan siswa dapat
menggunakan material tersebut dengan mudah). Bahan ajar dikatakan praktis jika hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa para siswa sebagai pengguna bahan ajar menganggap bahwa
bahan ajar tersebut memenuhi kebutuhan, harapan, dan batasan-batasan

Efektif menurut arti bahasa adalah “dapat menimbulkan akibat, efek, atau pengaruh
yang signifikan”. Effectiveness refers to the extent that the experiences and outcomes from the
intervention are consistent with the intended aims, Nieveen (Gravemeijer, 2013:165). Dengan
kata lain untuk mengukur tingkat keefektifan dilihat dari tingkat penghargaan siswa dalam
mengikuti sebuah pembelajaran dan keinginan siswa untuk terus mengikuti pembelajaran
tersebut. Sebuah bahan ajar jika bahan ajar secara positif berdampak pada siswa

5
BAB IV

SYARAT-SYARAT PENYUSUNAN BAHAN AJAR

Dengan merujuk UNESCO, Kemendiknas (2007) merumuskan syarat bahan ajar yang
baik. Syarat-syarat bahan ajar atau buku teks yang berkualitas diuraikan melalui kutipan
berikut. Syarat-syarat bahan ajar atau buku teks yang berkualitas adalah (1) bahan ajar memiliki
peran penting untuk mewujudkan pendidikan yang merata dan berkualitas tinggi, (2) bahan
ajar merupakan produk dari proses yang lebih besar dari pengembangan kurikulum, (3) isi
bahan ajar memasukkan prinsip-prinsip hak asasi manusia, mengintegrasikan proses pedagogis
yang mengajarkan secara damai terhadap penyelesaian konflik, kesetaraan gender,
nondiskriminasi, praktik-praktik dan sikap-sikap lain yang selaras dengan kebutuhan untuk
belajar hidup bersama, (4) bahan ajar memfasilitasi pembelajaran untuk mendapatkan hasil-
hasil spesifik yang dapat diukur dengan memperhatikan berbagai perspektif, gaya
pembelajaran, dan modalitas berbeda (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), (5)
memperhitungkan level konseptual, lingkungan linguistik, latar belakang dan kebutuhan
pebelajar di dalam membentuk isi dan mendesain model pembelajaran, (6) bahan ajar
memfasilitasi pembelajaran yang dapat mendorong partisipasi dan pengalaman secara merata
dan setara oleh semua pebelajar yang terlibat dalam proses pembelajaran, dan (7) bahan ajar
dapat dijangkau dari sisi biaya, memiliki daya tahan lama, dan dapat diakses oleh semua
pebelajar.

Syarat penyusunan bahan ajar juga disampaikan Tjipto Utomo dan Kees Ruijter (dalam
Mbulu, 2004:88). Syarat-syarat tersebut adalah (1) memberikan orientasi terhadap teori,
penalaran teori, dan cara-cara penerapan teori dalam praktik, (2) memberikan latihan terhadap
pemakaian teori dan aplikasinya, (3) memberikan umpan balik tentang kebenaran latihan itu,
(4) menyesuaikan informasi dan tugas sesuai tingkat awal masing-masing peserta didik, (5)
membangkitkan minat peserta didik, (6) menjelaskan sasaran belajar kepada peserta didik, (7)
meningkatkan motivasi peserta didik, dan (8) menunjukkan sumber informasi yang lain.

Gatot (2008) juga menambahkan bahwa “bahan ajar yang baik harus dapat memenuhi
tuntutan kurikulum yang berisi kompetensi-kompetensi yang ditentukan”. Materi-materi ajar
terarah sesuai dengan tuntutan kurikulum. Kompetensi-kompetensi yang diberikan sesuai
dengan kurikulum.

6
Untuk bahan ajar berbasis web, Purnomo (2009) memberikan syarat terkait konten web yang
baik. Syarat konten web yang baik dijelaskan berikut ini.

1. Materi Pembelajaran. Berisi material pembelajaran yang akan disampaikan melalui


berbagai jenis format. Format tersebut seperti teks, gambar, foto, grafik, slide
presentasi, animasi, HTML, audio (narasi, audio streaming, audio recorded), video
(video recorded, video streaming).
2. Interaksi dan komunikasi. Berisi konten yang memfasilitasi proses interaksi dan
komunikasi baik antara siswa dan siswa maupun siswa dan trainer, secara langsung
(synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous).
3. Tugas, tes dan evaluasi siswa. Konten yang berisi aktivitas penugasan, tes serta evaluasi
bagi siswa.
4. Sumber daya digital (digital resources). Konten berisi berbagai sumber daya
pembelajaran berbentuk digital dan/atau online
5. Informasi. Berisi informasi yang ingin disampaikan pada user mengenai pengajaran
yang akan diikuti. Bentuk modul informasi ini dapat berupa silabus, berita dan
informasi, pengumuman dsb.

Bahan pembelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Oleh karena itu,
pemilihan bahan pembelajarn hendaklah sejalan dengan ukuran-ukuran atau kriteria yang
digunakan untuk memilih isi kurikulum mata pelajaran yang bersangkutan. Kriteria pemilihan
bahan pembelajaran akan dikembangkan dalam system instuksional dan yang mendasari
penentuan strategi belajar dan pembelajaran. Pemilihan bahan pembelajaran tersebut
hendaknya memenuhi kriteria-kriteria berikut ini.

a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran

Bahan pembelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan


instruksional khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku. Karena itu, materi tersebut
hendaknya sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.

b. Menjabarkan tujuan pembelajaran

Perincian bahan pembelajaran berdasarkan pada tuntutan dimana setiap tujuan


pembelajaran telah dirumuskan secara spesifik , dapat diamati dan terukur. Ini berarti

7
terdapat keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi bahan
pembelajaran.

c. Relevan dengan kebutuhan pesrta didik

Kebutuhan peserta didik yang pokok adalah berkembang berdasarkan potensi


yang dimilikinya. Oleh sebab itu bahan pembelajaran yang akan disajikan hendaknya
sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh terkait
dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap.

d. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Peserta didik dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan
mampu hidup mandiri. Dalam hal ini, bahan pembelajaran yang dipilih hendaknya
turut membantu mereka memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi
perkembangan mereka menjadi manusia yang berguna dan mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan masyarakatnya.

e. Mempertimbangkan norma yang berlaku

Bahan pembelajaran yang dipilih hendaknya mempertimbangkan norma-norma


yang berlaku. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari bahan pembelajaran
hendaknya dapat mengembangkan diri peserta didik sebagai manusia yang memiliki
etika dan moral sesuai dengan system nilai dan norma-norma yang berlaku di
masyarakatnya.

f. Tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik serta logis

Setiap bahan pembelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang
lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Bahan pembelajaran disusun
secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan psikologis peserta
didik. Dengan cara ini diharapkan isi bahan pembelajaran tersebut akan lebih mudah
diserap oleh peserta didik dan tujuan pembelajaran dapat dapat tercapai.

g. Bersumber dari buku sumber yang baku, keahlian guru, masyarakat dan fenomena
alam.

8
Keempat faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih bahan pembelajaran.
Buku sumber yang baku dimaksud adalah yang disusun oleh para ahli dalam bidang
pendidikan dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku. Kendatipun belum tentu
lengkap sebagaimana yang diharapkan, setidaknya keberadaan buku tersebut akan
sangat membantu bagi penyusunan bahan pembelajaran. Keahlian guru dalam
menyusun bahan pembelajaran tentu sangatlah penting, karena sumber utama dari
proses belajar dan pembelajaran adalah guru itu sendiri. Guru dapat menyimak semua
hal yang dianggapnya perlu utuk disajikan kepada peserta didik berdasarkan ukuran
pribadianya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, sedangkan fenomena alam
merupakan sumber bahan pembelajaran yang paling besar.

9
BAB V

TAHAP/PROSEDUR PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Tahap-tahap pengembangan yang digunakan adalah hasil modifikasi antara model


pengembangan bahan ajar Jerold E. Kemp dan langkah penelitian R&D milik Borg dan Gall.
Model pengembangan bahan ajar yang dipilih dalam penelitianini adalah model Jerrold E
Kemp yang direvisi. Kemp dalam Trianto (2009: 179) mengungkapkan bahwa pengembangan
perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum.

Unsur-unsur pengembangan perangkat pembelajaran model Kemp, meliputi:

1. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Intructional Problem).

Tujuan identifikasi masalah pembelajaran adalah untuk mengidentifikasi adanya


kesenjangan antara fakta di lapangan dengan tujuan menurut kurikulum yang menyangkut
model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru. Selanjutnya akan

disusun secara pembelajaran agar tujuan dapat dicapai seperti yang diharapkan kurikulum.

2. Analisis siswa (Learner Characteristic)

Analisis siswa diperlukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakteristik sisiwa
yang meliputi ciri, pengetahuan, dan pengalaman baik individumaupun kelompok. Tingkah
laku awal sisiwa adalah keterampilan-keterampilan khusus yang harus dimiliki sisiwa
dalam mengikuti pembelajaran, sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan efesin.
Analisis karakter sisiwa bertujuan mengetahui kemampuan akademik, usia atau tingkat
kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotor,
kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial dengan memperhatikan ciri, pengetahuan
dan pengalaman siswa baik secara individu maupun kelompok.

a. Analisis Tugas (Task Analysis). Menurut Kemp(1994:58) dalam Triyanto, analisisi


tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran. Analisis
tugas sejalan dengan analisis tujuan tidak lain dari analisis isi pelajaran, konsep
pemrosesan informasi yang digunakan untuk memudahkan pemahaman tentang
tugas-tugas belajar dan tujuan pemeblajaran yang dituangkan dalam bentuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Dalam

10
analisi tugas meliputi, (1) analisis Struktur isi, (2) analisisi konsep, (3) analisis
prosedural, dan (4) analisis pemrosesan (2009:18
b. Merumuskan indikator. Menurut Kardi dan Triyanto (2009:182) perumusan
indikator didasarkan pada analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal
siswa, tentang pernyataan-pernyataan apa yang dilakukan siswa setelah selesai
melakukan pembelajaran. Indikator yang dirumuskan tersebut berfungsi sebagai:
c. Alat untuk mendesaian kegiatan pembelajaran
d. Kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluasi hasi belajar siswa
e. Panduan siswa dalam belajar.
f. Penyusunan instrumen evaluasi (evaluation instrument) penyusunan tes hasil
belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur ketuntasan indikator dan
ketuntasan penguasaan siswa setelah berlangsung proses pembelajaran yang
didasarkan pada jumlah soal yang dijawab secara benar. Dalam pembuatan soal
evaluasi berdasarkan pada indikator-indikator yang telah dibuat.
g. Strategi Pembelajaran (instructional strategies). Pemilihan strategi pembelajaran
disusun berdasarkan tujuan khusus yang akan dicapai. Kegiatan pemilihan strategi
meliputi: pemilihan model, pendekatan dan metode pemilihan format yang
dipandang mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan.
h. Pemilihan media atau sumber pembelajaran (instructional resource). Pemilihan alat
dan bahan disesuaikan dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang terdapat rencana
pembelajaran dan lembar kerja siswa. Pemilihan media dan sumber pembelajaran
berdasarkan hasil analisis tujuan, karakteristik siswa dan tugas seperti telah
diuraikan. Keberhasilan pembelajaran sangat berantung pada penggunaan sumber
pembelajaran.
i. Pelayanan Pendukung (suport service). Layanan pendukung yang diperlukan
berupa kebijakan kepala sekolah, guru mitra, ata usaha dan tenaga-tenaga tekait
serta layanan laboratorium dan perpustakaan. Juga dibutuhkan anggaran atau dana,
fasilitas dan pelengkap.
j. Evaluasi Formatif (formative evaluation). Evaluasi formatif merupakan bagian
penting dari proses perencanaan pembelajaran serta berfungsi sebagai pemberi
informasi kepada pegajar atau tim pengembang seberapa baik program telah
berfungsi dalam mencapai berbagai sasaran. Penilaian formaif dilaksanakan selama
pengembangan dan uji coba.

11
k. Evaluasi Sumatif (summative evaluation). Evaluasi sumatif secara langsung
mengukur tingkat pencapaian tjuan-tujuan utama pada akhir pembelajaran. Tes
sumatif dapat dilakukan protes dan ujian akhir pembelajaran. Penilaian sumatif
meliputi: hasil ujian akhir unit dan ujian akhir unit dan ujian akhir utuk pelajaran
tertentu.
l. Revisi Perangkat Pembelajaran (planing revision). Kegiatan revisi dimaksudkan
untuk mengevaluasi dan memperbaiki rencangan yang dibuat. Revisi dilakukan
berdasarkan kritik dan masukan yang diperoleh dari hasil validasi dan uji coba
terbatas. Revisi akan terus dilakukan sampai rancangan yang dibuat memiliki
kesesuaian isi dan kualitas yang baik. Bahan ajar dievaluasi dengan unsur-unsur
menggunakan acuan dari Cunningsworth. Unsur tersebut adalah aims and
objectivess, desain and organitation, languaage contents, skill, topic, methodologi,
teacher’s book, practical consideration (1995:3). Dari unsur-unsur tersebut akan
dikembangkan indikator-indikator penilaian sebagai instrumen validasi untuk
menilai kualitas produk bahan ajar yang dikembangkan.

3. Metodologi Penelitian

Jenis penelitin ini adalah penelitian dan pengembangan atau research and development
(R & D). (R & D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009:407). Untuk
mengembangkna bahan ajar mengacu kurikulum 2013 akan dimodifikasikan dengan
langkah-langkah yang dikolaborasikan dengan 10 langkah (R & D) milik Brog and Gall.
Sepuluh langkah tersebut antara lain:

 Potensi dan masalah


 Pengumpulan data
 Desain produk
 Validsi produk
 Revisi desain
 Uji coba produk
 Revisi desain
 Uji coba pemakaian
 Revisi produk

12
 Produk masal

Dalam hal ini sepuluh langkah tersebut dikembangkan menjadi model yang lebih
sederhana. Terdapat 7 langkah prosedur pengembangan yang digunakan yaitu :

 Potensi dan masalah


 Pengumpulan data
 Desain produk
 Validsi ahli
 Revisi desain
 Uji coba desain
 Revisi desain, sampai menghasilkan produk uji coba bahan ajar yang mengacu
kurikulum 2013

Pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara sistematik berdasarkan langkah-


langkah yang saling terkait untuk menghasilkan bahan ajar yang bermanfaat. Penatar seringkali
mengabaikan prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik ini karena berasumsi, jika
sudah dibuat dengan baik sesuai dengan materi yang akan diajarkan, maka bahan ajar dapat
digunakan dengan efektif dalam proses pembelajaran. Padahal ada beberapa langkah yang
harus dilakukan penatar sebelum sampai pada kesimpulan bahawa bahan ajar sudah
dikembangkan dengan baik, serta bahan ajar yang digunakan memang baik. Paling tidak ada
lima langkah utama dalam prosedur pengembangan bahan ajar yang baik, sebagai berikut:

Tahap analisis merupakan tahap untuk mencari informasi mengenai perilaku dan
karakteristik awal.

Tahap perancangan adalah tahap perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan hasil


analisis, pemilihan topik mata pelajaran, pemilihan media dan sumber, serta pemilihan strategi
pembelajaran.

Tahap pengembangan merupakan tahap penulisan bahan ajar secara utuh.Tulislah apa
yang dapat ditulis.

Tahap evaluasi merupakan tahap yang harus dilalui untuk memperoleh masukan bagi
penyempurnaan bahan yang telah dikembangkan. Ada 4 cara yang dapat dilakukan yaitu telaah
oleh ahli materi, uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan.

13
Tahap revisi adalah tahap untuk melakukan perbaikan terhadap bagian bahan ajar yang
perlu diperbaiki berdasarkan komentar yang dilakukan saat uji coba.

1. Analisis

Pada tahap ini dicoba untuk mengenali siapa peserta diklat, dengan perilaku awal dan
karakteristik yang dimiliki. Perilaku awal berkenaan dengan penguasaan dan kemampuan
bidang ilmu atau mata tataran yang sudah dimiliki peserta. Seberapa jauh peserta sudah
menguasai mata tataran itu? Sementara itu karakteristik awal memberikan informasi
tentang ciri-ciri peserta.

Jika informasi tentang peserta sudah diketahui, maka inplikasi terhadap rancangan
bahan ajar dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat segera dikembangkan. Pengenalan yang
baik terhadap perilaku awal dan karakteristik awal peserta sangat diperlukan untuk
menentukan kebutuhan peserta dan kemudian merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi
peserta.

2. Perancangan

Dalam tahap perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan
yaitu:

 Perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan analisis

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, akan diperoleh peta atau diagram
tentang kompetensi yang akan dicapai peserta baik kompetensi umum maupun
kompetensi khusus. Kompetensi umum dan kompetensi khusus, jika dirumuskan
kembali dengan kaidah-kaidah yang berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran umum
dan tujuan pembelajaran khusus. Adapun kaidah yang berlaku, antara lain dengan
melengkapi komponen tujuan pembelajaran yaitu Audience, Behavior, Condition,
Degree.

 Pemilihan topik mata tataran

Jika tujuan pembelajaran sudah ditetapkan dan analisis sudah dilakukan, maka
peserta sudah mempunyai gambaran tentang kompetensi yang harus dicapai oleh
peserta melalui proses belajar. Dengan demikian petatar juga dapat segera menetapkan
topik mata tataran dan isinya. Apa saja topik, tema isu yang tepat untuk disajikan dalam
bahan ajar, sehingga peserta dapat belajar dan mencapai kompetensi yang telah

14
ditetapkan? Apa saja teori, prinsip atau prosedur yang perlu didiskusikan dalan bahan
ajar?

Acuan utama pemilihan topik mata tataran adalah silabus dan analisis
instruksional yang telah penatar miliki. Selanjutnya penatar juga dapat menggunakan
berbagai buku dan sumber belajar serta melakukan penelusuran pustaka, yaitu mengkaji
buku-buku tentang mata tataran termasuk encyclopedia atau majalah yang ada di
perpustakaan atau buku.

 Pemilihan media dan sumber

Pemilihan media dan sumber belajar harus dilakukan setelah penatar memiliki
analisis instruksional dan mengetahui tujuan pembelajaran. Penatar diharapkan tidak
memilih media hanya karena media tersebut tersedia bagi penatar, disamping itu
penetar diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh kesediaan beragam media
canggih yang sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu
diingat, media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta dalah proses belajar.
Jadi pilihlah media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata tataran, yang
memudahkan peserta belajar, serta yang menarik dan disukai peserta. Kata kuncinya
adalah: Media yang dapat membelajarkan peserta. Media itulah yang perlu
dipertimbangkan untuk dipilih

 Pemilihan strategi pembelajaran

Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika merancang


aktivitas belajar. Dalam merancang urutan penyajian harus berhubungan dengan
penentuan tema/isu/konsep/teori/prinsip/prosedur utama yang harus disajikan dalam
topik mata tataran. Hal ini tidaklah terlalu sulit jika sudah memiliki peta konsep dari
apa yang ingin dibelajarkan. Jika sudah mengetahuinya maka bagaimana materi itu
disajikan, secara umum dapat dikatakan bagaimana struktuk bahan ajarnya.

Berbagai urutan penyajian dapat dipilih berdasarkan urutan kejadian atau


kronologis, berdasarkan lokasi, berdasarkan sebab akibat dan lain sebagainya.

15
3. Pengembangan

Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk mengembangkan


bahan ajar dengan baik. Beberapa saran yang dapat membantu untuk memulai
pengenbangan bahan ajar:

 Tulislah apa dapat ditulis, mungkin berbentuk LKS, bagian dari penyususnan buku atau
panduan praktik
 Jangan merasa bahwa bahan ajar harus ditulis secara berurutan
 Tulis atau kembangkan bahan ajar untuk peserta yang telah dikenal
 Ingat bahan ajar yang dikembangkan harus dapat memeberikan pengalaman belajar
kepada peserta
 Ragam media, sumber belajar, aktivitas dan umpan balik merupakan komponen penting
dalam memperoleh bahan ajar yang menarik, bermanfaat dan efektif bagi peserta
 Ragam contoh, alat bantu belajar, ilustrasi serta pengemasan bahan ajar juga berperan
dalam membuat bahan ajar
 Gaya penulisan untuk bagian tekstual, naratif, explanatory, deskriptif, argumentatif dan
perintah sangat penting agar peserta dapat memahami maksud penatar.
4. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai pihak
terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai
masukan untuk memperbaiki bahan ajar dan menjadikan bahan ajar lebih berkualitas.
Evaluasi sangat diperlukan untuk melihat efektifitas bahan ajar yang dikembangkan.
Apakah bahan ajar yang dikembangkan memang dapat digunakan untuk belajar-
dimengerti, dapat dibaca dengan baik dan dapat membelajarkan peserta. Di samping itu
evaluasi diperlukan untuk memperbaiki bahan ajar sehingga nmenjadi bahan ajar yang
baik.

Secara umum ada 4 cara untuk mengevaluasi bahan ajar yaitu

 Telaan oleh ahli materi (lebih ditekankan pada validitas keilmuan serta
ketepatan cakupan)
 Uji coba satu-satu (Salah seorang peserta mengkaji bahan ajar, kemudian
diminta untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi,
perwjahan dan tingkat kesukaran)

16
 Uji coba kelompok kecil (Satu kelompok kecil mengkaji bahan ajar, kemudian
diminta untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi,
perwjahan dan tingkat kesukaran)
 Uji coba lapangan ( Untuk memperoleh informasi apakah bahan ajar dapat
mencapai tujuan?. Apakah bahan ajar dianggap memadai dan seterusnya.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan maka perbaikan bahan ajar yang mungkin
dilakukan antara lain:

 Telaan oleh ahli materi (lebih ditekankan pada validitas keilmuan serta
ketepatan cakupan)
 Uji coba satu-satu (Salah seorang peserta mengkaji bahan ajar, kemudian
diminta untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi,
perwjahan dan tingkat kesukaran)
 Uji coba kelompok kecil (Satu kelompok kecil mengkaji bahan ajar, kemudian
diminta untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi,
perwjahan dan tingkat kesukaran)
 Uji coba lapangan ( Untuk memperoleh informasi apakah bahan ajar dapat
mencapai tujuan?. Apakah bahan ajar dianggap memadai dan seterusnya

Perlu diingat bahwa pada komponen yang satu harus diikuti oleh perbaikan dan
penyesuaian pada komponen bahan ajar yang lain, sehingga diperoleh bahan ajar yang utuh
dan terpadu.

5. Revisi

Dalam proses pengembangan bahan ajar terdapat 7 faktor yang harus dipertimbangkan
dalam penyusunannya sehingga bahan ajar tersebut benar-benar menjadi bahan ajar yang
efektif dan efisien. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut

 Kecermatan isi, berkenaan dengan validitas isi dan keselarasan isi


 Ketepatan cakupan, berkenaan dengan keluasaan dan kedalaman materi, serta
keutuhan konsep yang dibahas berdasarkan bidang ilmunya
 Ketercernaan bahan ajar, berkenaan dengan kemudahan bahan ajar tersebut
dipahami dan dimengerti oleh pengguna
 Penggunaan bahasa, berkenaan dengan pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata,
penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna

17
 Perwajahan/pengemasan, berkenaan dengan penataan letek informasi dalam satu
halaman cetak
 Ilustrasi, berkenaan dengan variasi penyampaian pesan dalam bahan ajar agar lebih
menarik, memotrivasi, komunikatif dan membantu pemahaman terhadap isi pesan
 Kelengkapan, komponen, berkenaan dengan paket bahan ajar yang dapat berfungsi
sebagai komponen utama, komponen pelengkap dan komponen evaluasi.

18
BAB VI

MODEL DESAIN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Bahan ajar merupakan salah satu masukan (input) dalam proses pembelajaran yang
merupakan pendekatan implementasi kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, ketika
kurikulum suatu negara berubah, maka secara otomatis bahan ajar yang digunakannyapun
berubah (Nasution, 1982 : 119 – 120). Bahan ajar dipandang sebagai sarana yang harus secara
jelas dapat mengkomunikasikan informasi, konsep, pengetahuan, dan mengembangkan
kemampuan sedemikian rupa, sehingga dapat dipahami dengan baik oleh guru dan peserta
didik. Bahan ajar juga harus mampu menyajikan suatu objek secara terurut bagi keperluan
pembelajaran dan memberikan sentuhan nilai-nilai afektif, sosial, dan kultural yang baik agar
dapat secara komprehensif menjadikan peserta didik bukan hanya dapat mengembangkan
kemampuan kognitifnya, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya.

Tidak pernah terbersit dalam benak seorang guru jika dalam mengajar tidak
memerlukan bahan ajar. Hal ini artinya bahan ajar, baik dalam bentuk buku, modul, LKS atau
bentuk-bentuk yang lain merupakan komponen integral yang sangat dibutuhkan dalam
membantu kelancaran proses pembelajaran di kelas. Oleh karena pentingnya bahan ajar
tersebut, sudah sewajarnya setiap guru belajar menyediakan bahan ajar itu sendiri agar bahan
ajar tersebut benar-benar sesuai dan tepat dalam membantu belajar peserta didik.

1. Modul

Munculnya istilah modul didasari atas pemikiran adanya perbedaan individual pada
siswa yang perlu mendapat perhatian dalam proses pembelajaran. Modul sering pula
dijumpai dengan istilah lain, seperti learning activity package (paket aktivitas belajar),
individualized learning package (modul individual), learning package (paket belajar).

Di Indonesia istilah modul untuk pertama kali dikemukakan dalam forum rapat antara
8 Proyek Perintis Sekolah Pembangunan di Cibulan Bogor pada bulan Februari 1974.
Konsep modul yang ketika itu masih membingungkan bagi kebanyakan orang, kini sudah
berkembang dengan pesat dan mulai tersebar di kalangan dunia pendidikan di Indonesia.
Universitas Terbuka merupakan salah satu Universitas yang telah menggunakan modul
dalam proses pembelajarannya.

19
Menurut James D. Russel, modul adalah suatu paket yang memuat satu unit konsep dari
bahan pelajaran. Sedangkan Goldschmid menyatakan modul sebagai yang dapat berdiri
sendiri, unit independen dari sebuah aktivitas belajar yang terencana berseri yang disusun
untuk membantu siswa melakukan tujuan yang telah dirancang dengan baik. Pendapat lain
dikemukakan oleh Vembriarto, modul adalah satu unit program belajar-mengajar yang
terkecil yang secara terperinci menegaskan tujuan, topik, pokok-pokok materi, peranan
guru, alat-alat dan sumber belajar, kegiatan belajar, lembar kerja, dan program evaluasi.

Modul biasanya disajikan dalam bentuk pembelajaran mandiri (self instructional).


Siswa dapat mengatur kecepatan dan intensitas belajarnya secara mandiri. Waktu belajar
untuk menyelesaikan satu modul tidak harus sama, berbeda beberapa menit sampai
beberapa jam. Modul dapat digunakan secara individual atau gabungan dalam suatu variasi
urutan yang berbeda (Russell, 1973 : 3).

2. Handout

Istilah handout sudah sangat familiar di telinga kita sebagai pengajar, namun mungkin
kita hanya mendengar dan tidak tahu arti dan makna yang sesungguhnya dari handout
tersebut. Handout merupakan bahan ajar yang dituangkan secara ringkas yang berguna
sebagai pegangan dalam pembelajaran. Dengan adanya handout guru membantu peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran secara lebih terarah dan terfokus, karena handout
adalah sejenis kisi-kisi materi ajar yang akan disampaikan guru.

Guru yang terbiasa berpikir dengan alur pikir yang runtut dapat dengan mudah menulis
handout ketika akan mengajar. Hal ini karena handout berisi pokok-pokok pikiran utama
dari materi ajar yang disampaikan. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika
membuat handout, yaitu :

 Berisi materi-materi yang pokok saja, bukan uraian detail materi.


 Biasanya dibuat untuk tiap bab / materi pokok / pokok bahasan.
 Bukan dibuat untuk setiap kali pertemuan, karena handout bukan rencana
pembelajaran.
 Dapat disajikan dalam bentuk transparansi, power point dengan LCD, atau dalam
bentuk cetak.
 Meski ringkas, handout mampu memberikan informasi penting tentang bahan ajar
tersebut.

20
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992 : 40), LKS atau Lembar
Kerja Siswa merupakan sarana pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
meningkatkan keterlibatan atau aktivitas peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Pada
umumnya, LKS berisi petunjuk praktikum, percobaan yang bisa dilakukan di rumah, materi
untuk diskusi, Teka Teki Silang, tugas portofolio, dan soal-soal latihan, maupun segala
bentuk petunjuk yang mampu mengajak peserta didik beraktivitas dalam proses
pembelajaran.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Surachman (1998 : 46) yang menyatakan LKS
sebagai jenis handout yang dimaksudkan untuk membantu peserta didik belajar secara
terarah (guided discovery activities). Hal ini berarti melalui LKS peserta didik dapat
melakukan aktivitas sekaligus memperoleh semacam ringkasan dari materi yang menjadi
dasar aktivitas tersebut.

Mengajar dengan menggunakan LKS ternyata semakin populer terutama pada masa
dekade terakhir ini. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan LKS (Hendro Darmodjo
dan Jenny R.E. Kaligis, 1992 : 40), antara lain :

 Memudahkan guru dalam mengelola proses belajar, misalnya mengubah kondisi


belajar dari suasana “guru sentris” menjadi “peserta didik sentris”.
 Membantu guru mengarahkan peserta didiknya untuk dapat menemukan konsep-
konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja.
 Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan sikap
ilmiah serta membangkitkan minat peserta didik terhadap alam sekitarnya.
 Memudahkan guru memantau keberhasilan peserta didik untuk mencapai sasaran
belajar.
4. Diktat

Diktat merupakan salah satu bentuk bahan pelajaran tertulis yang sering digunakan di
sekolah dan Perguruan Tinggi (Tjipto Utomo, 1994 : 219). Diktat dibuat dengan tujuan
memper-mudah proses pembelajaran peserta didik, hingga pembuatannya memerlukan
persyaratan khusus yang menyangkut kemudahan belajar peserta didik.

21
Diktat merupakan salah satu pengajaran dengan fungsi-fungsi terbatas, terutama untuk
memberikan orientasi yang lengkap mengenai teori, cara penalaran, serta penerapan teori
bidang ilmu tertentu. Adapun beberapa keuntungan adanya diktat adalah :

 memungkinkan variasi bentuk cara belajar dan meningkatkan motivasi belajar


peserta didik.
 membantu belajar secara mandiri.
 jika diktat dipelajari terlebih dahulu, maka perhatian peserta didik lebih dapat
diarahkan ke materi ajar, sehingga pelajaran lebih dapat dipahami.
 peserta didik dapat mempersiapkan lebih dahulu, sehingga kemampuan awal peserta
didik akan lebih homogen terhadap materi yang diajarkan.
 mendorong peserta didik untuk meninjau kembali apa yang telah dibahas dalam
pembela-jaran di kelas.

22
BAB VII

KOMPONEN UTAMA BAHAN AJAR

Pembelajaran adalah suatu sistem yang lebih sempit dari sistem pendidikan. Namun
melalui sistem pembelajaran inilah peserta didik dibentuk kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya. Sebagai suatu sistem, pembelajaran memiliki berbagai komponen yang
berperan dan berinter-aksi dengan komponen lain dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Salah satu komponen yang penting dalam sistem pembelajaran adalah
keberadaan bahan ajar bagi peserta didik. Dalam meningkatkan kompetensinya, guru
memerlukan bantuan berbagai bahan ajar, baik yang berupa handout, buku ajar, modul, LKS,
dan lain-lain yang dapat membantu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan lancar.

Setiawan (2007:1.56) mengungkapkan bahan ajar memiliki tiga komponen inti, yaitu
komponen utama, komponen pelengkap, komponen evaluasi hasil belajar. Komponen utama
menjadi lebih mudah dipahami jika dilengkapi dengan komponen pelengkap. Komponen
pelengkap biasanya terdiri dari bahan pendukung cetak (materi pengayaan, bacaan, jadwal,
silabus, peta materi, kliping kasus) setiap komponen dalam pembelajaran saling berkaitan satu
sama lain, saling berinteraksi, saling berhubungan, saling terobos dan saling ketergantungan.

23
DAFTAR RUJUKAN

https://azahelvana.wordpress.com/2016/12/30/pengembangan-bahan-ajar/ diakses 25 Januari


2016.

http://berbagi-media-pengetahuan.blogspot.co.id/2014/05/defenisitujuanpentingnya-bahan-
ajar.html diakses 25 Januari 2016.

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (menciptakan metode
pembelajaaran yang menarik dan menyenangkan). Yogyakarta: Diva Press.

Muhaimin, 2009. Modul Wawasan Pengembangan Bahan Ajar bab V Malang: LKP2-I.

Depdiknas, Panduan Pemgembangan Bahan Ajar, 2008, tersedia di


http://smpn1pasarkemis.files.wordpress.com diakses 21 Maret 2013.

Depdiknas, Pengembangan Bahan Ajar, 2009, tersedia di http://www.scribd.com/doc diakses


24 Maret 2013.

https://aguswuryanto.wordpress.com/2010/09/02/pengembangan-bahan-ajar/ diakses 25
Januari 2018.

Abdul Gafur, Pedoman khusus penyusunan materi pembelajaran (Instructional matrials) .


Jakarta, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Ida Malati Sajadi, Paulina Pannen, Susy Puspitasari, Durri Andriani, Benny A Pribadi, Tian
Belawati, Kho You Tung. 2004. Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta Universitas Terbuka.

Sumber : Materi Diklat Pengembangan Bahan Ajar.

http://juonorp.blogspot.co.id/2013/06/penyusunan-bahan-pembelajaran.html diakses 28
Januari 2018

Ditjen Dikdasmenum, 2004, Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan bahan Ajar, Jakarta:
Depdiknas.

Gintings, Abdorrakhman, 2008, Essensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Bandung:


Humaniora.

http://mgmpips.wordpress.com/2007/03/02/pengertian - bahan - ajar - materi pembelajaran.

24
http://dianramadani150393.blogspot.com/2012/12/pemilihan-materipelajaran.html

Pannin, Paulina dan Purwanto, 2001, Penulisan Bahan Ajar, Jakarta: Pusat antar Universitas
untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Ditjen Dikti Diknas.

Prastowo, Andi, 2011, Panduan Kreaftif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Jogjakarta: Diva Press.

Satori, Djam’an, dkk, 2007, Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka.

http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2009/06/28/131/

http://didin.lecture.ub.ac.id/pembelajaran-3/konsep-pengembangan-bahan-ajar diakses 28
Januari 2108

Kemdiknas. 2008. Sosialisasi KTSP: Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Kemdiknas.

Mbulu, J. dan Suhartono. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Malang: Elang Mas.

Pannen, P., Purwanto. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas

Purnomo, W. 2009. Presentasi, (Online), (http://wahyupur.wordpress.com/ presentasi/, diakses


21 Mei 2010.

Syahid, A. 2003. Pengembangan Bahan Ajar Matakuliah Rancangan Pembelajaran Dengan


Menerapkan Model Elaborasi. Tesis, Tidak Diterbitkan. UM: PPS.

Wahono, R. S. 2008. Meluruskan Salah Kaprah tentang e-Learning, (Online),


(http://romisatriawahono.net/2008/01/23/meluruskan-salah-kaprah-tentang-e-Learning/,
diakses 4 September 2009.

https://mgmpproduktifoi.wordpress.com/2016/03/18/teknik-penyusunan-modul-
pembelajaran/ diakses 28 Januari 2018.

Bahrul Hayat, dkk. (2001). Sistem Penilaian Buku. Jakarta : Pusat Perbukuan.

Raka Joni. (1983). Pengembangan Paket Belajar. Jakarta : Dirjen Dikti.

Russell, James, D. (1973). Modular Instruction : A Guide to the Design, Selection, utilization
and Evaluation of Modular Materials. Minnesota : Burgess Publishing Comp.

Vembriarto. (1985). Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta : Yayasan Pendidikan Paramita.

http://pendmatematika1.blogspot.co.id/2015/12/pengembangan-bahan-ajar.html diakses 29
Januari 2018

25

Anda mungkin juga menyukai